Telah menjadi tradisi turun-temurun bagi keluarga kerajaan untuk mengadakan upacara penyambutan atau merayakan pernikahan anggota keluarga mereka dengan menggelar jamuan yang mewah. Acara kerajaan ini umumnya dihadiri oleh semua anggota kerajaan. Mereka biasanya memberikan hadiah kepada anggota kerajaan yang menikah dan memberkati wanita yang menjadi istri mereka.Namun, pada pagi ini, perjamuan kerajaan hanya dihadiri oleh sebagian pangeran dan beberapa selir mereka. Mirisnya lagi, hadiah yang mereka berikan kepada Shangguan Mai bukanlah barang berharga atau mewah, bahkan ada yang tidak memberikan hadiah. Ah, ini sungguh penghinaan besar bagi Shangguan Mai. Mereka sama sekali tidak menganggap Shangguan Mai bagian dari mereka.Meskipun demikian, Shangguan Mai tidak memperdulikan hal itu karena kehadirannya dalam acara perjamuan kerajaan bukanlah untuk memperoleh hadiah, melainkan untuk mencari kesempatan berbicara dengan Kaisar. Jika ia dan Pangeran Xiao Zhi berniat untuk meninggalkan
Malam ini, Pangeran kesembilan dan Shangguan Mai akan berangkat ke Gunung Shu. Mereka sudah menyiapkan semuanya, termasuk menyembunyikan Kasim Du ke dalam kereta. Tubuh pria tua itu diikat dengan sangat kuat dan dimasukkan ke dalam peti yang dirancang seperti peti untuk menyimpan pakaian. Sebelumnya, Su Yan Li sudah membantu Shangguan Mai untuk menyelundupkan Kasim Du ke dalam istana tanpa diketahui oleh siapapun. Su Yan Li membawa Kasim Du bersama dengan harta sitaan yang diserahkan kepada Kaisar. Pria tua itu disembunyikan di antara tumpukan harta sitaan yang dibawa ke istana. Harta sitaan ini berasal dari harta milik pejabat korup yang sudah dijatuhi hukuman oleh balai neraka. Selama ini KasimDu disembunyikan di penjara balai neraka dan dijaga secara pribadi oleh Su Yan Li. Pria tua itu dibiarkan tertidur selama dua hari dan terus diberikan serbuk bius agar tidak terbangun. Hal ini dilakukan untuk mencegah Kasim Du kabur dari sana atau mencoba menghubungi tuannya dan memberikan i
Arus sungai di Gunung Shu sangat deras, ditambah dengan perangkap mematikan yang terpasang di atasnya membuat seseorang akan sulit atau bahkan tidak ada yang mampu menyebranginya. Jika ada seseorang yang tetap memaksa untuk menyebranginya, tubuhnya akan terpotong-potong oleh benang besi yang sangat tajam yang bergerak mengikuti arus sungai. Jika tidak terkena benang besi yang sangat tajam, orang itu akan menghirup asap beracun yang akan keluar ketika kakinya tidak sengaja menyentuh air. Di sebrang sungai inilah markas rahasia pembunuh Sungai Kegelapan berada. "Turunkan aku! Aku akan menyebrangi sungai ini seorang diri saja. Aku masih merasa kesal denganmu," ucap Shangguan Mai sambil menatap tajam Pangeran kesembilan yang masih menggendongnya. "Lagi pula kamu sekarang juga membawa Kasim Du di pundakmu jadi aku tidak mau merepotkan dan membebanimu lagi," tambahnya membuat Pangeran kesembilan segera menurunkannya di atas perbatuan. "Apa kamu yakin? Sungai ini tidak mudah untuk dilew
Di penjara bawah tanah, Kaisar dan Jenderal Shangguan sedang bermain catur. Kaisar tampak senang saat melihat bidak catur milik Jenderal Shangguan mulai terpojok, tetapi senyumnya seketika hilang saat semua bidaknya hampir termakan oleh bidak Jenderal Shangguan yang terpojok. Strategi yang digunakan oleh Jenderal Shangguan ini dikenal dengan "menangkap kucing dengan menjadi tikus", yakni berpura-pura menjadi pihak yang lemah dan kalah padahal sebenarnya dialah yang mendominasi permainan. "Meskipun aku sudah bermain catur denganmu selama 30 tahun, tapi aku tidak pernah bisa mengalahkanmu. Kamu benar-benar pemain catur yang kejam, Shangguan Heng," ucap Kaisar saat seluruh bidaknya telah habis dimakan oleh bidak Jenderal Shangguan. Jenderal Shangguan menatap Kaisar dengan penuh kontemplasi sambil menikmati sepotong kue bunga persik yang tersaji di meja. Meskipun saat ini Jenderal Shangguan telah dijatuhi hukuman mati, tetapi ia tetap merasakan kenikmatan dan kemewahan di balik jeruji p
Suasana di balai neraka terasa begitu suram dan tegang setelah Su Yan Li memulai interogasi terhadap para pengikut Shen Mu Chen yang terlibat dalam pengumpulan kekayaan dan dana untuk memulai perang. Mereka telah secara diam-diam mencetak uang palsu dan membuat senjata dari hasil tambang ilegal. Kejahatan mereka sebanding dengan pemberontakan terhadap Kaisar.Namun, meskipun sudah banyak mendapatkan penyiksaan, para pengikut setia Shen Mu Chen tidak mau mengaku dan tetap diam. Mereka tetap bersikeras untuk melindungi Shen Mu Chen dan memilih untuk bertanggung jawab atas kesalahan mereka sendiri. Bahkan sebagian dari mereka memilih mati dalam penyiksaan daripada mengungkapkan kebenaran. Ternyata apa yang dikatakan oleh Shangguan Mai memang benar bahwa akansulit untuk membuat mereka membuka mulut karena kesetiaan mereka kepada Shen Mu Chen dan orang yang mendalangi ini semua sangat luar biasa. Inilah sebabnya mengapa Shangguan Mai tidak mengizinkan Su Yan Li untuk melakukan interogasi
Di Paviliun Yue Ge, Putri Xiao Fei Feng sangat kesal karena tidak berhasil menyingkirkan Pangeran kesembilan dan mengkambinghitamkan Shangguan Mai sebagai pelakunya. Akhirnya, dia memecahkan beberapa porselen untuk mengekspresikan kemarahannya. Dia sungguh tidak dapat menerima kegagalan pertamanya.Putri Xiao Fei Feng juga harus menanggung banyak kerugian akibat tambang ilegal yang selama ini menjadi sumber kekayaannya dan dana untuk memulai peperangan telah hancur. Keruntuhan tambang pribadinya ini telah membuat rencananya untuk mengumpulkan pasukan dan memulai peperangan menjadi berantakan.Usahanya untuk merebut takhta kerajaan dari ayahandanya telah hancur karena sumber dana yang digunakan untuk memulai peperangan sudah dimusnahkan oleh Su Yan Li. Hal ini sungguh membuat Putri Xiao Fei Feng semakin marah. Rasanya sekarang dia ingin melemparkan semua barang yang ada di kamarnya. Bagaimana bisa Su Yan Li mengetahui tentang tambang ilegalnya padahal selama ini dia sudah merancang dan
Saat Shangguan Mai tiba di markas rahasia pembunuh Sungai Kegelapan, seluruh anggota pembunuh Sungai Kegelapan memandangnya dengan aneh dan tajam. Mereka merasa heran bagaimana bisa orang yang telah banyak melenyapkan saudara mereka bisa datang ke sini dan terlihat akrab dengan Pangeran Xiao Zhi. Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Mereka ingin bertanya, tetapi tidak ada satu orang pun yang berani menanyakannya pada Pangeran Xiao Zhi karena Jia Yue juga mendampingi mereka. Kelihatannya dia menerima kehadiran Shangguan Mai meskipun dari sorotan matanya tidak bisa bohong jika dia masih kurang suka dengan Shangguan Mai. "Aku mengerti jika sekarang kalian merasa terkejut dan tidak suka dengan kehadiran wanita ini di sini, tapi perlu kalian ketahui bahwa wanita yang dulu pernah menjadi musuh kalian kini telah menjadi istriku dan itu artinya sekarang dia telah menjadi nyonya kalian juga. Jadi aku harap kalian bisa menghormatinya meskipun itu masih sedikit sulit untuk dilakukan," ungkap Pang
Seketika belaian lembut dari Pangeran kesembilan membangunkan Shangguan Mai dari tidurnya yang pulas. Setelah pertarungan yang menguras tenaga sebelumnya, Shangguan Mai segera terlelap di ruangan yang kecil dan sempit, yang merupakan milik Pangeran kesembilan. Sebenarnya ruangan ini belum pernah disentuh oleh Pangeran kesembilan sebelumnya, karena dia jarang berada di markas Sungai Kegelapan. Dia lebih suka tinggal di Paviliun Yu Quan Ge, di mana terdapat pohon persik dan air terjun yang menakjubkan. Alasan Pangeran kesembilan memilih untuk tinggal di Paviliun Yu Quan Ge bukan hanya karena itu, tetapi juga untuk menghindari kecurigaan dari keluarga istana bahwa dia sebenarnya bukanlah seorang pria bodoh."Silahkan kembali beristirahat! Aku hanya ingin mengoleskan ramuan obat ini pada lukamu,"pinta Pangeran kesembilan dengan lembut sambil mengelus rambut Shangguan Mai.Dengan cara yang lembut dan sedikit menggoda, Pangeran kesembilan mengoleskan eliksir penyembuh pada luka-luka Shanggu
Di Kerajaan Liang, suasana di Kota Dacang berbanding terbalik dengan suasana ibukota Huanxi yang diterpa musim dingin. Kota Dacang yang dulunya pusat perdagangan sutra kini hanya menyisakan kengerian. Rumah-rumah kosong, bayangan bangunan yang runtuh dan jalanan yang dipenuhi tubuh-tubuh membeku dalam keheningan. Aroma busuk bercampur dengan angin dingin yang menghempas, membuat setiap tarikan napas terasa berat.Rombongan Xiao Zhaoyang bergerak pelan, menembus kabut tebal yang mengelilingi gerbang kota. Mata-mata penduduk yang bersembunyi di balik celah pintu dan jendela memancarkan ketakutan yang nyaris melumpuhkan."Tak ada yang berani keluar. Mereka seperti takut pada sesuatu yang lebih buruk dari kematian." Su Yan Li berkata, suaranya pelan namun jelas mengandung nada waspada.Zhaoyang mengangkat tangannya, menenangkan pasukannya. "Kami datang untuk membantu. Jika kalian tidak membukakan gerbang, bagaimana aku bisa menyelamatkan kalian?" Suara Zhaoyang menggema di antara bangunan
Di sudut Istana Dingin, yang nyaris dilupakan oleh waktu, Shen Ying duduk di tepi jendela, menatap hamparan salju yang terus turun tak henti. Paviliun tempatnya dikurung terlihat suram dan muram, seakan mencerminkan kekosongan hatinya. Tubuhnya dipenuhi luka, sisa-sisa hukuman yang ia terima kemarin akibat melindungi Wang Shui, tetapi tak satu pun dari lukanya terasa. Bukan hanya rasa sakit fisik, tapi juga emosional. Kehidupan Shen Ying adalah kehampaan yang dingin.Di ranjang sempit dan usang, Shen Ying duduk dengan tubuh lemah, matanya kosong menatap keluar jendela. Jika ia mampu merasakan, mungkin ia akan menangis. Air mata yang keluar dari matanya hanyalah respon dari tubuhnya bukan dari jiwanya. Baginya, tangisan ataupun kesedihan adalah hal yang tidak dimengerti. Di belakangnya, Wang Shui, pelayan setianya, berjalan perlahan, air mata jatuh tanpa bisa ditahan. Setiap hari, melihat penderitaan nona kecilnya membuat hatinya perih, dia selalu bertanya-tanya, kapan kebahagiaan ak
Setelah Kaisar mengeluarkan perintah, rombongan penyelidik dari Kementerian Hukum dan Balai Neraka melaju menuju Kota Dacang, dipimpin oleh Putra Mahkota Xiao Zhaoyang dan didampingi oleh Su Yan Li. Kereta-kereta mereka penuh dengan bahan makanan dan obat-obatan untuk penduduk Dacang yang kelaparan dan terluka akibat kekacauan yang terjadi. Kota yang dulu megah kini dilanda kematian dan kekacauan, dan racun yang menyebar telah mengubah penduduknya menjadi makhluk yang mengerikan.Di antara para penyelidik, Cui Xing mencuri perhatian dengan sigap membawa peralatan autopsinya. Keberaniannya dalam menghadapi situasi sulit tampak jelas. Ia lebih memilih bekerja di lapangan, di mana kebebasan dan petualangan menjadi daya tarik utama baginya, jauh dari aturan yang membatasi dirinya. Cui Xing memandang dengan cermat sekelilingnya, memperhatikan lingkungan yang kian memburuk, dan memikirkan puluhan mayat yang akan diperiksanya nanti. Di tengah ketegangan itu, tirai kereta Putra Mahkota sedik
"Maksudmu..." Perkataan Shangguan Mai tertahan, bibirnya gemetar. Bayangan masa lalu yang kelam kembali menghantui. Ia tak bisa menahan rasa takut yang perlahan menjalar. Berapa banyak lagi korban yang harus jatuh? Tragedi ini... apakah keluarganya akan direnggut sekali lagi?"Ya, seperti yang Yang Mulia Ratu bayangkan," Su Yan Li memulai dengan nada datar, namun penuh beban. "Dalam semalam, Kota Dacang berubah menjadi lautan darah. Banyak penduduk tewas mengenaskan, diserang oleh sesama warga yang terinfeksi racun misterius. Kota megah itu kini menjadi kota mayat hidup, tak lebih dari reruntuhan yang dipenuhi dengan makhluk-makhluk tak bernyawa," jelas Su Yan Li.Wajah Kaisar memucat, sementara tatapan Shangguan Mai mengeras. Mereka saling bertukar pandang, menyadari ketakutan yang menggerogoti hati mereka. Apakah ini ulah pengkhianat dari dalam istana lagi? Semua pengikut Putri Xiao Fei Feng sudah dibereskan, tapi siapa yang kali ini akan mengkhianati mereka?Atau... Apakah ini bal
Sementara itu, suasana tegang kembali menyelimuti Kerajaan Liang, lebih tepatnya di ruang sidang istana. Kaisar sangat murka. Meskipun Putra Mahkota Xiao Zhaoyang telah berhasil mengadili kasus bunuh diri massal di Meihua Gong yang melibatkan putra Marquis Lai Luo Que. Namun, tidak ada prestasi yang cukup besar untuk menutupi kesalahan fatalnya: mengunjungi Meihua Gong, tempat yang sama sekali tidak pantas dikunjungi oleh putra mahkota. Tak hanya Zhaoyang yang dipanggil, Pangeran Xiao Wu Yan—yang seharusnya menjaga kakaknya—juga dihadapkan pada hukuman.Kedua pangeran melangkah masuk ke ruang utama dengan tenang. Dinding-dinding yang biasanya megah kini seolah memancarkan ketegangan, dipenuhi dengan bayangan masa lalu yang kelam. Tatapan Kaisar—yang dahulu dikenal sebagai Bocah Iblis, pemimpin pembunuh Sungai Kegelapan—tajam dan dingin, cukup untuk membuat pejabat paling berani gemetar. Namun, kedua putranya tidak terpengaruh. Langkah mereka tetap ringan, penuh percaya diri."Salam
Pengadilan terasa seperti perang tanpa senjata. Marquis Lai Luo Que, wajahnya merah padam, berusaha mempertahankan ketenangannya di tengah kerasnya tuduhan yang dilemparkan pada putranya. Sementara Cui Xing tampak tenang, dia sangat yakin jika ia akan memenangkan pengadilan ini dan menghukum Lai Yan. “Bukti apa lagi yang kau punya, hah? Putraku sudah membuktikan kelemahannya—itu saja cukup menunjukkan bahwa dia tak bersalah! Berhentilah memfitnah putraku, Nona Cui,” suaranya bergemuruh, bergetar oleh kemarahan dan ketidakberdayaan.Cui Xing, tetap tenang dan tersenyum tipis. "Kelemahan putramu, Marquis, adalah bagian dari bukti itu sendiri. Bukankah kau pernah bertanya-tanya, mengapa putramu kehilangan kemampuan untuk mempunyai keturunan?" Nada suaranya terdengar seperti sedang memberi tahu sebuah rahasia, namun penuh ejekan.Perkataan Cui Xing bagai petir di siang bolong, menghantam ruangan itu dengan keheningan. Marquis Lai terdiam, matanya terbelalak sejenak sebelum dengan cepat m
Dua puluh tahun telah berlalu sejak Putra Mahkota Xiao Zhi naik takhta dan memerintah sebagai kaisar yang bijaksana dan adil. Di bawah kebijakan Ratu Shangguan Mai, Kerajaan Liang makmur dengan sistem meritokrasi yang membuka peluang bagi sarjana miskin untuk menjadi pejabat tinggi. Mereka diberi hak yang sama dengan anak pejabat istana untuk mengikuti ujian istana. Namun, bayang-bayang masa lalu tetap membayangi, khususnya dengan ketegangan yang belum terselesaikan dengan Kerajaan Huanxi. Dua Kerajaan itu masih terus bersaing dan melempar strategi untuk menguasai satu sama lain. *** Di tengah malam yang sunyi, di dalam Paviliun Yue Man Ting, istana Kerajaan Liang .... Putra Mahkota Xiao Zhaoyang melangkah hati-hati menuju kamar adiknya, Pangeran Xiao Wu Yan. Lampu-lampu lentera memancar samar, membentuk bayangan panjang di sepanjang koridor istana. Ia mengenakan pakaian tidur yang longgar dan sederhana, berbeda dari kemegahan yang biasa ia kenakan. Wajahnya tersembunyi di b
Dua bulan telah berlalu sejak insiden tragis tersebut, kediaman Shangguan kini dipenuhi dengan dekorasi dan perlengkapan pernikahan karena Shangguan Mai dan Pangeran kesembilan yang kini menjadi putra mahkota akan mengadakan pernikahan mereka sekali lagi. Sejak pagi, para pelayan istana telah tiba di kediaman Shangguan untuk merias Shangguan Mai agar terlihat memesona dan anggun.Shangguan Mai menatap Jenderal Shangguan dengan pandangan tajam ketika ayahandanya hendak mendekatinya karena ia masih merasa kesal dengan perlakuan sang ayahanda yang telah memanfaatkannya dan menipunya melalui pernikahannya dengan Pangeran kesembilan. Sejak kejadian tragis itu, Shangguan Mai belum berbicara dengan ayahandanya."Apakah kamu masih merasa kesal oleh keputusan ayahanda? Meskipun sebenarnya ayahanda telah mengatur pernikahanmu dengan pria yang sangat kamu impikan, bahkan hingga dua kali pernikahan. Seharusnya kamu bersyukur pada ayahanda," ucap ayahanda Shangguan Mai sambil mendekati Shangguan M
Kematian Pangeran kesembilan dan Shangguan Mai telah menyebar ke seluruh ibu kota, memunculkan kejutan di kalangan elit, termasuk Kaisar dan Jenderal Shangguan. Jenderal Shangguan tak mampu mempercayai kabar bahwa putri tercintanya telah tiada. Namun, berdasarkan laporan mata-mata yang diterimanya, kenyataan pahit itu tak dapat disangkal; putrinya telah tiada dalam keadaan tragis. Saat ini, jenazahnya sedang dalam perjalanan kembali ke istana, ditemani oleh Su Yan Li bersama jenazah Pangeran kesembilan.Di dalam kegelapan penjara bawah tanah, Jenderal Shangguan merenungkan kesalahan yang telah dilakukannya. Seandainya saja ia tak terlalu rakus dalam mengejar pembunuh Permaisuri, mungkin putrinya tak akan mengalami nasib tragis ini. Ia menyesali ketidaktegasannya dalam menjaga putri dan putranya. Sebagai seorang ayah, ia merasa telah gagal dalam melindungi mereka karena kesetiaannya pada Kaisar telah mengorbankan kedua anaknya. Dahulu ia tak mampu menyelamatkan Shangguan Wen Xuan, dan