Panggilan Amy sontak membuat sepasang anak manusia itu terperanjat, Tesla langsung menggeser posisi duduknya sementara Arem langsung berdiri.
"A … Aku pul ...pulang ya," ucap wanita muda itu tergagap.Tanpa menunggu jawaban dari Amy ataupun Tesla, Arem langsung pergi saja. Kini Amy menatap Tesla dengan tatapan tajam dan penuh selidik, menyadari sang istri didera api cemburu Tesla langsung mendekat dan merangkul perempuan itu.Amy memberontak, dia dorong Tesla dengan kasar agar menjauh darinya. Hari sudah larut dan ada mama mertua yang menginap, karena itu Amy memilih untuk tidak meneruskan keributan. Dia berbalik dan melangkah cepat menuju kamar, meninggalkan Tesla yang tengah menutup pintu utama.Amy berbaring membelakangi tempat biasa Tesla merebahkan badan, sejenak kemudian dia mendengar lelaki itu masuk ke peraduan. Tesla menyentuh pundaknya, meremas pelan dan mendekatkan bibirnya ke telinga Amy."Kamu jangan salah paham, Sayang," ujar lelaki itu pelan.Mendengar itu air mata Amy meleleh dengan sendirinya, begitu mudah Tesla meminta agar dirinya tidak salah paham. Tanpa menyadari sama sekali kalau perbuatannya tidak hanya menimbulkan kesalahpahaman tetapi juga membuat Amy merasa tidak dihargai.Bibir Tesla masih di dekat telinga Amy, jarinya masih di pundak wanita itu. Amy berkelit sebagai tanda agar Tesla menjauh. Dia merasa muak dengan lelaki itu, dan tidak bisa memaklumi perbuatan Tesla malam ini. Kemarahan, benci, dan sakit hati, membaur jadi satu. Seperti gelombang tsunami, yang menghantam dinding hati, menghanyutkan kepercayaan, dan meruntuhkan bangunan cinta yang terbentuk sejak lama.Kalau saja tidak ada Dialin di rumah ini, sudah habis Tesla dimaki-maki olehnya karena berani berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahram. Tidak ada permintaan maaf apalagi penjelasan, hanya ada kata 'Kamu jangan salah paham'.Menyadari kemarahan sang istri, Tesla memilih untuk menyingkir sementara, dia merebahkan badan di belakang Amy dengan posisi menelentang menatap langit-langit kamar. Perlahan terdengar napas Tesla yang semula teratur berubah menjadi dengkur."Dasar brengsek! semudah itu dia tertidur." Amy mengumpat kesal di dalam hati, ingin sekali rasanya dia berteriak kencang memuntahkan segala amarah yang menyumbat relung dada. Namun apa daya, yang bisa dia lakukan hanyalah menangis dalam diam.Amy mengusap air matanya sendiri, menarik napas panjang berharap beban yang mengganjal di dalam dada segera sirna.Sampai dengan kokok ayam jantan berbunyi, Amy masih belum mampu memicingkan mata. Perlahan dia beringsut dari ranjang, menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Pergi ke dapur menyiapkan sarapan seperti biasa.Selama acara sarapan, Dialin terus berkisah tentang ibunda Arem, yang menjadi sahabatnya semasa sekolah."Arem itu gadis yang manis, penurut, dan mandiri, persis Diana ibunya. Cantik dan menjadi idaman para lelaki, Diana itu dulunya menjadi kembang desa. Malangnya umur tidak panjang, sejak Diana meninggal Arem dipaksa untuk hidup mandiri, ayahnya menikah lagi dan sibuk mengurus ibu tirinya." Celoteh Dialin."Terus apa Mama tau, kenapa Arem bercerai muda?"Amy terkejut mendengar pertanyaan Tesla, "Jadi Arem itu janda?" tanyanya spontan."Iya, janda kembang," jawab Dialin sambil melirik ke arah Amy."Terus buat apa Mama kenalkan dia kepada Tesla?" tanya Amy ketus.Kini giliran Dialin yang terkejut dengan pertanyaan menantunya itu."Ya gak apa dong 'kan dia anak sahabat Mama, apa salahnya kalau Tesla dan Arem juga bersahabat seperti kami?""Jelas salah dan tidak bisa disamakan, pertama Tesla dan Arem itu beda jenis kelamin, bukan seperti Mama dan Tante Diana yang sama-sama wanita. Kedua Tesla sudah menikah dan Arem janda, akan menimbulkan fitnah kalau mereka tiba-tiba menjadi akrab," ucap Amy sambil berdiri dan meninggalkan meja makan.Tesla mengejar istrinya, sampai ke kamar."Sayang kamu jangan ketus begitu dong sama mama," tegurnya dengan nada pelan."Terus aku harus bagaimana? Apa aku harus menerima Arem dengan tangan terbuka, bersahabat dengannya juga, menganggap dia sebagai adik, sementara aku tau apa maksud mama kamu memperkenalkan Arem ke kamu!" teriak Amy, pagi ini dia tidak lagi bisa mengendalikan emosinya."Sayang, dengar dulu. Kamu hanya salah paham, dan berburuk sangka. Percayalah antara aku dan Arem tidak ada hubungan apapun.""Sekarang tidak, tapi siapa yang tau nanti.""Tuh kan, kamu berpikirnya terlalu jauh, nanti itu belum tentu terjadi sayang." ujar Tesla.Amy terdiam."Ya sudah, kamu tenangin pikiran. Aku berangkat ya, mau antar Mama pulang sekalian," pamit Tesla sambil mengecup kening istrinya.*****Sepeninggal Tesla, Amy langsung menghubungi Ade."Kamu di mana?" tanyanya lewat panggilan telepon."Di kos," jawab Ade, dengan suara serak khas orang bangun tidur."Temani aku, aku suntuk." rengek Amy."Hem, oke sampai pukul satu siang ya, setelah itu aku harus kerja."Sambil menunggu Ade menjemputnya, Amy kembali terbayang kedekatan Arem dan Tesla semalam. Hatinya terasa diremas-remas dengan asam dan garam, dia merasa kecewa dengan Dialin dan juga Tesla. Seolah mereka berdua tengah berusaha mengatur sebuah rencana, untuk menjadikan Arem sebagai pengganti dirinya."Mungkin kamu sedang cemburu buta aja," tanggap Ade begitu mendengar cerita Amy."Mengapa sesakit ini rasanya?""Yah begitulah, kalau sedang cemburu semuanya terasa menyakitkan, menyebalkan dan membuat kalut.""Tesla adalah lelaki pertama yang menjadi kekasihku, itupun setelah kami resmi menikah. Aku tidak tahu seperti apa rasanya cemburu, karena baru kali ini aku melihat Tesla sedekat itu dengan perempuan lain." Curhat Amy."Suami kamu itu manusia biasa, makhluk sosial, dia dosen yang hari-harinya pasti bertemu banyak orang. Seharusnya kamu sadari itu, dekat bukan berarti punya hubungan spesial, 'kan?""Aku mencintai Tesla dengan segenap rasa, tidak ingin berbagi dengan perempuan lain. Aku tidak akan ikhlas apabila ada satu kursi lain di sisi Tesla, tidak! aku tidak terima itu. Siapapun, dan apapun alasannya aku tidak akan terima!" ujar Amy.Ade menghela napas panjang, "Kamu akan semakin mudah terluka, apabila bertahan dengan pemikiran yang seperti itu. Cintai saja sekedarnya, dan anggap Tesla itu hanya titipan dari Tuhan, jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu, kamu tidak akan terluka terlalu dalam." nasehat Ade.Amy menatap si tomboy, dengan tatapan kosong."Kamu bisa berkata begitu, karena kamu belum mengalaminya." Amy bergumam lirih.Ade mengangkat kedua bahunya, "Iya mungkin, kalau aku mengalaminya mungkin juga sudah aku cincang mereka berdua." selorohnya sambil tertawa, dan Amy pun ikut tersenyum mendengarnya."Aku akan pertaruhkan jiwa dan raga untuk mempertahankan posisiku sebagai istri Tesla. Jika Arem berkhayal ingin menjadi istri Tesla, maka dia harus melangkahi mayatku terlebih dulu.""Dih serem," komentar Ade. "Bukannya poligami adalah salah satu pintu memasuki surga?""Ada seribu pintu masuk menuju surga, kalau aku tutup satu, masih tersisa sembilan ratus, sembilan puluh sembilan pintu lainnya." jawab Amy ketus.Ade tergelak, melihat kekerasan sifat Amy.Pukul lima sore, mobil Tesla memasuki halaman rumah. Amy menghampiri sang suami, yang turun dari sisi kemudi. Tesla tersenyum dan langsung memeluk wanita itu sambil berbisik, "Bersiaplah, aku mau ajak kamu makan malam di luar."Amy menurut, sambil suaminya mandi Amy berhias diri di depan cermin meja riasnya. Pukul tujuh malam dia duduk dengan tenang, di sebelahnya Tesla mengemudikan mobil membelah jalanan ibu kota."Kita mau ke mana?" tanya Amy sambil menoleh kepada sang suami.Tesla tersenyum mesra, "Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," jawab Tesla, sambil mengarahkan mobil menuju arah Lodan Jakarta Timur. Tebakan Amy, Tesla akan membawanya ke restoran pinggir pantai lagi.Restoran Sagara menjadi pilihan Tesla. Tempat yang khusus menyajikan menu ala barat itu, terlihat tidak terlalu banyak pengunjung.Pelayan membawa mereka ke meja yang telah dipesan oleh Tesla, hamparan pemandangan lautan menyegarkan mata.Amy menatap semburat warna jingga dari mentari, yang hampir tenggelam. Terl
"Woi, bengong aja!" Amy terperanjat saat si tomboy menepuk pelan pipinya, telapak tangan Ade terasa dingin dan rupanya si tomboy baru saja selesai mandi. Wangi aroma sabun mandi, yang dipakainya menguar memenuhi ruangan kamar. Semakin pekat saat aroma deodoran dan lotion badan, yang kini dioleskan ke ketiak dan seluruh tubuh. Sepuluh menit kemudian, Ade selesai berpakaian. Amy memperhatikan penampilan si tomboy, gadis itu masih nyaman dengan jeans dan kemeja longgar. Meski rambutnya sekarang sudah agak lebih panjang, kesan maskulin tetap terlihat pada tampilannya."Yuk buruan, aku udah lapar nih!" rengek Ade.Tas punggung kecil disandang sebagai pelengkap penampilan, sekaligus juga tempat menyimpan dompet dan segala peralatan.Dengan mobil milik kantornya, Ade mengajak Amy ke salah satu restoran yang ada di daerah Kemayoran. Suasana jalan tidak terlalu ramai, karena sudah lewat jam makan siang."Aku masih penasaran,
Pagi hari seperti biasa, Amy sibuk menyiapkan sarapan untuk dirinya dan suami tersayang. Mencoba melupakan kejadian tadi malam, dan melupakan usul Dialin kepada Tesla. Mencoba percaya pada janji Tesla, yang tidak akan menggantikannya dengan siapapun juga. "Assalamualaikum …." Sapaan itu memaksa Amy untuk menoleh. Tidak diduga Arem sudah berdiri di ambang pintu pembatas antara ruang keluarga dengan dapur."Eh, ada apa pagi-pagi?" tanya Amy heran.Perasaan dongkol kembali menguasai, tetapi dicobanya bersikap biasa."Bang Tesla mana ya?" tanya Arem santai."'Bang Tesla' sejak kapan dia punya sapaan itu kepada suamiku?" Amy membatin sendiri. "Ada perlu apa ya?" selidiknya."Itu ruang makanku semalam kemasukan air hujan, mau minta tolong Abang betulkan. Mungkin ada yang bocor," papar Arem santai."Apa?! dia menyuruh suamiku membetulkan atap rumah yang bocor? Lima tahun menikah, belum sekalipun aku menyuruh Tesla m
"Kamu kalau di depan Amy jangan terlalu lincah kayak semalam dong," tegur Tesla."Loh kenapa, perasaan semalam aku gak ngapa-ngapain deh," protes Arem, keduanya berjalan beriringan meninggalkan ruang kelas."Itu semalam, kamu menuangkan air ke gelasku, apa kamu tidak lihat perubahan wajah Amy.""Kenapa sih Abang takut banget sama Mbak Amy, Tante Dialin bilang sama aku biasa aja gak usah takut sama Mbak Amy.""Bukannya takut, bagaimanapun dia itu istriku, aku berkewajiban menjaga perasaannya.""Jadi menurut Abang, perasaan aku tidak perlu dijaga?""Bukan begitu ... kok jadi ribet begini sih Rem?""Abang yang bikin semuanya jadi ribet!" Arem melangkah lebih cepat meninggalkan Tesla."Rem, Arem, tunggu dulu!" Tesla berseru, tetapi perempuan itu sudah menghilang di tikungan.Tesla memilih untuk tidak mengejar, karena di saat yang sama ponselnya berdering. Dari ringtone yang terdengar, sangat jelas panggilan itu berasal dari nomor Amy."Ya Sayang," sapa Tesla."Kamu di mana?" tanya Amy d
Amy sesenggukan menahan tangis, sesuatu yang sejak pagi mengganjal di hati kini terungkap sudah. Apa yang terlihat seakan menjawab segala tanya.Tesla telah berbohong kepadanya, lelaki itu tidak ke Jogja melainkan sedang berdua-duaan dengan janda kembang tetangga rumah. Sungguh komposisi yang serasi, lelaki penulis roman bertemu wanita pelakon sandiwara. Dicomblangi ibunda tercinta untuk berpaling dari pernikahan yang telah terbina, sungguh naif si istri yang selalu berpikir suaminya lelaki setia.Amy menggeleng lemah mencoba menolak kenyataan, yang tadi terlihat di depan mata. Namun semakin dia menolak, semakin pula hatinya terluka. Seperti terkurung di rumpun duri, sekuat apa usaha untuk membebaskan diri, sebanyak itu pula luka yang menggores kulit."Tuhan ... mengapa aku seperti manusia bodoh? Begitu mudah tertipu dengan janji manis lelaki itu, berpikir dia setia ternyata Tesla seorang pembohong? Apa kekuranganku sehingga pantas diperlakukan seperti ini? Tidak bisakah dia
Amy membuka mata, dan mendapati dirinya berada di sebuah ruangan bernuansa coklat terang."Di mana aku?" tanyanya dalam hati, "siapa, yang membawaku ke tempat ini?"Dia bangkit dan kembali mengawasi sekitar, sambil mengingat kejadian terakhir yang dialaminya."Elu udah sadar?" tanya seseorang.Tubuh kurus langsing dengan tampilan acak-acakan itu dapat Amy kenali."Ade, kok kamu ada di sini? Di mana kita?" tanya Amy lemah.Si tomboy melangkah mendekat, dia mengambil piring dan gelas yang ada di atas nakas."Sebaiknya kamu makan dulu deh, biar gak pingsan lagi, sumpah badan kamu berat banget!" ujarnya.Ade menyendok makanan di piring dan menyuapkan ke mulut sahabatnya. Terdorong perasaan lapar, Amy makan dengan lahap dan cepat."Tesla mana? Tadi aku ngikutin dia, dan kamu 'kan aku tinggalin di rumah, kok bisa sekarang kita bersama?" cercanya sambil terus mengunyah.Ade meletakkan ujung telunjuk ke bibir, dan kembali menyuapi makanan ke mulut Amy.Selesai makan si tomboy menyuruh sahaba
"Sebaiknya kita pulang ke Jakarta malam itu juga, aku sudah tidak sanggup lagi meneruskan penguntitan itu." pinta Amy kepada Ade.Hujan air mata membuat batinnya semakin membeku, tidak ada yang tersisa kecuali rasa sakit. Bahkan sakitnya tidak lagi dapat digambarkan dengan kata-kata."Kamu yakin?" tanya Ade.Amy mengangguk, dari alun-alun kota Ade mengarahkan mobil kembali ke hotel, mereka berbenah dan mengganti mobil lalu pulang ke Jakarta."Janji ya, kamu gak akan macam-macam," ujar Ade selama mereka dalam perjalanan."Memangnya kamu pikir aku mau apa?" tanya Amy dingin."Hem ... Aku khawatir kamu bunuh diri," gumam Ade."Gila apa?!" sentak Amy.Ade menghela napas panjang, "Syukurlah kalau pikiranmu tidak sependek itu.""Aku sayang dengan Tesla, tetapi aku lebih sayang dengan diriku sendiri. Kalau Tesla pergi, aku masih bisa mencari ganti yang lebih lagi. Hanya saja aku perlu waktu untuk me
"Pagi, Sayang." Sapa Tesla.Amy menoleh sekilas terlihat suaminya sudah rapi dengan pakaian kerja, Tesla mengecup puncak kepala istrinya sebelum duduk di kursi yang biasa didudukinya."Sepertinya aku akan memulai bekerja kembali," ucap Amy membuka obrolan pagi ini.Tesla menatap sang istri, dengan sepasang alis nyaris menyatu."Katanya mau adopsi anak, kok malah berencana kerja? Terus nanti kalau ada anaknya siapa yang urus?" tanya Tesla."Kalau nanti ada, kita pikirkan nanti saja. Sekarang aku jenuh terus menerus di rumah, sementara kamu sibuk di luaran sana." Sindir Amy.Tesla menghela napas panjang, "Kamu masih marah, soal tidak aku aja ke Jogja? Maaf ya, Sayang bukan aku ....""Tidak apa, aku tau kamu bekerja, dan mungkin besok-besok aku juga bisa pergi sendiri dengan alasan pekerjaan juga." Amy menukas kata-kata suaminya.Tesla terdiam, dan akhirnya mereka sarapan dengan saling diam."Oh ya, soal kamu mau kerja, memangnya kamu sudah ditetima di perusahaan mana?" tany Tesla, setela