Home / Pendekar / Beauty Lies in the Eyes / Kucing dalam Permainan Catur

Share

Kucing dalam Permainan Catur

Author: Diah Kusuma
last update Last Updated: 2024-11-06 20:52:35

Di Paviliun Yue Ge, Putri Xiao Fei Feng sangat kesal karena tidak berhasil menyingkirkan Pangeran kesembilan dan mengkambinghitamkan Shangguan Mai sebagai pelakunya. Akhirnya, dia memecahkan beberapa porselen untuk mengekspresikan kemarahannya. Dia sungguh tidak dapat menerima kegagalan pertamanya.Putri Xiao Fei Feng juga harus menanggung banyak kerugian akibat tambang ilegal yang selama ini menjadi sumber kekayaannya dan dana untuk memulai peperangan telah hancur. Keruntuhan tambang pribadinya ini telah membuat rencananya untuk mengumpulkan pasukan dan memulai peperangan menjadi berantakan.

Usahanya untuk merebut takhta kerajaan dari ayahandanya telah hancur karena sumber dana yang digunakan untuk memulai peperangan sudah dimusnahkan oleh Su Yan Li. Hal ini sungguh membuat Putri Xiao Fei Feng semakin marah. Rasanya sekarang dia ingin melemparkan semua barang yang ada di kamarnya. Bagaimana bisa Su Yan Li mengetahui tentang tambang ilegalnya padahal selama ini dia sudah merancang dan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
winaagustiana4
semangat ka utk update y...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Beauty Lies in the Eyes   penyambutan Shangguan Mai

    Saat Shangguan Mai tiba di markas rahasia pembunuh Sungai Kegelapan, seluruh anggota pembunuh Sungai Kegelapan memandangnya dengan aneh dan tajam. Mereka merasa heran bagaimana bisa orang yang telah banyak melenyapkan saudara mereka bisa datang ke sini dan terlihat akrab dengan Pangeran Xiao Zhi. Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Mereka ingin bertanya, tetapi tidak ada satu orang pun yang berani menanyakannya pada Pangeran Xiao Zhi karena Jia Yue juga mendampingi mereka. Kelihatannya dia menerima kehadiran Shangguan Mai meskipun dari sorotan matanya tidak bisa bohong jika dia masih kurang suka dengan Shangguan Mai. "Aku mengerti jika sekarang kalian merasa terkejut dan tidak suka dengan kehadiran wanita ini di sini, tapi perlu kalian ketahui bahwa wanita yang dulu pernah menjadi musuh kalian kini telah menjadi istriku dan itu artinya sekarang dia telah menjadi nyonya kalian juga. Jadi aku harap kalian bisa menghormatinya meskipun itu masih sedikit sulit untuk dilakukan," ungkap Pang

  • Beauty Lies in the Eyes   Masa Lalu Shangguan Mai

    Seketika belaian lembut dari Pangeran kesembilan membangunkan Shangguan Mai dari tidurnya yang pulas. Setelah pertarungan yang menguras tenaga sebelumnya, Shangguan Mai segera terlelap di ruangan yang kecil dan sempit, yang merupakan milik Pangeran kesembilan. Sebenarnya ruangan ini belum pernah disentuh oleh Pangeran kesembilan sebelumnya, karena dia jarang berada di markas Sungai Kegelapan. Dia lebih suka tinggal di Paviliun Yu Quan Ge, di mana terdapat pohon persik dan air terjun yang menakjubkan. Alasan Pangeran kesembilan memilih untuk tinggal di Paviliun Yu Quan Ge bukan hanya karena itu, tetapi juga untuk menghindari kecurigaan dari keluarga istana bahwa dia sebenarnya bukanlah seorang pria bodoh."Silahkan kembali beristirahat! Aku hanya ingin mengoleskan ramuan obat ini pada lukamu,"pinta Pangeran kesembilan dengan lembut sambil mengelus rambut Shangguan Mai.Dengan cara yang lembut dan sedikit menggoda, Pangeran kesembilan mengoleskan eliksir penyembuh pada luka-luka Shanggu

  • Beauty Lies in the Eyes   Menginterogasi Kasim Du

    Di penjara Sungai Kegelapan yang gelap dan dingin kedua tangan Kasim Du diikat dengan rantai dan di bawah kedua kakinya terdapat bara api yang akan membakar kakinya ketika ia berusaha untuk memberontak atau melepaskan diri. Sudah dua hari Kasim Du ada di sana, namun belum ada tanda-tanda dia ingin membuka mulut, padahal tubuhnya sudah sangat tersiksa dengan penjepit besi yang menjepit tubuhnya. Dia memilih untuk tetap diam meskipun tubuh tuanya sudah tidak tahan lagi dengan semua penyiksaan yang ada."Inikah saat yang tepat untuk kita berbicara, ataukah kamu masihenggan mengakui hal-hal yang sebenarnya?"tanya Shangguan Mai sambil mendekati Kasim Du yang tampak sangat lemah. Kasim Du terlihat seperti dalam kondisi paling terpuruk, bahkan melebihi dari yang dapat dijelaskan.Kasim Du langsung mengangkat kepalanya dan menatap Shangguan Mai dengan pandangan tajam sambil tersenyum sinis. "Aku lebih baik mati di tempat gelap ini daripada harus berbicara padamu. Apa kamu tahu jika sebelumnya

  • Beauty Lies in the Eyes   Dalang dari Semua Kejahatan Terungkap

    Dengan kasar, Shangguan Mai menyiram wajah Kasim Du dengana iruntuk membangunkannya. Kasim Du yang masih terpengaruh obat bius, perlahan-lahan membuka matanya dan terkejut karena merasa hidup dan bebas dari rasa sakit yang sebelumnya dirasakannya. Ini menandakan bahwa racun dalam tubuhnya telah hilang, suatu hal yang sangat tidak mungkin. Siapa yang telah berhasil menetralkan racun dalam tubuhnya? Orang tersebut pastilah seorang jenius karena mampu mengatasi racun mematikan yang diberikan oleh Putri Xiao Fei Feng. Ternyata, Kasim Du telah salah menilai Shangguan Mai karena wanita tersebut ternyata sangat keras kepala dan pantang menyerah. Dia tidak akan melepaskan Kasim Du sebelum memperoleh informasi yang diinginkannya."Mengapa ekspresi wajahmu terlihat begitu aneh? Apakah sekarang kamu sedang bertanya-tanya mengapa kamumasih bisa hidup, atau mungkin sedang memikirkan siapa yang telah menyelamatkanmu dari racun yang mematikan?Lebih baik jangan terlalu memikirkan hal itu karena yang

  • Beauty Lies in the Eyes   Pangeran Xiao Zhi Cemburu

    Pangeran kesembilan dan Shangguan Mai telah menghabiskan hampir satu bulan penuh untuk mengumpulkan bukti terkait segala tindak kejahatan yang dilakukan oleh Putri Xiao Fei Feng. Mereka juga berhasil mengumpulkan bukti mengenai para pejabat dan anggota keluarga kerajaan yang memberikan dukungan terhadap tindakan keji yang dilakukan oleh Putri Xiao Fei Feng, berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kasim Du. Akhirnya, saat ini semua bukti telah terkumpul dan lengkap, dan tibalah saatnya untuk mengungkapkan semua kejahatan yang dilakukan oleh Putri Xiao Fei Feng.Pangeran kesembilan tersenyum tipis saat melihat Shangguan Mai bermain air dengan kedua kakinya. Dia terlihat sangat cantik ketika tertawa riang karena air yang diusiknya tanpa sengaja membasahi wajahnya. Pangeran kesembilan segera mendekatinya ketika melihatnya berhenti bermain air dan bersandar di bawah pohon persik untuk menikmati sinar matahari yang hangat memancar ke wajahnya."Apakah sudah tiba waktunya bagimu untuk mene

  • Beauty Lies in the Eyes   Pertarungan Pangeran Xiao Zhi dan Su Yan Li

    Dua hari berikutnya, Su Yan Li tiba di Paviliun Yu Quan Ge setelah menerima surat dari Shangguan Mai. Dia terpesona saat melihat Shangguan Mai tertidur pulas di atas pohon persik, wajah wanita itu disinari cahaya matahari yang masuk melalui air terjun di sekitarnya. Shangguan Mai terlihat begitu anggun dan lembut dalam tidurnya yang dipenuhi cahaya alami. Su Yan Li perlahan mendekatinya, menyelimuti tubuh Shangguan Mai dengan bayangan tubuhnya untuk melindunginya dari terik matahari. Senyum tipis terukir di bibirnya saat wanita itu membuka mata perlahan dan memandanginya dengan tatapan tajam."Apa kamu sedang tidak memiliki pekerjaan? Mengapa kamu menutupi cahaya matahari yang menyinari wajahku? Kamu benar-benar telah mengganggu tidurku, Su Yan Li," ucap Shangguan Mai dengan nada tajam, disambut dengan pandangan tajam dari Su Yan Li karena merasa bahwa Shangguan Mai kurang bersyukur, padahal sebelumnya ia bermaksud melindungi tubuh Shangguan Mai dari panasnya matahari. Mengapa wanita

  • Beauty Lies in the Eyes   Kematian Palsu Pangeran Xiao Zhi dan Shangguan Mai

    Dua pekan berikutnya, Shangguan Mai bersiap untuk bertemu dengan Shen Ke Yi tanpa membawa Kasim Du seperti yang dijanjikan, namun dengan Li Jiancheng yang turut serta—seorang anggota terampil dari pembunuh Sungai Kegelapan yang mahir dalam seni penyamaran. Dengan keahliannya dalam merias wajah hingga menyerupai seseorang yang ingin ditirunya, serta kemampuan untuk menirukan suara orang lain, Li Jiancheng siap mendampingi Shangguan Mai dalam pertemuan yang direncanakandi hutan persik. Lokasi tersebut telah dipenuhi dengan berbagai perangkap rumit dan berbahaya yang telah dipersiapkan untuk menangkap wanita beracun yang diduga akan dibawa oleh Shen Ke Yi, dengan tujuan menghilangkan nyawa Shangguan Mai.Sementara itu, Su Yan Li dan Pangeran kesembilan tetap berada di Paviliun Yu Qian Ge karena berdasarkan pengakuan dari Kasim Du, Putri Xiao Fei Feng mungkin akan mengirim seorang pembunuh bayaran untuk mengakhiri nyawa Pangeran kesembilan. Oleh karena itu, Pangeran kesembilan memilih unt

  • Beauty Lies in the Eyes   Akhir dari Segala Kejahatan

    Kematian Pangeran kesembilan dan Shangguan Mai telah menyebar ke seluruh ibu kota, memunculkan kejutan di kalangan elit, termasuk Kaisar dan Jenderal Shangguan. Jenderal Shangguan tak mampu mempercayai kabar bahwa putri tercintanya telah tiada. Namun, berdasarkan laporan mata-mata yang diterimanya, kenyataan pahit itu tak dapat disangkal; putrinya telah tiada dalam keadaan tragis. Saat ini, jenazahnya sedang dalam perjalanan kembali ke istana, ditemani oleh Su Yan Li bersama jenazah Pangeran kesembilan.Di dalam kegelapan penjara bawah tanah, Jenderal Shangguan merenungkan kesalahan yang telah dilakukannya. Seandainya saja ia tak terlalu rakus dalam mengejar pembunuh Permaisuri, mungkin putrinya tak akan mengalami nasib tragis ini. Ia menyesali ketidaktegasannya dalam menjaga putri dan putranya. Sebagai seorang ayah, ia merasa telah gagal dalam melindungi mereka karena kesetiaannya pada Kaisar telah mengorbankan kedua anaknya. Dahulu ia tak mampu menyelamatkan Shangguan Wen Xuan, dan

Latest chapter

  • Beauty Lies in the Eyes   Kerja sama antara Wu Yan dan Shen Ying

    "Kau tidak perlu khawatir tentang tubuhku yang penuh luka. Yang perlu kau khawatirkan saat ini adalah hidupmu, karena sebentar lagi kau mungkin akan kehilangan nyawa," ujar Shen Ying, mencoba menghilangkan perasaan asing yang tiba-tiba muncul di hatinya. Perasaan itu, seperti getaran hangat yang mengusik hatinya yang dingin, berusaha ia abaikan. Alih-alih mencari tahu siapa pemuda yang telah mengguncangkan ketenangannya, ia lebih memilih untuk menghabisinya.Wu Yan, yang kini kewalahan dan kelelahan menghadapi serangan Shen Ying, berusaha mengontrol napasnya. "Apa kau tidak khawatir dengan pria tua itu? Jika terlambat, dia akan mati mengenaskan," ucap Wu Yan sambil melirik ke arah Mu Qing Cheng, yang tampak larut dalam ilusi kematian akibat racun yang disebar Wu Yan. Dalam hatinya, Wu Yan merasakan ketidakberdayaan; melihat seseorang terjebak dalam kondisi seperti itu sangat menyakitkan, namun ia tahu dirinya tidak bisa memperlihatkan kelemahan. Jika ia bersikap lembut seperti biasan

  • Beauty Lies in the Eyes   Paviliun Bayangan

    Di Kerajaan Huanxi, suasana di Paviliun Bayangan sangat kontras dengan Kota Dacang yang penuh ketegangan. Paviliun ini seolah tenggelam dalam keheningan gelap, meskipun udara dingin di sekitarnya terasa berat dengan aura kematian. Pangeran Xiao Wu Yan yang dibawa paksa—atau lebih tepatnya menyerahkan diri untuk dibawa ke tempat itu—berjalan dengan tenang. Wajahnya tetap santai, meskipun tangan dan kakinya diikat dengan sangat kuat. Dua pembunuh bayaran yang mengawalnya menatapnya dengan penuh waspada, seolah-olah mereka mengerti ada yang aneh dengan pria muda ini.Tanpa membuang waktu, mereka langsung mendorongnya ke dalam sel gelap di bawah paviliun. Dinding batu yang dingin memantulkan bunyi rantai yang terjatuh. Penjara ini bukan penjara biasa; di setiap sudutnya, terdapat para tahanan yang terlihat sangat tersiksa, sorot mata mereka tak lagi menggambarkan kehidupan, melainkan sebuah kematian. "Bukankah kau sudah berjanji untuk mengatakan siapa dirimu dan tujuanmu untuk mencari ta

  • Beauty Lies in the Eyes   Misteri Ulat Sutra Guangshi: Dendam Masa Lalu Menyelimuti Kerajaan Liang

    Setelah keluar dari ruang autopsi, Cui Xing melangkah cepat menuju ruang pengadilan Kota Dacang. Pemandangan pohon-pohon plum yang indah di sekitar tempat itu terlihat ironi, mengingat fungsinya yang sebenarnya—sebuah tempat penyiksaan untuk memaksa seseorang mengakui dosanya. Warna merah gelap bunga plum yang mekar selaras dengan darah-darah dan kegelapan yang menyelimuti ruang pengadilan, menciptakan suasana yang menakutkan. Seolah-olah keindahan dari tempat itu mencoba mengingatkan kehidupan yang telah hilang dibalik dinding pengadilan. Cui Xing berjalan dengan percaya diri mendekati seorang penjaga bertubuh kekar yang sedang berjaga di gerbang pengadilan. Tatapannya dingin dan ada lingkaran hitam di bawah matanya menunjukkan betapa lelahnya dia setelah melakukan perjalanan panjang. "Apa interogasi yang dilakukan oleh Putra Mahkota sudah selesai?" tanyanya, tanpa basa-basi. "Aku harus bertemu dengannya. Ada laporan penting yang perlu kusampaikan.""Yang Mulia sudah pergi. Kau t

  • Beauty Lies in the Eyes   Misteri Kota Dacang

    Di Kerajaan Liang, suasana di Kota Dacang berbanding terbalik dengan suasana ibukota Huanxi yang diterpa musim dingin. Kota Dacang yang dulunya pusat perdagangan sutra kini hanya menyisakan kengerian. Rumah-rumah kosong, bayangan bangunan yang runtuh dan jalanan yang dipenuhi tubuh-tubuh membeku dalam keheningan. Aroma busuk bercampur dengan angin dingin yang menghempas, membuat setiap tarikan napas terasa berat. Rombongan Xiao Zhaoyang bergerak pelan, menembus kabut tebal yang mengelilingi gerbang kota. Mata-mata penduduk yang bersembunyi di balik celah pintu dan jendela memancarkan ketakutan yang nyaris melumpuhkan. "Tak ada yang berani keluar. Mereka seperti takut pada sesuatu yang lebih buruk dari kematian." Su Yan Li berkata, suaranya pelan namun jelas mengandung nada waspada. Zhaoyang mengangkat tangannya, menenangkan pasukannya. "Kami datang untuk membantu. Jika kalian tidak membukakan gerbang, bagaimana aku bisa menyelamatkan kalian?" Suara Zhaoyang menggema di antara ban

  • Beauty Lies in the Eyes   Kehampaan yang Membara

    Di sudut Istana Dingin, yang nyaris dilupakan oleh waktu, Shen Ying duduk di tepi jendela, menatap hamparan salju yang terus turun tak henti. Paviliun tempatnya dikurung terlihat suram dan muram, seakan mencerminkan kekosongan hatinya. Tubuhnya dipenuhi luka, sisa-sisa hukuman yang ia terima kemarin akibat melindungi Wang Shui, tetapi tak satu pun dari lukanya terasa. Bukan hanya rasa sakit fisik, tapi juga emosional. Kehidupan Shen Ying adalah kehampaan yang dingin.Di ranjang sempit dan usang, Shen Ying duduk dengan tubuh lemah, matanya kosong menatap keluar jendela. Jika ia mampu merasakan, mungkin ia akan menangis. Air mata yang keluar dari matanya hanyalah respon dari tubuhnya bukan dari jiwanya. Baginya, tangisan ataupun kesedihan adalah hal yang tidak dimengerti. Di belakangnya, Wang Shui, pelayan setianya, berjalan perlahan, air mata jatuh tanpa bisa ditahan. Setiap hari, melihat penderitaan nona kecilnya membuat hatinya perih, dia selalu bertanya-tanya, kapan kebahagiaan ak

  • Beauty Lies in the Eyes   Perjalanan Mencari Kebenaran

    Setelah Kaisar mengeluarkan perintah, rombongan penyelidik dari Kementerian Hukum dan Balai Neraka melaju menuju Kota Dacang, dipimpin oleh Putra Mahkota Xiao Zhaoyang dan didampingi oleh Su Yan Li. Kereta-kereta mereka penuh dengan bahan makanan dan obat-obatan untuk penduduk Dacang yang kelaparan dan terluka akibat kekacauan yang terjadi. Kota yang dulu megah kini dilanda kematian dan kekacauan, dan racun yang menyebar telah mengubah penduduknya menjadi makhluk yang mengerikan.Di antara para penyelidik, Cui Xing mencuri perhatian dengan sigap membawa peralatan autopsinya. Keberaniannya dalam menghadapi situasi sulit tampak jelas. Ia lebih memilih bekerja di lapangan, di mana kebebasan dan petualangan menjadi daya tarik utama baginya, jauh dari aturan yang membatasi dirinya. Cui Xing memandang dengan cermat sekelilingnya, memperhatikan lingkungan yang kian memburuk, dan memikirkan puluhan mayat yang akan diperiksanya nanti. Di tengah ketegangan itu, tirai kereta Putra Mahkota sedik

  • Beauty Lies in the Eyes   Misi Dua Pangeran

    "Maksudmu..." Perkataan Shangguan Mai tertahan, bibirnya gemetar. Bayangan masa lalu yang kelam kembali menghantui. Ia tak bisa menahan rasa takut yang perlahan menjalar. Berapa banyak lagi korban yang harus jatuh? Tragedi ini... apakah keluarganya akan direnggut sekali lagi?"Ya, seperti yang Yang Mulia Ratu bayangkan," Su Yan Li memulai dengan nada datar, namun penuh beban. "Dalam semalam, Kota Dacang berubah menjadi lautan darah. Banyak penduduk tewas mengenaskan, diserang oleh sesama warga yang terinfeksi racun misterius. Kota megah itu kini menjadi kota mayat hidup, tak lebih dari reruntuhan yang dipenuhi dengan makhluk-makhluk tak bernyawa," jelas Su Yan Li.Wajah Kaisar memucat, sementara tatapan Shangguan Mai mengeras. Mereka saling bertukar pandang, menyadari ketakutan yang menggerogoti hati mereka. Apakah ini ulah pengkhianat dari dalam istana lagi? Semua pengikut Putri Xiao Fei Feng sudah dibereskan, tapi siapa yang kali ini akan mengkhianati mereka?Atau... Apakah ini bal

  • Beauty Lies in the Eyes   Racun Iblis: Tragedi Masa Lalu Terulang Kembali

    Sementara itu, suasana tegang kembali menyelimuti Kerajaan Liang, lebih tepatnya di ruang sidang istana. Kaisar sangat murka. Meskipun Putra Mahkota Xiao Zhaoyang telah berhasil mengadili kasus bunuh diri massal di Meihua Gong yang melibatkan putra Marquis Lai Luo Que. Namun, tidak ada prestasi yang cukup besar untuk menutupi kesalahan fatalnya: mengunjungi Meihua Gong, tempat yang sama sekali tidak pantas dikunjungi oleh putra mahkota. Tak hanya Zhaoyang yang dipanggil, Pangeran Xiao Wu Yan—yang seharusnya menjaga kakaknya—juga dihadapkan pada hukuman.Kedua pangeran melangkah masuk ke ruang utama dengan tenang. Dinding-dinding yang biasanya megah kini seolah memancarkan ketegangan, dipenuhi dengan bayangan masa lalu yang kelam. Tatapan Kaisar—yang dahulu dikenal sebagai Bocah Iblis, pemimpin pembunuh Sungai Kegelapan—tajam dan dingin, cukup untuk membuat pejabat paling berani gemetar. Namun, kedua putranya tidak terpengaruh. Langkah mereka tetap ringan, penuh percaya diri."Salam

  • Beauty Lies in the Eyes   Cahaya Keadilan

    Pengadilan terasa seperti perang tanpa senjata. Marquis Lai Luo Que, wajahnya merah padam, berusaha mempertahankan ketenangannya di tengah kerasnya tuduhan yang dilemparkan pada putranya. Sementara Cui Xing tampak tenang, dia sangat yakin jika ia akan memenangkan pengadilan ini dan menghukum Lai Yan. “Bukti apa lagi yang kau punya, hah? Putraku sudah membuktikan kelemahannya—itu saja cukup menunjukkan bahwa dia tak bersalah! Berhentilah memfitnah putraku, Nona Cui,” suaranya bergemuruh, bergetar oleh kemarahan dan ketidakberdayaan.Cui Xing, tetap tenang dan tersenyum tipis. "Kelemahan putramu, Marquis, adalah bagian dari bukti itu sendiri. Bukankah kau pernah bertanya-tanya, mengapa putramu kehilangan kemampuan untuk mempunyai keturunan?" Nada suaranya terdengar seperti sedang memberi tahu sebuah rahasia, namun penuh ejekan.Perkataan Cui Xing bagai petir di siang bolong, menghantam ruangan itu dengan keheningan. Marquis Lai terdiam, matanya terbelalak sejenak sebelum dengan cepat m

DMCA.com Protection Status