Kisah penuh drama yang menceritakan perjalanan hidup Naya dan Dylan. Naya yang berprofesi sebagai aktris ibukota tidak sengaja bertemu dengan Dylan seorang fotografer, pria yang mencintainya tanpa syarat dan menerima semua kekurangan Naya. Follow ig Author @Ayzahranqyute Naya "Aku nggak mungkin jodoh kamu! Kita hanya kebetulan bertemu...." Dylan "Aku yakin kamu jodoh aku, karena takdir mempertemukan kita dengan menyamar sebagai kebetulan."
View More(Dylan)Aku mematut diriku di cermin, memeriksa penampilanku dari atas sampai bawah. Senyumku tersungging seraya meraih kamera milikku yang ada di atas meja.Aku sangat tak sabar memulai pekerjaan ini. Jantungku terus saja berdebar, membayangkan hal menarik yang akan terjadi di sana.Setelah menyereput kopi hitamku beberapa kali, aku lantas beranjak menuju parkiran. Kunyalakan mesin mobil, melaju sedang keluar dari kompleks perumahan. Jaraknya cukup jauh ke lokasi pemotretan. Itu sebabnya aku sengaja berangkat lebih awal agar tepat waktu sampai di sana. Kulirik jam di pergelangan tanganku, arah jarum menunjuk di angka delapan. Kakiku menekan pedal gas menambah laju mobil. Aku mengambil jalur bebas hambatan, kulihat masih cukup lenggang pagi ini.Akhirnya setelah berpacu dengan waktu, aku tiba di lokasi. Di sana sudah ada Wira dan kru sedang mempersiapkan segalanya. Aku mengedarkan pandangan, tampaknya Naya belum
(Naya) Aku merasa begitu antusias untuk memulai pekerjaan hari ini. Beberapa jadwal syuting sengaja aku undur dan itu membuat ayahku marah besar. Aku tidak peduli, ini duniaku. Ayah tidak bisa mengaturku sesuka hatinya, tidak lagi. Aku akan menikmati hasil jerih payahku dengan pekerjaan ini. Aku segera turun dari kamar, kulihat ayah memandangku dengan penuh selidik. Di sana bukan hanya ayah, ibu dan anak juga turut serta duduk berkumpul di ruang tengah. Aku memilih acuh, tidak ingin merusak mood bahagiaku di pagi hari. Baru saja aku hendak keluar, Raina—anak kesayangan ayah memanggilku. "Kak Naya!" "Kamu mau ke lokasi syuting 'kan?" Suara ayah lebih dulu menginterupsi. Aku menahan langkah, menoleh dengan senyuman di wajahku. "Naya tunda dulu, mau pemotretan!" "Sudah berapa kali ayah bilang, kamu harus syuting hari ini!" Ayah meninggikan suaranya. "Produser aja ngizin Naya untuk break. Kenapa
(Naya)Setelah berendam cukup lama, aku segera menyelesaikan ritual mandi dan keluar. Gea yang sudah menungguku sejak tadi tengah berselancar dengan ponselnya."Mana baju aku?" tanyaku seraya mengeringkan rambut."Tuh di paper bag!" jawab Gea tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.Aku menghela pelan, mengeluarkan pakaian yang dibeli Gea. Pakaian semalam aku berencana membuangnya saja. Beberapa saat lalu sebelum Gea datang aku hampir seperti orang tidak waras. Pikiran menakutkan yang sempat bersemayam membuatku frustasi. Untunglah aku menyadari itu bukan darah seperti yang aku takutkan, melainkan dari sayatan luka di bagian paha sebelah kanan. Sialnya, aku juga tidak mengingat dari mana asal luka ini.Aku terus memutar otak mencoba mengingat kejadian semalam. Ingatanku terekam jelas saat aku dan Gea berada di club malam itu. Setelahnya, samar-samar aku mengingat kejadian yang terpotong-potong.Lalu, aku teringat ada sosok p
(Dylan)Aku bangun lebih pagi. Semalam tidak bisa tidur karena memikirkan wanita bernama Naya itu. Apa dia baik-baik saja? Bagaimana keadaannya saat bangun nanti?! Semua pertanyaan itu terus terngiang di kepalaku. Belum lagi semalam aku tidak sengaja mendengar beberapa orang mengatakan kalau Naya adalah seorang artis. Mungkinkah nanti jadi pemicu berita aneh yang akan jadi topik hangat? Memikirkannya saja membuatku pusing.Aku lagi-lagi menghela napas saat duduk di meja makan untuk sarapan. Kulihat ibu tengah sibuk menyiapkan sarapan. Sebelum akhirnya aku memilih beranjak dan memtuskan bertemu dengan sepupu Daniel sesuai janji."Bu, aku langsung berangkat, ya. Buru-buru!" kataku seraya mencium punggung tangan ibuku untuk pamit."Sarapan dulu, Lan!" Ibuku berseru."Nanti aja, Bu. Dylan berangkat, ya!"Aku memacu mobilku keluar dari parkiran. Masih ada setengah jam lagi untuk bertemu dengan Wira. Aku menginjak pedal gas menambah
(Dylan)"Bersulang!!!"Aku dan kedua temanku mengangkat gelas masing-masing. Baru kemarin sampai ke Jakarta, dua sahabatku itu sudah mengajakku keluar. Sebenarnya aku ingin berisitirahat saja, karena mereka memaksa, mau tidak mau aku harus pergi.Alunan musik bertempo cepat memantik para pengunjung club untuk bersenang-senang. Ingar bingar terhelat jelas, bahkan ada yang terang-terangan melancarkan ciuman panas tanpa tahu tempat.Aku menyapu pandangan, benar-benar ramai tempat ini. Sudah lama sekali sejak terakhir aku datang kemari, nuansanya juga berbeda dari tiga tahun yang lalu. Mungkin sudah direnovasi, karena itu penataannya lebih menarik."Lan, udah nemu seseorang? Atau mau aku kenalin yang paling hot?" Daniel sedikit berteriak.Aku menggeleng, meneguk perlahan minuman milikku."Ish ... nggak gentle banget sih! Masa minumnya cola mulu. Sekali-kali nyoba yang baru, yang bergairah gitu!" Raka ikut menimpa
(Naya)Suara alunan musik yang memekakkan telinga terdengar di sebuah club' malam di tengah kota. Muda-mudi tengah asyik menunjukkan kepiawan menari di bawah kelap-kelip lampu disko. Dentuman suara bass makin menggema membuat para pengunjung bersorak riuh.Seperti biasa, setiap akhir pekan dikala senggang aku selalu datang kemari untuk melepas penat dan bersenang-senang. Aku baru saja tiba langsung mendekat ke arah konter bar."Seperti biasa!" kataku seraya duduk di atas kursi.Lelaki itu tersenyum lalu mengangguk pelan.Hari ini pikiranku sedang kacau karena perseteruan dengan ayah yang tak kunjung selesai. Ayah selalu egois dan terus memaksaku bekerja tanpa kenal lelah. Aku muak mengikuti semua perintahnya.Aku sudah menghubungi Gea untuk menemaniku dan mendengar curhatanku. Dia satu-satunya sahabat yang sangat dekat dan selalu ada di saat susah dan senang.Sambil menunggu Gea, aku mulai meneguk minuman den
(Naya)Suara alunan musik yang memekakkan telinga terdengar di sebuah club' malam di tengah kota. Muda-mudi tengah asyik menunjukkan kepiawan menari di bawah kelap-kelip lampu disko. Dentuman suara bass makin menggema membuat para pengunjung bersorak riuh.Seperti biasa, setiap akhir pekan dikala senggang aku selalu datang kemari untuk melepas penat dan bersenang-senang. Aku baru saja tiba langsung mendekat ke arah konter bar."Seperti biasa!" kataku seraya duduk di atas kursi.Lelaki itu tersenyum lalu mengangguk pelan.Hari ini pikiranku sedang kacau karena perseteruan dengan ayah yang tak kunjung selesai. Ayah selalu egois dan terus memaksaku bekerja tanpa kenal lelah. Aku muak mengikuti semua perintahnya.Aku sudah menghubungi Gea untuk menemaniku dan mendengar curhatanku. Dia satu-satunya sahabat yang sangat dekat dan selalu ada di saat susah dan senang.Sambil menunggu Gea, aku mulai meneguk minuman den...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments