Beranda / Pendekar / Beauty Lies in the Eyes / Ketua Balai Neraka yang Sesungguhnya

Share

Ketua Balai Neraka yang Sesungguhnya

Penulis: Diah Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-01 01:34:28

"Lapor Yang Mulia, Selir Agung ingin bertemu dengan Yang Mulia sekarang," ucap Kasim Agung sambil memberikan hormat dan salam pada Kaisar.

"Katakan padanya jika hari ini aku tidak ingin bertemu dengan siapapun," titah Kaisar yang sedang bermain catur sendirian.

"Tapi Selir Agung ingin.... " Perkataan Kasim Agung langsung dipotong dengan kasar oleh Kaisar.

Kaisar yang semula tidak menatapnya langsung menatapnya dengan tajam dan kasar. "Bukankah aku sudah mengatakannya bahwa aku tidak ingin bertemu dengan siapapun sekarang? Jadi kenapa kamu masih saja memaksaku untuk bertemu dengan Selir Agung? Apa kamu ingin dihukum, hah?" bentak Kaisar yang bangkit dari kursinya dan menghampiri Kasim Agung yang tertunduk dengan badan gemetar.

Kasim Agung langsung bersujud. "Maafkan kelancangan hamba, Yang Mulia. Hamba akan memberitahu Selir Agung jika Yang Mulia sudah tidur," ucap Kasim Agung yang kembali memberikan hormat dan salam kepada Kaisar, kemudian meninggalkan kamar Kaisar dengan langkah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Beauty Lies in the Eyes   Dalang di Balik Pembunuhan

    "Aku memberikan dukungan kepada kalian bukan untuk mendapatkan kegagalan, tapi untuk mendapatkan kemenangan. Andai aku tahu jika putrimu itu tidak berguna, aku tidak akan membantunya untuk menjadi selir istana. Ah, kalian benar-benar telah mengecewakanku," ucap Putri Xiao Fang Fei sambil menatap tajam Shen Mu Chen yang setengah berlutut padanya. Meskipun Shen Mu Chen memiliki status sebagai pangeran dari Kerajaan Huanxi, namun di hadapan Putri Xiao Fang Fei, ia hanya dianggap sebagai budak karena kekayaan dan status tinggi yang ia dapatkan sekarang berasal dari sang putri. Putri Xiao Fang Fei adalah putri sulung Kaisar yang keberadaannyaseakan terlupakan. Meskipun kontribusi dan pencapaiannya di Kerajaan Liang sangat mengagumkan, namun ia tak pernah dihargai atau diakui oleh sang Kaisar. Bahkan ketika ia dijadikan sandera oleh Kerajaan Huanxi pada usia lima tahun, sang Kaisar menolak untuk menyelamatkannya dan enggan memulai perang. Sebaliknya, ia lebih memilih untuk mencapai kesepa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Beauty Lies in the Eyes   Perjamuan Istana

    Telah menjadi tradisi turun-temurun bagi keluarga kerajaan untuk mengadakan upacara penyambutan atau merayakan pernikahan anggota keluarga mereka dengan menggelar jamuan yang mewah. Acara kerajaan ini umumnya dihadiri oleh semua anggota kerajaan. Mereka biasanya memberikan hadiah kepada anggota kerajaan yang menikah dan memberkati wanita yang menjadi istri mereka.Namun, pada pagi ini, perjamuan kerajaan hanya dihadiri oleh sebagian pangeran dan beberapa selir mereka. Mirisnya lagi, hadiah yang mereka berikan kepada Shangguan Mai bukanlah barang berharga atau mewah, bahkan ada yang tidak memberikan hadiah. Ah, ini sungguh penghinaan besar bagi Shangguan Mai. Mereka sama sekali tidak menganggap Shangguan Mai bagian dari mereka.Meskipun demikian, Shangguan Mai tidak memperdulikan hal itu karena kehadirannya dalam acara perjamuan kerajaan bukanlah untuk memperoleh hadiah, melainkan untuk mencari kesempatan berbicara dengan Kaisar. Jika ia dan Pangeran Xiao Zhi berniat untuk meninggalkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Beauty Lies in the Eyes   Perjalanan ke Gunung Shu

    Malam ini, Pangeran kesembilan dan Shangguan Mai akan berangkat ke Gunung Shu. Mereka sudah menyiapkan semuanya, termasuk menyembunyikan Kasim Du ke dalam kereta. Tubuh pria tua itu diikat dengan sangat kuat dan dimasukkan ke dalam peti yang dirancang seperti peti untuk menyimpan pakaian. Sebelumnya, Su Yan Li sudah membantu Shangguan Mai untuk menyelundupkan Kasim Du ke dalam istana tanpa diketahui oleh siapapun. Su Yan Li membawa Kasim Du bersama dengan harta sitaan yang diserahkan kepada Kaisar. Pria tua itu disembunyikan di antara tumpukan harta sitaan yang dibawa ke istana. Harta sitaan ini berasal dari harta milik pejabat korup yang sudah dijatuhi hukuman oleh balai neraka. Selama ini KasimDu disembunyikan di penjara balai neraka dan dijaga secara pribadi oleh Su Yan Li. Pria tua itu dibiarkan tertidur selama dua hari dan terus diberikan serbuk bius agar tidak terbangun. Hal ini dilakukan untuk mencegah Kasim Du kabur dari sana atau mencoba menghubungi tuannya dan memberikan i

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Beauty Lies in the Eyes   Pertemuan Shangguan Mai dan Jia Yue

    Arus sungai di Gunung Shu sangat deras, ditambah dengan perangkap mematikan yang terpasang di atasnya membuat seseorang akan sulit atau bahkan tidak ada yang mampu menyebranginya. Jika ada seseorang yang tetap memaksa untuk menyebranginya, tubuhnya akan terpotong-potong oleh benang besi yang sangat tajam yang bergerak mengikuti arus sungai. Jika tidak terkena benang besi yang sangat tajam, orang itu akan menghirup asap beracun yang akan keluar ketika kakinya tidak sengaja menyentuh air. Di sebrang sungai inilah markas rahasia pembunuh Sungai Kegelapan berada. "Turunkan aku! Aku akan menyebrangi sungai ini seorang diri saja. Aku masih merasa kesal denganmu," ucap Shangguan Mai sambil menatap tajam Pangeran kesembilan yang masih menggendongnya. "Lagi pula kamu sekarang juga membawa Kasim Du di pundakmu jadi aku tidak mau merepotkan dan membebanimu lagi," tambahnya membuat Pangeran kesembilan segera menurunkannya di atas perbatuan. "Apa kamu yakin? Sungai ini tidak mudah untuk dilew

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Beauty Lies in the Eyes   Permainan Kucing dan Tikus

    Di penjara bawah tanah, Kaisar dan Jenderal Shangguan sedang bermain catur. Kaisar tampak senang saat melihat bidak catur milik Jenderal Shangguan mulai terpojok, tetapi senyumnya seketika hilang saat semua bidaknya hampir termakan oleh bidak Jenderal Shangguan yang terpojok. Strategi yang digunakan oleh Jenderal Shangguan ini dikenal dengan "menangkap kucing dengan menjadi tikus", yakni berpura-pura menjadi pihak yang lemah dan kalah padahal sebenarnya dialah yang mendominasi permainan. "Meskipun aku sudah bermain catur denganmu selama 30 tahun, tapi aku tidak pernah bisa mengalahkanmu. Kamu benar-benar pemain catur yang kejam, Shangguan Heng," ucap Kaisar saat seluruh bidaknya telah habis dimakan oleh bidak Jenderal Shangguan. Jenderal Shangguan menatap Kaisar dengan penuh kontemplasi sambil menikmati sepotong kue bunga persik yang tersaji di meja. Meskipun saat ini Jenderal Shangguan telah dijatuhi hukuman mati, tetapi ia tetap merasakan kenikmatan dan kemewahan di balik jeruji p

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Beauty Lies in the Eyes   Bidak Lain

    Suasana di balai neraka terasa begitu suram dan tegang setelah Su Yan Li memulai interogasi terhadap para pengikut Shen Mu Chen yang terlibat dalam pengumpulan kekayaan dan dana untuk memulai perang. Mereka telah secara diam-diam mencetak uang palsu dan membuat senjata dari hasil tambang ilegal. Kejahatan mereka sebanding dengan pemberontakan terhadap Kaisar.Namun, meskipun sudah banyak mendapatkan penyiksaan, para pengikut setia Shen Mu Chen tidak mau mengaku dan tetap diam. Mereka tetap bersikeras untuk melindungi Shen Mu Chen dan memilih untuk bertanggung jawab atas kesalahan mereka sendiri. Bahkan sebagian dari mereka memilih mati dalam penyiksaan daripada mengungkapkan kebenaran. Ternyata apa yang dikatakan oleh Shangguan Mai memang benar bahwa akansulit untuk membuat mereka membuka mulut karena kesetiaan mereka kepada Shen Mu Chen dan orang yang mendalangi ini semua sangat luar biasa. Inilah sebabnya mengapa Shangguan Mai tidak mengizinkan Su Yan Li untuk melakukan interogasi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Beauty Lies in the Eyes   Kucing dalam Permainan Catur

    Di Paviliun Yue Ge, Putri Xiao Fei Feng sangat kesal karena tidak berhasil menyingkirkan Pangeran kesembilan dan mengkambinghitamkan Shangguan Mai sebagai pelakunya. Akhirnya, dia memecahkan beberapa porselen untuk mengekspresikan kemarahannya. Dia sungguh tidak dapat menerima kegagalan pertamanya.Putri Xiao Fei Feng juga harus menanggung banyak kerugian akibat tambang ilegal yang selama ini menjadi sumber kekayaannya dan dana untuk memulai peperangan telah hancur. Keruntuhan tambang pribadinya ini telah membuat rencananya untuk mengumpulkan pasukan dan memulai peperangan menjadi berantakan.Usahanya untuk merebut takhta kerajaan dari ayahandanya telah hancur karena sumber dana yang digunakan untuk memulai peperangan sudah dimusnahkan oleh Su Yan Li. Hal ini sungguh membuat Putri Xiao Fei Feng semakin marah. Rasanya sekarang dia ingin melemparkan semua barang yang ada di kamarnya. Bagaimana bisa Su Yan Li mengetahui tentang tambang ilegalnya padahal selama ini dia sudah merancang dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Beauty Lies in the Eyes   penyambutan Shangguan Mai

    Saat Shangguan Mai tiba di markas rahasia pembunuh Sungai Kegelapan, seluruh anggota pembunuh Sungai Kegelapan memandangnya dengan aneh dan tajam. Mereka merasa heran bagaimana bisa orang yang telah banyak melenyapkan saudara mereka bisa datang ke sini dan terlihat akrab dengan Pangeran Xiao Zhi. Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Mereka ingin bertanya, tetapi tidak ada satu orang pun yang berani menanyakannya pada Pangeran Xiao Zhi karena Jia Yue juga mendampingi mereka. Kelihatannya dia menerima kehadiran Shangguan Mai meskipun dari sorotan matanya tidak bisa bohong jika dia masih kurang suka dengan Shangguan Mai. "Aku mengerti jika sekarang kalian merasa terkejut dan tidak suka dengan kehadiran wanita ini di sini, tapi perlu kalian ketahui bahwa wanita yang dulu pernah menjadi musuh kalian kini telah menjadi istriku dan itu artinya sekarang dia telah menjadi nyonya kalian juga. Jadi aku harap kalian bisa menghormatinya meskipun itu masih sedikit sulit untuk dilakukan," ungkap Pan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07

Bab terbaru

  • Beauty Lies in the Eyes   Perjalanan Zhaoyang Menuju Huanxi

    Sementara itu, Zhaoyang dan Cui Xing melakukan perjalanan menuju Huanxi, melintasi pedesaan kecil dan sungai yang berkelok-kelok. Setelah perjalanan panjang dari Dacang, mereka akhirnya tiba di Desa Linhua, sebuah desa terpencil yang seakan-akan terputus dari dunia luar. Jarak ribuan kilometer memisahkan mereka dari Kota Jianghu. Sepanjang perjalanan, suasana di antara mereka terasa berat—Zhaoyang tetap membisu, meskipun Cui Xing beberapa kali mencoba membuka percakapan. Keheningan itu menegaskan jarak emosional di antara mereka.Sikap dingin Zhaoyang terasa hampir tak terjangkau, seolah-olah ia menarik diri ke dalam benteng pertahanan yang sulit dihancurkan. Cui Xing bisa merasakan ketegangan itu, tetapi tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam pikirannya. Kekesalan Zhaoyang terhadap dirinya mungkin sudah cukup jelas. Dia tahu Zhaoyang tak pernah setuju dirinya ikut dalam misi ini. Baginya, perjalanan ke Huanxi penuh bahaya, dan Cui Xing mungkin hanyalah tambahan beban yang tidak p

  • Beauty Lies in the Eyes   Shen Ying Mendapatkan Status

    Di Paviliun Mingyue Mudan, Selir Agung terbenam dalam keputusasaan. Wajahnya yang cantik tampak lesu, dan matanya penuh lingkaran hitam menandakan bahwa ia tidak tidur semalaman. Air matanya tak tertahankan. Jeritan putrinya, Shen Ling Long, mengisi setiap sudut ruangan, menggema seperti melodi duka yang tak kunjung berhenti. Aroma bunga peony layu dan obat-obatan menyelimuti udara, menciptakan suasana yang menyesakkan, sementara rasa sakitnya semakin menguat. Dalam pikirannya yang kacau, Selir Agung berharap bisa menggantikan penderitaan putrinya.Ketika suasana semakin mencekam, suara Kaisar tiba-tiba memecah keheningan. "Tenanglah, selirku. Aku telah menemukan tabib yang andal untuk putri kita," katanya, menggenggam tangan Selir Agung dengan lembut. Sentuhan hangatnya menciptakan ilusi harapan dalam kegelapan, meskipun ketegangan masih menyelimuti mereka. "Aku yakin Ling Long kita pasti bisa bangun," lanjutnya, tatapannya beralih ke Wu Yan yang berdiri dengan tenang di sampingnya.

  • Beauty Lies in the Eyes   Pengumpulan Para Tabib di Kerajaan Huanxi

    Kondisi di Huanxi kini terasa seperti medan pertempuran sunyi, bukan dengan senjata tajam, melainkan dengan pikiran dan ketegangan yang tak nampak. Setiap tabib yang melangkah maju untuk mencoba mengobati Putri Ling Long menghadapi ujian yang lebih dari sekadar keahlian—nyawa mereka dipertaruhkan. Di sekitar istana, angin dingin semakin berdesir, membawa serpihan salju yang menari di udara, namun tak mampu menyelimuti suasana mengerikan. Aroma herba yang tajam dan asap dupa samar-samar menyusup ke udara, bercampur dengan bau darah segar dari mereka yang dihukum. Puluhan tabib telah gagal. Wu Yan tetap berdiri diam di tengah aula istana yang beku, tubuhnya tegak meski kaki lainnya gemetar. Ia menyaksikan tangan-tangan yang dulu piawai meracik ramuan kini tergeletak di tanah, beku oleh salju dan kehilangan fungsi. Rasa takut dan panik merambat dalam kerumunan, tetapi Wu Yan tetap tenang. Dia menutup matanya, membiarkan hawa dingin merambat di kulit wajahnya, salju yang lembut menyentu

  • Beauty Lies in the Eyes   Misi Zhaoyang ke Huanxi

    Keesokan paginya, ibukota Huanxi diselimuti musim dingin yang menggigit. Langit kelabu menekan rendah di atas kota, seakan-akan mendekatkan berat musim dingin kepada setiap orang di bawahnya. Udara dingin yang begitu tajam seakan menampar wajah siapa saja yang berani keluar. Setiap napas yang dihembuskan berubah menjadi kabut tipis yang melayang sejenak sebelum hilang di udara beku. Butiran salju turun perlahan, tapi pasti, menumpuk seperti selimut putih tebal di jalanan ibukota yang kasar, berderit di bawah kaki para pejalan kaki yang terburu-buru.Sisa-sisa perayaan beberapa hari lalu terlihat suram. Lentera-lentera merah yang dulu menyala terang kini tergantung lemas di rumah-rumah warga, terbungkus salju dan angin, cahayanya padam. Jejak-jejak dekorasi dan kertas perayaan yang tersisa terkubur di bawah lapisan salju, mengaburkan kenangan kegembiraan yang kini terasa seperti kenangan jauh yang dingin. Di pasar raya yang biasanya ramai, derit roda gerobak yang ditarik pelan terdenga

  • Beauty Lies in the Eyes   Kisah Kelam Kelahiran Shen Ying

    Dua hari kemudian, di Kerajaan Huanxi... Di dalam Istana Jinhe, Kaisar Shengzong duduk terpaku di kursinya, terjebak dalam kenangan pahit yang menyelimuti ruangan dalam kabut kelabu. Lampu-lampu lentera bergetar lembut, memantulkan cahaya samar yang menari di dinding batu marmer putih. Aroma dupa cendana yang terbakar bercampur dengan wewangian bunga kering, menghidupkan kembali memori akan cinta yang telah hilang. Di hadapannya, sebuah lukisan besar menggantung, memancarkan kesedihan yang mendalam—potret Wei Yong Luo, wanita yang ia anugerahi gelar Rengsheng karena telah menerangi relung hatinya dengan kelembutan dan cinta. Kecantikannya benar-benar abadi dalam warna-warna lembut, seolah senyum manisnya masih dapat terasa meski ia telah lama pergi. Kaisar memejamkan mata sejenak, membiarkan bayangan suara lembut Ratu Rengsheng berbisik di telinganya, seolah menenangkan jiwanya yang resah. Namun, angan-angan itu segera sirna, tergantikan oleh dentingan keras arak saat gelas yang ia

  • Beauty Lies in the Eyes   Yuwen: Pangeran yang Terbuang

    Sementara di tempat yang jauh, Yu Wen terhuyung, setiap langkahnya terasa berat. Telinganya berdengung, ribuan jeritan terus bergaung. Melodi seruling Zhaoyang masih merasuki, siap menelan kesadarannya. Racun menggerogoti tubuhnya, menimbulkan rasa sakit tajam di perut dan bahunya. Setiap detik terasa seperti belati, menusuk lebih dalam. Luka yang menganga, bekas belati Cui Xing, berdetak seirama dengan denyut nadi yang semakin lemah. Dengan napas yang tersengal, Yu Wen terjatuh di atas ranjang, punggungnya terasa dingin, seolah kasur yang seharusnya memberi kenyamanan malah menjadi batu dingin yang menusuk tulang-tulangnya.Cahaya rembulan menembus jendela jeruji Paviliun Fengyu, menorehkan garis perak di lantai yang gelap. Sinarnya begitu redup, terasa dingin dan jauh, seakan hanya menambah kekosongan hatinya. Di dalam ruang sunyi itu, hanya desahan napasnya yang terdengar, begitu berat dan terputus-putus. Hatinya tercekam oleh ketakutan yang merayap, dingin seperti es yang menembu

  • Beauty Lies in the Eyes   Kaisar Tiba di Dacang

    Di bawah cahaya rembulan yang semakin meredup, bayang-bayang gelap menyelimuti reruntuhan Kota Dacang. Udara malam terasa tebal, Cui Xing memangku tubuh Zhaoyang, tangannya gemetar tiap kali ia membenarkan posisinya, hatinya dipenuhi oleh kecemasan. Ia terus mengisap dan mengeluarkan racun dari punggung Zhaoyang, merasakan rasa asam dan pahit yang menusuk di tenggorokannya, seolah ludah beracun yang membara. Cui Xing terjebak dalam ketegangan yang menakutkan. Setiap kali ia mengisap racun dari tubuh Zhaoyang, waktu seolah terhenti, namun pikirannya melesat cepat. “Apa yang akan kulakukan jika aku gagal?” Sebuah suara kecil berbisik dalam hatinya, merayap ke dalam jiwanya. “Apa aku sanggup untuk melihatmu tiada?” Keringat dingin membasahi pelipisnya, dan napasnya semakin cepat. Perasaan takut yang mencekam mengalahkan keteguhan hatinya. Cui Xing tahu saat-saat terakhir itu semakin mendekat—racun yang diserapnya kini menggerogoti tubuhnya, seperti ular berbisa yang menyusup ke dalam

  • Beauty Lies in the Eyes   Balas Dendam Shen Ying

    "Berhenti menyesalinya, Paman. Wanita itu memang pantas mati," ucap Shen Ying dengan dingin, tatapan matanya yang tajam tak beranjak dari kepala Bibi Ling yang tergeletak di lantai batu yang basah oleh darah.Bau anyir darah memenuhi udara, bercampur dengan aroma lembap penjara bawah tanah Paviliun Bayangan. Kepala Bibi Ling yang tergolek itu tampak mengerikan, dengan mata yang masih terbuka lebar, seolah kematian datang terlalu cepat sebelum ia sempat merasakan penderitaan yang seutuhnya. Mu Qing Cheng duduk di sampingnya, tangan yang menggenggam pedang masih sedikit gemetar, meskipun darah di bilah pedangnya sudah mulai mengering. Cahaya obor yang temaram memantulkan bayangan-bayangan aneh di dinding, menciptakan ilusi bayang-bayang gelap yang terus bergetar. Tatapan Mu Qing Cheng gelisah, menyadari bahwa perkataan Wu Yan mungkin benar, dengan kematian Bibi Ling, mereka mungkin telah kehilangan kesempatan untuk mendapatkan informasi lebih banyak.Shen Ying melangkah maju, merasakan

  • Beauty Lies in the Eyes   Terungkapnya Kematian Ibu Shen Ying dan Asal Usul Racun Iblis

    Di saat yang sama, di sudut lain dunia, Shen Ying berdiri di bawah bayangan penjara bawah tanah Paviliun Bayangan yang suram. Udara di sekelilingnya terasa tebal, dipenuhi kelembaban dari dinding-dinding lembab yang mulai ditumbuhi lumut. Sorotan matanya masih sama seperti biasanya; dingin dan hampa, namun gejolak hatinya berbeda. Shen Ying mulai merasakan kebencian yang mendalam, meski ia tak tahu perasaan pahit apa yang telah muncul dalam hatinya sekarang. Di hadapannya, pelayan tua yang dulu melayani ibunya gemetar, kulitnya yang keriput seakan semakin pucat di bawah tekanan tangan dingin Shen Ying. Aroma pil kejujuran yang ia genggam memenuhi udara, bercampur dengan aroma debu dan kesedihan yang sudah lama menetap di tempat itu.Shen Ying menggenggam rahang wanita tua itu dengan kasar, suaranya dingin namun penuh amarah yang tertahan, "Kau akan bicara, entah kau mau atau tidak." Napasnya terasa panas di udara yang lembap, dan gemetar di tangannya terasa jelas, bukan karena kera

DMCA.com Protection Status