"Sayang, sarapan yuk!" panggil Amy kepada Tesla. Kemudian dia menghampiri lelaki berkulit coklat, rambut ikal digunting cepak, hidung mancung, dan dagu tirus itu. Membantu lelaki itu merapikan dasi dan memasang kancing paling atas kemeja yang dipakai suaminya."Kamu gak kerja?" tanya lelaki bernama Tesla, dia heran melihat Amy masih santai dengan daster panjang, sementara jarum jam telah berada di angka delapan."Hari ini aku ada janji dengan Umi Fulsun," jawab Amy, dengan senyum terkembang."Siapa dia?" Kening Tesla berkerut keheranan mendengar nama, yang disebutkan sang istri. Amy memang belum pernah bercerita, tentang wanita bernama Fulsun itu kepadanya.Kemudian Tesla duduk di kursi makan, yang biasa didudukinya dan mulai menikmati segelas teh hangat juga sepiring nasi goreng yang disuguhkan Amy."Umi Fulsun itu seorang ustadzah," Amy mulai bercerita. "Kata temanku, tidak ada salahnya mencoba metode ruqyah, untuk melihat apa ada gangguan jin di rahim atau tidak?" Tesla mengan
"Dari ruqyah, Ma." jawab Amy, sambil membuka kunci pintu."Ruqyah rahimmu itu?" selidik perempuan yang dipanggil dengan sebutan mama oleh Amy.Amy tersenyum kecut."Terus apa hasilnya? kamu kerasukan ? Teriak-teriak kepanasan?" cerca perempuan tadi."Nggak Ma, Amy baik-baik saja," jawab Amy tenang.Amy mempersilahkan perempuan itu untuk masuk."Masa sih nggak ada gangguan? Kalau begitu mengapa kamu belum hamil juga?" "Kata ustadzah Fulsun, mungkin Allah tengah menguji kesabaran kita, Ma," jawab Amy, yang masih mencoba bersabar. "Ah itu cuma teori, mana ada Allah memberi ujian di luar batas kesabaran hamba-Nya. Kamu tau 'kan, Tesla itu sudah gak sabar mau momong anak, aku juga sudah tidak sabar ingin menimang cucu. Cuma kamu saja, yang terlihat santai seperti tidak ada beban!" Amy seketika membeku mendengar kata-kata yang terucap dari mulut perempuan itu, kalau saja tidak menimbang posisi wanita itu sebagai ibu dari suaminya, ingin sekali Amy mengusir pergi wanita bernama Dialin ter
Tempat praktek dr. Dira. Sp.Og belum terlalu ramai, Amy dan Tesla memutuskan untuk datang lebih awal, agar tidak terjebak dalam antrian."Selamat sore Pak Tesla, senang akhirnya bisa bertemu dengan Anda," dr. Dira menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada, saat Amy dan Tesla memasuki ruang kerjanya.Tesla tersenyum, dan mereka pun duduk di kursi berhadapan dengan dr. Dira, sebuah meja menjadi pemisah jarak antara mereka, dan dokter cantik itu.dr. Dira memeriksa data Tesla sebentar, dan kini dia menatap lelaki tampan itu. Selanjutnya terjadi tanya jawab antara sang dokter dengan Tesla. "Bapak Tesla, Anda tidak merokok?" "Tidak, Dok." Jawab Tesla "Apakah minum alkohol?""Kerap begadang?""Kalau begadang, iya Dok. Minum Alkohol bisa dikatakan tidak pernah." jawab Tesla."Baiklah, saya rasa untuk Pak Tesla cukup. Sekarang saya akan periksa Bu Amy, Bapak mau tetap di sini boleh." ujar dr. Dira."Kalau saya tunggu di luar, bagaimana Dok?" tanya Tesla."Boleh juga, tidak masalah,"
"Amy ingin punya anak Bu, Amy ingin merasakan seperti apa rasanya hamil dan melahirkan,' ujar Amy menahan perasaan."Astagfirullah, Nak," ucap ibunya iba.Ibunya dan Mien Hessel sama-sama memeluk Amy, bertiga mereka menangis bersama. Amy menangis menahan kerinduan akan hadirnya seorang anak, sedang ibu dan adiknya menangis karena iba mendengar Amy merana. Kalau saja boneka yang dipinta oleh Amy, pasti saat ini juga ibu dan adiknya sudah pergi ke toko dan membelikan untuknya. Namun, kali ini dia menangis menginginkan boneka bernyawa, yang tak mungkin diperjual belikan di semua pasar dan swalayan di seluruh dunia. Malam itu Amy menginap di rumah ibunya, sementara Tesla pulang ke rumah. Sepanjang malam Amy tidak dapat memejamkan mata, kata-kata dokter Dira terus terngiang di telinga, sebuah kenyataan pahit yang sulit untuk diterima, apalagi untuk dikatakan kepada semua orang termasuk Tesla dan mertuanya.Dalam kegalauan hatinya itu, tiba-tiba saja ponsel Amy berdering. Semula dia p
"Tuhan … apa jadinya kalau Tesla tau hal yang sebenarnya?" gumam Amy dalam hati."Dokter Dira menyuruh kita makan-makanan bergizi dan vitamin, mudah-mudahan secepatnya aku hamil," jawab Amy, "Sayang, aku mandi ya," pamitnya tanpa menunggu tanggapan dari Tesla. Amy terpaksa berdusta dan buru-buru menghindar, sungguh dirinya tidak sanggup mengatakan hal yang sebenarnya. Biarlah dia saja yang merasakan perih ini, jangan Tesla. Andai Tesla tahu hal yang sebenarnya, Amy tidak sanggup bila harus melihat sinar kekecewaan dari sorot mata suaminya. Untuk sementara biarlah dia simpan saja cerita yang sesungguhnya, sementara itu dia akan terus berusaha dan berharap. Dia yakin suatu hari nanti Tuhan akan menjawab doa-doanya.Bukan tidak mungkin, sekarang Tuhan sedang mengujinya, agar semakin dekat dengan sang pencipta. Lebih taat lagi dalam menjalankan perintah-Nya, dan pelan-pelan meninggalkan segala larangan-Nya.***Pukul enam pagi.Amy melangkahkan kaki menuju warung Morina—wanita berdar
"Kenapa, kamu tersinggung?" tanya Dialin, sambil menatap tajam ke arah Amy yang masih belum dapat menguasai diri atas perkataan Dialin sebelumnya.Perlahan sinar mata Amy meredup, ditariknya napas panjang untuk meredakan gejolak amarah yang membara di dalam dada."Kata Tesla, kemarin kalian periksa ke dokter kandungan, lalu apa hasilnya?" tanya Dialin masih dengan tatapan penuh intimidasi."Ba ... baik, baik-baik aja kok Ma," jawab Amy tergagap.Dialin melirik menantunya itu, "Jadi kapan kamu akan hamil?" tanyanya. Amy kembali menelan ludah dibuatnya, sungguh pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Bagaimana dia mengetahui kapan dirinya akan hamil?"Eng ... gak tau Ma, mudah-mudahan secepatnya," jawab Amy."Ah bosan mendengar kata secepatnya-secepatnya, dari dulu selalu bilang begitu, nyatanya sampai kini belum hamil juga," keluhan Dialin kembali menusuk perasaan Amy."Astaghfirullah, mohon beri hamba kesabaran ya Allah ... beri hamba kekuatan, untuk tidak menangis dan meluapkan kemara
Panggilan Amy sontak membuat sepasang anak manusia itu terperanjat, Tesla langsung menggeser posisi duduknya sementara Arem langsung berdiri."A … Aku pul ...pulang ya," ucap wanita muda itu tergagap.Tanpa menunggu jawaban dari Amy ataupun Tesla, Arem langsung pergi saja. Kini Amy menatap Tesla dengan tatapan tajam dan penuh selidik, menyadari sang istri didera api cemburu Tesla langsung mendekat dan merangkul perempuan itu. Amy memberontak, dia dorong Tesla dengan kasar agar menjauh darinya. Hari sudah larut dan ada mama mertua yang menginap, karena itu Amy memilih untuk tidak meneruskan keributan. Dia berbalik dan melangkah cepat menuju kamar, meninggalkan Tesla yang tengah menutup pintu utama.Amy berbaring membelakangi tempat biasa Tesla merebahkan badan, sejenak kemudian dia mendengar lelaki itu masuk ke peraduan. Tesla menyentuh pundaknya, meremas pelan dan mendekatkan bibirnya ke telinga Amy."Kamu jangan salah paham, Sayang," ujar lelaki itu pelan.Mendengar itu air mata A
Pukul lima sore, mobil Tesla memasuki halaman rumah. Amy menghampiri sang suami, yang turun dari sisi kemudi. Tesla tersenyum dan langsung memeluk wanita itu sambil berbisik, "Bersiaplah, aku mau ajak kamu makan malam di luar."Amy menurut, sambil suaminya mandi Amy berhias diri di depan cermin meja riasnya. Pukul tujuh malam dia duduk dengan tenang, di sebelahnya Tesla mengemudikan mobil membelah jalanan ibu kota."Kita mau ke mana?" tanya Amy sambil menoleh kepada sang suami.Tesla tersenyum mesra, "Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," jawab Tesla, sambil mengarahkan mobil menuju arah Lodan Jakarta Timur. Tebakan Amy, Tesla akan membawanya ke restoran pinggir pantai lagi.Restoran Sagara menjadi pilihan Tesla. Tempat yang khusus menyajikan menu ala barat itu, terlihat tidak terlalu banyak pengunjung.Pelayan membawa mereka ke meja yang telah dipesan oleh Tesla, hamparan pemandangan lautan menyegarkan mata.Amy menatap semburat warna jingga dari mentari, yang hampir tenggelam. Terl