Share

Hari Pernikahan

Penulis: Diah Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Sungguh, ibunda lebih baik mati daripada harus melihatmu menikah dengan pria yang berumur pendek. Jadi jangan lakukan hal ini untuk menyelamatkan ibunda, Nak," pinta ibunda Shangguan Mai dengan menangis tersedu-sedu saat melihat putri kesayangannya berdandan dan bersiap untuk pergi ke istana.

Shangguan Mai langsung berlutut dan menggenggam tangan ibundanya dengan lembut, lalu menatapnya dengan sendu. Panglima cantik itu berusaha untuk menenangkan ibundanya yang sejak tadi menangis dan merengek padanya agar tidak pergi ke istana.

"Aku hanya akan menikah bukan pergi berperang. Kenapa Ibunda harus khawatir seperti ini? Padahal selama ini Ibunda selalu melihatku pulang dengan tubuh penuh darah." Shangguan Mai memeluk ibundanya dengan erat sambil menghapus air matanya. "Kenapa hari ini Ibunda malah tidak yakin kalau aku akan baik-baik saja? Padahal aku tidak sedang menghadapi situasi yang serius seperti biasanya." Ucapan Shangguan Mai ini malah semakin membuat ibundanya menangis.

Wanita paruh baya itu langsung memukul punggung Shangguan Mai dengan keras. "Dasar gadis bodoh! Kepergianmu kali ini malah jauh lebih menakutkan daripada peperangan."

"Benar sekali, ibunda lebih memilih melihatmu pulang dengan tubuh penuh darah daripada menyaksikanmu menikah dengan pria yang tidak memiliki masa depan dan harus hidup dalam penderitaan," ujar ibunda Shangguan Mai sambil membelai lembut wajah anaknya, kemudian memalingkan wajahnya sejenak untuk menenangkan diri.

Namun, ibunda Shangguan Mai tetap tidak mampu menahan air matanya meskipun telah berusaha untuk menunjukkan keberanian dan ketegaran. Bahkan ketika dia memalingkan wajahnya, tetesan air mata masih tetap mengalir, semakin deras. Dia sungguh tidak sanggup melepaskan anaknya untuk menikah dengan Pangeran kesembilan yang terkenal bodoh dan memiliki usia yang pendek.

"Apa kamu tahu, Nak? Hari ini ibunda merasa lebih seperti mengantarmu ke pemakaman daripada sebuah pernikahan. Ibunda macam apa aku ini yang mengorbankan anaknya seperti ini," sesal wanita paruh baya itu dengan suara parau sambil memukul dadanya.

Pernikahan yang seharusnya penuh dengan kebahagiaan malah dipenuhi dengan kesedihan dan air mata, karena pernikahan ini menjanjikan penderitaan bagi Keluarga Shangguan. Lebih tepatnya, penderitaan akan dirasakan oleh Shangguan Mai, yang mungkin akan terikat dalam pernikahan yang tidak diinginkannya dengan Pangeran Xiao Zhi. Peluang masa depan cerahnya bisa sirna.

"Ibunda tenang saja hidupku tidak akan sengsara hanya karena aku menikahi pria yang berumur pendek," ucap Shangguan Mai sembari memberikan hormat untuk terakhir kalinya pada ibundanya karena utusan dari istana sudah datang menjemputnya.

"Selama ini hidupku tidak pernah bergantung pada pria manapun bahkan seringkali aku mengungguli mereka dan melawan takdirku sebagai wanita. Jadi Ibunda tidak perlu khawatir dengan hidupku karena sekali lagi aku akan melawan takdirku," ucap Shangguan Mai lagi sebelum keluar dari kamar dan meninggalkan ibundanya yang masih menangis.

***

"Apa kamu benar-benar akan menikah dengannya?" tanya Su Yan Li yang menjadi utusan istana untuk menjemput Shangguan Mai.

Su Yan Li adalah kepala balai neraka yang tengah mengusut dan memeriksa ayahandanya terkait kematian Pangeran kedelapan. Keputusan yang diambil oleh balai neraka ini berpotensi besar memengaruhi nasib Jenderal Shangguan di masa depan karena segala keputusan yang dikeluarkan oleh balai neraka akan menjadi final dan mengikat bagi Kaisar.

Balai neraka merupakan departemen detektif yang dibentuk dan dipimpin secara langsung oleh Kaisar. Tugas utama balai neraka adalah menginvestigasi kasus-kasus misterius dan aneh yang terjadi di dalam maupun di luar istana yang tidak dapat diselesaikan oleh departemen kehakiman istana.

Bahkan kematian Permaisuri sendiri masih menjadi bahan penyelidikan secara rahasia oleh balai neraka. Metode kerja balai neraka terbilang unik dan misterius karena meskipun investigasinya terlihat terbuka dari luar, tetapi sebenarnya sangat tertutup dan penuh rahasia.

Ternyata, Su Yan Li yang dikenal sebagai kepala balai neraka sebenarnya bukanlah sosok yang memegang jabatan tersebut secara resmi. Kepala balai neraka yang sesungguhnya hanya diketahui oleh Kaisar dan bekerja secara tersembunyi.

Para anggota balai neraka, termasuk Su Yan Li sendiri, bahkan belum pernah bertatap muka langsung dengan kepala balai neraka yang misterius tersebut. Hingga saat ini, mereka hanya berkomunikasi melalui perantara. Identitas sebenarnya dari pria misterius tersebut masih menjadi misteri, tetapi yang jelas kalau dialah yang merancang seluruh skema dan skenario yang digunakan dalam balai neraka.

"Tentu saja, kenapa kamu masih menanyakan sesuatu yang jawabannya sudah pasti? Ah, seperti orang bodoh saja," jawab Shangguan Mai dengan kasar sambil memasuki kereta, langsung membuat Su Yan Li menjadi kesal.

Sebenarnya dulu Shangguan Mai dan Su Yan Li sempat bertunangan, bahkan hampir menikah. Namun, di hari pernikahan Shangguan Mai justru membatalkannya karena dia lebih memilih untuk pergi ke perbatasan utara. Untuk menggantikan kakaknya yang gugur di medan perang.

Su Yan Li masih ingat betul bagaimana dulu Shangguan Mai berbuat kekacauan dan menantang Keluarga Su hanya untuk menggagalkan pernikahan. Gadis pemberani itu mengobrak-abrik aula pernikahan dan menyobek perjanjian pernikahan mereka di hadapan para tetua.

Namun, di mana keberaniannya sekarang? Kenapa gadis yang ia kenal sangat berani dan tidak kenal aturan bisa menerima pernikahan ini dengan mudah? Apakah keberaniannya yang luar biasa itu hilang setelah berhadapan dengan Kaisar?

Itulah yang dipikirkan Su Yan Li saat ia melihat Shangguan Mai memakai gaun pengantin. Ia pikir Shangguan Mai akan membuat kekacauan seperti dulu lagi. Namun, ternyata tidak, gadis itu menerimanya dengan lapang dada.

"Aku hanya tidak menyangka kalau wanita sombong yang dulunya pernah menolak menikah denganku. Kini malah akan menikah dengan pria bodoh yang tidak berguna. Apa sekarang kamu merasa menyesal karena sudah menyobek perjanjian pernikahan kita dulu?" tanya Su Yan Li setengah mengejek Shangguan Main, tetapi wanita itu malah tertawa.

"Untuk apa aku menyesalinya justru aku bersyukur karena pernah menggagalkan pernikahanku denganmu. Kalau tidak, aku sekarang tidak akan menjadi panglima dan menantu Kaisar," jawab Shangguan Mai sambil membuka sedikit tirai kereta agar bisa melihat wajah kesal Su Yan Li dengan jelas.

Sejak Shangguan Mai membatalkan pernikahan dengan Su Yan Li lima tahun yang lalu. Hubungannya dengan pria dingin itu memang berubah menjadi musuh yang sulit untuk didamaikan, tetapi juga teman yang saling memahami. Bahkan saat Shangguan pulang ke ibukota untuk melapor ke istana minggu lalu. Ia sempat membantu Su Yan Li untuk melenyapkan para pembunuh Sungai Kegelapan yang suka menculik para pejabat istana.

Entah, apa yang diinginkan oleh para pembunuh itu dengan menculik para pejabat istana. Mereka selalu bungkam dan memilih untuk mati saat tertangkap daripada harus mengungkapkan tujuannya dan siapa tuan mereka.

Su Yan Li langsung tersenyum miring sambil menarik tali kekang kudanya untuk mempercepat laju kereta. "Ucapanmu yang sombong itu memang selalu bisa membuatku membencimu dan ingin membunuhmu, tapi entah kenapa aku sekarang malah senang mendengarnya karena aku jadi tahu kalau kamu tidak menyerah. Kamu sudah punya rencana sendiri kan untuk pernikahan ini," ucap Su Yan Li yang langsung bisa mengerti alasan kenapa Shangguan Mai mau menikah dengan Pangeran kesembilan.

"Begitulah, mana mungkin aku membiarkan ayahandaku difitnah dan diperlakukan seperti pendosa. Dengan pernikahan ini aku akan mencari pembunuh yang sebenarnya," ucap Shangguan membuat Su Yan Li tersenyum dengan lega karena dia tadi sempat mengira Shangguan Mai sudah menyerah.

"Baiklah, jika itu keinginanmu maka aku akan membantumu dan aku juga berjanji kalau aku tidak akan memperlakukan ayahandamu seperti tahanan meskipun sekarang aku yang sedang menginterogasinya," ucap Su Yan Li langsung membuat Shangguan Mai tersenyum pahit dan menghela napas.

"Jangan lakukan sesuatu yang akan membuatmu terseret dalam masalah besar karena mungkin saja masalah ini masih ada hubungannya dengan keluarga istana. Jadi aku tidak ingin kamu melakukan hal yang bodoh untuk membantuku," ucap Shangguan Mai membuat Su Yan Li langsung tertawa.

"Kamu sungguh percaya diri, A Mai. Aku membantumu bukan karena aku peduli padamu, tapi karena aku adalah ketua balai neraka yang dipercayai oleh Kaisar untuk menyelidiki kasus ini."

"Kamu juga tidak terlalu paham dengan cara kerja balai neraka kan. Kelihatannya saja kasus kematian Pangeran kedelapan ini sudah ditutup oleh balai neraka, tapi nyatanya kasus ini baru saja dibuka oleh balai neraka. Kamu lihat saja nanti kalau aku akan membantumu untuk menyelesaikan masalah ini, " tegas Su Yan Li yang lagi-lagi mempercepat laju keretanya agar cepat sampai ke istana.

***

Bab terkait

  • Beauty Lies in the Eyes   Pencabutan Kekuasaan

    "Salam, Tuanku. Utusan istana sudah tiba untuk menjemput Tuan. Hamba harap Tuan cepat bersiap untuk pergi ke istana," ucap Jia Yue memberi hormat pada Pangeran kesembilan. "Ah, kenapa mereka harus datang secepat ini padahal aku masih ingin istirahat sebentar lagi," keluh Pangeran kesembilan yang sedang bersantai di atas pohon persik. "Jika nanti mereka datang untuk mencariku, katakan saja kalau aku sedang pergi bermain dan sulit untuk ditemukan," pinta Pangeran Xiao Zhi langsung membuat Jia Yue menatapnya dengan ragu. "Apa Tuanku ingin membatalkan pernikahan ini?" tanya Jia Yue dengan nada sedikit senang karena sebenarnya dia tidak terlalu suka jika tuannya menikah dengan Shangguan Mai. Dia masih khawatir jika Shangguan Mai akan menggangu rencana tuannya untuk mencari pembunuh Permaisuri. Dengan setengah malas, Pangeran kesembilan memetik buah persik yang tergantung di atas kepalanya lalu menggigitnya dengan perlahan. Getaran air dari buah persik itu segera merembes ke bibirny

  • Beauty Lies in the Eyes   Pertemuan Pertama

    Sudah setengah hari Shangguan Mai menunggu kedatangan Pangeran kesembilan, tetapi sampai sekarang tidak ada tanda-tanda kedatangannya. Entah, pangeran bodoh itu akan datang atau tidak hari ini, karena masalah ini, banyak orang yang mulai membicarakan Shangguan Mai. Kata mereka, nasib Shangguan Mai menjadi sial begini karena dia terlalu sombong dan sering menantang takdirnya sebagai wanita. Bahkan sebagian dari mereka mulai berani menghina dan menatapnya dengan penuh jijik karena sekarang Shangguan Mai hanyalah wanita biasa yang akan dikorbankan untuk mendampingi pangeran bodoh yang penyakitan. Jadi mereka merasa tidak perlu menghormati Shangguan Mai lagi sebagai gadis bangsawan karena hidupnya sekarang dianggap lebih rendah daripada seorang pelayan. Namun, Shangguan Mai tidak peduli dengan perkataan mereka dan tetap menunggu kedatangan Pangeran kesembilan karena sebenarnya dia bersedia untuk menikah dengan Pangeran kesembilan bukan semata-mata untuk membersihkan nama ayahandanya saj

  • Beauty Lies in the Eyes   Rencana untuk Menghancurkan Paviliun Sedayu

    Setelah pesta pernikahan yang cukup melelahkan dan penuh drama itu selesai, Shangguan Mai dan Pangeran kesembilan langsung diantar ke kamar pengantin untuk menikmati malam pertama bersama. Namun, dua pelayan yang mengantar ke sana langsung dibuat tertawa oleh tingkah laku Pangeran Xiao Zhi yang konyol.Pria bodoh itu segera melahap arak pengantin dalam satu tegukan. Kemudian ia dengan rakus memakan kacang yang tersebar di ranjang. Tindakan konyol dan memalukan ini tidak mencerminkan statusnya sebagai seorang pangeran yang terpandang, melainkan sebagai orang bodoh yang hanya dilahirkan di istana.Ah, malang sekali nasib Shangguan Mai ini harus menikahi orang bodoh seperti ini. Padahal dia adalah pahlawan yang paling ditakuti di perbatasan utara. Namun, setelah kembali ke ibukota malah mendapatkan kemalangan seperti ini.Dua pelayan yang menyaksikan hal itu merasa bahwa apa yang terjadi dalam kehidupan Shangguan Mai tidaklah adil. Wanita luar biasa seperti dia seharusnya menikah dengan

  • Beauty Lies in the Eyes   Kehebohan di Paviliun Sedayu

    Sesampainya di Paviliun Sedayu, Shangguan Mai dengan cepat melumpuhkan puluhan prajurit yang berjaga di sana. Bahkan wanita kasar itu sama sekali tidak memberi kesempatan kepada Su Yan Li untuk membantunya. Jika tidak diingatkan oleh Su Yan Li, mungkin saja dia sudah menewaskan para prajurit itu karena dia sudah kehilangan kendali. Shangguan Mai lupa bahwa dia bukan sedang dalam pertempuran."Berhati-hatilah jangan sampai kamu membunuh mereka semua. Kalau tidak, kamu akan merepotkanku nanti," teriak Su Yan Li yang memperingatkan Shangguan Mai untuk tidak terlalu ganas pada mereka. "Diamlah, jangan mengangguku yang sedang bersenang-senang. Kalau tidak, aku akan melempar pisau ini ke arahmu lagi," ucap Shangguan Mai yang justru mengancam Su Yan Li dan tetap menyerang mereka dengan ganas agar cepat bisa masuk ke Paviliun Sedayu. Sementara Pangeran Xiao Zhi yang sudah masuk duluan ke Paviliun Sedayu untuk mencari surat yang ditinggalkan oleh Pangeran kedelapan sebelum kematiannya, seger

  • Beauty Lies in the Eyes   Pertarungan dan Taktik

    Setelah memastikan bahwa Su Yan Li berhasil membawa Kasim Du keluar dari istana, Shangguan Mai memutuskan untuk kembali ke Paviliun Baixiang. Dia berpura-pura tertidur agar Pangeran Xiao Zhi tidak curiga. Jika sebelumnya dia tidak berhasil membiusnya.Tindakan ini diambil oleh Shangguan Mai untuk dapat mengetahui latar belakang Pangeran Xiao Zhi yang menyembunyikan kecerdasannya. Dia yakin bahwa kematian Permaisuri tidak semudah seperti yang diketahui. Pasti ada alasan yang membuat seorang yang secerdas Pangeran Xiao Zhi harus bersembunyi seperti ini.Pangeran Xiao Zhi yang kembali ke kamar, mulai terlihat canggung karena bingung harus bereaksi bagaimana terhadap Shangguan Mai. Haruskah ia berpura-pura tidak mengetahui apa-apa? Jika sebelumnya upayanya untuk membiusnya tidak berhasil. Ataukah ia sebaiknya langsung menyerang, mengingat Shangguan Mai telah mengetahui kebohongannya. Ah, ini benar-benar membuatnya frustrasi karena wanita itu begitu sulit ditebak.Ketika Pangeran Xiao Zhi

  • Beauty Lies in the Eyes   Kerja Sama yang Romantis

    "Ternyata waktu memang bisa mengubah karakter seseorang, tapi anehnya pelukanmu masih sama hangatnya seperti dulu," ucap Shangguan Mai sambil membalas pelukan Pangeran Xiao Zhi dengan hangat, meskipun sebenarnya dia masih agak gugup dan terkejut dengan tindakannya. "Apa maksudmu? Apakah dulu kita pernah bertemu?" tanya Pangeran Xiao Zhi yang perlahan melepaskan pelukannya karena kurang nyaman dengan sikap Shangguan Mai yang berubah menjadi sedikit agresif seperti wanita penggoda.Shangguan Mai yang melihat Pangeran Xiao Zhi menjadi canggung langsung tertawa kecil dan berniat untuk menggoda lagi. Wanita cantik itu langsung mempererat pelukan Pangeran Xiao Zhi yang hampir dilepaskannya. Dengan sengaja, dia menatapnya dengan penuh intensitas dan tersenyum manis. "Bisa dibilang seperti itu, jika tidak, mana mungkin aku mau menikah denganmu. Sayang sekali kamu tidak mengingat pertemuan awal kita. Padahal, dulu kamu pernah berjanji padaku," jawab Shangguan Mai yang semakin menggoda dan me

  • Beauty Lies in the Eyes   Takbir Pelaku Pembunuhan Mulai Terungkap

    Ketika Shangguan Mai tiba di pengadilan, semua mata seketika tertuju padanya. Mereka menatap Shangguan Mai dengan tatapan tajam. Kehadiran wanita yang kasar ini di pengadilan hanyalah formalitas semata karena mereka telah mengatur hukuman untuknya. Mereka tidak berniat memberikan kesempatan pada Shangguan Mai untuk berbicara atau membela diri.Namun, Shangguan Mai tetaplah Shangguan Mai. Dia sama sekali tidak merasa takut karena inilah yang diinginkannya. Sebaliknya, dia merasa bingung dengan sikap sepupunya. Mengapa sepupunya menatapnya dengan penuh kebencian dan jijik? Seolah-olah dia adalah orang yang paling tidak layak untuk dilihat. Ah, sungguh konyol karena sebenarnya dialah yang tidak pantas untuk dilihat. Wanita yang bersedia menikahi pria tua demi kekayaan dan kekuasaan sama sekali tidak patut dihormati. Bagi Shangguan Mai, kekuasaan yang diperoleh dari pria hanyalah angin lalu.Dengan setengah malas, Shangguan Mai memberi hormat pada mereka. "Hamba memberi salam pada Selir A

  • Beauty Lies in the Eyes   Pertarungan yang Romantis

    Ketika Shangguan Mai kembali ke kamarnya, ia langsung diserang secara tak terduga oleh Pangeran Xiao Zhi. Serangantiba-tiba tersebut membuatnya terjatuh karena ia tak pernah menduga bahwa Pangeran Xiao Zhi akan menyerangnya sekali lagi. Kali ini, ia sama sekali tidak memiliki kesiapanuntukmenghindari serangan tersebut. Jadi ia terpaksa menyerang balik demi bertahan. Shangguan Mai yang terjatuh terpaksa menyerang Pangeran Xiao Zhi dengan posisi setengah tertidur. Dia hanya bisa menggunakan satu tangan karena tangan yang satunya digunakan untuk menopang tubuhnya. Sementara Pangeran menyerangnya dari atas dan menahan tubuhnya dengan ilmu ringan tubuhnya yang luar biasa. Mereka saling mengeluarkan jurus dan trik untuk menyerang satu sama lain. Meskipun pertarungan ini terlihat tidak imbang karena posisi Shangguan Mai yang tidak menguntungkan. Namun, pertarungan ini sungguh menakjubkan karena dilakukan oleh dua master bela diri. Entah, siapa yang akan menang. Mereka sama-sama hebat u

Bab terbaru

  • Beauty Lies in the Eyes   Misteri Kota Dacangq

    Di Kerajaan Liang, suasana di Kota Dacang berbanding terbalik dengan suasana ibukota Huanxi yang diterpa musim dingin. Kota Dacang yang dulunya pusat perdagangan sutra kini hanya menyisakan kengerian. Rumah-rumah kosong, bayangan bangunan yang runtuh dan jalanan yang dipenuhi tubuh-tubuh membeku dalam keheningan. Aroma busuk bercampur dengan angin dingin yang menghempas, membuat setiap tarikan napas terasa berat.Rombongan Xiao Zhaoyang bergerak pelan, menembus kabut tebal yang mengelilingi gerbang kota. Mata-mata penduduk yang bersembunyi di balik celah pintu dan jendela memancarkan ketakutan yang nyaris melumpuhkan."Tak ada yang berani keluar. Mereka seperti takut pada sesuatu yang lebih buruk dari kematian." Su Yan Li berkata, suaranya pelan namun jelas mengandung nada waspada.Zhaoyang mengangkat tangannya, menenangkan pasukannya. "Kami datang untuk membantu. Jika kalian tidak membukakan gerbang, bagaimana aku bisa menyelamatkan kalian?" Suara Zhaoyang menggema di antara bangunan

  • Beauty Lies in the Eyes   Kehampaan yang Membara

    Di sudut Istana Dingin, yang nyaris dilupakan oleh waktu, Shen Ying duduk di tepi jendela, menatap hamparan salju yang terus turun tak henti. Paviliun tempatnya dikurung terlihat suram dan muram, seakan mencerminkan kekosongan hatinya. Tubuhnya dipenuhi luka, sisa-sisa hukuman yang ia terima kemarin akibat melindungi Wang Shui, tetapi tak satu pun dari lukanya terasa. Bukan hanya rasa sakit fisik, tapi juga emosional. Kehidupan Shen Ying adalah kehampaan yang dingin.Di ranjang sempit dan usang, Shen Ying duduk dengan tubuh lemah, matanya kosong menatap keluar jendela. Jika ia mampu merasakan, mungkin ia akan menangis. Air mata yang keluar dari matanya hanyalah respon dari tubuhnya bukan dari jiwanya. Baginya, tangisan ataupun kesedihan adalah hal yang tidak dimengerti. Di belakangnya, Wang Shui, pelayan setianya, berjalan perlahan, air mata jatuh tanpa bisa ditahan. Setiap hari, melihat penderitaan nona kecilnya membuat hatinya perih, dia selalu bertanya-tanya, kapan kebahagiaan ak

  • Beauty Lies in the Eyes   Perjalanan Mencari Kebenaran

    Setelah Kaisar mengeluarkan perintah, rombongan penyelidik dari Kementerian Hukum dan Balai Neraka melaju menuju Kota Dacang, dipimpin oleh Putra Mahkota Xiao Zhaoyang dan didampingi oleh Su Yan Li. Kereta-kereta mereka penuh dengan bahan makanan dan obat-obatan untuk penduduk Dacang yang kelaparan dan terluka akibat kekacauan yang terjadi. Kota yang dulu megah kini dilanda kematian dan kekacauan, dan racun yang menyebar telah mengubah penduduknya menjadi makhluk yang mengerikan.Di antara para penyelidik, Cui Xing mencuri perhatian dengan sigap membawa peralatan autopsinya. Keberaniannya dalam menghadapi situasi sulit tampak jelas. Ia lebih memilih bekerja di lapangan, di mana kebebasan dan petualangan menjadi daya tarik utama baginya, jauh dari aturan yang membatasi dirinya. Cui Xing memandang dengan cermat sekelilingnya, memperhatikan lingkungan yang kian memburuk, dan memikirkan puluhan mayat yang akan diperiksanya nanti. Di tengah ketegangan itu, tirai kereta Putra Mahkota sedik

  • Beauty Lies in the Eyes   Misi Dua Pangeran

    "Maksudmu..." Perkataan Shangguan Mai tertahan, bibirnya gemetar. Bayangan masa lalu yang kelam kembali menghantui. Ia tak bisa menahan rasa takut yang perlahan menjalar. Berapa banyak lagi korban yang harus jatuh? Tragedi ini... apakah keluarganya akan direnggut sekali lagi?"Ya, seperti yang Yang Mulia Ratu bayangkan," Su Yan Li memulai dengan nada datar, namun penuh beban. "Dalam semalam, Kota Dacang berubah menjadi lautan darah. Banyak penduduk tewas mengenaskan, diserang oleh sesama warga yang terinfeksi racun misterius. Kota megah itu kini menjadi kota mayat hidup, tak lebih dari reruntuhan yang dipenuhi dengan makhluk-makhluk tak bernyawa," jelas Su Yan Li.Wajah Kaisar memucat, sementara tatapan Shangguan Mai mengeras. Mereka saling bertukar pandang, menyadari ketakutan yang menggerogoti hati mereka. Apakah ini ulah pengkhianat dari dalam istana lagi? Semua pengikut Putri Xiao Fei Feng sudah dibereskan, tapi siapa yang kali ini akan mengkhianati mereka?Atau... Apakah ini bal

  • Beauty Lies in the Eyes   Racun Iblis: Tragedi Masa Lalu Terulang Kembali

    Sementara itu, suasana tegang kembali menyelimuti Kerajaan Liang, lebih tepatnya di ruang sidang istana. Kaisar sangat murka. Meskipun Putra Mahkota Xiao Zhaoyang telah berhasil mengadili kasus bunuh diri massal di Meihua Gong yang melibatkan putra Marquis Lai Luo Que. Namun, tidak ada prestasi yang cukup besar untuk menutupi kesalahan fatalnya: mengunjungi Meihua Gong, tempat yang sama sekali tidak pantas dikunjungi oleh putra mahkota. Tak hanya Zhaoyang yang dipanggil, Pangeran Xiao Wu Yan—yang seharusnya menjaga kakaknya—juga dihadapkan pada hukuman.Kedua pangeran melangkah masuk ke ruang utama dengan tenang. Dinding-dinding yang biasanya megah kini seolah memancarkan ketegangan, dipenuhi dengan bayangan masa lalu yang kelam. Tatapan Kaisar—yang dahulu dikenal sebagai Bocah Iblis, pemimpin pembunuh Sungai Kegelapan—tajam dan dingin, cukup untuk membuat pejabat paling berani gemetar. Namun, kedua putranya tidak terpengaruh. Langkah mereka tetap ringan, penuh percaya diri."Salam

  • Beauty Lies in the Eyes   Cahaya Keadilan

    Pengadilan terasa seperti perang tanpa senjata. Marquis Lai Luo Que, wajahnya merah padam, berusaha mempertahankan ketenangannya di tengah kerasnya tuduhan yang dilemparkan pada putranya. Sementara Cui Xing tampak tenang, dia sangat yakin jika ia akan memenangkan pengadilan ini dan menghukum Lai Yan. “Bukti apa lagi yang kau punya, hah? Putraku sudah membuktikan kelemahannya—itu saja cukup menunjukkan bahwa dia tak bersalah! Berhentilah memfitnah putraku, Nona Cui,” suaranya bergemuruh, bergetar oleh kemarahan dan ketidakberdayaan.Cui Xing, tetap tenang dan tersenyum tipis. "Kelemahan putramu, Marquis, adalah bagian dari bukti itu sendiri. Bukankah kau pernah bertanya-tanya, mengapa putramu kehilangan kemampuan untuk mempunyai keturunan?" Nada suaranya terdengar seperti sedang memberi tahu sebuah rahasia, namun penuh ejekan.Perkataan Cui Xing bagai petir di siang bolong, menghantam ruangan itu dengan keheningan. Marquis Lai terdiam, matanya terbelalak sejenak sebelum dengan cepat m

  • Beauty Lies in the Eyes   Generasi Muda: Konflik di Meihua Gong

    Dua puluh tahun telah berlalu sejak Putra Mahkota Xiao Zhi naik takhta dan memerintah sebagai kaisar yang bijaksana dan adil. Di bawah kebijakan Ratu Shangguan Mai, Kerajaan Liang makmur dengan sistem meritokrasi yang membuka peluang bagi sarjana miskin untuk menjadi pejabat tinggi. Mereka diberi hak yang sama dengan anak pejabat istana untuk mengikuti ujian istana. Namun, bayang-bayang masa lalu tetap membayangi, khususnya dengan ketegangan yang belum terselesaikan dengan Kerajaan Huanxi. Dua Kerajaan itu masih terus bersaing dan melempar strategi untuk menguasai satu sama lain. *** Di tengah malam yang sunyi, di dalam Paviliun Yue Man Ting, istana Kerajaan Liang .... Putra Mahkota Xiao Zhaoyang melangkah hati-hati menuju kamar adiknya, Pangeran Xiao Wu Yan. Lampu-lampu lentera memancar samar, membentuk bayangan panjang di sepanjang koridor istana. Ia mengenakan pakaian tidur yang longgar dan sederhana, berbeda dari kemegahan yang biasa ia kenakan. Wajahnya tersembunyi di b

  • Beauty Lies in the Eyes   Pernikahan yang Manis

    Dua bulan telah berlalu sejak insiden tragis tersebut, kediaman Shangguan kini dipenuhi dengan dekorasi dan perlengkapan pernikahan karena Shangguan Mai dan Pangeran kesembilan yang kini menjadi putra mahkota akan mengadakan pernikahan mereka sekali lagi. Sejak pagi, para pelayan istana telah tiba di kediaman Shangguan untuk merias Shangguan Mai agar terlihat memesona dan anggun.Shangguan Mai menatap Jenderal Shangguan dengan pandangan tajam ketika ayahandanya hendak mendekatinya karena ia masih merasa kesal dengan perlakuan sang ayahanda yang telah memanfaatkannya dan menipunya melalui pernikahannya dengan Pangeran kesembilan. Sejak kejadian tragis itu, Shangguan Mai belum berbicara dengan ayahandanya."Apakah kamu masih merasa kesal oleh keputusan ayahanda? Meskipun sebenarnya ayahanda telah mengatur pernikahanmu dengan pria yang sangat kamu impikan, bahkan hingga dua kali pernikahan. Seharusnya kamu bersyukur pada ayahanda," ucap ayahanda Shangguan Mai sambil mendekati Shangguan M

  • Beauty Lies in the Eyes   Akhir dari Segala Kejahatan

    Kematian Pangeran kesembilan dan Shangguan Mai telah menyebar ke seluruh ibu kota, memunculkan kejutan di kalangan elit, termasuk Kaisar dan Jenderal Shangguan. Jenderal Shangguan tak mampu mempercayai kabar bahwa putri tercintanya telah tiada. Namun, berdasarkan laporan mata-mata yang diterimanya, kenyataan pahit itu tak dapat disangkal; putrinya telah tiada dalam keadaan tragis. Saat ini, jenazahnya sedang dalam perjalanan kembali ke istana, ditemani oleh Su Yan Li bersama jenazah Pangeran kesembilan.Di dalam kegelapan penjara bawah tanah, Jenderal Shangguan merenungkan kesalahan yang telah dilakukannya. Seandainya saja ia tak terlalu rakus dalam mengejar pembunuh Permaisuri, mungkin putrinya tak akan mengalami nasib tragis ini. Ia menyesali ketidaktegasannya dalam menjaga putri dan putranya. Sebagai seorang ayah, ia merasa telah gagal dalam melindungi mereka karena kesetiaannya pada Kaisar telah mengorbankan kedua anaknya. Dahulu ia tak mampu menyelamatkan Shangguan Wen Xuan, dan

DMCA.com Protection Status