Share

Pencabutan Kekuasaan

"Salam, Tuanku. Utusan istana sudah tiba untuk menjemput Tuan. Hamba harap Tuan cepat bersiap untuk pergi ke istana," ucap Jia Yue memberi hormat pada Pangeran kesembilan.

"Ah, kenapa mereka harus datang secepat ini padahal aku masih ingin istirahat sebentar lagi," keluh Pangeran kesembilan yang sedang bersantai di atas pohon persik. "Jika nanti mereka datang untuk mencariku, katakan saja kalau aku sedang pergi bermain dan sulit untuk ditemukan," pinta Pangeran Xiao Zhi langsung membuat Jia Yue menatapnya dengan ragu.

"Apa Tuanku ingin membatalkan pernikahan ini?" tanya Jia Yue dengan nada sedikit senang karena sebenarnya dia tidak terlalu suka jika tuannya menikah dengan Shangguan Mai. Dia masih khawatir jika Shangguan Mai akan menggangu rencana tuannya untuk mencari pembunuh Permaisuri.

Dengan setengah malas, Pangeran kesembilan memetik buah persik yang tergantung di atas kepalanya lalu menggigitnya dengan perlahan. Getaran air dari buah persik itu segera merembes ke bibirnya dan membuatnya tampak merona. Angin mengibaskan rambut panjangnya yang terurai dengan anggun, sehingga membuatnya berhamburan di sekitar wajahnya.

Dengan sikap yang memikat, ia menepiskan rambutnya ke belakang. Kemudian, ia kembali menikmati buah persik yang matang. Ah, gaya dan penampilannya ini sungguh mempesona. Dia kini tampak seperti sebuah lukisan pendekar tampan yang sering ditemui di pasar gelap. Sungguh penuh pesona. Wanita mana pun yang melihatnya pasti akan terpesona.

"Tidak, memangnya kenapa? Sepertinya kamu masih tidak suka kalau tuanmu ini akan menikahi wanita lain. Apakah kamu merasa cemburu dengan Nona Panglima itu, hah?" tanya Pangeran kesembilan balik yang menyadari bahwa Jia Yue senang melihatnya bermalas-malasan karena mengira kalau dia akan membatalkan pernikahannya.

Wajah Jia Yue langsung berubah pucat dan sedikit memerah. "Hamba tidak punya maksud seperti itu, Tuanku," jawab Jia Yue setengah gugup karena dia melihat aura membunuh yang cukup kuat pada tatapan elang tuannya.

Meskipun penampilannya memesona seperti bunga plum, namun Pangeran Xiao Zhi adalah pria yang menakutkan. Pria itu tidak pernah mengampuni siapa pun. Dia juga tidak pernah ragu untuk membunuh orang yang membuatnya tidak senang.

"Hamba hanya takut jika wanita itu akan mengacaukan rencana Tuan untuk mencari pembunuh Permaisuri dan menduduki takhta. Tuan tahu sendiri bahwa wanita itu sudah banyak membunuh anggota kita. Jadi hamba tidak ingin Tuan berhubungan dengannya karena itu sangat berbahaya bagi Tuan sendiri," ucap Jia Yue lagi yang berusaha mengingatkan tuannya bahwa wanita yang akan dinikahinya adalah wanita yang sangat berbahaya.

"Justru karena itu aku ingin menikahinya karena aku penasaran dengannya. Sebenarnya wanita seperti apa dirinya. Sampai-sampai dia mampu melenyapkan para anggotaku yang sudah terlatih hanya dengan sekali serangan," ucap Pangeran kesembilan sambil turun dari pohon persik dan menghampiri Jia Yue yang tertunduk.

"Jadi kalau aku tidak mengenalnya, lalu bagaimana aku bisa mengetahui seperti apa dirinya? Bukankah aku harus tahu musuhku dulu jika ingin mengendalikannya?" sambungnya dengan tersenyum licik, terlihat jelas bahwa Pangeran Xiao Zhi sedang merencanakan sesuatu pada Shangguan Mai.

"Baiklah, jika memang itu keputusan yang Tuan ambil, maka hamba akan menerimanya. Tapi jika nanti wanita itu sampai menganggu rencana Tuan maka hamba akan langsung melenyapkannya tanpa harus menunggu perintah dari Tuan lagi," ucap Jia Yue penuh dengan emosional karena masih setengah tidak rela jika tuannya menikah dengan Shangguan Mai. Orang yang telah menjadi musuh bebuyutan pembunuh Sungai Kegelapan akhir-akhir ini.

"Aku akan melenyapkannya sendiri jika nanti wanita itu memang sangat merepotkan. Jadi kamu tidak perlu mengkhawatirkan hal yang tidak penting seperti ini karena hanya akan membuatku kesal saja. Ah, kenapa aku baru menyadarinya kalau kamu ini sangat cerewet?" keluh Pangeran kesembilan dengan menghela napas. "Apa sekarang kamu sudah mengerti kalau pernikahanku ini hanya alat untukku untuk memasuki istana lagi?" tanya Pangeran Xiao Zhi sambil mengangkat dagu wanita cantik itu agar menatap matanya.

"Hamba sudah mengerti, Tuan," jawab Jia Yue sambil menatap Pangeran kesembilan dengan penuh ketakutan karena dia kembali melihat aura membunuh yang cukup kuat dari matanya.

Meskipun Jia Yue sudah lama mendampingi dan melayani Pangeran Xiao Zhi, tetapi dia masih saja merasa takut padanya karena dia sering melihat kebengisan dan kekejaman tuannya saat menghukum atau membunuh orang. Mungkin kekejaman dan kedinginan Pangeran kesembilan ini dipengaruhi oleh masa lalunya yang pernah tinggal di Pagoda Suo Yao dan berguru pada penjahat yang paling kejam.

Selama ini pria tampan itu tidak pernah kenal ampun dan sangat kejam kepada siapa saja. Tatapannya selalu dipenuhi oleh aura membunuh yang sangat menakutkan. Sekali membuat kesalahan atau berkhianat padanya maka orang itu akan kehilangan kepalanya.

"Kenapa kamu masih takut denganku seperti ini? Padahal kamu sudah cukup lama melayaniku," ucap Pangeran kesembilan sambil mengelus kepala Jia Yue dengan lembut. "Tenanglah, aku tidak akan menghukum atau membunuh pelayan kesayanganku hanya karena dia berbuat kesalahan," ucap Pangeran kesembilan lagi langsung bisa membuat Jia Yue tersenyum kecil dan berani menatap matanya.

Bisa dibilang hubungan Pangeran kesembilan dengan Jia Yue tidak sekadar tuan dan pelayan melainkan penolong dan pengikut. Pangeran kesembilan yang telah menolong Jia Yue dari perbudakan dahulu dan mengajarinya ilmu bela diri. Karena alasan inilah Jia Yue menganggap Pangeran kesembilan sebagai sesosok dewa.

***

"Aku benar-benar merasa kasihan dengan nasibmu, Adikku Sayang. Siapa sangka wanita yang selalu menyombongkan dirinya dan merasa paling hebat akan berakhir tragis seperti ini," ucap sepupu Shangguan Mai, Shen Ke Yi, saat menyambut Shangguan Mai tiba di istana.

Shen Ke Yi adalah selir termuda yang sangat disayangi dan difavoritkan oleh Kaisar. Ia juga merupakan orang yang paling dipercayai oleh Kaisar. Bahkan ucapan dan permintaannya yang tidak masuk akal sering kali didengar dan dipenuhi oleh Kaisar. Dengan kecantikan dan sikap manjanya, ia berhasil merebut hati Kaisar dan sering kali mengendalikannya dalam rayuannya.

Alasan Shen Ke Yi sengaja dikirim ke istana sebagai selir adalah untuk memperkuat militer Keluarga Shen yang masih kalah kuat dengan Keluarga Shangguan. Namun, alasan utama di balik dia dikirim ke istana adalah untuk menjalankan misi rahasia Keluarga Shen.

"Salam, Selir Agung," ucap Shangguan Mai sambil membungkukkan badan dan tersenyum manis seolah-olah tidak peduli dengan sindirannya.

Ah, bukan seolah-olah lagi Shangguan Mai memang tidak peduli dengan sindiran itu dan tetap terlihat angkuh seperti biasanya. Bagi Shangguan Mai, Shen Ke Yi tetaplah bukan saingan yang pantas untuknya.

"Aku benar-benar beruntung karena langsung disambut oleh selir kesayangan Kaisar. Sepertinya hidupku tidak akan berakhir tragis melainkan penuh berkah karena aku mendapatkan anugerah langsung dari Selir Agung," ucap Shangguan Mai dengan masih tersenyum manis karena sengaja ingin membuat Shen Ke Yi kesal.

"Aku sangat yakin bahwa kesombonganmu ini akan hilang saat kamu nanti dikubur hidup-hidup bersama Pangeran kesembilan. Ingatlah, umur suamimu itu sangat pendek. Dia bisa mati kapan saja. Mungkin saja besok. Siapa yang tahu," ucap sepupu Shangguan Mai dengan nada mengejek, tetapi Shangguan Mai malah tertawa dan menatapnya dengan tatapan mengejek.

"Apa Selir Agung sudah sangat yakin bahwa suamiku benar-benar mempunyai umur yang pendek? Sekalipun itu memang benar maka aku akan menantang dewa untuk membuat umurnya menjadi panjang. Bukankah selama ini aku dikenal sebagai wanita sombong yang selalu melawan takdir? Jadi kali ini pun aku akan melawan takdir suamiku," balas Shangguan Mai penuh dengan keangkuhan membuat Selir Agung menjadi sangat kesal.

Ah, dia memang belum pernah bisa mengalahkan Shangguan Mai, meskipun itu hanya sekadar pembicaraan atau perdebatan kecil. Shangguan Mai tetaplah Shangguan Mai. Dia tetap angkuh dan tidak mau kalah meskipun hidupnya sekarang berada di ujung tanduk. Baginya pernikahan ini tidak akan bisa mengikatnya.

"Nona Panglima memang sangat percaya diri dan kelihatannya tulus dengan putraku. Ternyata aku memang tidak salah pilih untuk membuat Nona menjadi istri putraku yang pecundang dan lemah itu. Namun, apakah Nona bisa memberikan jaminan padaku jika Nona memang benar-benar tulus dengan pernikahan ini?" tanya Kaisar yang tiba-tiba muncul dan menantang Shangguan Mai.

Shangguan Mai langsung tersenyum pahit karena dia sudah bisa menebak apa yang diinginkan oleh Kaisar. "Tentu saja, karena pendosa seperti hamba ini hanya bisa memberikan ketulusan pada Kaisar," jawab Shangguan Mai sambil berlutut dan memberi salam pada Kaisar.

"Apa Kaisar ingin hamba menyerahkan plakat militer dan mengundurkan diri sebagai panglima perbatasan utara?" tanyanya yang mencoba memastikan jika tebakannya benar bahwa Kaisar ingin melemahkan kekuatan militer Keluarga Shangguan dan mengikatnya secara halus menggunakan pernikahan politik ini.

Alasan Kaisar melakukan hal ini karena ia tidak dapat langsung mencabut kekuasaan Keluarga Shangguan. Apalagi Shangguan Mai sudah banyak berjasa untuk Kerajaan Liang dan segani oleh para prajurit yang ada di perbatasan utara. Shangguan Mai juga sangat ditakuti oleh bandit-bandit kejam yang ada di sana.

Takutnya jika Kaisar langsung mencabut kekuasaannya, maka akan timbul pemberontakan dari perbatasan utara. Jika itu sampai terjadi, maka sangat merepotkan dan membahayakan kerajaan yang belum mempunyai putra mahkota.

"Jika Nona berkenan menyerahnya, maka aku akan sangat bahagia dan merasa tenang karena itu membuktikan bahwa Nona memang tulus dengan pernikahan ini dan tidak punya maksud lain," jawab Kaisar, langsung membuat Shangguan Mai kembali tersenyum pahit karena tebakannya memang benar jika Kaisar ingin mencegahnya untuk tidak melakukan apapun.

"Baiklah, jika memang itu yang membuat Kaisar merasa tenang, maka hamba bersedia menyerahkan plakat militer milik hamba dan berkenan menjadi wanita biasa," ucap Shangguan Mai sambil menyerahkan plakat militernya pada Kaisar.

Bukan kesedihan yang dirasakan oleh Shangguan Mai setelah berubah menjadi wanita biasa, melainkan perasaan lega. Dengan demikian, dia dapat dengan bebas mengacaukan istana sesuai keinginannya. Saat ini, dia tidak perlu khawatir akan konsekuensi tindakannya terhadap bawahannya dan ancaman terhadap keselamatan mereka. Fokus utamanya sekarang adalah mengidentifikasi pelaku utama yang bertanggung jawab atas pembunuhan Pangeran kedelapan, bukan lagi mengejar jabatan atau kekuasaan.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status