Pagi hari seperti biasa, Amy sibuk menyiapkan sarapan untuk dirinya dan suami tersayang. Mencoba melupakan kejadian tadi malam, dan melupakan usul Dialin kepada Tesla. Mencoba percaya pada janji Tesla, yang tidak akan menggantikannya dengan siapapun juga.
"Assalamualaikum …."Sapaan itu memaksa Amy untuk menoleh. Tidak diduga Arem sudah berdiri di ambang pintu pembatas antara ruang keluarga dengan dapur."Eh, ada apa pagi-pagi?" tanya Amy heran.Perasaan dongkol kembali menguasai, tetapi dicobanya bersikap biasa."Bang Tesla mana ya?" tanya Arem santai."'Bang Tesla' sejak kapan dia punya sapaan itu kepada suamiku?" Amy membatin sendiri. "Ada perlu apa ya?" selidiknya."Itu ruang makanku semalam kemasukan air hujan, mau minta tolong Abang betulkan. Mungkin ada yang bocor," papar Arem santai."Apa?! dia menyuruh suamiku membetulkan atap rumah yang bocor? Lima tahun menikah, belum sekalipun aku menyuruh Tesla m"Kamu kalau di depan Amy jangan terlalu lincah kayak semalam dong," tegur Tesla."Loh kenapa, perasaan semalam aku gak ngapa-ngapain deh," protes Arem, keduanya berjalan beriringan meninggalkan ruang kelas."Itu semalam, kamu menuangkan air ke gelasku, apa kamu tidak lihat perubahan wajah Amy.""Kenapa sih Abang takut banget sama Mbak Amy, Tante Dialin bilang sama aku biasa aja gak usah takut sama Mbak Amy.""Bukannya takut, bagaimanapun dia itu istriku, aku berkewajiban menjaga perasaannya.""Jadi menurut Abang, perasaan aku tidak perlu dijaga?""Bukan begitu ... kok jadi ribet begini sih Rem?""Abang yang bikin semuanya jadi ribet!" Arem melangkah lebih cepat meninggalkan Tesla."Rem, Arem, tunggu dulu!" Tesla berseru, tetapi perempuan itu sudah menghilang di tikungan.Tesla memilih untuk tidak mengejar, karena di saat yang sama ponselnya berdering. Dari ringtone yang terdengar, sangat jelas panggilan itu berasal dari nomor Amy."Ya Sayang," sapa Tesla."Kamu di mana?" tanya Amy d
Amy sesenggukan menahan tangis, sesuatu yang sejak pagi mengganjal di hati kini terungkap sudah. Apa yang terlihat seakan menjawab segala tanya.Tesla telah berbohong kepadanya, lelaki itu tidak ke Jogja melainkan sedang berdua-duaan dengan janda kembang tetangga rumah. Sungguh komposisi yang serasi, lelaki penulis roman bertemu wanita pelakon sandiwara. Dicomblangi ibunda tercinta untuk berpaling dari pernikahan yang telah terbina, sungguh naif si istri yang selalu berpikir suaminya lelaki setia.Amy menggeleng lemah mencoba menolak kenyataan, yang tadi terlihat di depan mata. Namun semakin dia menolak, semakin pula hatinya terluka. Seperti terkurung di rumpun duri, sekuat apa usaha untuk membebaskan diri, sebanyak itu pula luka yang menggores kulit."Tuhan ... mengapa aku seperti manusia bodoh? Begitu mudah tertipu dengan janji manis lelaki itu, berpikir dia setia ternyata Tesla seorang pembohong? Apa kekuranganku sehingga pantas diperlakukan seperti ini? Tidak bisakah dia
Amy membuka mata, dan mendapati dirinya berada di sebuah ruangan bernuansa coklat terang."Di mana aku?" tanyanya dalam hati, "siapa, yang membawaku ke tempat ini?"Dia bangkit dan kembali mengawasi sekitar, sambil mengingat kejadian terakhir yang dialaminya."Elu udah sadar?" tanya seseorang.Tubuh kurus langsing dengan tampilan acak-acakan itu dapat Amy kenali."Ade, kok kamu ada di sini? Di mana kita?" tanya Amy lemah.Si tomboy melangkah mendekat, dia mengambil piring dan gelas yang ada di atas nakas."Sebaiknya kamu makan dulu deh, biar gak pingsan lagi, sumpah badan kamu berat banget!" ujarnya.Ade menyendok makanan di piring dan menyuapkan ke mulut sahabatnya. Terdorong perasaan lapar, Amy makan dengan lahap dan cepat."Tesla mana? Tadi aku ngikutin dia, dan kamu 'kan aku tinggalin di rumah, kok bisa sekarang kita bersama?" cercanya sambil terus mengunyah.Ade meletakkan ujung telunjuk ke bibir, dan kembali menyuapi makanan ke mulut Amy.Selesai makan si tomboy menyuruh sahaba
"Sebaiknya kita pulang ke Jakarta malam itu juga, aku sudah tidak sanggup lagi meneruskan penguntitan itu." pinta Amy kepada Ade.Hujan air mata membuat batinnya semakin membeku, tidak ada yang tersisa kecuali rasa sakit. Bahkan sakitnya tidak lagi dapat digambarkan dengan kata-kata."Kamu yakin?" tanya Ade.Amy mengangguk, dari alun-alun kota Ade mengarahkan mobil kembali ke hotel, mereka berbenah dan mengganti mobil lalu pulang ke Jakarta."Janji ya, kamu gak akan macam-macam," ujar Ade selama mereka dalam perjalanan."Memangnya kamu pikir aku mau apa?" tanya Amy dingin."Hem ... Aku khawatir kamu bunuh diri," gumam Ade."Gila apa?!" sentak Amy.Ade menghela napas panjang, "Syukurlah kalau pikiranmu tidak sependek itu.""Aku sayang dengan Tesla, tetapi aku lebih sayang dengan diriku sendiri. Kalau Tesla pergi, aku masih bisa mencari ganti yang lebih lagi. Hanya saja aku perlu waktu untuk me
"Pagi, Sayang." Sapa Tesla.Amy menoleh sekilas terlihat suaminya sudah rapi dengan pakaian kerja, Tesla mengecup puncak kepala istrinya sebelum duduk di kursi yang biasa didudukinya."Sepertinya aku akan memulai bekerja kembali," ucap Amy membuka obrolan pagi ini.Tesla menatap sang istri, dengan sepasang alis nyaris menyatu."Katanya mau adopsi anak, kok malah berencana kerja? Terus nanti kalau ada anaknya siapa yang urus?" tanya Tesla."Kalau nanti ada, kita pikirkan nanti saja. Sekarang aku jenuh terus menerus di rumah, sementara kamu sibuk di luaran sana." Sindir Amy.Tesla menghela napas panjang, "Kamu masih marah, soal tidak aku aja ke Jogja? Maaf ya, Sayang bukan aku ....""Tidak apa, aku tau kamu bekerja, dan mungkin besok-besok aku juga bisa pergi sendiri dengan alasan pekerjaan juga." Amy menukas kata-kata suaminya.Tesla terdiam, dan akhirnya mereka sarapan dengan saling diam."Oh ya, soal kamu mau kerja, memangnya kamu sudah ditetima di perusahaan mana?" tany Tesla, setela
"Amy, dengarkan aku, ini semua salah paham," panggil Tesla.Menggelegak darah Amy dibuatnya, sudah jelas-jelas terpampang di dalam gambar itu, Tesla tanpa sehelai benang menutupi badan. Tengah mendekap tubuh seorang perempuan yang juga bugil, dan sekarang dengan entengnya lelaki itu berkata semua salah paham.Amy tidak mau lagi berdebat, karena menurutnya itu percuma. Wanita muda yang belum genap kepala tiga itu, memilih untuk membenamkan kepalanya ke bantal dan terlelap dalam tangis kecewa."Amy, buka pintunya Sayang. Kamu ikut aku ke rumah sakit gak? Papa masuk rumah sakit!" jeritan disertai gedoran keras pada pintu kamar, membangunkan Amy.Seperti bermimpi, Amy bangkit dan mencoba mencerna kata-kata yang diucapkan Tesla barusan."Amy, aku pergi ya."Mendengar itu Amy cepat turun dari ranjang dan berjalan mendekati pintu, sempat diliriknya jam yang tergantung di dinding. Jarum pendek jam menunjuk ke angka sepuluh."Tesla, tunggu!" panggil Amy, disambarnya jaket yang tergantung di pi
17.Selepas pemakaman Furqon, Tesla duduk sendiri di ruang kerja papanya. Lelaki itu berulang kali menghela napas panjang, ada sesal yang menyelinap di hati atas apa yang telah terjadi.Pertama berita penggerebekan Arem bersama seorang lelaki di sebuah kamar hotel, lalu sekarang papanya meninggal."Siapa yang melakukan ini?" gumam Tesla, dia memperhatikan selembar foto, yang menampilkan dirinya dan Arem. Tesla ingat betul, gambar itu diambil di kamar hotel yang ada di Jogja. "Apa aku laporkan saja manajemen hotel tersebut?" Tesla meraba dagunya sendiri, kebimbangan melanda diri. Satu sisi dia merasa dipecundangi oleh pihak hotel, yang mengambil gambar pribadinya. Namun di sisi yang lain, dia meragu untuk menyeret kasus ini ke muka hukum, mengingat Arem baru saja tertangkap dengan kasus yang sama. Tesla khawatir kemunculannya akan menjadikan berita tentang Arem kembali memanas, dan dia ikut terbawa-bawa."Tapi siapa yang iseng meletakkan kamera di kamar hotel itu? Dan siapa pula yan
"Mengapa, Ma? Memang benar kan Arem itu seorang pelacur? semua orang tahu itu," balas Amy, sambil berbalik menatap Dialin. "Aku penasaran, apa sih alasan Mama menyuruh Tesla menikah lagi?" tanyanya"Aku inginkan cucu, dan kau ... kau tidak bisa memberi itu, kau perempuan mandul!"Kata-kata Dialin bagaikan suara petir, yang menghujam gendang telinga Amy. Air matanya luruh membasahi pipi, tidak menyangka Dialin sanggup mengatakan hal itu kepadanya.Amy menggeleng berulang kali sebagai usaha mengendalikan diri, agar lidahnya tidak lancang mengungkap fakta yang sebenarnya."Maka itu sadarlah Amy, kau tidak punya pilihan lain. Terima Arem sebagai madu atau minta cerai sekarang juga dari Tesla!" Dialin pergi begitu saja setelah menyemburkan kata-kata berbisa, meninggalkan Amy yang terpuruk dengan luka batin nan menganga.Luka Amy semakin dalam, kala Tesla lebih memilih mengejar Dialin daripada menenangkan Amy yang tergugu oleh kata-kata k
Sabtu sore sepulang dari AmyDecafe, Amy segera bersiap pergi ke rumah ibunya, Tesla juga bersiap mengikuti sang istri berkumpul di rumah mertua. Malam ini keluarga Amy, akan memberikan kejutan untuk Ade, mereka akan merayakan ulang tahun si tomboy yang ke tiga puluh.Para karyawan AmyDecafe juga diberitahu, mereka yang menyiapkan kue untuk si tomboy. Ibunda Amy dan Mien Hassel sudah sibuk sejak siang menyiapkan menu untuk dimakan bersama, semua itu mereka lakukan tanpa sepengetahuan si tomboy.Ade sendiri diberitahu untuk datang ke rumah orang tua Amy, karena malam ini adalah perayaan ulang tahun pernikahan ayah dan ibu.Ade sengaja mengajak Yuda untuk datang bersama ke acara tersebut, ada sebuah rencana yang tersusun di benak si tomboy.Pukul delapan malam, rumah orang tua Amy telah ramai oleh keluarga dan anak-anak cafe. Selain mereka juga ada keluarga inti dan kerabat terdekat orang tua Amy, seperti para besan. Kebetulan ulang tahun Ade bertepatan juga dengan tanggal dan bulan per
Lelah menghadapi segala permasalahan di kafe hari ini, membuat Amy berkhayal sampai di rumah nanti dia akan langsung mandi dan tidur. Namun khayalannya punah kala sampai di rumah didapatinya Tesla telah kembali dari luar kota, lebih menyebalkan lagi bagi Amy ketika pria itu memintanya untuk memasak."Kenapa gak telpon sih tadi, kan bisa aku bawakan makanan dari kafe," protes Amy."Ya sudah kalau kamu gak mau masakin aku, gak apa-apa." Jawab Tesla sedikit ketus.Amy menghela napas, mau tidak mau dia harus berurusan dulu dengan wajan dan kompor, demi untuk memuaskan "kampung tengah" suaminya.Sebelum adzan maghrib berkumandang, Amy telah selesai dengan urusan dapurnya. Kini hanya menunggu nasi yang di rice cooker matang sempurna. Sembari menunggu nasinya matang, Amy masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan lagi badannya, dengan cara menyiramkan air dingin ke seluruh tubuh, memijatnya dengan kelembutan busa sabun, lalu menyiramkan air ke wudhu. Perempuan itu menunaikan tiga rakaatnya, set
Setelah Ade menutup panggilan telepon untuk kedua kalinya, Amy hanya bisa tercengang sendiri sambil berpikir apa yang sebenarnya telah terjadi di cafe. Karyawan manakah yang dimaksud oleh si tomboy. Semalaman Amy jadi sulit tidur memikirkan hal itu, saat pagi menyapa wanita itu bergegas mendatangi AmyDecafe.Dia sangat penasaran, apa yang telah terjadi tadi malam di kafe? Mengapa Ade sampai murka, dan kepada siapa si tomboy itu melampiaskan kemarahannya? Beragam pertanyaan itu memenuhi pikiran Amy, selama dirinya berada dalam perjalanan menuju AmuDecafe."Dita tolong kamu datang lebih cepat ya, ada yang mau kakak lihat di rekaman Cctv." Tulis Amy pada pesan singkat yang dikirimkan kepada Dita.Tak lama Amy sampai Dita pun tiba, gadis itu segera membuka rekaman Cctv seperti yang diminta atasannya"Buka bagian kitchen antara pukul 9.00 sampai 10.00 malam" Perintah Amy, Dita menurut berdua mereka melihat kejadian yang terekam cctv semalam. Dari pukul 21.00 WIB sampai 21. 30 WIB, takada
*Seminggu Kemudian*Semenjak pertemuan di warung Soto Betawi hari itu, Tesla menjadi lebih sering mengirimi Ade pesan singkat. Awalnya lelaki itu meminta maaf berulang-ulang soal tuduhannya kepada si tomboy, setelah itu Tesla lebih banyak menceritakan keluhannya tentang keinginan mamanya untuk segera menimang cucu."Sejujurnya, De. Aku sama sekali tidak berniat menikah lagi, aku ingin sehidup semati dengan Amy, ada atau tanpa anak di antara kami. Tapi mamaku, De. Aku kasihan dengan mamaku." Begitulah Tesla kerap mengeluh, dan entah bagaimana alam bawah sadar Ade bisa memaklumi kegalauan hati lelaki itu. "Kenapa kalian tidak mencoba program bayi tabung saja?" tanya Ade suatu hari menanggapi keluhan Tesla yang dikirim lewat pesan singkat."Percuma saja, De. Dokter sudah memvonis Amy mandul," balas Tesla.Ade pun terdiam dibuatnya, selama ini dia tidak pernah menanyakan perihal kesuburan Amy, selain merasa itu bukan wewenangnya, dia juga tidak mau menyinggung perasaan sahabatnya itu.Se
Pagi hari selepas sarapan, Ade dan Amy pergi meninggalkan rumah. Ade mengantarkan Amy ke cafe, setelah itu dia pergi tapi bukan ke hotel karena hari ini jadwalnya dia libur. Si tomboy mendatangi kantor provider telepon seluler, untuk menonaktifkan nomor ponselnya yang dicuri oleh Wulan. "Mbak saya mau minta tolong nonaktifkan nomor ini," Ade menyodorkan selembar kertas, yang bertuliskan beberapa digit angka kepada petugas di ruang pelayanan pelanggan."Maaf Kak, ada KTP dan SIM-card dari nomor yang akan dinonaktifkan?" Tanya petugas cantik tersebut.Ade menyodorkan kartu identitas miliknya, "Sim-card nomornya hilang, Mbak, maka itu saya minta segera dinonaktifkan agar tidak disalah gunakan," Jelasnya."Baiklah, tunggu sebentar ya, Kak." Pinta si petugas, lalu ia pun sibuk dengan layar komputernya."Nomor sudah kami nonaktifkan, Kak. Kami pastikan nomor ini tidak akan digunakan sampai dengan 24 bulan kedepan, selanjutnya kemungkinan nomor ini akan kembali dijual sesuai aturan perusah
Setelah mengakhiri panggilannya, Ade buru-buru meletakkan kembali ponsel Wulan pada tempatnya. Tampak gadis bertubuh tinggi semampai itu melangkah ringan menghampirinya."Kak, Teriyaki sauce chicken satu porsi." Wulan berkata sambil menyerahkan nota pemesanan kepada Ade "Oke," Jawab Ade santai, si tomboy segera berdiri dan melangkah ke arah dapur menuju meja kerjanya.Wulan mengikuti di belakang, saat Ade sibuk meracik bumbu di atas perapian, Wulan terus memandangi si tomboy dengan tatapan mesra. Ade tidak memperdulikan dia tetap fokus dengan pekerjaannya, selain itu benaknya juga dibebani sebuah pertanyaan, mengapa nomor teleponnya bisa berpindah ke ponsel Wulan?"Woi biasa aja ngeliatnya!" Sorak Dona—asisten Ade, sambil mengibaskan tangannya yang basah ke muka Wulan. Dona baru saja mencuci tangannya, setelah selesai menyiapkan semua bahan yang dibutuhkan Ade."Apaan sih rese Lo!" Wulan menggerutu, sambil menyeka wajahnya yang terkena percikan air dari tangan Dona.Ade mengabaikan k
Yuda meneliti daftar menu yang tertulis, tidak ada makanan berat hanya cemilan dan minuman saja. "Air kelapa dua, satunya tidak usah pakai es dan beri perisa leci, yang satunya pakai es dan susu." Ujar Yuda menyebutkan pesanannya.Ade tersipuendemgar Yuda masih hapal dengan minuman kesukaannya, air kelapa muda tanpa es dan diberi perisa leci."Abang pikir kamu sudah lupa sama Abang, pas kemarin kita ketemu, ucap Yuda sambil tersenyum menatap Ade.Si tomboy menggeleng, "Kemarin aku cuma kaget saja, tidak menyangka akan bertemu Abang," jawabnya."Bumi ini memang kecil ya, De?" Gumam Yuda."Nggak blBang, bagiku bumi ini begitu besar hingga untuk bertemu Abang kembali aku harus menunggu belasan tahun," bantah Ade."Hahahaha bisa saja kamu, De," Yuda tergelak, ada perasaan tak enak di hatinya, "Aku egois ya?" tanya.Ade kembali menggeleng, "Tidak, Abang mungkin mempertahankan harga diri Abang sebagai lelaki dewasa, di hadapan gadis kecil yang tidak tau menghargai perasaan orang." Yuda m
"Haaaa!" Ade menghela napas panjang, bayangan kenangan silam kembali menggores perasaan. Dia teringat beberapa hari setelah malam itu, Een kembali menemuinya di halte sekolah saat jam pulang sekolah."Mbak sudah bicara dengan Yuda, sepertinya dia benar-benar kecewa dengan kamu. Dia berkata, kamu sekarang sudah besar dan tidak butuh dia lagi, karena itu lebih baik kalau dia menghindar. Lagi pula usia kalian terpaut jauh sekali, kamu bisa mencari cowok lain yang seumuran dengan kamu."Mendengar itu Ade tergugu menangis, dia tidak berpikir tentang cowok lain yang dia mau hanya Yuda seorang."Tolong bilang sama Abang, Mbak. Kapan pun waktunya, beri aku kesempatan untuk bertemu. Aku tidak akan memaksa Abang untuk bersamaku, kalau Abang tidak mau. Aku hanya ingin meminta maaf secara langsung kepadanya, itu saja." ujar Ade.Een mengangguk dan berjanji akan menyampaikan hal itu kepada Yuda. Semenjak hari itu, harapan Ade benar-benar hancur. Gadis cantik berambut panjang itu akhirnya memilih m
Setelah berdebat dengan Amy perkara dia ingin menikah lagi, Tesla menenangkan diri dengan pergi ke kampus tempatnya mengajar. Di sana dia bertemu Handoko—rekan sejawat, yang juga dianggapnya sebagai guru spiritual.Handoko pria muda berusia empat puluh tahunan, paham tentang agama dan praktisi poligami. Dia memiliki dua istri, dari keduanya Handoko mendapatkan empat orang anak. Istri keduanya seorang janda dengan satu anak, anak inilah yang kemarin menikah dan Tesla hadir di sana. Istri kedua Handoko adalah kerabat dekat orang tua Yuni, dari Handoko jugalah, Tesla mengenal Yuni."Aku bertengkar dengan Amy," Tesla mengadukan perdebatannya tadi kepada Handoko."Soal apa?" tanya Handoko tanpa maksud menyelidik."Soal menikah lagi, susah sekali ternyata untuk mendapatkan izin," keluhnya.Handoko tertawa, "Kamu tau hal apa yang ditakuti wanita ketika kita memutuskan untuk poligami?" Tesla menggeleng, "Yang pasti mereka tidak mau berbagi," jawabnya.Handoko ikut menggeleng, "Kamu salah, wa