"Kenapa, kamu tersinggung?" tanya Dialin, sambil menatap tajam ke arah Amy yang masih belum dapat menguasai diri atas perkataan Dialin sebelumnya.
Perlahan sinar mata Amy meredup, ditariknya napas panjang untuk meredakan gejolak amarah yang membara di dalam dada."Kata Tesla, kemarin kalian periksa ke dokter kandungan, lalu apa hasilnya?" tanya Dialin masih dengan tatapan penuh intimidasi."Ba ... baik, baik-baik aja kok Ma," jawab Amy tergagap.Dialin melirik menantunya itu, "Jadi kapan kamu akan hamil?" tanyanya.Amy kembali menelan ludah dibuatnya, sungguh pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Bagaimana dia mengetahui kapan dirinya akan hamil?"Eng ... gak tau Ma, mudah-mudahan secepatnya," jawab Amy."Ah bosan mendengar kata secepatnya-secepatnya, dari dulu selalu bilang begitu, nyatanya sampai kini belum hamil juga," keluhan Dialin kembali menusuk perasaan Amy."Astaghfirullah, mohon beri hamba kesabaran ya Allah ... beri hamba kekuatan, untuk tidak menangis dan meluapkan kemarahan." Amy membatin dalam diam."Kamu tau Amy, si Yudi teman kuliahnya Tesla dulu?" tanya Dialin membuyarkan lamunan sang menantu."Iya tau, Ma," jawab Amy, seketika wajah Yudi melintas di pikirannya. Menurut berita yang beredar di kalangan teman-teman mereka, cowok kalem itu berkhianat dari istrinya."Yudi sekarang sudah punya anak, tapi bukan dari istri pertamanya, melainkan dari istri keduanya," jelas Dialin.Amy tersenyum kecut, "Yudi itu digerebek Ma, saat dia berselingkuh dan istri pertamanya minta cerai.""Ah itu hanya gosip murahan, kalaupun benar Yudi berselingkuh, dia tetap tidak bersalah. Wajar saja dia melakukan itu, toh dia mau memiliki keturunan," debat Dialin.Amy terdiam, kata-kata Dialin kembali menghujam laksana anak panah, yang dilepaskan dari busurnya. Melesat dan menancap tepat di hati Amy yang paling kecil."Apa maksud mama mengatakan Yudi wajar berselingkuh?Apa mama mau Tesla juga begitu, supaya mama segera mendapatkan cucu?Sungguh, apapun alasannya aku tidak akan biarkan suamiku menikah lagi, apa lagi berselingkuh.Aku tidak mau berbagi suami dengan siapapun, sampai kapanpun!"Amy memberontak di dalam hati."Ya sudah, Mama pulang dulu kalau begitu. Setelah Tesla pulang kita adakan makan malam bersama di sini, sudah lama kita tidak makan bareng," ucap Dialin.Amy mengangguk, "Biar Amy antar Mama," tawar Amy."Tidak usah, biar Arem saja." tolak Amy.Perempuan muda bernama Arem tersenyum kepada Amy, "Mari Mbak," pamitnya.Amy mengangguk halus.****"Aku lelah dan bosan dengan tingkah ibu mertua, yang selalu saja mengungkit-ungkit perkara anak," keluh Amy kepada Ade.Saat ini mereka berdua sedang berada di sebuah restoran cepat saji. Amy sengaja menghubungi Ade, untuk menceritakan kekesalannya terhadap Dialin."Kenapa kamu gak coba adopsi anak saja?" tawar Ade Irma Suryani.Ami menatap dalam ke manik mata si tomboy, selama ini baru Ade yang menawarkan opsi tersebut kepadanya."Atau kamu sibukkan diri kamu dengan bekerja, ketimbang kamu terus di rumah. Punya anak belum tentu, yang ada malah kamu gila karena menghadapi mertua kamu itu." Ujar Ade lagi.Amy tertawa mendengar kalimat terakhir Ade, "Kamu benar, De. Rasanya aku beneran mau gila setiap kali bertemu Mama." gumam Amy. "Ditambah lagi omongan tetangga, ah sungguh bikin pusing kepala. Mungkin aku akan bicarakan usul kamu tadi kepada Tesla."Ade mengangguk, sambil melirik jam di pergelangan tangannya."Amy maaf, aku harus masuk kerja," ujar Ade.Amy mengiyakan, "Oh ya, kapan kamu libur aku mau minta tolong masak di rumahku saat Tesla sudah kembali dari luar kota, bisa?" tanya Amy."Bisa saja, pekan ini aku libur hari kamis." jawab Ade."Oke, kebetulan sekali kalau begitu. Kamis besok di rumahku dapat giliran pengajian bapak-bapak komplek, kamu bantu aku ya," pinta Amy lagi.Ade mengangguk, sambil keduanya melangkah ke luar meninggalkan restoran."Oh ya, kamu mau langsung pulang?" tanya Ade."Enggak, aku mau ke bandara jemput suamiku." Jawab Amy sebelum mereka benar-benar berpisah.Dalam perjalanan pulang dari bandara menuju rumah, Amy mengutarakan usul Ade tadi kepada suaminya."Sayang, bagaimana kalau kita adopsi anak?""Kamu yakin?" Bukannya menjawab, Tesla malah balik bertanya."Temanku menyarankan begitu, katanya sih bisa untuk pancingan. Mana tau setelah adopsi anak, aku hamil.""Ya sudah, terserah kamu saja," jawab lelaki itu singkat, sambil merebahkan kepalanya ke sandaran kursi.Amy tersenyum sumringah, dan tetap fokus mengawasi jalanan.Tak lama kemudian mereka telah sampai di rumah, keduanya terkejut melihat Dialin sudah menunggu di teras rumah ditemani oleh Arem tetangga baru mereka."Assalamualaikum," sapa Amy."Waalaikumsalam," jawab keduanya hampir bersamaan.Amy membuka kunci pintu dan mempersilahkan mereka masuk. Setelah berganti pakaian dia sibuk menyiapkan makan malam, sedangkan Dialin dan Arem asik bercerita di ruang tamu..Setelah selesai memasak dan menata makanan, Amy pergi mandi dan berganti pakaian. Dialin dan Arem masih serius mengobrol, Tesla menghampiri mamanya."Tesla, ini Arem anaknya Tante Diana. kamu ingatkan?" Dialin memperkenalkan Arem kepada Tesla.Tesla tersenyum, "Gak sangka ya, ternyata orang tua kita saling kenal," gumam Tesla sambil menyambut uluran tangan wanita belia itu."Loh kalian sudah saling kenal?" tanya Dialin heran."Iya Ma, Arem ini mahasiswi di kampusku," jawab Tesla."Owalah, dunia memang tak selebar daun kelor. Mama dan Tante Diana dulunya teman akrab semasa SMP," jelas Dialin. "Sayang, ajak Mama makan yuk," panggil Amy dari ruang makan."Yuk Ma," ajak Tesla.Bertiga mereka melangkah ke ruang makan, di sana Amy telah menanti dengan beberapa menu yang sudah rapi tertata."Karena Mama, dan Mamanya Arem ini berteman baik. Maka Mama harap kamu dan Amy juga bisa berhubungan baik dengan Arem. Dia ini tinggal sendiri di sini, jadi kalian harus menjaganya," tambah Dialin.Amy yang tidak terlalu mengerti maksud omongan Dialin, memilih mendengarkan saja.Selesai makan, Amy langsung masuk ke kamarnya, untuk beristirahat. Sementara Tesla menemani mamanya dan Arem mengobrol di ruang tv.Pukul sebelas malam. Amy yang terlelap sejak selesai makan malam tadi, tiba-tiba terjaga dan dia tidak mendapati keberadaan sang suami di sebelahnya. Sayup-sayup telinganya mendengar suara sepasang lelaki dan wanita tengah mengobrol, sesekali si wanita tertawa renyah. Firasat Amy menjadi tak enak.Segera dia bangkit dan turun dari ranjang, melangkah ke arah pintu dan membukanya pelan-pelan."Tesla dan Arem," gumamnya pelan, teringat kedua orang itu. "Mengapa Arem belum pulang sampai selarut ini?" tanyanya lagi dalam hati.Tampak Dialin telah terlelap di sofa ruang keluarga, Arem dan Tesla tidak dtemukan di sana."Di mana mereka?" tanya Amy heran.Suara tawa tidak terdengar lagi, malam semakin sunyi. Hati Amy dipenuhi prasangka, mengapa suaminya masih meladeni wanita yang bukan mahramnya sampai larut malam.Amy terus melangkah pelan ke arah ruang tamu, tampak sepasang lelaki dan perempuan yang tidak lain adalah Tesla dan Arem.Keduanya duduk saling berdampingan, kepala Arem agak miring ke arah bahu Tesla. Dua gelas kopi hitam dan sepiring martabak terhidang di meja. Selain itu, ada pula laptop milik Tesla. Layar laptop tengah memutar adegan film luar negri."Tesla ...!" panggil Amy dengan suara bergetar menahan marah.Panggilan Amy sontak membuat sepasang anak manusia itu terperanjat, Tesla langsung menggeser posisi duduknya sementara Arem langsung berdiri."A … Aku pul ...pulang ya," ucap wanita muda itu tergagap.Tanpa menunggu jawaban dari Amy ataupun Tesla, Arem langsung pergi saja. Kini Amy menatap Tesla dengan tatapan tajam dan penuh selidik, menyadari sang istri didera api cemburu Tesla langsung mendekat dan merangkul perempuan itu. Amy memberontak, dia dorong Tesla dengan kasar agar menjauh darinya. Hari sudah larut dan ada mama mertua yang menginap, karena itu Amy memilih untuk tidak meneruskan keributan. Dia berbalik dan melangkah cepat menuju kamar, meninggalkan Tesla yang tengah menutup pintu utama.Amy berbaring membelakangi tempat biasa Tesla merebahkan badan, sejenak kemudian dia mendengar lelaki itu masuk ke peraduan. Tesla menyentuh pundaknya, meremas pelan dan mendekatkan bibirnya ke telinga Amy."Kamu jangan salah paham, Sayang," ujar lelaki itu pelan.Mendengar itu air mata A
Pukul lima sore, mobil Tesla memasuki halaman rumah. Amy menghampiri sang suami, yang turun dari sisi kemudi. Tesla tersenyum dan langsung memeluk wanita itu sambil berbisik, "Bersiaplah, aku mau ajak kamu makan malam di luar."Amy menurut, sambil suaminya mandi Amy berhias diri di depan cermin meja riasnya. Pukul tujuh malam dia duduk dengan tenang, di sebelahnya Tesla mengemudikan mobil membelah jalanan ibu kota."Kita mau ke mana?" tanya Amy sambil menoleh kepada sang suami.Tesla tersenyum mesra, "Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," jawab Tesla, sambil mengarahkan mobil menuju arah Lodan Jakarta Timur. Tebakan Amy, Tesla akan membawanya ke restoran pinggir pantai lagi.Restoran Sagara menjadi pilihan Tesla. Tempat yang khusus menyajikan menu ala barat itu, terlihat tidak terlalu banyak pengunjung.Pelayan membawa mereka ke meja yang telah dipesan oleh Tesla, hamparan pemandangan lautan menyegarkan mata.Amy menatap semburat warna jingga dari mentari, yang hampir tenggelam. Terl
"Woi, bengong aja!" Amy terperanjat saat si tomboy menepuk pelan pipinya, telapak tangan Ade terasa dingin dan rupanya si tomboy baru saja selesai mandi. Wangi aroma sabun mandi, yang dipakainya menguar memenuhi ruangan kamar. Semakin pekat saat aroma deodoran dan lotion badan, yang kini dioleskan ke ketiak dan seluruh tubuh. Sepuluh menit kemudian, Ade selesai berpakaian. Amy memperhatikan penampilan si tomboy, gadis itu masih nyaman dengan jeans dan kemeja longgar. Meski rambutnya sekarang sudah agak lebih panjang, kesan maskulin tetap terlihat pada tampilannya."Yuk buruan, aku udah lapar nih!" rengek Ade.Tas punggung kecil disandang sebagai pelengkap penampilan, sekaligus juga tempat menyimpan dompet dan segala peralatan.Dengan mobil milik kantornya, Ade mengajak Amy ke salah satu restoran yang ada di daerah Kemayoran. Suasana jalan tidak terlalu ramai, karena sudah lewat jam makan siang."Aku masih penasaran,
Pagi hari seperti biasa, Amy sibuk menyiapkan sarapan untuk dirinya dan suami tersayang. Mencoba melupakan kejadian tadi malam, dan melupakan usul Dialin kepada Tesla. Mencoba percaya pada janji Tesla, yang tidak akan menggantikannya dengan siapapun juga. "Assalamualaikum …." Sapaan itu memaksa Amy untuk menoleh. Tidak diduga Arem sudah berdiri di ambang pintu pembatas antara ruang keluarga dengan dapur."Eh, ada apa pagi-pagi?" tanya Amy heran.Perasaan dongkol kembali menguasai, tetapi dicobanya bersikap biasa."Bang Tesla mana ya?" tanya Arem santai."'Bang Tesla' sejak kapan dia punya sapaan itu kepada suamiku?" Amy membatin sendiri. "Ada perlu apa ya?" selidiknya."Itu ruang makanku semalam kemasukan air hujan, mau minta tolong Abang betulkan. Mungkin ada yang bocor," papar Arem santai."Apa?! dia menyuruh suamiku membetulkan atap rumah yang bocor? Lima tahun menikah, belum sekalipun aku menyuruh Tesla m
"Kamu kalau di depan Amy jangan terlalu lincah kayak semalam dong," tegur Tesla."Loh kenapa, perasaan semalam aku gak ngapa-ngapain deh," protes Arem, keduanya berjalan beriringan meninggalkan ruang kelas."Itu semalam, kamu menuangkan air ke gelasku, apa kamu tidak lihat perubahan wajah Amy.""Kenapa sih Abang takut banget sama Mbak Amy, Tante Dialin bilang sama aku biasa aja gak usah takut sama Mbak Amy.""Bukannya takut, bagaimanapun dia itu istriku, aku berkewajiban menjaga perasaannya.""Jadi menurut Abang, perasaan aku tidak perlu dijaga?""Bukan begitu ... kok jadi ribet begini sih Rem?""Abang yang bikin semuanya jadi ribet!" Arem melangkah lebih cepat meninggalkan Tesla."Rem, Arem, tunggu dulu!" Tesla berseru, tetapi perempuan itu sudah menghilang di tikungan.Tesla memilih untuk tidak mengejar, karena di saat yang sama ponselnya berdering. Dari ringtone yang terdengar, sangat jelas panggilan itu berasal dari nomor Amy."Ya Sayang," sapa Tesla."Kamu di mana?" tanya Amy d
Amy sesenggukan menahan tangis, sesuatu yang sejak pagi mengganjal di hati kini terungkap sudah. Apa yang terlihat seakan menjawab segala tanya.Tesla telah berbohong kepadanya, lelaki itu tidak ke Jogja melainkan sedang berdua-duaan dengan janda kembang tetangga rumah. Sungguh komposisi yang serasi, lelaki penulis roman bertemu wanita pelakon sandiwara. Dicomblangi ibunda tercinta untuk berpaling dari pernikahan yang telah terbina, sungguh naif si istri yang selalu berpikir suaminya lelaki setia.Amy menggeleng lemah mencoba menolak kenyataan, yang tadi terlihat di depan mata. Namun semakin dia menolak, semakin pula hatinya terluka. Seperti terkurung di rumpun duri, sekuat apa usaha untuk membebaskan diri, sebanyak itu pula luka yang menggores kulit."Tuhan ... mengapa aku seperti manusia bodoh? Begitu mudah tertipu dengan janji manis lelaki itu, berpikir dia setia ternyata Tesla seorang pembohong? Apa kekuranganku sehingga pantas diperlakukan seperti ini? Tidak bisakah dia
Amy membuka mata, dan mendapati dirinya berada di sebuah ruangan bernuansa coklat terang."Di mana aku?" tanyanya dalam hati, "siapa, yang membawaku ke tempat ini?"Dia bangkit dan kembali mengawasi sekitar, sambil mengingat kejadian terakhir yang dialaminya."Elu udah sadar?" tanya seseorang.Tubuh kurus langsing dengan tampilan acak-acakan itu dapat Amy kenali."Ade, kok kamu ada di sini? Di mana kita?" tanya Amy lemah.Si tomboy melangkah mendekat, dia mengambil piring dan gelas yang ada di atas nakas."Sebaiknya kamu makan dulu deh, biar gak pingsan lagi, sumpah badan kamu berat banget!" ujarnya.Ade menyendok makanan di piring dan menyuapkan ke mulut sahabatnya. Terdorong perasaan lapar, Amy makan dengan lahap dan cepat."Tesla mana? Tadi aku ngikutin dia, dan kamu 'kan aku tinggalin di rumah, kok bisa sekarang kita bersama?" cercanya sambil terus mengunyah.Ade meletakkan ujung telunjuk ke bibir, dan kembali menyuapi makanan ke mulut Amy.Selesai makan si tomboy menyuruh sahaba
"Sebaiknya kita pulang ke Jakarta malam itu juga, aku sudah tidak sanggup lagi meneruskan penguntitan itu." pinta Amy kepada Ade.Hujan air mata membuat batinnya semakin membeku, tidak ada yang tersisa kecuali rasa sakit. Bahkan sakitnya tidak lagi dapat digambarkan dengan kata-kata."Kamu yakin?" tanya Ade.Amy mengangguk, dari alun-alun kota Ade mengarahkan mobil kembali ke hotel, mereka berbenah dan mengganti mobil lalu pulang ke Jakarta."Janji ya, kamu gak akan macam-macam," ujar Ade selama mereka dalam perjalanan."Memangnya kamu pikir aku mau apa?" tanya Amy dingin."Hem ... Aku khawatir kamu bunuh diri," gumam Ade."Gila apa?!" sentak Amy.Ade menghela napas panjang, "Syukurlah kalau pikiranmu tidak sependek itu.""Aku sayang dengan Tesla, tetapi aku lebih sayang dengan diriku sendiri. Kalau Tesla pergi, aku masih bisa mencari ganti yang lebih lagi. Hanya saja aku perlu waktu untuk me