Share

Pertemuan Pertama

Penulis: Diah Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-07 15:20:15

Sudah setengah hari Shangguan Mai menunggu kedatangan Pangeran kesembilan, tetapi sampai sekarang tidak ada tanda-tanda kedatangannya. Entah, pangeran bodoh itu akan datang atau tidak hari ini, karena masalah ini, banyak orang yang mulai membicarakan Shangguan Mai. Kata mereka, nasib Shangguan Mai menjadi sial begini karena dia terlalu sombong dan sering menantang takdirnya sebagai wanita.

Bahkan sebagian dari mereka mulai berani menghina dan menatapnya dengan penuh jijik karena sekarang Shangguan Mai hanyalah wanita biasa yang akan dikorbankan untuk mendampingi pangeran bodoh yang penyakitan. Jadi mereka merasa tidak perlu menghormati Shangguan Mai lagi sebagai gadis bangsawan karena hidupnya sekarang dianggap lebih rendah daripada seorang pelayan.

Namun, Shangguan Mai tidak peduli dengan perkataan mereka dan tetap menunggu kedatangan Pangeran kesembilan karena sebenarnya dia bersedia untuk menikah dengan Pangeran kesembilan bukan semata-mata untuk membersihkan nama ayahandanya saja. Namun, karena Shangguan Mai memang ingin menikah dan menyukai Pangeran Xiao Zhi karena dulunya dia pernah ditolong olehnya.

Shangguan Mai tidak percaya bahwa anak yang cerdas dan penuh kasih yang dulunya rela menemaninya di dalam sumur selama berhari-hari dan akhirnya berhasil membawanya keluar, berubah menjadi bodoh. Shangguan Mai yakin pasti ada alasan lain yang membuatnya berubah seperti itu, selain dari kematian ibunya.

Mungkin saja itu masih berkaitan dengan pemilihan putra mahkota dan perebutan takhta. Ini adalah alasan lain yang mendorong Shangguan Mai untuk menyetujui pernikahan ini, karena ia ingin melindungi orang yang telah menolongnya dulu agar dapat membalas budi. Sebenarnya, dia tidak pernah membayangkan bahwa ia akan menikahi penolongnya.

Namun, Shangguan Mai tidak pernah mengetahui bahwa masalah yang sebenarnya jauh lebih rumit daripada yang dibayangannya. Pria yang ingin dia nikahi bukanlah bocah pintar dan manis yang dulu dia kenal, melainkan pria yang penuh dengan ambisi dan sangat kejam. Jika ia tidak berhati-hati dan pandai menjaga sikap bisa saja nanti ia dibunuh olehnya. Apalagi Shangguan Mai sudah banyak melenyapkan para anggotanya dan membuat rencananya gagal.

Setelah menunggu sekian lama, Pangeran kesembilan akhirnya tiba di istana. Namun, penampilannya sangat konyol dan aneh. Hal itu langsung menimbulkan tawa di antara para tamu dan pejabat istana yang hadir. Mereka tidak dapat menahan tawa saat melihat Pangeran Xiao Zhi dengan ekspresi lucu memainkan kepangan rambutnya yang aneh.

Kaisar yang melihat ini langsung saja marah besar dan berniat untuk memukul Pangeran kesembilan dengan ikat pinggangnya. Namun, Shangguan Mai langsung memeluknya dari belakang untuk melindunginya. Bahkan ia memohon pada Kaisar untuk tidak memukulinya.

Tindakan tak terduga yang dilakukan oleh Shangguan Mai sungguh mengagetkan Pangeran Xiao Zhi, karena ia tidak menyangka bahwa wanita itu akan membelanya. Meski begitu, Pangeran Xiao Zhi merasa bahwa tindakan yang dilakukan Shangguan Mai hanyalah sebuah bentuk pencitraan belaka. Tujuannya adalah untuk meningkatkan citranya dan mendapat simpati dari banyak orang agar dianggap sebagai wanita berhati malaikat. Sungguh, Pangeran Xiao Zhi sangat membenci wanita semacam itu.

"Hamba mohon ampun atas perbuatan kekanak-kanakan suami hamba, Yang Mulia. Hamba yakin suami hamba tidak bermaksud untuk mempermalukan Yang Mulia," bela Shangguan Mai yang masih bersujud dan memeluk Pangeran kesembilan dengan erat karena Kaisar tetap saja ingin mencambuknya dengan ikat pinggangnya.

Bahkan tadi Shangguan Mai sempat terkena sabetan ikat pinggang Kaisar ketika ia berusaha melindungi Pangeran kesembilan. Sensasi panas dan rasa sakitnya masih dirasakannya sampai sekarang.

"Ternyata Nona memang sangat tulus dengan putraku sampai-sampai rela terkena cambukan seperti ini," puji Kaisar penuh arti dan menyuruh wanita itu untuk cepat berdiri.

"Lakukanlah segera pernikahan ini, Tuan Hua! Agar aku bisa cepat meninggalkan tempat ini karena aku sudah sangat muak melihat wajah si Pecundang itu," ujar Kaisar kepada pengurus dan ahli astrologi istana sambil melirik sinis Pangeran kesembilan yang sedang asyik menggeleng-gelengkan kepala dan memainkan lidahnya. Ah, begitu konyol tingkah lakuannya.

Namun, ketika upacara pernikahan sedang berlangsung, tiba-tiba Pangeran kesembilan melarikan diri dan bersembunyi di balik tirai istana seperti seorang anak kecil. Tindakannya ini membuat Kaisar marah dan ingin memukulnya dengan ikat pinggangnya lagi. Namun, Shangguan Mai segera menenangkan Kaisar dengan mengatakan bahwa dia akan membujuk Pangeran kesembilan untuk kembali dan melanjutkan upacara pernikahan yang terpotong.

"Aku tidak mau menikah denganmu karena kamu mirip sekali dengan monster. Pakaian dan tandukmu itu sungguh mengerikan," ucap Pangeran Xiao Zhi sambil mengintip Shangguan Mai dari balik tirai istana.

Ah, ternyata Pangeran Xiao Zhi sengaja ingin mencari gara-gara dan menguji kesabaran Shangguan Mai. Dia sangat yakin bahwa prajurit seperti Shangguan Mai tidak akan betah bersikap lembut dan berpura-pura seperti itu lebih lama.

Apalagi tadi dia sudah merendahkan martabat Shangguan Mai dengan membuatnya menunggu lama. Pasti kali ini Shangguan Mai akan melampiaskan amarahnya padanya. Namun, dugaannya itu salah karena Shangguan Mai tetap bersikap biasa dan justru semakin lembut padanya. Shangguan Mai perlahan mendekati Pangeran kesembilan dan tersenyum kecil padanya agar tidak membuatnya takut dan kabur lagi.

"Berarti kalau aku melepaskan pakaian dan tandukku yang mengerikan ini Pangeran mau menikahiku?" tanya Shangguan Mai mampu membuat Pangeran Xiao Zhi tersentak karena dia sangat tidak menyangka bahwa responnya akan begini.

Tanpa ada rasa malu sedikit pun Shangguan Mai langsung melepaskan pakaian dan mahkotanya. Bahkan wanita berambut bergelombang itu hanya menyisakan pakaian dalamnya yang sangat tipis. Sehingga lekuk tubuhnya yang indah dan ramping tampak dengan jelas.

Pangeran Xiao Zhi langsung menelan salivanya dan berusaha untuk menguasai rasa gugupnya sekarang. Wanita ini sungguh gila.

"Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu melepaskan pakaianmu seperti itu, hah" tanyanya setengah membentak Shangguan Mai yang terus mendekatinya dengan intens.

Baru kali ini Pangeran Xiao Zhi merasa terintimidasi oleh lawannya. Dia tidak tahu lagi harus bersikap apa sekarang. Bahkan dia tidak sanggup untuk berpura-pura bodoh di hadapannya lagi. Rasanya dia ingin mengajar wanita gila ini sekarang.

"Bukankah ini yang diinginkan oleh Pangeran tadi? Mengapa sekarang Pangeran malah terlihat gugup seperti ini? Apakah aku masih terlihat seperti monster?" tanya Shangguan Mai dengan nada menggoda dan terus mendekati Pangeran Xiao Zhi yang terus menjauh darinya.

Shangguan Mai sengaja bersikap seperti itu karena ia ingin mengetahui apakah Pangeran Xiao Zhi sungguh bodoh atau hanya berpura-pura. Shangguan Mai masih merasa tidak percaya bahwa sosok yang pernah ia kagumi sebagai penyelamatnya telah berubah.

Pangeran kesembilan yang mulai sadar bahwa dirinya sedang diuji oleh Shangguan Mai langsung mengikuti permainannya. Dia membiarkan Shangguan Mai mendekati dan menggodanya dengan intens.

"Ah, kamu benar-benar tidak punya malu. Mengapa kamu melepaskan pakaianmu di hadapanku seperti itu?" Pangeran kesembilan kembali mengulang pertanyaan yang sama sambil menutupi wajahnya yang memerah.

Tingkah malu dan gugupnya Pangeran kesembilan ini persis seperti anak kecil yang masih polos. Bahkan sorotan matanya juga terlihat sangat polos tidak seperti sorotan mata pria dewasa yang seharusnya menatapnya dengan cara yang berbeda.

"Lalu apa yang diinginkan oleh Pangeran sekarang agar mau menjadi suamiku?" tanya Shangguan Mai yang sedikit kecewa karena dia tidak menyangka bahwa penolongnya dulu memang berubah menjadi bodoh dan tidak mengenalinya lagi.

"Apakah kamu bisa menjadi babi kecilku yang bisa kubawa bermain setiap hari di gunung nanti? Jika bisa, aku mau menjadi suamimu," ucap Pangeran kesembilan yang kembali menguji Shangguan Mai. Apakah dia mau meninggalkan kehidupan ibukota yang megah dan hidup dalam buangan bersamanya.

Dia sangat tahu alasan di balik Shangguan Mai mau menikahinya. Wanita cantik itu ingin membersihkan nama baik ayahandanya dengan mencari pelaku pembunuhan Pangeran kedelapan yang asli di istana. Jadi dia tidak mungkin mau tinggal di gunung bersamanya.

Shangguan Mai langsung mengelus kepala Pangeran Xiao Zhi seperti mengelus kepala anak anjing, kemudian tersenyum kecil padanya. "Tentu saja, aku mau menjadi babi kecil gemukmu dan menemanimu bermain setiap hari di gunung," jawab Shangguan Mai yang tanpa ragu membuat Pangeran kesembilan merasa heran dengan keputusannya ini.

Mengapa dia bisa begitu mudah melepaskan kesempatan dan tujuannya seperti ini? Apakah dia sudah mempunyai rencana lain mengenai pernikahan ini? Wanita ini memang sangat sulit ditebak dan dipahami oleh Pangeran kesembilan.

***

Bab terkait

  • Beauty Lies in the Eyes   Rencana untuk Menghancurkan Paviliun Sedayu

    Setelah pesta pernikahan yang cukup melelahkan dan penuh drama itu selesai, Shangguan Mai dan Pangeran kesembilan langsung diantar ke kamar pengantin untuk menikmati malam pertama bersama. Namun, dua pelayan yang mengantar ke sana langsung dibuat tertawa oleh tingkah laku Pangeran Xiao Zhi yang konyol.Pria bodoh itu segera melahap arak pengantin dalam satu tegukan. Kemudian ia dengan rakus memakan kacang yang tersebar di ranjang. Tindakan konyol dan memalukan ini tidak mencerminkan statusnya sebagai seorang pangeran yang terpandang, melainkan sebagai orang bodoh yang hanya dilahirkan di istana.Ah, malang sekali nasib Shangguan Mai ini harus menikahi orang bodoh seperti ini. Padahal dia adalah pahlawan yang paling ditakuti di perbatasan utara. Namun, setelah kembali ke ibukota malah mendapatkan kemalangan seperti ini.Dua pelayan yang menyaksikan hal itu merasa bahwa apa yang terjadi dalam kehidupan Shangguan Mai tidaklah adil. Wanita luar biasa seperti dia seharusnya menikah dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Beauty Lies in the Eyes   Kehebohan di Paviliun Sedayu

    Sesampainya di Paviliun Sedayu, Shangguan Mai dengan cepat melumpuhkan puluhan prajurit yang berjaga di sana. Bahkan wanita kasar itu sama sekali tidak memberi kesempatan kepada Su Yan Li untuk membantunya. Jika tidak diingatkan oleh Su Yan Li, mungkin saja dia sudah menewaskan para prajurit itu karena dia sudah kehilangan kendali. Shangguan Mai lupa bahwa dia bukan sedang dalam pertempuran."Berhati-hatilah jangan sampai kamu membunuh mereka semua. Kalau tidak, kamu akan merepotkanku nanti," teriak Su Yan Li yang memperingatkan Shangguan Mai untuk tidak terlalu ganas pada mereka. "Diamlah, jangan mengangguku yang sedang bersenang-senang. Kalau tidak, aku akan melempar pisau ini ke arahmu lagi," ucap Shangguan Mai yang justru mengancam Su Yan Li dan tetap menyerang mereka dengan ganas agar cepat bisa masuk ke Paviliun Sedayu. Sementara Pangeran Xiao Zhi yang sudah masuk duluan ke Paviliun Sedayu untuk mencari surat yang ditinggalkan oleh Pangeran kedelapan sebelum kematiannya, seger

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Beauty Lies in the Eyes   Pertarungan dan Taktik

    Setelah memastikan bahwa Su Yan Li berhasil membawa Kasim Du keluar dari istana, Shangguan Mai memutuskan untuk kembali ke Paviliun Baixiang. Dia berpura-pura tertidur agar Pangeran Xiao Zhi tidak curiga. Jika sebelumnya dia tidak berhasil membiusnya.Tindakan ini diambil oleh Shangguan Mai untuk dapat mengetahui latar belakang Pangeran Xiao Zhi yang menyembunyikan kecerdasannya. Dia yakin bahwa kematian Permaisuri tidak semudah seperti yang diketahui. Pasti ada alasan yang membuat seorang yang secerdas Pangeran Xiao Zhi harus bersembunyi seperti ini.Pangeran Xiao Zhi yang kembali ke kamar, mulai terlihat canggung karena bingung harus bereaksi bagaimana terhadap Shangguan Mai. Haruskah ia berpura-pura tidak mengetahui apa-apa? Jika sebelumnya upayanya untuk membiusnya tidak berhasil. Ataukah ia sebaiknya langsung menyerang, mengingat Shangguan Mai telah mengetahui kebohongannya. Ah, ini benar-benar membuatnya frustrasi karena wanita itu begitu sulit ditebak.Ketika Pangeran Xiao Zhi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Beauty Lies in the Eyes   Kerja Sama yang Romantis

    "Ternyata waktu memang bisa mengubah karakter seseorang, tapi anehnya pelukanmu masih sama hangatnya seperti dulu," ucap Shangguan Mai sambil membalas pelukan Pangeran Xiao Zhi dengan hangat, meskipun sebenarnya dia masih agak gugup dan terkejut dengan tindakannya. "Apa maksudmu? Apakah dulu kita pernah bertemu?" tanya Pangeran Xiao Zhi yang perlahan melepaskan pelukannya karena kurang nyaman dengan sikap Shangguan Mai yang berubah menjadi sedikit agresif seperti wanita penggoda.Shangguan Mai yang melihat Pangeran Xiao Zhi menjadi canggung langsung tertawa kecil dan berniat untuk menggoda lagi. Wanita cantik itu langsung mempererat pelukan Pangeran Xiao Zhi yang hampir dilepaskannya. Dengan sengaja, dia menatapnya dengan penuh intensitas dan tersenyum manis. "Bisa dibilang seperti itu, jika tidak, mana mungkin aku mau menikah denganmu. Sayang sekali kamu tidak mengingat pertemuan awal kita. Padahal, dulu kamu pernah berjanji padaku," jawab Shangguan Mai yang semakin menggoda dan me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Beauty Lies in the Eyes   Takbir Pelaku Pembunuhan Mulai Terungkap

    Ketika Shangguan Mai tiba di pengadilan, semua mata seketika tertuju padanya. Mereka menatap Shangguan Mai dengan tatapan tajam. Kehadiran wanita yang kasar ini di pengadilan hanyalah formalitas semata karena mereka telah mengatur hukuman untuknya. Mereka tidak berniat memberikan kesempatan pada Shangguan Mai untuk berbicara atau membela diri.Namun, Shangguan Mai tetaplah Shangguan Mai. Dia sama sekali tidak merasa takut karena inilah yang diinginkannya. Sebaliknya, dia merasa bingung dengan sikap sepupunya. Mengapa sepupunya menatapnya dengan penuh kebencian dan jijik? Seolah-olah dia adalah orang yang paling tidak layak untuk dilihat. Ah, sungguh konyol karena sebenarnya dialah yang tidak pantas untuk dilihat. Wanita yang bersedia menikahi pria tua demi kekayaan dan kekuasaan sama sekali tidak patut dihormati. Bagi Shangguan Mai, kekuasaan yang diperoleh dari pria hanyalah angin lalu.Dengan setengah malas, Shangguan Mai memberi hormat pada mereka. "Hamba memberi salam pada Selir A

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Beauty Lies in the Eyes   Pertarungan yang Romantis

    Ketika Shangguan Mai kembali ke kamarnya, ia langsung diserang secara tak terduga oleh Pangeran Xiao Zhi. Serangantiba-tiba tersebut membuatnya terjatuh karena ia tak pernah menduga bahwa Pangeran Xiao Zhi akan menyerangnya sekali lagi. Kali ini, ia sama sekali tidak memiliki kesiapanuntukmenghindari serangan tersebut. Jadi ia terpaksa menyerang balik demi bertahan. Shangguan Mai yang terjatuh terpaksa menyerang Pangeran Xiao Zhi dengan posisi setengah tertidur. Dia hanya bisa menggunakan satu tangan karena tangan yang satunya digunakan untuk menopang tubuhnya. Sementara Pangeran menyerangnya dari atas dan menahan tubuhnya dengan ilmu ringan tubuhnya yang luar biasa. Mereka saling mengeluarkan jurus dan trik untuk menyerang satu sama lain. Meskipun pertarungan ini terlihat tidak imbang karena posisi Shangguan Mai yang tidak menguntungkan. Namun, pertarungan ini sungguh menakjubkan karena dilakukan oleh dua master bela diri. Entah, siapa yang akan menang. Mereka sama-sama hebat u

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Beauty Lies in the Eyes   Pertemuan dan Kenangan Masa Lalu

    Pangeran Xiao Zhi yang tidak suka belajar ilmu bela diri memilih untuk kabur dari istana dan bersembunyi di Hutan Qingshan yang sering digunakan untuk berburu Kaisar. Hutan berburu itu adalah tempat persembunyian Pangeran Xiao Zhi untuk belajar dan menghafal semua pelajaran yang diberikan Guru Agung padanya. Di sanalah dia bisa menenangkan diri dan bersantai tanpa ada orang yang mengganggunya. Namun, saat Pangeran Xiao Zhi sedang menikmati membaca antologi puisi serta beberapa karya hukum yang berkaitan dengan Kerajaan Liang, tiba-tiba terdengar suara tangisan dari dalam sumur. Ia menebak jika suara tangisan itu berasal dari hantu perawan yang kerap menjadi pembicaraan di kalangan pelayan istana. Jadi dia memilih untuk mengabaikannya dan tetap bersantai di bawah pohon plum.Pangeran Xiao Zhi meyakini bahwa suara yang terdengar bukanlah tangisan hantu perawan yang tidak berhasil menikah, melainkan ulah seseorang yang berniat untuk menakut-nakuti orang lain. Kemungkinan orang itu tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Beauty Lies in the Eyes   Ketua Balai Neraka yang Sesungguhnya

    "Lapor Yang Mulia, Selir Agung ingin bertemu dengan Yang Mulia sekarang," ucap Kasim Agung sambil memberikan hormat dan salam pada Kaisar. "Katakan padanya jika hari ini aku tidak ingin bertemu dengan siapapun," titah Kaisar yang sedang bermain catur sendirian. "Tapi Selir Agung ingin.... " Perkataan Kasim Agung langsung dipotong dengan kasar oleh Kaisar. Kaisar yang semula tidak menatapnya langsung menatapnya dengan tajam dan kasar. "Bukankah aku sudah mengatakannya bahwa aku tidak ingin bertemu dengan siapapun sekarang? Jadi kenapa kamu masih saja memaksaku untuk bertemu dengan Selir Agung? Apa kamu ingin dihukum, hah?" bentak Kaisar yang bangkit dari kursinya dan menghampiri Kasim Agung yang tertunduk dengan badan gemetar. Kasim Agung langsung bersujud. "Maafkan kelancangan hamba, Yang Mulia. Hamba akan memberitahu Selir Agung jika Yang Mulia sudah tidur," ucap Kasim Agung yang kembali memberikan hormat dan salam kepada Kaisar, kemudian meninggalkan kamar Kaisar dengan langkah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01

Bab terbaru

  • Beauty Lies in the Eyes   Perjalanan Zhaoyang Menuju Huanxi

    Sementara itu, Zhaoyang dan Cui Xing melakukan perjalanan menuju Huanxi, melintasi pedesaan kecil dan sungai yang berkelok-kelok. Setelah perjalanan panjang dari Dacang, mereka akhirnya tiba di Desa Linhua, sebuah desa terpencil yang seakan-akan terputus dari dunia luar. Jarak ribuan kilometer memisahkan mereka dari Kota Jianghu. Sepanjang perjalanan, suasana di antara mereka terasa berat—Zhaoyang tetap membisu, meskipun Cui Xing beberapa kali mencoba membuka percakapan. Keheningan itu menegaskan jarak emosional di antara mereka.Sikap dingin Zhaoyang terasa hampir tak terjangkau, seolah-olah ia menarik diri ke dalam benteng pertahanan yang sulit dihancurkan. Cui Xing bisa merasakan ketegangan itu, tetapi tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam pikirannya. Kekesalan Zhaoyang terhadap dirinya mungkin sudah cukup jelas. Dia tahu Zhaoyang tak pernah setuju dirinya ikut dalam misi ini. Baginya, perjalanan ke Huanxi penuh bahaya, dan Cui Xing mungkin hanyalah tambahan beban yang tidak p

  • Beauty Lies in the Eyes   Shen Ying Mendapatkan Status

    Di Paviliun Mingyue Mudan, Selir Agung terbenam dalam keputusasaan. Wajahnya yang cantik tampak lesu, dan matanya penuh lingkaran hitam menandakan bahwa ia tidak tidur semalaman. Air matanya tak tertahankan. Jeritan putrinya, Shen Ling Long, mengisi setiap sudut ruangan, menggema seperti melodi duka yang tak kunjung berhenti. Aroma bunga peony layu dan obat-obatan menyelimuti udara, menciptakan suasana yang menyesakkan, sementara rasa sakitnya semakin menguat. Dalam pikirannya yang kacau, Selir Agung berharap bisa menggantikan penderitaan putrinya.Ketika suasana semakin mencekam, suara Kaisar tiba-tiba memecah keheningan. "Tenanglah, selirku. Aku telah menemukan tabib yang andal untuk putri kita," katanya, menggenggam tangan Selir Agung dengan lembut. Sentuhan hangatnya menciptakan ilusi harapan dalam kegelapan, meskipun ketegangan masih menyelimuti mereka. "Aku yakin Ling Long kita pasti bisa bangun," lanjutnya, tatapannya beralih ke Wu Yan yang berdiri dengan tenang di sampingnya.

  • Beauty Lies in the Eyes   Pengumpulan Para Tabib di Kerajaan Huanxi

    Kondisi di Huanxi kini terasa seperti medan pertempuran sunyi, bukan dengan senjata tajam, melainkan dengan pikiran dan ketegangan yang tak nampak. Setiap tabib yang melangkah maju untuk mencoba mengobati Putri Ling Long menghadapi ujian yang lebih dari sekadar keahlian—nyawa mereka dipertaruhkan. Di sekitar istana, angin dingin semakin berdesir, membawa serpihan salju yang menari di udara, namun tak mampu menyelimuti suasana mengerikan. Aroma herba yang tajam dan asap dupa samar-samar menyusup ke udara, bercampur dengan bau darah segar dari mereka yang dihukum. Puluhan tabib telah gagal. Wu Yan tetap berdiri diam di tengah aula istana yang beku, tubuhnya tegak meski kaki lainnya gemetar. Ia menyaksikan tangan-tangan yang dulu piawai meracik ramuan kini tergeletak di tanah, beku oleh salju dan kehilangan fungsi. Rasa takut dan panik merambat dalam kerumunan, tetapi Wu Yan tetap tenang. Dia menutup matanya, membiarkan hawa dingin merambat di kulit wajahnya, salju yang lembut menyentu

  • Beauty Lies in the Eyes   Misi Zhaoyang ke Huanxi

    Keesokan paginya, ibukota Huanxi diselimuti musim dingin yang menggigit. Langit kelabu menekan rendah di atas kota, seakan-akan mendekatkan berat musim dingin kepada setiap orang di bawahnya. Udara dingin yang begitu tajam seakan menampar wajah siapa saja yang berani keluar. Setiap napas yang dihembuskan berubah menjadi kabut tipis yang melayang sejenak sebelum hilang di udara beku. Butiran salju turun perlahan, tapi pasti, menumpuk seperti selimut putih tebal di jalanan ibukota yang kasar, berderit di bawah kaki para pejalan kaki yang terburu-buru.Sisa-sisa perayaan beberapa hari lalu terlihat suram. Lentera-lentera merah yang dulu menyala terang kini tergantung lemas di rumah-rumah warga, terbungkus salju dan angin, cahayanya padam. Jejak-jejak dekorasi dan kertas perayaan yang tersisa terkubur di bawah lapisan salju, mengaburkan kenangan kegembiraan yang kini terasa seperti kenangan jauh yang dingin. Di pasar raya yang biasanya ramai, derit roda gerobak yang ditarik pelan terdenga

  • Beauty Lies in the Eyes   Kisah Kelam Kelahiran Shen Ying

    Dua hari kemudian, di Kerajaan Huanxi... Di dalam Istana Jinhe, Kaisar Shengzong duduk terpaku di kursinya, terjebak dalam kenangan pahit yang menyelimuti ruangan dalam kabut kelabu. Lampu-lampu lentera bergetar lembut, memantulkan cahaya samar yang menari di dinding batu marmer putih. Aroma dupa cendana yang terbakar bercampur dengan wewangian bunga kering, menghidupkan kembali memori akan cinta yang telah hilang. Di hadapannya, sebuah lukisan besar menggantung, memancarkan kesedihan yang mendalam—potret Wei Yong Luo, wanita yang ia anugerahi gelar Rengsheng karena telah menerangi relung hatinya dengan kelembutan dan cinta. Kecantikannya benar-benar abadi dalam warna-warna lembut, seolah senyum manisnya masih dapat terasa meski ia telah lama pergi. Kaisar memejamkan mata sejenak, membiarkan bayangan suara lembut Ratu Rengsheng berbisik di telinganya, seolah menenangkan jiwanya yang resah. Namun, angan-angan itu segera sirna, tergantikan oleh dentingan keras arak saat gelas yang ia

  • Beauty Lies in the Eyes   Yuwen: Pangeran yang Terbuang

    Sementara di tempat yang jauh, Yu Wen terhuyung, setiap langkahnya terasa berat. Telinganya berdengung, ribuan jeritan terus bergaung. Melodi seruling Zhaoyang masih merasuki, siap menelan kesadarannya. Racun menggerogoti tubuhnya, menimbulkan rasa sakit tajam di perut dan bahunya. Setiap detik terasa seperti belati, menusuk lebih dalam. Luka yang menganga, bekas belati Cui Xing, berdetak seirama dengan denyut nadi yang semakin lemah. Dengan napas yang tersengal, Yu Wen terjatuh di atas ranjang, punggungnya terasa dingin, seolah kasur yang seharusnya memberi kenyamanan malah menjadi batu dingin yang menusuk tulang-tulangnya.Cahaya rembulan menembus jendela jeruji Paviliun Fengyu, menorehkan garis perak di lantai yang gelap. Sinarnya begitu redup, terasa dingin dan jauh, seakan hanya menambah kekosongan hatinya. Di dalam ruang sunyi itu, hanya desahan napasnya yang terdengar, begitu berat dan terputus-putus. Hatinya tercekam oleh ketakutan yang merayap, dingin seperti es yang menembu

  • Beauty Lies in the Eyes   Kaisar Tiba di Dacang

    Di bawah cahaya rembulan yang semakin meredup, bayang-bayang gelap menyelimuti reruntuhan Kota Dacang. Udara malam terasa tebal, Cui Xing memangku tubuh Zhaoyang, tangannya gemetar tiap kali ia membenarkan posisinya, hatinya dipenuhi oleh kecemasan. Ia terus mengisap dan mengeluarkan racun dari punggung Zhaoyang, merasakan rasa asam dan pahit yang menusuk di tenggorokannya, seolah ludah beracun yang membara. Cui Xing terjebak dalam ketegangan yang menakutkan. Setiap kali ia mengisap racun dari tubuh Zhaoyang, waktu seolah terhenti, namun pikirannya melesat cepat. “Apa yang akan kulakukan jika aku gagal?” Sebuah suara kecil berbisik dalam hatinya, merayap ke dalam jiwanya. “Apa aku sanggup untuk melihatmu tiada?” Keringat dingin membasahi pelipisnya, dan napasnya semakin cepat. Perasaan takut yang mencekam mengalahkan keteguhan hatinya. Cui Xing tahu saat-saat terakhir itu semakin mendekat—racun yang diserapnya kini menggerogoti tubuhnya, seperti ular berbisa yang menyusup ke dalam

  • Beauty Lies in the Eyes   Balas Dendam Shen Ying

    "Berhenti menyesalinya, Paman. Wanita itu memang pantas mati," ucap Shen Ying dengan dingin, tatapan matanya yang tajam tak beranjak dari kepala Bibi Ling yang tergeletak di lantai batu yang basah oleh darah.Bau anyir darah memenuhi udara, bercampur dengan aroma lembap penjara bawah tanah Paviliun Bayangan. Kepala Bibi Ling yang tergolek itu tampak mengerikan, dengan mata yang masih terbuka lebar, seolah kematian datang terlalu cepat sebelum ia sempat merasakan penderitaan yang seutuhnya. Mu Qing Cheng duduk di sampingnya, tangan yang menggenggam pedang masih sedikit gemetar, meskipun darah di bilah pedangnya sudah mulai mengering. Cahaya obor yang temaram memantulkan bayangan-bayangan aneh di dinding, menciptakan ilusi bayang-bayang gelap yang terus bergetar. Tatapan Mu Qing Cheng gelisah, menyadari bahwa perkataan Wu Yan mungkin benar, dengan kematian Bibi Ling, mereka mungkin telah kehilangan kesempatan untuk mendapatkan informasi lebih banyak.Shen Ying melangkah maju, merasakan

  • Beauty Lies in the Eyes   Terungkapnya Kematian Ibu Shen Ying dan Asal Usul Racun Iblis

    Di saat yang sama, di sudut lain dunia, Shen Ying berdiri di bawah bayangan penjara bawah tanah Paviliun Bayangan yang suram. Udara di sekelilingnya terasa tebal, dipenuhi kelembaban dari dinding-dinding lembab yang mulai ditumbuhi lumut. Sorotan matanya masih sama seperti biasanya; dingin dan hampa, namun gejolak hatinya berbeda. Shen Ying mulai merasakan kebencian yang mendalam, meski ia tak tahu perasaan pahit apa yang telah muncul dalam hatinya sekarang. Di hadapannya, pelayan tua yang dulu melayani ibunya gemetar, kulitnya yang keriput seakan semakin pucat di bawah tekanan tangan dingin Shen Ying. Aroma pil kejujuran yang ia genggam memenuhi udara, bercampur dengan aroma debu dan kesedihan yang sudah lama menetap di tempat itu.Shen Ying menggenggam rahang wanita tua itu dengan kasar, suaranya dingin namun penuh amarah yang tertahan, "Kau akan bicara, entah kau mau atau tidak." Napasnya terasa panas di udara yang lembap, dan gemetar di tangannya terasa jelas, bukan karena kera

DMCA.com Protection Status