Tempat praktek dr. Dira. Sp.Og belum terlalu ramai, Amy dan Tesla memutuskan untuk datang lebih awal, agar tidak terjebak dalam antrian.
"Selamat sore Pak Tesla, senang akhirnya bisa bertemu dengan Anda," dr. Dira menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada, saat Amy dan Tesla memasuki ruang kerjanya.Tesla tersenyum, dan mereka pun duduk di kursi berhadapan dengan dr. Dira, sebuah meja menjadi pemisah jarak antara mereka, dan dokter cantik itu.dr. Dira memeriksa data Tesla sebentar, dan kini dia menatap lelaki tampan itu. Selanjutnya terjadi tanya jawab antara sang dokter dengan Tesla."Bapak Tesla, Anda tidak merokok?""Tidak, Dok." Jawab Tesla"Apakah minum alkohol?""Kerap begadang?""Kalau begadang, iya Dok. Minum Alkohol bisa dikatakan tidak pernah." jawab Tesla."Baiklah, saya rasa untuk Pak Tesla cukup. Sekarang saya akan periksa Bu Amy, Bapak mau tetap di sini boleh." ujar dr. Dira."Kalau saya tunggu di luar, bagaimana Dok?" tanya Tesla."Boleh juga, tidak masalah," jawab dr. Dira.Tesla kemudian pergi ke luar, tinggallah Amy berdua dengan dr. Dira. Jantungnya berdetak kencang menanti apa diagnosa sang dokter terhadap suaminya."Melihat riwayatnya, saya rasa tidak ada masalah dengan suami Anda. Namun, untuk memastikannya. Anda bisa tampung sperma beliau, dan besok serahkan kepada saya. Kita akan periksa sperma Pak Tesla di lab," saran dr. Dira."Baik Dok," jawab Amy.Sepulang dari praktik dokter Amy mengajak Tesla makan malam romantis, mereka makan seafood di sebuah restoran tepi pantai. Satu jam bercengkrama mesra, sambil menikmati terpaan angin pantai yang menimbulkan sensasi romantis. Amy dan Tesla bergandengan tangan menuju tempat parkir.Tidak sabar ingin segera sampai di rumah, membayangkan hangatnya peraduan. Sepanjang jalan Amy terus membelai lengan Tesla. Lelaki itu paham kode alam yang dikirimkan sang istri tercinta."Sabar, Sayang. Di rumah nanti aku tunaikan semuanya, sampai kamu puas dan kehabisan tenaga," goda Tesla mesra.Amy tersenyum semringah, Tesla memang lelaki perkasa yang tidak pernah gagal menuntunnya sampai ke puncak hasrat. Karena itu dia yakin, dan percaya kalau Tesla baik-baik saja. Belum hadirnya anak di antara mereka, semata hanya karena Tuhan punya rencana sendiri. Itulah yang Amy yakini sampai kini.Selesai membersihkan diri, Amy membalut tubuhnya dengan pakaian tidur yang seksi. Tesla datang menghampiri, sekali angkat saja badan Amy berpindah tempat. Kini dia terbaring pasrah di ranjang cinta, Tesla mulai membawanya berkelana menyusuri awan kenikmatan di antara desah napas yang berirama.Sesekali terdengar jerit Amy tertahan merasakan nikmat, yang tidak terbilang. Tetes keringat membasahi badan bercampur cairan, yang keluar dari tempat terlarang. Berulang kali dia merintih kala Tesla berhasil menembus rongga rahasianya. "Cukup ya, Sayang," desah lelaki perkasa itu, sambil mengecup mesra puncak kepala istrinya.Amy tersenyum puas dan mengangguk. Tesla mengecup mesra bibirnya sebelum berguling ke samping, rebah di samping tubuh sang istri. Detik berikutnya suara dengkur Tesla terdengar berirama, Amy bergegas menuju kamar mandi.Dia mengambil cairan kental berwarna putih susu yang mengalir di pangkal paha, dan memasukkannya ke dalam wadah pemberian dr. Dira. Besok cairan itu akan diserahkan untuk diperiksa di laboratorium.*****Beberapa hari Kemudian*Amy keluar dari ruang konsultasi dengan langkah gontai, dan wajah lesu. Pikirannya kalut, perasaannya gundah, dan dia terkejut ketika melihat di tempat parkir Tesla berdiri sambil tersenyum ke arahnya.Lelaki itu menghampiri dan merangkul mesra pinggang Amy."Bagaimana hasilnya?" tanya Tesla."Amy haus, Sayang," rengeknya tanpa menjawab pertanyaan sang suami."Ya sudah kamu tunggu di mobil, biar aku belikan minuman sebentar," jawab Tesla.Amy mengangguk dan melangkah menuju mobil, sedang Tesla berlari ke minimarket yang berada persis di sebelah praktek dokter."Ini," sodor Tesla lima menit kemudian."Makasih, Sayang," ucap Amy mesra, sambil membuka tutup botol dan meneguk hampir setengah isi botol tersebut.Perempuan itu berharap, dinginnya air mineral dapat melegakan perasaan. Namun nyatanya tidak, beban yang mengganjal di hati tetap saja bertahta menekan jiwa."Sayang, malam ini kita makan di rumah ibu aja ya," ajak Amy pada Tesla, sesat setelah lelaki itu masuk ke mobil dan duduk di belakang kemudi.Amy merasakan badannya lelah sekali sore ini, dan tiba-tiba dia rindu kepada ibunya. Tidak sabar ingin bertemu wanita itu dan memeluknya, lalu merebahkan kepala di pangkuannya.Berbeda dengan Tesla yang menjadi anak tunggal bagi orang tuanya, Amy adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Dia memiliki seorang Abang yang sudah menikah dan punya sepasang anak kembar. Adiknya juga telah menikah dan memiliki anak pula.Kedatangan Amy dan Tesla disambut riang anak-anak itu, mereka berlarian menghampiri. Masing-masing langsung bergelayut manja pada Tesla, setelah menyalami ayah dan Abang iparnya, Tesla langsung asyik bermain dengan anak-anak. Melihat itu hati Amy iba, sungguh dia mengerti Tesla sangat menginginkan hadirnya anak, sebagaimana juga yang dia rasakan.Amy mencari ibunya ke dapur, wanita yang berumur lima puluh tahun lebih itu tampak asyik meracik bahan untuk teman ayahnya ngopi sore."Eh, ada Kanjeng Ratu," goda Mien Hessel ketika melihat sang kakak muncul.Adiknya memang begitu, memanggil Amy dengan sebutan kanjeng ratu. Ulah dari kebiasaan Amy yang sedari kecil hingga menikah, tidak pernah mengerjakan tugas rumah.Begitu melihat ibunya, tangis Amy langsung pecah. Sang ibu cepat memeluk anak keduanya itu, membelai lembut punggung sang anak adalah hal yang selalu beliau lakukan bila anaknya menangis sedih.Setelah puas menangis, Amy mulai mengendurkan pelukannya."Ceritakan pada Ibu, apa yang terjadi?" bisik lembut ibunya.Alih-alih bercerita tangis Amy malah semakin menjadi, air matanya tidak mau berhenti seirama dengan sesak yang masih menghimpit dada."Adek keluar ya, kalau kakak gak mau adek tau," timpal Mien Hessel, dia mengira sang kakak mungkin habis bertengkar dengan Tesla.Amy cepat menarik tangan wanita muda itu, menahannya agar tidak pergi. Dengan suara pelan dan terisak-isak, dia mengatakan hal yang sangat mengganjal di hatinya kepada mereka berdua.Namun sepertinya mereka masih tidak mengerti maksud Amy, karena wanita muda itu bercerita sambil menangis.Mien Hassel memberikan segelas air putih, dan menyuruh Amy minum. Berharap tangis perempuan itu reda, lalu dapat bercerita lebih jelas tentang hal apa yang membuatnya sangat tertekan dan menderita."Kakak kenapa sih? berantem sama Mas Tesla?" selidik Mien Hasel.Amy menggeleng lemah, sambil menyusut air mata yang terus mengalir di pipi.Mien Hassel dan ibunya saling pandang sejenak, "Lalu, ada masalah apa?" tanya ibunya lagi."Amy ingin punya anak Bu, Amy ingin merasakan seperti apa rasanya hamil dan melahirkan,' ujar Amy menahan perasaan."Astagfirullah, Nak," ucap ibunya iba.Ibunya dan Mien Hessel sama-sama memeluk Amy, bertiga mereka menangis bersama. Amy menangis menahan kerinduan akan hadirnya seorang anak, sedang ibu dan adiknya menangis karena iba mendengar Amy merana. Kalau saja boneka yang dipinta oleh Amy, pasti saat ini juga ibu dan adiknya sudah pergi ke toko dan membelikan untuknya. Namun, kali ini dia menangis menginginkan boneka bernyawa, yang tak mungkin diperjual belikan di semua pasar dan swalayan di seluruh dunia. Malam itu Amy menginap di rumah ibunya, sementara Tesla pulang ke rumah. Sepanjang malam Amy tidak dapat memejamkan mata, kata-kata dokter Dira terus terngiang di telinga, sebuah kenyataan pahit yang sulit untuk diterima, apalagi untuk dikatakan kepada semua orang termasuk Tesla dan mertuanya.Dalam kegalauan hatinya itu, tiba-tiba saja ponsel Amy berdering. Semula dia p
"Tuhan … apa jadinya kalau Tesla tau hal yang sebenarnya?" gumam Amy dalam hati."Dokter Dira menyuruh kita makan-makanan bergizi dan vitamin, mudah-mudahan secepatnya aku hamil," jawab Amy, "Sayang, aku mandi ya," pamitnya tanpa menunggu tanggapan dari Tesla. Amy terpaksa berdusta dan buru-buru menghindar, sungguh dirinya tidak sanggup mengatakan hal yang sebenarnya. Biarlah dia saja yang merasakan perih ini, jangan Tesla. Andai Tesla tahu hal yang sebenarnya, Amy tidak sanggup bila harus melihat sinar kekecewaan dari sorot mata suaminya. Untuk sementara biarlah dia simpan saja cerita yang sesungguhnya, sementara itu dia akan terus berusaha dan berharap. Dia yakin suatu hari nanti Tuhan akan menjawab doa-doanya.Bukan tidak mungkin, sekarang Tuhan sedang mengujinya, agar semakin dekat dengan sang pencipta. Lebih taat lagi dalam menjalankan perintah-Nya, dan pelan-pelan meninggalkan segala larangan-Nya.***Pukul enam pagi.Amy melangkahkan kaki menuju warung Morina—wanita berdar
"Kenapa, kamu tersinggung?" tanya Dialin, sambil menatap tajam ke arah Amy yang masih belum dapat menguasai diri atas perkataan Dialin sebelumnya.Perlahan sinar mata Amy meredup, ditariknya napas panjang untuk meredakan gejolak amarah yang membara di dalam dada."Kata Tesla, kemarin kalian periksa ke dokter kandungan, lalu apa hasilnya?" tanya Dialin masih dengan tatapan penuh intimidasi."Ba ... baik, baik-baik aja kok Ma," jawab Amy tergagap.Dialin melirik menantunya itu, "Jadi kapan kamu akan hamil?" tanyanya. Amy kembali menelan ludah dibuatnya, sungguh pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Bagaimana dia mengetahui kapan dirinya akan hamil?"Eng ... gak tau Ma, mudah-mudahan secepatnya," jawab Amy."Ah bosan mendengar kata secepatnya-secepatnya, dari dulu selalu bilang begitu, nyatanya sampai kini belum hamil juga," keluhan Dialin kembali menusuk perasaan Amy."Astaghfirullah, mohon beri hamba kesabaran ya Allah ... beri hamba kekuatan, untuk tidak menangis dan meluapkan kemara
Panggilan Amy sontak membuat sepasang anak manusia itu terperanjat, Tesla langsung menggeser posisi duduknya sementara Arem langsung berdiri."A … Aku pul ...pulang ya," ucap wanita muda itu tergagap.Tanpa menunggu jawaban dari Amy ataupun Tesla, Arem langsung pergi saja. Kini Amy menatap Tesla dengan tatapan tajam dan penuh selidik, menyadari sang istri didera api cemburu Tesla langsung mendekat dan merangkul perempuan itu. Amy memberontak, dia dorong Tesla dengan kasar agar menjauh darinya. Hari sudah larut dan ada mama mertua yang menginap, karena itu Amy memilih untuk tidak meneruskan keributan. Dia berbalik dan melangkah cepat menuju kamar, meninggalkan Tesla yang tengah menutup pintu utama.Amy berbaring membelakangi tempat biasa Tesla merebahkan badan, sejenak kemudian dia mendengar lelaki itu masuk ke peraduan. Tesla menyentuh pundaknya, meremas pelan dan mendekatkan bibirnya ke telinga Amy."Kamu jangan salah paham, Sayang," ujar lelaki itu pelan.Mendengar itu air mata A
Pukul lima sore, mobil Tesla memasuki halaman rumah. Amy menghampiri sang suami, yang turun dari sisi kemudi. Tesla tersenyum dan langsung memeluk wanita itu sambil berbisik, "Bersiaplah, aku mau ajak kamu makan malam di luar."Amy menurut, sambil suaminya mandi Amy berhias diri di depan cermin meja riasnya. Pukul tujuh malam dia duduk dengan tenang, di sebelahnya Tesla mengemudikan mobil membelah jalanan ibu kota."Kita mau ke mana?" tanya Amy sambil menoleh kepada sang suami.Tesla tersenyum mesra, "Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," jawab Tesla, sambil mengarahkan mobil menuju arah Lodan Jakarta Timur. Tebakan Amy, Tesla akan membawanya ke restoran pinggir pantai lagi.Restoran Sagara menjadi pilihan Tesla. Tempat yang khusus menyajikan menu ala barat itu, terlihat tidak terlalu banyak pengunjung.Pelayan membawa mereka ke meja yang telah dipesan oleh Tesla, hamparan pemandangan lautan menyegarkan mata.Amy menatap semburat warna jingga dari mentari, yang hampir tenggelam. Terl
"Woi, bengong aja!" Amy terperanjat saat si tomboy menepuk pelan pipinya, telapak tangan Ade terasa dingin dan rupanya si tomboy baru saja selesai mandi. Wangi aroma sabun mandi, yang dipakainya menguar memenuhi ruangan kamar. Semakin pekat saat aroma deodoran dan lotion badan, yang kini dioleskan ke ketiak dan seluruh tubuh. Sepuluh menit kemudian, Ade selesai berpakaian. Amy memperhatikan penampilan si tomboy, gadis itu masih nyaman dengan jeans dan kemeja longgar. Meski rambutnya sekarang sudah agak lebih panjang, kesan maskulin tetap terlihat pada tampilannya."Yuk buruan, aku udah lapar nih!" rengek Ade.Tas punggung kecil disandang sebagai pelengkap penampilan, sekaligus juga tempat menyimpan dompet dan segala peralatan.Dengan mobil milik kantornya, Ade mengajak Amy ke salah satu restoran yang ada di daerah Kemayoran. Suasana jalan tidak terlalu ramai, karena sudah lewat jam makan siang."Aku masih penasaran,
Pagi hari seperti biasa, Amy sibuk menyiapkan sarapan untuk dirinya dan suami tersayang. Mencoba melupakan kejadian tadi malam, dan melupakan usul Dialin kepada Tesla. Mencoba percaya pada janji Tesla, yang tidak akan menggantikannya dengan siapapun juga. "Assalamualaikum …." Sapaan itu memaksa Amy untuk menoleh. Tidak diduga Arem sudah berdiri di ambang pintu pembatas antara ruang keluarga dengan dapur."Eh, ada apa pagi-pagi?" tanya Amy heran.Perasaan dongkol kembali menguasai, tetapi dicobanya bersikap biasa."Bang Tesla mana ya?" tanya Arem santai."'Bang Tesla' sejak kapan dia punya sapaan itu kepada suamiku?" Amy membatin sendiri. "Ada perlu apa ya?" selidiknya."Itu ruang makanku semalam kemasukan air hujan, mau minta tolong Abang betulkan. Mungkin ada yang bocor," papar Arem santai."Apa?! dia menyuruh suamiku membetulkan atap rumah yang bocor? Lima tahun menikah, belum sekalipun aku menyuruh Tesla m
"Kamu kalau di depan Amy jangan terlalu lincah kayak semalam dong," tegur Tesla."Loh kenapa, perasaan semalam aku gak ngapa-ngapain deh," protes Arem, keduanya berjalan beriringan meninggalkan ruang kelas."Itu semalam, kamu menuangkan air ke gelasku, apa kamu tidak lihat perubahan wajah Amy.""Kenapa sih Abang takut banget sama Mbak Amy, Tante Dialin bilang sama aku biasa aja gak usah takut sama Mbak Amy.""Bukannya takut, bagaimanapun dia itu istriku, aku berkewajiban menjaga perasaannya.""Jadi menurut Abang, perasaan aku tidak perlu dijaga?""Bukan begitu ... kok jadi ribet begini sih Rem?""Abang yang bikin semuanya jadi ribet!" Arem melangkah lebih cepat meninggalkan Tesla."Rem, Arem, tunggu dulu!" Tesla berseru, tetapi perempuan itu sudah menghilang di tikungan.Tesla memilih untuk tidak mengejar, karena di saat yang sama ponselnya berdering. Dari ringtone yang terdengar, sangat jelas panggilan itu berasal dari nomor Amy."Ya Sayang," sapa Tesla."Kamu di mana?" tanya Amy d