Setibanya di barak militer ayahandanya, Shangguan Mai yang baru pulang dari perbatasan utara langsung memenggal sepuluh kepala prajurit. Mereka semua terlibat dalam pembunuhan Pangeran kedelapan. Namun, dari sepuluh prajurit yang sudah diinterogasi dan dipenggal tidak ada yang mau bicara atau mengaku siapa dalang di balik kematian Pangeran kedelapan. Mereka memilih untuk tetap bungkam dan mati di tangan Shangguan Mai daripada harus mengungkapkan siapa tuan mereka.
Masalah ini sungguh membuat Shangguan Mai frustrasi karena jika ia tidak berhasil menemukan siapa dalang di balik kematian Pangeran kedelapan, ayahandanya akan menjadi tersangka utama karena sepuluh prajurit itu adalah orang kepercayaan ayahandanya. "Nona! Nona!" seru pelayan Shangguan Mai dengan napas tersengal-sengal setelah berlari jauh. Wanita muda itu terlihat gelisah dan wajahnya pucat sekali. "Pergilah dari sini, Nona!" desaknya dengan bibir gemetar. "Nona, jangan khawatir, aku yang akan menanggung semua kesalahan Nona nanti. Jadi Nona harus cepat pergi dari sini, " ucapnya sambil menangis dan memegang tangan Shangguan Mai dengan lembut. "Apa maksudmu? Kenapa aku harus lari dari sini?" tanya Shangguan Mai sambil menatap lekat pelayannya. Ia berusaha untuk menenangkan wanita muda itu agar jangan terlalu panik. "Apa Kaisar sudah memutuskan untuk menghukum ayahandaku dan membuang semua Keluarga Shangguan ke pengasingan? Jika iya, aku akan segera pulang dan ikut bersama mereka ke pengasingan," ucap Shangguan Mai sambil membersihkan cipratan darah yang ada di wajahnya lalu melepaskan pakaian ziarahnya. Tampaknya cita-citanya untuk menjadi jenderal besar seperti ayahandanya sudah hilang karena ia bukan lagi anak dari jenderal besar maupun panglima yang baru pulang dari peperangan. Namun, hanya seorang pendosa yang akan diasingkan. "Bukan itu masalahnya, Nona. Masalahnya lebih besar daripada harus dibuang ke pengasingan, " jawab pelayan Shangguan yang masih menangis dengan sesegukan. "Nona akan dinikahkan dengan Pangeran kesembilan sebagai pengampunan dosa dari Kaisar," terangnya sambil memeluk Shangguan Mai dengan erat. Pelayan muda itu benar-benar tidak tega melihat nonanya harus menikah dengan pria bodoh yang berumur pendek. Ia juga takut kalau nanti nona kesayangannya akan dikubur hidup-hidup bersama Pangeran kesembilan karena sebentar lagi pria itu akan mati. Ah, ini cukup menyedihkan bagi akhir hidup Shangguan Mai yang pemberani. "Pengampunan dosa? Apa maksudmu? Apa ayahandaku sudah terbukti bersalah?" tanya Shangguan Mai yang tidak percaya bahwa Kaisar memberikan pengampunan dosa semudah ini dan menutup kasus kematian putra kesayangannya dengan cepat. Sebenarnya apa yang ingin ditutupi oleh Kaisar? Sampai-sampai dia rela menutup kasus kematian putra kesayangannya dengan cepat. Apa karena kematian Pangeran kedelapan ini masih ada hubungannya dengan keluarga istana? Ah, mungkin saja itu benar. Jika tidak, Kaisar tidak mungkin membuat kesepakatan seperti ini dengan Keluarga Shangguan. Shangguan Mai yakin bahwa pernikahan yang direncanakan oleh Kaisar ini hanya akal-akalannya untuk membungkam Keluarga Shangguan. Pelayan muda itu menatap Shangguan Mai dengan penuh ketakutan. "Racun teratai api yang digunakan untuk membunuh Pangeran kedelapan ditemukan di ruangan pribadi Tuan Besar. Tidak hanya racun yang ditemukan di sana, tapi juga surat dari Kerajaan Huanxi tentang kerja sama Tuan Besar dengan mereka untuk menggulingkan Kaisar," jawab pelayan Shangguan Mai dengan suara serak karena suaranya habis digunakan untuk menangis. "Padahal itu tidak mungkin terjadi, tapi sekarang Tuan Besar sudah diinterogasi oleh balai neraka dan Kaisar juga sudah memberikan titah pada Nona untuk menikahi Pangeran kesembilan jika ingin Keluarga Shangguan lolos dari hukuman," sambungnya membuat Shangguan Mai langsung tersenyum kecut. "Baiklah, jika memang dengan menikahi Pangeran kesembilan, keluargaku bisa mendapatkan pengampunan dosa dari Kaisar, maka aku bersedia untuk melakukannya," ucap Shangguan Mai yang terdengar pasrah. Padahal sebenarnya dia hanya ingin menyelidiki kasus kematian Pangeran kedelapan lebih lanjut untuk membersihkan nama ayahandanya. Dia akan membuat kekacauan besar di istana. *** Sebenarnya, sebelum kematian Permaisuri, Pangeran kesembilan adalah pangeran yang paling berbakat dan pintar di antara pangeran lainnya. Nilai akademiknya selalu tinggi, bahkan dia menjadi kesayangan Kaisar karena mampu menyaingi prestasi para sarjana kerajaan yang usianya jauh lebih muda daripada dirinya. Namun, setelah kematian Permaisuri, Pangeran kesembilan berubah menjadi bodoh karena mengalami trauma berat. Ia juga kerap sakit-sakitan karena tubuhnya terkena racun dewa seminggu yang cukup mematikan. Namun, sebenarnya yang terjadi Pangeran kesembilan hanya berpura-pura bodoh dan mengalami trauma berat layaknya orang gila. Agar bisa melindungi dirinya sendiri dari orang yang ingin mencelakainya karena dia melihat wajah pelaku yang membunuh ibunya dan orang yang sudah meracuninya. Dia sengaja melakukan hal itu agar bisa membalaskan dendam kematian ibunya. Setelah dia dewasa dan menjadi kuat untuk menghancurkan mereka semua. Ia percaya bahwa pembunuh yang dia lihat dulu hanya orang suruhan dan dalang sebenarnya dari pembunuh ibunya ini pasti adalah orang istana. Setelah menjadi bodoh dan sering sakit-sakitan, Pangeran kesembilan langsung dikurung ke dalam Pagoda Suo Yao karena dianggap sebagai aib istana yang bisa memalukan Kaisar. Padahal, Pagoda Suo Yao adalah penjara untuk mengurung para penjahat yang berilmu tinggi dan sangat kejam. Bagi tahanan baru seperti Pangeran kesembilan, Pagoda Suo Yao adalah neraka yang sangat menakutkan karena dia harus bisa melawan tahanan lama. Agar bisa bertahan hidup dan mendapatkan pengakuan dari mereka. Namun, karena kepintaran dan kelicikan Pangeran kesembilan yang berpura-pura bodoh. Ia mampu mengalahkan mereka tanpa harus bertarung dan menjadi murid dari petapa gila, Jian Tian. Pria tua yang sangat ditakuti dan disegani oleh semua tahanan Pagoda Suo Yao karena dapat membunuh orang hanya dengan satu jarum kecil saja. Setelah dikurung di Pagoda Suo Yao selama lima tahun, akhirnya Pangeran kesembilan dikeluarkan dan dikirim ke Gunung Shu untuk mendapatkan pengobatan. Namun, meskipun sudah banyak mendapatkan pengobatan dan diobati oleh tabib terkenal, racun dewa seminggu yang ada di tubuhnya tidak bisa dinetralkan karena sudah menyatu dengan darahnya dan menggerogoti hatinya. Padahal, sebenarnya racun dewa seminggu yang ada di tubuhnya sudah lama disembuhkan oleh Jian Tian, gurunya. Racun yang ada di tubuhnya sekarang hanyalah racun palsu untuk menipu pihak istana dan menyakinkan mereka bahwa ia berumur pendek dan tidak mungkin menjadi kaisar. Pangeran kesembilan melakukan hal ini agar tidak ada pihak yang mencurigai atau mengganggunya untuk menyelidiki kematian ibunya. Di Gunung Shu inilah Pangeran Xiao Zhi mendirikan organisasi pembunuh yang bernama Sungai Kegelapan. Organisasi pembunuh ini kerap ia gunakan untuk menculik para pejabat dan mencari pembunuh ibunya yang hilang secara misterius. "Tuan! Berhentilah sebentar saja! Ada kabar mendesak yang perlu Tuan dengar sekarang," desak Jia Yue sambil mengejar qing gong Pangeran kesembilan yang cepat dan lincah. Bahkan pria tampan itu tampak sedang berlari di udara. "Ah, kenapa kamu selalu saja menggangguku seperti ini? Apa kamu sudah bosan hidup, Yue?" tanya Pangeran Xiao Zhi sambil menantap pelayannya dengan tajam. "Sebenarnya kabar apa yang membuatmu sampai berani menggangguku seperti ini? Jika ini soal kematian kakak kedelapan, aku tidak mau mendengarnya lagi karena aku sudah tahu," ucap Pangeran Xiao Zhi dengan dingin dan tidak acuh dengan kematian kakaknya. Padahal selama ini dia cukup dekat dengan Pangeran kedelapan. Namun, sebenarnya, kematian Pangeran kedelapan ini agak mengejutkan dan membuatnya sedih karena selama ini hanya kakaknya yang peduli dengannya. Namun, Pangeran Xiao Zhi memilih untuk menyembunyikan perasaan sedihnya agar bisa fokus pada tujuannya. Dia juga yakin bahwa kematian Pangeran kedelapan pasti masih ada kaitannya dengan kematian Permaisuri yang misterius. Selama ini Pangeran Xiao Zhi dan Pangeran kedelapan memang sering berhubungan dan bertukar informasi secara diam-diam mengenai apa saja yang terjadi di dalam istana. Pangeran kedelapan juga yang membantu Pangeran Xiao Zhi untuk menyusupkan anak buahnya ke dalam istana. Untuk menculik para pejabat yang diduga terlibat dalam kematian Permaisuri sepuluh tahun yang lalu. Alasan yang membuat Pangeran kedelapan bersedia untuk menjadi mata-mata dan membantu Pangeran Xiao Zhi adalah karena ia pernah diasuh oleh Permaisuri. "Tidak, Tuanku. Ini menyangkut pernikahanmu," balas Jia Yue sambil bersujud dan tidak berani membalas tatapan tajam Pangeran Xiao Zhi. "Hamba hanya khawatir kalau pernikahan yang tak terduga ini dapat mengganggu rencana Tuan untuk menemukan pembunuh Permaisuri. Jadi hamba memutuskan untuk tiba lebih awal daripada utusan istana yang akan menjemput Tuan besok agar Tuan dapat membuat keputusan lebih cepat." "Pernikahan? Kedengarannya cukup menarik. Tapi nona malang dari keluarga mana yang akan menikahi pria bodoh dan penyakitan ini? Apa nona dari Keluarga Wang?" tanya Pangeran Xiao Zhi yang setengah menebak. "Jika hanya nona dari Keluarga Wang saja, hamba tidak akan sepanik ini, tapi ini masalahnya nona dari Keluarga Shangguan. Wanita yang ingin dinikahkan dengan Tuan adalah Shangguan Mai. Wanita yang sudah memimpin ratusan prajurit di medan perang. Wanita seperti itu pasti mampu membongkar kedok Tuan dengan mudah," terang Jia Yue langsung membuat Pangeran kesembilan tersenyum miring. "Kenapa pernikahan ini terdengar sangat menarik? Ah, aku semakin tidak sabar untuk menikahi Nona Panglima itu," ucap Pangeran Xiao Zhi sambil menyeringai dan tersenyum penuh dengan kelicikan. "Sepertinya Ayahanda sedang memainkan permainan catur yang cukup menantang. Aku jadi merasa tertantang untuk menjadi salah satu bidaknya." Jia Yue memberanikan diri untuk menatap Pangeran kesembilan dengan lekat. "Hamba harap Tuan bisa memikirkannya kembali karena hamba takut kalau kali ini Tuan akan salah mengambil langkah," ucapnya dengan sedikit gemetar karena Pangeran kesembilan membalas tatapannya dengan sangat tajam. "Kamu tidak perlu mengkhawatirkan diriku seperti ini karena selama ini aku tidak pernah salah mengambil langkah," ucap Pangeran Xiao Zhi sembari mendekat dan mengelus kepala Jia Yue dengan lembut untuk menghilangkan rasa takutnya. "Sekalipun aku salah mengambil langkah, maka aku akan mengambil langkah orang lain. Aku pasti akan menemukan dalang yang sudah membunuh ibuku dan menjadi kaisar," sambung Pangeran Xiao Zhi penuh dengan ambisi. Inilah sosok sebenarnya dari Pangeran kesembilan yang penuh dengan ambisi dan sangat licik. Dia bisa bertindak sangat kejam jika itu berhubungan dengan kematian ibunya. ***"Sungguh, ibunda lebih baik mati daripada harus melihatmu menikah dengan pria yang berumur pendek. Jadi jangan lakukan hal ini untuk menyelamatkan ibunda, Nak," pinta ibunda Shangguan Mai dengan menangis tersedu-sedu saat melihat putri kesayangannya berdandan dan bersiap untuk pergi ke istana. Shangguan Mai langsung berlutut dan menggenggam tangan ibundanya dengan lembut, lalu menatapnya dengan sendu. Panglima cantik itu berusaha untuk menenangkan ibundanya yang sejak tadi menangis dan merengek padanya agar tidak pergi ke istana. "Aku hanya akan menikah bukan pergi berperang. Kenapa Ibunda harus khawatir seperti ini? Padahal selama ini Ibunda selalu melihatku pulang dengan tubuh penuh darah." Shangguan Mai memeluk ibundanya dengan erat sambil menghapus air matanya. "Kenapa hari ini Ibunda malah tidak yakin kalau aku akan baik-baik saja? Padahal aku tidak sedang menghadapi situasi yang serius seperti biasanya." Ucapan Shangguan Mai ini malah semakin membuat ibundanya menangis.
"Salam, Tuanku. Utusan istana sudah tiba untuk menjemput Tuan. Hamba harap Tuan cepat bersiap untuk pergi ke istana," ucap Jia Yue memberi hormat pada Pangeran kesembilan. "Ah, kenapa mereka harus datang secepat ini padahal aku masih ingin istirahat sebentar lagi," keluh Pangeran kesembilan yang sedang bersantai di atas pohon persik. "Jika nanti mereka datang untuk mencariku, katakan saja kalau aku sedang pergi bermain dan sulit untuk ditemukan," pinta Pangeran Xiao Zhi langsung membuat Jia Yue menatapnya dengan ragu. "Apa Tuanku ingin membatalkan pernikahan ini?" tanya Jia Yue dengan nada sedikit senang karena sebenarnya dia tidak terlalu suka jika tuannya menikah dengan Shangguan Mai. Dia masih khawatir jika Shangguan Mai akan menggangu rencana tuannya untuk mencari pembunuh Permaisuri. Dengan setengah malas, Pangeran kesembilan memetik buah persik yang tergantung di atas kepalanya lalu menggigitnya dengan perlahan. Getaran air dari buah persik itu segera merembes ke bibirny
Sudah setengah hari Shangguan Mai menunggu kedatangan Pangeran kesembilan, tetapi sampai sekarang tidak ada tanda-tanda kedatangannya. Entah, pangeran bodoh itu akan datang atau tidak hari ini, karena masalah ini, banyak orang yang mulai membicarakan Shangguan Mai. Kata mereka, nasib Shangguan Mai menjadi sial begini karena dia terlalu sombong dan sering menantang takdirnya sebagai wanita. Bahkan sebagian dari mereka mulai berani menghina dan menatapnya dengan penuh jijik karena sekarang Shangguan Mai hanyalah wanita biasa yang akan dikorbankan untuk mendampingi pangeran bodoh yang penyakitan. Jadi mereka merasa tidak perlu menghormati Shangguan Mai lagi sebagai gadis bangsawan karena hidupnya sekarang dianggap lebih rendah daripada seorang pelayan. Namun, Shangguan Mai tidak peduli dengan perkataan mereka dan tetap menunggu kedatangan Pangeran kesembilan karena sebenarnya dia bersedia untuk menikah dengan Pangeran kesembilan bukan semata-mata untuk membersihkan nama ayahandanya saj
Setelah pesta pernikahan yang cukup melelahkan dan penuh drama itu selesai, Shangguan Mai dan Pangeran kesembilan langsung diantar ke kamar pengantin untuk menikmati malam pertama bersama. Namun, dua pelayan yang mengantar ke sana langsung dibuat tertawa oleh tingkah laku Pangeran Xiao Zhi yang konyol.Pria bodoh itu segera melahap arak pengantin dalam satu tegukan. Kemudian ia dengan rakus memakan kacang yang tersebar di ranjang. Tindakan konyol dan memalukan ini tidak mencerminkan statusnya sebagai seorang pangeran yang terpandang, melainkan sebagai orang bodoh yang hanya dilahirkan di istana.Ah, malang sekali nasib Shangguan Mai ini harus menikahi orang bodoh seperti ini. Padahal dia adalah pahlawan yang paling ditakuti di perbatasan utara. Namun, setelah kembali ke ibukota malah mendapatkan kemalangan seperti ini.Dua pelayan yang menyaksikan hal itu merasa bahwa apa yang terjadi dalam kehidupan Shangguan Mai tidaklah adil. Wanita luar biasa seperti dia seharusnya menikah dengan
Sesampainya di Paviliun Sedayu, Shangguan Mai dengan cepat melumpuhkan puluhan prajurit yang berjaga di sana. Bahkan wanita kasar itu sama sekali tidak memberi kesempatan kepada Su Yan Li untuk membantunya. Jika tidak diingatkan oleh Su Yan Li, mungkin saja dia sudah menewaskan para prajurit itu karena dia sudah kehilangan kendali. Shangguan Mai lupa bahwa dia bukan sedang dalam pertempuran."Berhati-hatilah jangan sampai kamu membunuh mereka semua. Kalau tidak, kamu akan merepotkanku nanti," teriak Su Yan Li yang memperingatkan Shangguan Mai untuk tidak terlalu ganas pada mereka. "Diamlah, jangan mengangguku yang sedang bersenang-senang. Kalau tidak, aku akan melempar pisau ini ke arahmu lagi," ucap Shangguan Mai yang justru mengancam Su Yan Li dan tetap menyerang mereka dengan ganas agar cepat bisa masuk ke Paviliun Sedayu. Sementara Pangeran Xiao Zhi yang sudah masuk duluan ke Paviliun Sedayu untuk mencari surat yang ditinggalkan oleh Pangeran kedelapan sebelum kematiannya, seger
Setelah memastikan bahwa Su Yan Li berhasil membawa Kasim Du keluar dari istana, Shangguan Mai memutuskan untuk kembali ke Paviliun Baixiang. Dia berpura-pura tertidur agar Pangeran Xiao Zhi tidak curiga. Jika sebelumnya dia tidak berhasil membiusnya.Tindakan ini diambil oleh Shangguan Mai untuk dapat mengetahui latar belakang Pangeran Xiao Zhi yang menyembunyikan kecerdasannya. Dia yakin bahwa kematian Permaisuri tidak semudah seperti yang diketahui. Pasti ada alasan yang membuat seorang yang secerdas Pangeran Xiao Zhi harus bersembunyi seperti ini.Pangeran Xiao Zhi yang kembali ke kamar, mulai terlihat canggung karena bingung harus bereaksi bagaimana terhadap Shangguan Mai. Haruskah ia berpura-pura tidak mengetahui apa-apa? Jika sebelumnya upayanya untuk membiusnya tidak berhasil. Ataukah ia sebaiknya langsung menyerang, mengingat Shangguan Mai telah mengetahui kebohongannya. Ah, ini benar-benar membuatnya frustrasi karena wanita itu begitu sulit ditebak.Ketika Pangeran Xiao Zhi
"Ternyata waktu memang bisa mengubah karakter seseorang, tapi anehnya pelukanmu masih sama hangatnya seperti dulu," ucap Shangguan Mai sambil membalas pelukan Pangeran Xiao Zhi dengan hangat, meskipun sebenarnya dia masih agak gugup dan terkejut dengan tindakannya. "Apa maksudmu? Apakah dulu kita pernah bertemu?" tanya Pangeran Xiao Zhi yang perlahan melepaskan pelukannya karena kurang nyaman dengan sikap Shangguan Mai yang berubah menjadi sedikit agresif seperti wanita penggoda.Shangguan Mai yang melihat Pangeran Xiao Zhi menjadi canggung langsung tertawa kecil dan berniat untuk menggoda lagi. Wanita cantik itu langsung mempererat pelukan Pangeran Xiao Zhi yang hampir dilepaskannya. Dengan sengaja, dia menatapnya dengan penuh intensitas dan tersenyum manis. "Bisa dibilang seperti itu, jika tidak, mana mungkin aku mau menikah denganmu. Sayang sekali kamu tidak mengingat pertemuan awal kita. Padahal, dulu kamu pernah berjanji padaku," jawab Shangguan Mai yang semakin menggoda dan me
Ketika Shangguan Mai tiba di pengadilan, semua mata seketika tertuju padanya. Mereka menatap Shangguan Mai dengan tatapan tajam. Kehadiran wanita yang kasar ini di pengadilan hanyalah formalitas semata karena mereka telah mengatur hukuman untuknya. Mereka tidak berniat memberikan kesempatan pada Shangguan Mai untuk berbicara atau membela diri.Namun, Shangguan Mai tetaplah Shangguan Mai. Dia sama sekali tidak merasa takut karena inilah yang diinginkannya. Sebaliknya, dia merasa bingung dengan sikap sepupunya. Mengapa sepupunya menatapnya dengan penuh kebencian dan jijik? Seolah-olah dia adalah orang yang paling tidak layak untuk dilihat. Ah, sungguh konyol karena sebenarnya dialah yang tidak pantas untuk dilihat. Wanita yang bersedia menikahi pria tua demi kekayaan dan kekuasaan sama sekali tidak patut dihormati. Bagi Shangguan Mai, kekuasaan yang diperoleh dari pria hanyalah angin lalu.Dengan setengah malas, Shangguan Mai memberi hormat pada mereka. "Hamba memberi salam pada Selir A
Di Kerajaan Liang, suasana di Kota Dacang berbanding terbalik dengan suasana ibukota Huanxi yang diterpa musim dingin. Kota Dacang yang dulunya pusat perdagangan sutra kini hanya menyisakan kengerian. Rumah-rumah kosong, bayangan bangunan yang runtuh dan jalanan yang dipenuhi tubuh-tubuh membeku dalam keheningan. Aroma busuk bercampur dengan angin dingin yang menghempas, membuat setiap tarikan napas terasa berat.Rombongan Xiao Zhaoyang bergerak pelan, menembus kabut tebal yang mengelilingi gerbang kota. Mata-mata penduduk yang bersembunyi di balik celah pintu dan jendela memancarkan ketakutan yang nyaris melumpuhkan."Tak ada yang berani keluar. Mereka seperti takut pada sesuatu yang lebih buruk dari kematian." Su Yan Li berkata, suaranya pelan namun jelas mengandung nada waspada.Zhaoyang mengangkat tangannya, menenangkan pasukannya. "Kami datang untuk membantu. Jika kalian tidak membukakan gerbang, bagaimana aku bisa menyelamatkan kalian?" Suara Zhaoyang menggema di antara bangunan
Di sudut Istana Dingin, yang nyaris dilupakan oleh waktu, Shen Ying duduk di tepi jendela, menatap hamparan salju yang terus turun tak henti. Paviliun tempatnya dikurung terlihat suram dan muram, seakan mencerminkan kekosongan hatinya. Tubuhnya dipenuhi luka, sisa-sisa hukuman yang ia terima kemarin akibat melindungi Wang Shui, tetapi tak satu pun dari lukanya terasa. Bukan hanya rasa sakit fisik, tapi juga emosional. Kehidupan Shen Ying adalah kehampaan yang dingin.Di ranjang sempit dan usang, Shen Ying duduk dengan tubuh lemah, matanya kosong menatap keluar jendela. Jika ia mampu merasakan, mungkin ia akan menangis. Air mata yang keluar dari matanya hanyalah respon dari tubuhnya bukan dari jiwanya. Baginya, tangisan ataupun kesedihan adalah hal yang tidak dimengerti. Di belakangnya, Wang Shui, pelayan setianya, berjalan perlahan, air mata jatuh tanpa bisa ditahan. Setiap hari, melihat penderitaan nona kecilnya membuat hatinya perih, dia selalu bertanya-tanya, kapan kebahagiaan ak
Setelah Kaisar mengeluarkan perintah, rombongan penyelidik dari Kementerian Hukum dan Balai Neraka melaju menuju Kota Dacang, dipimpin oleh Putra Mahkota Xiao Zhaoyang dan didampingi oleh Su Yan Li. Kereta-kereta mereka penuh dengan bahan makanan dan obat-obatan untuk penduduk Dacang yang kelaparan dan terluka akibat kekacauan yang terjadi. Kota yang dulu megah kini dilanda kematian dan kekacauan, dan racun yang menyebar telah mengubah penduduknya menjadi makhluk yang mengerikan.Di antara para penyelidik, Cui Xing mencuri perhatian dengan sigap membawa peralatan autopsinya. Keberaniannya dalam menghadapi situasi sulit tampak jelas. Ia lebih memilih bekerja di lapangan, di mana kebebasan dan petualangan menjadi daya tarik utama baginya, jauh dari aturan yang membatasi dirinya. Cui Xing memandang dengan cermat sekelilingnya, memperhatikan lingkungan yang kian memburuk, dan memikirkan puluhan mayat yang akan diperiksanya nanti. Di tengah ketegangan itu, tirai kereta Putra Mahkota sedik
"Maksudmu..." Perkataan Shangguan Mai tertahan, bibirnya gemetar. Bayangan masa lalu yang kelam kembali menghantui. Ia tak bisa menahan rasa takut yang perlahan menjalar. Berapa banyak lagi korban yang harus jatuh? Tragedi ini... apakah keluarganya akan direnggut sekali lagi?"Ya, seperti yang Yang Mulia Ratu bayangkan," Su Yan Li memulai dengan nada datar, namun penuh beban. "Dalam semalam, Kota Dacang berubah menjadi lautan darah. Banyak penduduk tewas mengenaskan, diserang oleh sesama warga yang terinfeksi racun misterius. Kota megah itu kini menjadi kota mayat hidup, tak lebih dari reruntuhan yang dipenuhi dengan makhluk-makhluk tak bernyawa," jelas Su Yan Li.Wajah Kaisar memucat, sementara tatapan Shangguan Mai mengeras. Mereka saling bertukar pandang, menyadari ketakutan yang menggerogoti hati mereka. Apakah ini ulah pengkhianat dari dalam istana lagi? Semua pengikut Putri Xiao Fei Feng sudah dibereskan, tapi siapa yang kali ini akan mengkhianati mereka?Atau... Apakah ini bal
Sementara itu, suasana tegang kembali menyelimuti Kerajaan Liang, lebih tepatnya di ruang sidang istana. Kaisar sangat murka. Meskipun Putra Mahkota Xiao Zhaoyang telah berhasil mengadili kasus bunuh diri massal di Meihua Gong yang melibatkan putra Marquis Lai Luo Que. Namun, tidak ada prestasi yang cukup besar untuk menutupi kesalahan fatalnya: mengunjungi Meihua Gong, tempat yang sama sekali tidak pantas dikunjungi oleh putra mahkota. Tak hanya Zhaoyang yang dipanggil, Pangeran Xiao Wu Yan—yang seharusnya menjaga kakaknya—juga dihadapkan pada hukuman.Kedua pangeran melangkah masuk ke ruang utama dengan tenang. Dinding-dinding yang biasanya megah kini seolah memancarkan ketegangan, dipenuhi dengan bayangan masa lalu yang kelam. Tatapan Kaisar—yang dahulu dikenal sebagai Bocah Iblis, pemimpin pembunuh Sungai Kegelapan—tajam dan dingin, cukup untuk membuat pejabat paling berani gemetar. Namun, kedua putranya tidak terpengaruh. Langkah mereka tetap ringan, penuh percaya diri."Salam
Pengadilan terasa seperti perang tanpa senjata. Marquis Lai Luo Que, wajahnya merah padam, berusaha mempertahankan ketenangannya di tengah kerasnya tuduhan yang dilemparkan pada putranya. Sementara Cui Xing tampak tenang, dia sangat yakin jika ia akan memenangkan pengadilan ini dan menghukum Lai Yan. “Bukti apa lagi yang kau punya, hah? Putraku sudah membuktikan kelemahannya—itu saja cukup menunjukkan bahwa dia tak bersalah! Berhentilah memfitnah putraku, Nona Cui,” suaranya bergemuruh, bergetar oleh kemarahan dan ketidakberdayaan.Cui Xing, tetap tenang dan tersenyum tipis. "Kelemahan putramu, Marquis, adalah bagian dari bukti itu sendiri. Bukankah kau pernah bertanya-tanya, mengapa putramu kehilangan kemampuan untuk mempunyai keturunan?" Nada suaranya terdengar seperti sedang memberi tahu sebuah rahasia, namun penuh ejekan.Perkataan Cui Xing bagai petir di siang bolong, menghantam ruangan itu dengan keheningan. Marquis Lai terdiam, matanya terbelalak sejenak sebelum dengan cepat m
Dua puluh tahun telah berlalu sejak Putra Mahkota Xiao Zhi naik takhta dan memerintah sebagai kaisar yang bijaksana dan adil. Di bawah kebijakan Ratu Shangguan Mai, Kerajaan Liang makmur dengan sistem meritokrasi yang membuka peluang bagi sarjana miskin untuk menjadi pejabat tinggi. Mereka diberi hak yang sama dengan anak pejabat istana untuk mengikuti ujian istana. Namun, bayang-bayang masa lalu tetap membayangi, khususnya dengan ketegangan yang belum terselesaikan dengan Kerajaan Huanxi. Dua Kerajaan itu masih terus bersaing dan melempar strategi untuk menguasai satu sama lain. *** Di tengah malam yang sunyi, di dalam Paviliun Yue Man Ting, istana Kerajaan Liang .... Putra Mahkota Xiao Zhaoyang melangkah hati-hati menuju kamar adiknya, Pangeran Xiao Wu Yan. Lampu-lampu lentera memancar samar, membentuk bayangan panjang di sepanjang koridor istana. Ia mengenakan pakaian tidur yang longgar dan sederhana, berbeda dari kemegahan yang biasa ia kenakan. Wajahnya tersembunyi di b
Dua bulan telah berlalu sejak insiden tragis tersebut, kediaman Shangguan kini dipenuhi dengan dekorasi dan perlengkapan pernikahan karena Shangguan Mai dan Pangeran kesembilan yang kini menjadi putra mahkota akan mengadakan pernikahan mereka sekali lagi. Sejak pagi, para pelayan istana telah tiba di kediaman Shangguan untuk merias Shangguan Mai agar terlihat memesona dan anggun.Shangguan Mai menatap Jenderal Shangguan dengan pandangan tajam ketika ayahandanya hendak mendekatinya karena ia masih merasa kesal dengan perlakuan sang ayahanda yang telah memanfaatkannya dan menipunya melalui pernikahannya dengan Pangeran kesembilan. Sejak kejadian tragis itu, Shangguan Mai belum berbicara dengan ayahandanya."Apakah kamu masih merasa kesal oleh keputusan ayahanda? Meskipun sebenarnya ayahanda telah mengatur pernikahanmu dengan pria yang sangat kamu impikan, bahkan hingga dua kali pernikahan. Seharusnya kamu bersyukur pada ayahanda," ucap ayahanda Shangguan Mai sambil mendekati Shangguan M
Kematian Pangeran kesembilan dan Shangguan Mai telah menyebar ke seluruh ibu kota, memunculkan kejutan di kalangan elit, termasuk Kaisar dan Jenderal Shangguan. Jenderal Shangguan tak mampu mempercayai kabar bahwa putri tercintanya telah tiada. Namun, berdasarkan laporan mata-mata yang diterimanya, kenyataan pahit itu tak dapat disangkal; putrinya telah tiada dalam keadaan tragis. Saat ini, jenazahnya sedang dalam perjalanan kembali ke istana, ditemani oleh Su Yan Li bersama jenazah Pangeran kesembilan.Di dalam kegelapan penjara bawah tanah, Jenderal Shangguan merenungkan kesalahan yang telah dilakukannya. Seandainya saja ia tak terlalu rakus dalam mengejar pembunuh Permaisuri, mungkin putrinya tak akan mengalami nasib tragis ini. Ia menyesali ketidaktegasannya dalam menjaga putri dan putranya. Sebagai seorang ayah, ia merasa telah gagal dalam melindungi mereka karena kesetiaannya pada Kaisar telah mengorbankan kedua anaknya. Dahulu ia tak mampu menyelamatkan Shangguan Wen Xuan, dan