Beranda / Pendekar / Beauty Lies in the Eyes / Kehebohan di Paviliun Sedayu

Share

Kehebohan di Paviliun Sedayu

Penulis: Diah Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sesampainya di Paviliun Sedayu, Shangguan Mai dengan cepat melumpuhkan puluhan prajurit yang berjaga di sana. Bahkan wanita kasar itu sama sekali tidak memberi kesempatan kepada Su Yan Li untuk membantunya. Jika tidak diingatkan oleh Su Yan Li, mungkin saja dia sudah menewaskan para prajurit itu karena dia sudah kehilangan kendali. Shangguan Mai lupa bahwa dia bukan sedang dalam pertempuran.

"Berhati-hatilah jangan sampai kamu membunuh mereka semua. Kalau tidak, kamu akan merepotkanku nanti," teriak Su Yan Li yang memperingatkan Shangguan Mai untuk tidak terlalu ganas pada mereka.

"Diamlah, jangan mengangguku yang sedang bersenang-senang. Kalau tidak, aku akan melempar pisau ini ke arahmu lagi," ucap Shangguan Mai yang justru mengancam Su Yan Li dan tetap menyerang mereka dengan ganas agar cepat bisa masuk ke Paviliun Sedayu.

Sementara Pangeran Xiao Zhi yang sudah masuk duluan ke Paviliun Sedayu untuk mencari surat yang ditinggalkan oleh Pangeran kedelapan sebelum kematiannya, segera keluarsetelah mendengar keributan di luar paviliun. Namun, dia meminta Jia Yue untuk tetap di dalam dan mencari surat yang ditinggalkan oleh kakaknya.

Dari puncak paviliun, Pangeran Xiao Zhi mengawasi kejadian yang terjadi di bawah. Dengan cepat, dia dapat mengenali bahwa wanita bercadar yang menciptakan keributanadalah Shangguan Mai. Dari postur tubuhnya dan sorotan matanya yang tajam, tetapi terlihat lembut. Pangeran Xiao Zhi yakin selain istrinya tidak ada wanita lain yang memiliki mata seindah itu.

Senyum miring terukir di bibirnya saat melihat Shangguan Mai mampu melumpuhkan puluhan prajurit hanya dengan satu serangan. Ternyata, rumor tentang keganasan dan kekuatannya benar adanya. Namun, mengapa dia tidak bertindak saat dibius dan membiarkannya pergi? Mengapa Shangguan Mai tidak mengungkapkan kebohongannya? Apa motif di balik tindakannya tersebut?

"Jadi, seperti inilah saat kamu bertarung, istriku. Pantas saja semua anggotaku bisa mati di tanganmu. Kamu memang wanita yang menarik dan sulit untuk ditebak," ucap Pangeran Xiao Zhi sambil tersenyum miring dan menatap Shangguan Mai dari kejauhan.

"Kurang ajar! Berani-beraninya penyusup rendah sepertimu membuat kekacauan di Paviliun Sedayu," ucap Kasim Du yang akhirnya keluar untuk menghadapi Shangguan Mai yang sudah kesetanan.

Shangguan Mai langsung tersenyum sinis karena orang inilah yang dia cari. Tanpa bicara apapun lagi, wanita kasar itu langsung melempar sisa bius dari pakaiannya tadi ke arahnya. Tentu saja serangannya yang tidak terduga ini langsung membuat Kasim Du tumbang dan tertidur.

"Cepat bantu aku menggotong pria tua ini!" perintah Shangguan Mai pada Su Yan Li yang sejak tadi hanya menonton.

"Baiklah, kita juga harus cepat pergi dari sini karena sebentar lagi prajurit utama akan datang ke sini," ucap Su Yan Li sambil menggendong Kasim Du di punggungnya.

Namun, alih-alih meninggalkan tempat itu, Shangguan Mai malah menunda kepergiannya. Terlihat jelas bahwa dia sengaja ingin menunggu prajurit utama datang. Tindakannya ini sungguh membuat Su Yan Li kesal karena dia tidak mengetahui sebenarnya apa yang diinginkan oleh Shangguan Mai.

Apakah dia tidak takut ditangkap oleh mereka? Ah, Shangguan Mai mana kenal takut. Siapa juga yang bisa menangkapnya. Jadi tidak ada gunanya bagi Su Yan Li untuk mengkhawatirkannya seperti ini.

Setelah mendengar suara langkah mereka. Shangguan Mai langsung memilih salah satu dari prajurit yang telah tumbang untuk digores dahinya. Wanita gila itu menulis pesan di dahi prajurit itu dengan darahnya.

"Jika ingin kasim tua ini selamat, berikan aku uang sebanyak 100.000 tahil emas dan temui aku di hutan persik satu bulan lagi. Aku pastikan kasim tua ini pulang dalam keadaan utuh," tulisnya sambil menggantung tubuh prajurit malang itu di pohon.

Aksi Shangguan Mai ini bukan gila lagi, tetapi sudah sangat gila. Dia benar-benar menantang orang-orang istana.

Setelah Shangguan Mai meninggalkan Paviliun Sedayu, kehebohan yang ada di sana semakin besar. Pasalnya, setelah menemukan surat peninggalan kakaknya, Pangeran Xiao Zhi langsung membakar arsip-arsip dan catatan penting di dalam gudang agar bisa menghapus jejaknya.

Sebelum meninggalkan Paviliun Sedayu, Pangeran kesembilan memainkan lagu kematian dengan seruling iblisnya. Untuk menyiksa para prajurit yang menurutnya sangat bodoh dan tidak berguna. Alunan musik dari lagu kematian itu terdengar sangat menyedihkan dan mendayu. Sehingga tanpa sadar membuat pendengarnya menangis darah.

Para prajurit utama yang baru datang langsung dibuat menjerit kesakitan dengan lagu kematiannya. Mereka menutupi telinganya yang sudah berdarah karena tidak kuat mendengarkan alunan musik yang menyiksa telinga dan mata mereka. Setelah cukup puas menyiksa mereka, Pangeran Xiao Zhi langsung menghentikan permainan serulingnya lalu terbang di tengah kobaran api.

"Mereka benar-benar sangat lemah. Bagaimana bisa mereka tumbang hanya karena wanita dan seruling. Beginikah prajurit yang diandalkan Ayahanda untuk menjaga istana?" gumam Pangeran Xiao Zhi dengan menghela napas sambil menggelengkan kepalanya. Setelah mengetahui fakta bahwa prajurit utama kekaisaran ternyata cukup lemah. Sebenarnya bukan lemah, tetapi musuhnya saja yang terlalu kuat.

"Lihatlah di atas sana! Itu Bocah Iblis dari Gunung Shu, si murid terkenal dari petapa gila," ucap seseorang prajurit muda sambil menunjuk ke arah Pangeran Xiao Zhi.

Saat prajurit muda itu hendak mengejarnya, dia langsung ditahan oleh rekannya. "Jika sudah tahu itu Bocah Iblis, jangan dikejar karena kita bukan tandingannya. Berpura-puralah tidak melihat apa-apa jika kamu masih ingin selamat," ucap rekannya yang memilih untuk memadamkan api daripada mengejar Pangeran Xiao Zhi.

Prajurit lainnya juga tidak mengejar Jia Yue yang ikut kabur bersama Pangeran Xiao Zhi karena mereka menyadari bahwa Jia Yue masih bagian dari komplotan. Mereka juga tidak mengejar Shangguan Mai dan Su Yan Li yang terlihat belum jauh karena menganggap bahwa mereka juga masih satu komplotan.

Di dunia persilatan, siapa yang tidak mengenal Bocah Iblis. Identitas lain dari Pangeran Xiao Zhi ini dikenal sebagai petarung yang sangat kejam dan tidak mengenal belas kasihan. Belum ada pendekar dari sekte bela diri manapun yang berani menantangnya karena ilmu bela dirinya dianggap sangat tinggi dan tidak dapat ditandingi. Bahkan,dia dijuluki sebagai si Jenius dari Gunung Shu.

Konon, Bocah Iblis selalu mengenakan topeng karena wajahnya dikatakan menyerupai monster. Kabar lain menyebutkan bahwa dia masih berasal dari keluarga bandit di perbatasan utara yang katanya seorang kanibal. Itulah alasan mengapa semua orang merasa takut jika harus berhadapan dengannya.

"Tapi jika tidak dikejar, kita akan disalahkan karena tidak berhasil menangkap si pembuat onar yang sudah mengacak-acak Paviliun Sedayu. Aku lebih takut dengan kemurkaan Selir Agung daripada Bocah Iblis yang tidak tertandingi," ucap prajurit muda itu yang tetap mengejar Pangeran Xiao Zhi.

Karena tidak mampu mengejar qing gong Pangeran Xiao Zhi yang cepat dan lincah. Prajurit muda itu terpaksa mengeluarkan anak panahnya untuk membuat Pangeran kesembilan berhenti. "Cepat berhenti atau aku akan melepaskan anak panahku ini ke arahmu," ancamnya yang langsung melepaskan anak panahnya ke arah Pangeran Xiao Zhi. Ah, pemuda ini terlalu berani untuk mencari gara-gara dengan Pangeran Xiao Zhi.

Dengan kecepatan yang mengagumkan, Pangeran Xiao Zhi berhasil menghindari anak panah yang ditembakkan ke arahnya, lalu mengubah arah anak panah tersebut. Ia mendekati prajurit muda itu dan dengan kasar untuk mencekik lehernya. Pemuda itu tidak mampu melawan karena Pangeran Xiao Zhi telah menghambat gerakannya, bahkan membuat pemuda angkuh itu berada dalam kendali penuhnya.

"Kenapa kamu malah mengejarku? Bukankah seharusnya kamu mengejar wanita bercadar itu? Karena dia sudah menculik kasim penjaga kalian." Pangeran Xiao Zhi mencekik leher pemuda itu dengan sangat kuat. Sampai-sampai membuatnya kesulitan bernapas dan hampir mati.

"Wanita itu tidak penting karena dia hanya komplotanmu saja. Jika aku berhasil menangkapmu, maka aku juga akan berhasil menangkapnya," ucap pemuda itu sambil menatap Pangeran Xiao Zhi dengan sangat tajam dan tidak takut jika akan dihabisi olehnya.

Keberanian yang ditunjukkan oleh pemuda itu mendorong Pangeran Xiao Zhi untuk melepaskan cengkeramannya dan memberikan pengampunan karena ia sangat menghargai orang-orang yang berani seperti pemuda ini.

"Wanita itu bukan komplotanku jika aku punya komplotan sehebat dirinya maka aku tidak perlu turun tangan sendiri seperti ini," ucapnya sambil menepuk-nepuk pipi prajurit muda itu dengan kasar.

"Ah, sayang sekali jika pemuda pemberani sepertimu ini harus menjadi anjing istana. Bagaimana kalau kamu menjadi anggotaku saja? Kalau orang keras kepala dan tidak takut mati sepertimu ini dilatih dengan sungguh-sungguh, pasti bisa menjadi pembunuh andalan. Jadi temui aku kapan-kapan jika kamu sudah merasa lelah dengan istana ini," bisik Pangeran Xiao Zhi sebelum menghilang dari pandangannya.

***

Bab terkait

  • Beauty Lies in the Eyes   Pertarungan dan Taktik

    Setelah memastikan bahwa Su Yan Li berhasil membawa Kasim Du keluar dari istana, Shangguan Mai memutuskan untuk kembali ke Paviliun Baixiang. Dia berpura-pura tertidur agar Pangeran Xiao Zhi tidak curiga. Jika sebelumnya dia tidak berhasil membiusnya.Tindakan ini diambil oleh Shangguan Mai untuk dapat mengetahui latar belakang Pangeran Xiao Zhi yang menyembunyikan kecerdasannya. Dia yakin bahwa kematian Permaisuri tidak semudah seperti yang diketahui. Pasti ada alasan yang membuat seorang yang secerdas Pangeran Xiao Zhi harus bersembunyi seperti ini.Pangeran Xiao Zhi yang kembali ke kamar, mulai terlihat canggung karena bingung harus bereaksi bagaimana terhadap Shangguan Mai. Haruskah ia berpura-pura tidak mengetahui apa-apa? Jika sebelumnya upayanya untuk membiusnya tidak berhasil. Ataukah ia sebaiknya langsung menyerang, mengingat Shangguan Mai telah mengetahui kebohongannya. Ah, ini benar-benar membuatnya frustrasi karena wanita itu begitu sulit ditebak.Ketika Pangeran Xiao Zhi

  • Beauty Lies in the Eyes   Kerja Sama yang Romantis

    "Ternyata waktu memang bisa mengubah karakter seseorang, tapi anehnya pelukanmu masih sama hangatnya seperti dulu," ucap Shangguan Mai sambil membalas pelukan Pangeran Xiao Zhi dengan hangat, meskipun sebenarnya dia masih agak gugup dan terkejut dengan tindakannya. "Apa maksudmu? Apakah dulu kita pernah bertemu?" tanya Pangeran Xiao Zhi yang perlahan melepaskan pelukannya karena kurang nyaman dengan sikap Shangguan Mai yang berubah menjadi sedikit agresif seperti wanita penggoda.Shangguan Mai yang melihat Pangeran Xiao Zhi menjadi canggung langsung tertawa kecil dan berniat untuk menggoda lagi. Wanita cantik itu langsung mempererat pelukan Pangeran Xiao Zhi yang hampir dilepaskannya. Dengan sengaja, dia menatapnya dengan penuh intensitas dan tersenyum manis. "Bisa dibilang seperti itu, jika tidak, mana mungkin aku mau menikah denganmu. Sayang sekali kamu tidak mengingat pertemuan awal kita. Padahal, dulu kamu pernah berjanji padaku," jawab Shangguan Mai yang semakin menggoda dan me

  • Beauty Lies in the Eyes   Takbir Pelaku Pembunuhan Mulai Terungkap

    Ketika Shangguan Mai tiba di pengadilan, semua mata seketika tertuju padanya. Mereka menatap Shangguan Mai dengan tatapan tajam. Kehadiran wanita yang kasar ini di pengadilan hanyalah formalitas semata karena mereka telah mengatur hukuman untuknya. Mereka tidak berniat memberikan kesempatan pada Shangguan Mai untuk berbicara atau membela diri.Namun, Shangguan Mai tetaplah Shangguan Mai. Dia sama sekali tidak merasa takut karena inilah yang diinginkannya. Sebaliknya, dia merasa bingung dengan sikap sepupunya. Mengapa sepupunya menatapnya dengan penuh kebencian dan jijik? Seolah-olah dia adalah orang yang paling tidak layak untuk dilihat. Ah, sungguh konyol karena sebenarnya dialah yang tidak pantas untuk dilihat. Wanita yang bersedia menikahi pria tua demi kekayaan dan kekuasaan sama sekali tidak patut dihormati. Bagi Shangguan Mai, kekuasaan yang diperoleh dari pria hanyalah angin lalu.Dengan setengah malas, Shangguan Mai memberi hormat pada mereka. "Hamba memberi salam pada Selir A

  • Beauty Lies in the Eyes   Pertarungan yang Romantis

    Ketika Shangguan Mai kembali ke kamarnya, ia langsung diserang secara tak terduga oleh Pangeran Xiao Zhi. Serangantiba-tiba tersebut membuatnya terjatuh karena ia tak pernah menduga bahwa Pangeran Xiao Zhi akan menyerangnya sekali lagi. Kali ini, ia sama sekali tidak memiliki kesiapanuntukmenghindari serangan tersebut. Jadi ia terpaksa menyerang balik demi bertahan. Shangguan Mai yang terjatuh terpaksa menyerang Pangeran Xiao Zhi dengan posisi setengah tertidur. Dia hanya bisa menggunakan satu tangan karena tangan yang satunya digunakan untuk menopang tubuhnya. Sementara Pangeran menyerangnya dari atas dan menahan tubuhnya dengan ilmu ringan tubuhnya yang luar biasa. Mereka saling mengeluarkan jurus dan trik untuk menyerang satu sama lain. Meskipun pertarungan ini terlihat tidak imbang karena posisi Shangguan Mai yang tidak menguntungkan. Namun, pertarungan ini sungguh menakjubkan karena dilakukan oleh dua master bela diri. Entah, siapa yang akan menang. Mereka sama-sama hebat u

  • Beauty Lies in the Eyes   Pertemuan dan Kenangan Masa Lalu

    Pangeran Xiao Zhi yang tidak suka belajar ilmu bela diri memilih untuk kabur dari istana dan bersembunyi di Hutan Qingshan yang sering digunakan untuk berburu Kaisar. Hutan berburu itu adalah tempat persembunyian Pangeran Xiao Zhi untuk belajar dan menghafal semua pelajaran yang diberikan Guru Agung padanya. Di sanalah dia bisa menenangkan diri dan bersantai tanpa ada orang yang mengganggunya. Namun, saat Pangeran Xiao Zhi sedang menikmati membaca antologi puisi serta beberapa karya hukum yang berkaitan dengan Kerajaan Liang, tiba-tiba terdengar suara tangisan dari dalam sumur. Ia menebak jika suara tangisan itu berasal dari hantu perawan yang kerap menjadi pembicaraan di kalangan pelayan istana. Jadi dia memilih untuk mengabaikannya dan tetap bersantai di bawah pohon plum.Pangeran Xiao Zhi meyakini bahwa suara yang terdengar bukanlah tangisan hantu perawan yang tidak berhasil menikah, melainkan ulah seseorang yang berniat untuk menakut-nakuti orang lain. Kemungkinan orang itu tidak

  • Beauty Lies in the Eyes   Ketua Balai Neraka yang Sesungguhnya

    "Lapor Yang Mulia, Selir Agung ingin bertemu dengan Yang Mulia sekarang," ucap Kasim Agung sambil memberikan hormat dan salam pada Kaisar. "Katakan padanya jika hari ini aku tidak ingin bertemu dengan siapapun," titah Kaisar yang sedang bermain catur sendirian. "Tapi Selir Agung ingin.... " Perkataan Kasim Agung langsung dipotong dengan kasar oleh Kaisar. Kaisar yang semula tidak menatapnya langsung menatapnya dengan tajam dan kasar. "Bukankah aku sudah mengatakannya bahwa aku tidak ingin bertemu dengan siapapun sekarang? Jadi kenapa kamu masih saja memaksaku untuk bertemu dengan Selir Agung? Apa kamu ingin dihukum, hah?" bentak Kaisar yang bangkit dari kursinya dan menghampiri Kasim Agung yang tertunduk dengan badan gemetar. Kasim Agung langsung bersujud. "Maafkan kelancangan hamba, Yang Mulia. Hamba akan memberitahu Selir Agung jika Yang Mulia sudah tidur," ucap Kasim Agung yang kembali memberikan hormat dan salam kepada Kaisar, kemudian meninggalkan kamar Kaisar dengan langkah

  • Beauty Lies in the Eyes   Dalang di Balik Pembunuhan

    "Aku memberikan dukungan kepada kalian bukan untuk mendapatkan kegagalan, tapi untuk mendapatkan kemenangan. Andai aku tahu jika putrimu itu tidak berguna, aku tidak akan membantunya untuk menjadi selir istana. Ah, kalian benar-benar telah mengecewakanku," ucap Putri Xiao Fang Fei sambil menatap tajam Shen Mu Chen yang setengah berlutut padanya. Meskipun Shen Mu Chen memiliki status sebagai pangeran dari Kerajaan Huanxi, namun di hadapan Putri Xiao Fang Fei, ia hanya dianggap sebagai budak karena kekayaan dan status tinggi yang ia dapatkan sekarang berasal dari sang putri. Putri Xiao Fang Fei adalah putri sulung Kaisar yang keberadaannyaseakan terlupakan. Meskipun kontribusi dan pencapaiannya di Kerajaan Liang sangat mengagumkan, namun ia tak pernah dihargai atau diakui oleh sang Kaisar. Bahkan ketika ia dijadikan sandera oleh Kerajaan Huanxi pada usia lima tahun, sang Kaisar menolak untuk menyelamatkannya dan enggan memulai perang. Sebaliknya, ia lebih memilih untuk mencapai kesepa

  • Beauty Lies in the Eyes   Perjamuan Istana

    Telah menjadi tradisi turun-temurun bagi keluarga kerajaan untuk mengadakan upacara penyambutan atau merayakan pernikahan anggota keluarga mereka dengan menggelar jamuan yang mewah. Acara kerajaan ini umumnya dihadiri oleh semua anggota kerajaan. Mereka biasanya memberikan hadiah kepada anggota kerajaan yang menikah dan memberkati wanita yang menjadi istri mereka.Namun, pada pagi ini, perjamuan kerajaan hanya dihadiri oleh sebagian pangeran dan beberapa selir mereka. Mirisnya lagi, hadiah yang mereka berikan kepada Shangguan Mai bukanlah barang berharga atau mewah, bahkan ada yang tidak memberikan hadiah. Ah, ini sungguh penghinaan besar bagi Shangguan Mai. Mereka sama sekali tidak menganggap Shangguan Mai bagian dari mereka.Meskipun demikian, Shangguan Mai tidak memperdulikan hal itu karena kehadirannya dalam acara perjamuan kerajaan bukanlah untuk memperoleh hadiah, melainkan untuk mencari kesempatan berbicara dengan Kaisar. Jika ia dan Pangeran Xiao Zhi berniat untuk meninggalkan

Bab terbaru

  • Beauty Lies in the Eyes   Misteri Kota Dacangq

    Di Kerajaan Liang, suasana di Kota Dacang berbanding terbalik dengan suasana ibukota Huanxi yang diterpa musim dingin. Kota Dacang yang dulunya pusat perdagangan sutra kini hanya menyisakan kengerian. Rumah-rumah kosong, bayangan bangunan yang runtuh dan jalanan yang dipenuhi tubuh-tubuh membeku dalam keheningan. Aroma busuk bercampur dengan angin dingin yang menghempas, membuat setiap tarikan napas terasa berat.Rombongan Xiao Zhaoyang bergerak pelan, menembus kabut tebal yang mengelilingi gerbang kota. Mata-mata penduduk yang bersembunyi di balik celah pintu dan jendela memancarkan ketakutan yang nyaris melumpuhkan."Tak ada yang berani keluar. Mereka seperti takut pada sesuatu yang lebih buruk dari kematian." Su Yan Li berkata, suaranya pelan namun jelas mengandung nada waspada.Zhaoyang mengangkat tangannya, menenangkan pasukannya. "Kami datang untuk membantu. Jika kalian tidak membukakan gerbang, bagaimana aku bisa menyelamatkan kalian?" Suara Zhaoyang menggema di antara bangunan

  • Beauty Lies in the Eyes   Kehampaan yang Membara

    Di sudut Istana Dingin, yang nyaris dilupakan oleh waktu, Shen Ying duduk di tepi jendela, menatap hamparan salju yang terus turun tak henti. Paviliun tempatnya dikurung terlihat suram dan muram, seakan mencerminkan kekosongan hatinya. Tubuhnya dipenuhi luka, sisa-sisa hukuman yang ia terima kemarin akibat melindungi Wang Shui, tetapi tak satu pun dari lukanya terasa. Bukan hanya rasa sakit fisik, tapi juga emosional. Kehidupan Shen Ying adalah kehampaan yang dingin.Di ranjang sempit dan usang, Shen Ying duduk dengan tubuh lemah, matanya kosong menatap keluar jendela. Jika ia mampu merasakan, mungkin ia akan menangis. Air mata yang keluar dari matanya hanyalah respon dari tubuhnya bukan dari jiwanya. Baginya, tangisan ataupun kesedihan adalah hal yang tidak dimengerti. Di belakangnya, Wang Shui, pelayan setianya, berjalan perlahan, air mata jatuh tanpa bisa ditahan. Setiap hari, melihat penderitaan nona kecilnya membuat hatinya perih, dia selalu bertanya-tanya, kapan kebahagiaan ak

  • Beauty Lies in the Eyes   Perjalanan Mencari Kebenaran

    Setelah Kaisar mengeluarkan perintah, rombongan penyelidik dari Kementerian Hukum dan Balai Neraka melaju menuju Kota Dacang, dipimpin oleh Putra Mahkota Xiao Zhaoyang dan didampingi oleh Su Yan Li. Kereta-kereta mereka penuh dengan bahan makanan dan obat-obatan untuk penduduk Dacang yang kelaparan dan terluka akibat kekacauan yang terjadi. Kota yang dulu megah kini dilanda kematian dan kekacauan, dan racun yang menyebar telah mengubah penduduknya menjadi makhluk yang mengerikan.Di antara para penyelidik, Cui Xing mencuri perhatian dengan sigap membawa peralatan autopsinya. Keberaniannya dalam menghadapi situasi sulit tampak jelas. Ia lebih memilih bekerja di lapangan, di mana kebebasan dan petualangan menjadi daya tarik utama baginya, jauh dari aturan yang membatasi dirinya. Cui Xing memandang dengan cermat sekelilingnya, memperhatikan lingkungan yang kian memburuk, dan memikirkan puluhan mayat yang akan diperiksanya nanti. Di tengah ketegangan itu, tirai kereta Putra Mahkota sedik

  • Beauty Lies in the Eyes   Misi Dua Pangeran

    "Maksudmu..." Perkataan Shangguan Mai tertahan, bibirnya gemetar. Bayangan masa lalu yang kelam kembali menghantui. Ia tak bisa menahan rasa takut yang perlahan menjalar. Berapa banyak lagi korban yang harus jatuh? Tragedi ini... apakah keluarganya akan direnggut sekali lagi?"Ya, seperti yang Yang Mulia Ratu bayangkan," Su Yan Li memulai dengan nada datar, namun penuh beban. "Dalam semalam, Kota Dacang berubah menjadi lautan darah. Banyak penduduk tewas mengenaskan, diserang oleh sesama warga yang terinfeksi racun misterius. Kota megah itu kini menjadi kota mayat hidup, tak lebih dari reruntuhan yang dipenuhi dengan makhluk-makhluk tak bernyawa," jelas Su Yan Li.Wajah Kaisar memucat, sementara tatapan Shangguan Mai mengeras. Mereka saling bertukar pandang, menyadari ketakutan yang menggerogoti hati mereka. Apakah ini ulah pengkhianat dari dalam istana lagi? Semua pengikut Putri Xiao Fei Feng sudah dibereskan, tapi siapa yang kali ini akan mengkhianati mereka?Atau... Apakah ini bal

  • Beauty Lies in the Eyes   Racun Iblis: Tragedi Masa Lalu Terulang Kembali

    Sementara itu, suasana tegang kembali menyelimuti Kerajaan Liang, lebih tepatnya di ruang sidang istana. Kaisar sangat murka. Meskipun Putra Mahkota Xiao Zhaoyang telah berhasil mengadili kasus bunuh diri massal di Meihua Gong yang melibatkan putra Marquis Lai Luo Que. Namun, tidak ada prestasi yang cukup besar untuk menutupi kesalahan fatalnya: mengunjungi Meihua Gong, tempat yang sama sekali tidak pantas dikunjungi oleh putra mahkota. Tak hanya Zhaoyang yang dipanggil, Pangeran Xiao Wu Yan—yang seharusnya menjaga kakaknya—juga dihadapkan pada hukuman.Kedua pangeran melangkah masuk ke ruang utama dengan tenang. Dinding-dinding yang biasanya megah kini seolah memancarkan ketegangan, dipenuhi dengan bayangan masa lalu yang kelam. Tatapan Kaisar—yang dahulu dikenal sebagai Bocah Iblis, pemimpin pembunuh Sungai Kegelapan—tajam dan dingin, cukup untuk membuat pejabat paling berani gemetar. Namun, kedua putranya tidak terpengaruh. Langkah mereka tetap ringan, penuh percaya diri."Salam

  • Beauty Lies in the Eyes   Cahaya Keadilan

    Pengadilan terasa seperti perang tanpa senjata. Marquis Lai Luo Que, wajahnya merah padam, berusaha mempertahankan ketenangannya di tengah kerasnya tuduhan yang dilemparkan pada putranya. Sementara Cui Xing tampak tenang, dia sangat yakin jika ia akan memenangkan pengadilan ini dan menghukum Lai Yan. “Bukti apa lagi yang kau punya, hah? Putraku sudah membuktikan kelemahannya—itu saja cukup menunjukkan bahwa dia tak bersalah! Berhentilah memfitnah putraku, Nona Cui,” suaranya bergemuruh, bergetar oleh kemarahan dan ketidakberdayaan.Cui Xing, tetap tenang dan tersenyum tipis. "Kelemahan putramu, Marquis, adalah bagian dari bukti itu sendiri. Bukankah kau pernah bertanya-tanya, mengapa putramu kehilangan kemampuan untuk mempunyai keturunan?" Nada suaranya terdengar seperti sedang memberi tahu sebuah rahasia, namun penuh ejekan.Perkataan Cui Xing bagai petir di siang bolong, menghantam ruangan itu dengan keheningan. Marquis Lai terdiam, matanya terbelalak sejenak sebelum dengan cepat m

  • Beauty Lies in the Eyes   Generasi Muda: Konflik di Meihua Gong

    Dua puluh tahun telah berlalu sejak Putra Mahkota Xiao Zhi naik takhta dan memerintah sebagai kaisar yang bijaksana dan adil. Di bawah kebijakan Ratu Shangguan Mai, Kerajaan Liang makmur dengan sistem meritokrasi yang membuka peluang bagi sarjana miskin untuk menjadi pejabat tinggi. Mereka diberi hak yang sama dengan anak pejabat istana untuk mengikuti ujian istana. Namun, bayang-bayang masa lalu tetap membayangi, khususnya dengan ketegangan yang belum terselesaikan dengan Kerajaan Huanxi. Dua Kerajaan itu masih terus bersaing dan melempar strategi untuk menguasai satu sama lain. *** Di tengah malam yang sunyi, di dalam Paviliun Yue Man Ting, istana Kerajaan Liang .... Putra Mahkota Xiao Zhaoyang melangkah hati-hati menuju kamar adiknya, Pangeran Xiao Wu Yan. Lampu-lampu lentera memancar samar, membentuk bayangan panjang di sepanjang koridor istana. Ia mengenakan pakaian tidur yang longgar dan sederhana, berbeda dari kemegahan yang biasa ia kenakan. Wajahnya tersembunyi di b

  • Beauty Lies in the Eyes   Pernikahan yang Manis

    Dua bulan telah berlalu sejak insiden tragis tersebut, kediaman Shangguan kini dipenuhi dengan dekorasi dan perlengkapan pernikahan karena Shangguan Mai dan Pangeran kesembilan yang kini menjadi putra mahkota akan mengadakan pernikahan mereka sekali lagi. Sejak pagi, para pelayan istana telah tiba di kediaman Shangguan untuk merias Shangguan Mai agar terlihat memesona dan anggun.Shangguan Mai menatap Jenderal Shangguan dengan pandangan tajam ketika ayahandanya hendak mendekatinya karena ia masih merasa kesal dengan perlakuan sang ayahanda yang telah memanfaatkannya dan menipunya melalui pernikahannya dengan Pangeran kesembilan. Sejak kejadian tragis itu, Shangguan Mai belum berbicara dengan ayahandanya."Apakah kamu masih merasa kesal oleh keputusan ayahanda? Meskipun sebenarnya ayahanda telah mengatur pernikahanmu dengan pria yang sangat kamu impikan, bahkan hingga dua kali pernikahan. Seharusnya kamu bersyukur pada ayahanda," ucap ayahanda Shangguan Mai sambil mendekati Shangguan M

  • Beauty Lies in the Eyes   Akhir dari Segala Kejahatan

    Kematian Pangeran kesembilan dan Shangguan Mai telah menyebar ke seluruh ibu kota, memunculkan kejutan di kalangan elit, termasuk Kaisar dan Jenderal Shangguan. Jenderal Shangguan tak mampu mempercayai kabar bahwa putri tercintanya telah tiada. Namun, berdasarkan laporan mata-mata yang diterimanya, kenyataan pahit itu tak dapat disangkal; putrinya telah tiada dalam keadaan tragis. Saat ini, jenazahnya sedang dalam perjalanan kembali ke istana, ditemani oleh Su Yan Li bersama jenazah Pangeran kesembilan.Di dalam kegelapan penjara bawah tanah, Jenderal Shangguan merenungkan kesalahan yang telah dilakukannya. Seandainya saja ia tak terlalu rakus dalam mengejar pembunuh Permaisuri, mungkin putrinya tak akan mengalami nasib tragis ini. Ia menyesali ketidaktegasannya dalam menjaga putri dan putranya. Sebagai seorang ayah, ia merasa telah gagal dalam melindungi mereka karena kesetiaannya pada Kaisar telah mengorbankan kedua anaknya. Dahulu ia tak mampu menyelamatkan Shangguan Wen Xuan, dan

DMCA.com Protection Status