Sudah setengah hari Shangguan Mai menunggu kedatangan Pangeran kesembilan, tetapi sampai sekarang tidak ada tanda-tanda kedatangannya. Entah, pangeran bodoh itu akan datang atau tidak hari ini, karena masalah ini, banyak orang yang mulai membicarakan Shangguan Mai. Kata mereka, nasib Shangguan Mai menjadi sial begini karena dia terlalu sombong dan sering menantang takdirnya sebagai wanita.
Bahkan sebagian dari mereka mulai berani menghina dan menatapnya dengan penuh jijik karena sekarang Shangguan Mai hanyalah wanita biasa yang akan dikorbankan untuk mendampingi pangeran bodoh yang penyakitan. Jadi mereka merasa tidak perlu menghormati Shangguan Mai lagi sebagai gadis bangsawan karena hidupnya sekarang dianggap lebih rendah daripada seorang pelayan. Namun, Shangguan Mai tidak peduli dengan perkataan mereka dan tetap menunggu kedatangan Pangeran kesembilan karena sebenarnya dia bersedia untuk menikah dengan Pangeran kesembilan bukan semata-mata untuk membersihkan nama ayahandanya saja. Namun, karena Shangguan Mai memang ingin menikah dan menyukai Pangeran Xiao Zhi karena dulunya dia pernah ditolong olehnya. Shangguan Mai tidak percaya bahwa anak yang cerdas dan penuh kasih yang dulunya rela menemaninya di dalam sumur selama berhari-hari dan akhirnya berhasil membawanya keluar, berubah menjadi bodoh. Shangguan Mai yakin pasti ada alasan lain yang membuatnya berubah seperti itu, selain dari kematian ibunya. Mungkin saja itu masih berkaitan dengan pemilihan putra mahkota dan perebutan takhta. Ini adalah alasan lain yang mendorong Shangguan Mai untuk menyetujui pernikahan ini, karena ia ingin melindungi orang yang telah menolongnya dulu agar dapat membalas budi. Sebenarnya, dia tidak pernah membayangkan bahwa ia akan menikahi penolongnya. Namun, Shangguan Mai tidak pernah mengetahui bahwa masalah yang sebenarnya jauh lebih rumit daripada yang dibayangannya. Pria yang ingin dia nikahi bukanlah bocah pintar dan manis yang dulu dia kenal, melainkan pria yang penuh dengan ambisi dan sangat kejam. Jika ia tidak berhati-hati dan pandai menjaga sikap bisa saja nanti ia dibunuh olehnya. Apalagi Shangguan Mai sudah banyak melenyapkan para anggotanya dan membuat rencananya gagal. Setelah menunggu sekian lama, Pangeran kesembilan akhirnya tiba di istana. Namun, penampilannya sangat konyol dan aneh. Hal itu langsung menimbulkan tawa di antara para tamu dan pejabat istana yang hadir. Mereka tidak dapat menahan tawa saat melihat Pangeran Xiao Zhi dengan ekspresi lucu memainkan kepangan rambutnya yang aneh. Kaisar yang melihat ini langsung saja marah besar dan berniat untuk memukul Pangeran kesembilan dengan ikat pinggangnya. Namun, Shangguan Mai langsung memeluknya dari belakang untuk melindunginya. Bahkan ia memohon pada Kaisar untuk tidak memukulinya. Tindakan tak terduga yang dilakukan oleh Shangguan Mai sungguh mengagetkan Pangeran Xiao Zhi, karena ia tidak menyangka bahwa wanita itu akan membelanya. Meski begitu, Pangeran Xiao Zhi merasa bahwa tindakan yang dilakukan Shangguan Mai hanyalah sebuah bentuk pencitraan belaka. Tujuannya adalah untuk meningkatkan citranya dan mendapat simpati dari banyak orang agar dianggap sebagai wanita berhati malaikat. Sungguh, Pangeran Xiao Zhi sangat membenci wanita semacam itu. "Hamba mohon ampun atas perbuatan kekanak-kanakan suami hamba, Yang Mulia. Hamba yakin suami hamba tidak bermaksud untuk mempermalukan Yang Mulia," bela Shangguan Mai yang masih bersujud dan memeluk Pangeran kesembilan dengan erat karena Kaisar tetap saja ingin mencambuknya dengan ikat pinggangnya. Bahkan tadi Shangguan Mai sempat terkena sabetan ikat pinggang Kaisar ketika ia berusaha melindungi Pangeran kesembilan. Sensasi panas dan rasa sakitnya masih dirasakannya sampai sekarang. "Ternyata Nona memang sangat tulus dengan putraku sampai-sampai rela terkena cambukan seperti ini," puji Kaisar penuh arti dan menyuruh wanita itu untuk cepat berdiri. "Lakukanlah segera pernikahan ini, Tuan Hua! Agar aku bisa cepat meninggalkan tempat ini karena aku sudah sangat muak melihat wajah si Pecundang itu," ujar Kaisar kepada pengurus dan ahli astrologi istana sambil melirik sinis Pangeran kesembilan yang sedang asyik menggeleng-gelengkan kepala dan memainkan lidahnya. Ah, begitu konyol tingkah lakuannya. Namun, ketika upacara pernikahan sedang berlangsung, tiba-tiba Pangeran kesembilan melarikan diri dan bersembunyi di balik tirai istana seperti seorang anak kecil. Tindakannya ini membuat Kaisar marah dan ingin memukulnya dengan ikat pinggangnya lagi. Namun, Shangguan Mai segera menenangkan Kaisar dengan mengatakan bahwa dia akan membujuk Pangeran kesembilan untuk kembali dan melanjutkan upacara pernikahan yang terpotong. "Aku tidak mau menikah denganmu karena kamu mirip sekali dengan monster. Pakaian dan tandukmu itu sungguh mengerikan," ucap Pangeran Xiao Zhi sambil mengintip Shangguan Mai dari balik tirai istana. Ah, ternyata Pangeran Xiao Zhi sengaja ingin mencari gara-gara dan menguji kesabaran Shangguan Mai. Dia sangat yakin bahwa prajurit seperti Shangguan Mai tidak akan betah bersikap lembut dan berpura-pura seperti itu lebih lama. Apalagi tadi dia sudah merendahkan martabat Shangguan Mai dengan membuatnya menunggu lama. Pasti kali ini Shangguan Mai akan melampiaskan amarahnya padanya. Namun, dugaannya itu salah karena Shangguan Mai tetap bersikap biasa dan justru semakin lembut padanya. Shangguan Mai perlahan mendekati Pangeran kesembilan dan tersenyum kecil padanya agar tidak membuatnya takut dan kabur lagi. "Berarti kalau aku melepaskan pakaian dan tandukku yang mengerikan ini Pangeran mau menikahiku?" tanya Shangguan Mai mampu membuat Pangeran Xiao Zhi tersentak karena dia sangat tidak menyangka bahwa responnya akan begini. Tanpa ada rasa malu sedikit pun Shangguan Mai langsung melepaskan pakaian dan mahkotanya. Bahkan wanita berambut bergelombang itu hanya menyisakan pakaian dalamnya yang sangat tipis. Sehingga lekuk tubuhnya yang indah dan ramping tampak dengan jelas. Pangeran Xiao Zhi langsung menelan salivanya dan berusaha untuk menguasai rasa gugupnya sekarang. Wanita ini sungguh gila. "Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu melepaskan pakaianmu seperti itu, hah" tanyanya setengah membentak Shangguan Mai yang terus mendekatinya dengan intens. Baru kali ini Pangeran Xiao Zhi merasa terintimidasi oleh lawannya. Dia tidak tahu lagi harus bersikap apa sekarang. Bahkan dia tidak sanggup untuk berpura-pura bodoh di hadapannya lagi. Rasanya dia ingin mengajar wanita gila ini sekarang. "Bukankah ini yang diinginkan oleh Pangeran tadi? Mengapa sekarang Pangeran malah terlihat gugup seperti ini? Apakah aku masih terlihat seperti monster?" tanya Shangguan Mai dengan nada menggoda dan terus mendekati Pangeran Xiao Zhi yang terus menjauh darinya. Shangguan Mai sengaja bersikap seperti itu karena ia ingin mengetahui apakah Pangeran Xiao Zhi sungguh bodoh atau hanya berpura-pura. Shangguan Mai masih merasa tidak percaya bahwa sosok yang pernah ia kagumi sebagai penyelamatnya telah berubah. Pangeran kesembilan yang mulai sadar bahwa dirinya sedang diuji oleh Shangguan Mai langsung mengikuti permainannya. Dia membiarkan Shangguan Mai mendekati dan menggodanya dengan intens. "Ah, kamu benar-benar tidak punya malu. Mengapa kamu melepaskan pakaianmu di hadapanku seperti itu?" Pangeran kesembilan kembali mengulang pertanyaan yang sama sambil menutupi wajahnya yang memerah. Tingkah malu dan gugupnya Pangeran kesembilan ini persis seperti anak kecil yang masih polos. Bahkan sorotan matanya juga terlihat sangat polos tidak seperti sorotan mata pria dewasa yang seharusnya menatapnya dengan cara yang berbeda. "Lalu apa yang diinginkan oleh Pangeran sekarang agar mau menjadi suamiku?" tanya Shangguan Mai yang sedikit kecewa karena dia tidak menyangka bahwa penolongnya dulu memang berubah menjadi bodoh dan tidak mengenalinya lagi. "Apakah kamu bisa menjadi babi kecilku yang bisa kubawa bermain setiap hari di gunung nanti? Jika bisa, aku mau menjadi suamimu," ucap Pangeran kesembilan yang kembali menguji Shangguan Mai. Apakah dia mau meninggalkan kehidupan ibukota yang megah dan hidup dalam buangan bersamanya. Dia sangat tahu alasan di balik Shangguan Mai mau menikahinya. Wanita cantik itu ingin membersihkan nama baik ayahandanya dengan mencari pelaku pembunuhan Pangeran kedelapan yang asli di istana. Jadi dia tidak mungkin mau tinggal di gunung bersamanya. Shangguan Mai langsung mengelus kepala Pangeran Xiao Zhi seperti mengelus kepala anak anjing, kemudian tersenyum kecil padanya. "Tentu saja, aku mau menjadi babi kecil gemukmu dan menemanimu bermain setiap hari di gunung," jawab Shangguan Mai yang tanpa ragu membuat Pangeran kesembilan merasa heran dengan keputusannya ini. Mengapa dia bisa begitu mudah melepaskan kesempatan dan tujuannya seperti ini? Apakah dia sudah mempunyai rencana lain mengenai pernikahan ini? Wanita ini memang sangat sulit ditebak dan dipahami oleh Pangeran kesembilan. ***Setelah pesta pernikahan yang cukup melelahkan dan penuh drama itu selesai, Shangguan Mai dan Pangeran kesembilan langsung diantar ke kamar pengantin untuk menikmati malam pertama bersama. Namun, dua pelayan yang mengantar ke sana langsung dibuat tertawa oleh tingkah laku Pangeran Xiao Zhi yang konyol.Pria bodoh itu segera melahap arak pengantin dalam satu tegukan. Kemudian ia dengan rakus memakan kacang yang tersebar di ranjang. Tindakan konyol dan memalukan ini tidak mencerminkan statusnya sebagai seorang pangeran yang terpandang, melainkan sebagai orang bodoh yang hanya dilahirkan di istana.Ah, malang sekali nasib Shangguan Mai ini harus menikahi orang bodoh seperti ini. Padahal dia adalah pahlawan yang paling ditakuti di perbatasan utara. Namun, setelah kembali ke ibukota malah mendapatkan kemalangan seperti ini.Dua pelayan yang menyaksikan hal itu merasa bahwa apa yang terjadi dalam kehidupan Shangguan Mai tidaklah adil. Wanita luar biasa seperti dia seharusnya menikah dengan
Sesampainya di Paviliun Sedayu, Shangguan Mai dengan cepat melumpuhkan puluhan prajurit yang berjaga di sana. Bahkan wanita kasar itu sama sekali tidak memberi kesempatan kepada Su Yan Li untuk membantunya. Jika tidak diingatkan oleh Su Yan Li, mungkin saja dia sudah menewaskan para prajurit itu karena dia sudah kehilangan kendali. Shangguan Mai lupa bahwa dia bukan sedang dalam pertempuran."Berhati-hatilah jangan sampai kamu membunuh mereka semua. Kalau tidak, kamu akan merepotkanku nanti," teriak Su Yan Li yang memperingatkan Shangguan Mai untuk tidak terlalu ganas pada mereka. "Diamlah, jangan mengangguku yang sedang bersenang-senang. Kalau tidak, aku akan melempar pisau ini ke arahmu lagi," ucap Shangguan Mai yang justru mengancam Su Yan Li dan tetap menyerang mereka dengan ganas agar cepat bisa masuk ke Paviliun Sedayu. Sementara Pangeran Xiao Zhi yang sudah masuk duluan ke Paviliun Sedayu untuk mencari surat yang ditinggalkan oleh Pangeran kedelapan sebelum kematiannya, seger
Setelah memastikan bahwa Su Yan Li berhasil membawa Kasim Du keluar dari istana, Shangguan Mai memutuskan untuk kembali ke Paviliun Baixiang. Dia berpura-pura tertidur agar Pangeran Xiao Zhi tidak curiga. Jika sebelumnya dia tidak berhasil membiusnya.Tindakan ini diambil oleh Shangguan Mai untuk dapat mengetahui latar belakang Pangeran Xiao Zhi yang menyembunyikan kecerdasannya. Dia yakin bahwa kematian Permaisuri tidak semudah seperti yang diketahui. Pasti ada alasan yang membuat seorang yang secerdas Pangeran Xiao Zhi harus bersembunyi seperti ini.Pangeran Xiao Zhi yang kembali ke kamar, mulai terlihat canggung karena bingung harus bereaksi bagaimana terhadap Shangguan Mai. Haruskah ia berpura-pura tidak mengetahui apa-apa? Jika sebelumnya upayanya untuk membiusnya tidak berhasil. Ataukah ia sebaiknya langsung menyerang, mengingat Shangguan Mai telah mengetahui kebohongannya. Ah, ini benar-benar membuatnya frustrasi karena wanita itu begitu sulit ditebak.Ketika Pangeran Xiao Zhi
"Ternyata waktu memang bisa mengubah karakter seseorang, tapi anehnya pelukanmu masih sama hangatnya seperti dulu," ucap Shangguan Mai sambil membalas pelukan Pangeran Xiao Zhi dengan hangat, meskipun sebenarnya dia masih agak gugup dan terkejut dengan tindakannya. "Apa maksudmu? Apakah dulu kita pernah bertemu?" tanya Pangeran Xiao Zhi yang perlahan melepaskan pelukannya karena kurang nyaman dengan sikap Shangguan Mai yang berubah menjadi sedikit agresif seperti wanita penggoda.Shangguan Mai yang melihat Pangeran Xiao Zhi menjadi canggung langsung tertawa kecil dan berniat untuk menggoda lagi. Wanita cantik itu langsung mempererat pelukan Pangeran Xiao Zhi yang hampir dilepaskannya. Dengan sengaja, dia menatapnya dengan penuh intensitas dan tersenyum manis. "Bisa dibilang seperti itu, jika tidak, mana mungkin aku mau menikah denganmu. Sayang sekali kamu tidak mengingat pertemuan awal kita. Padahal, dulu kamu pernah berjanji padaku," jawab Shangguan Mai yang semakin menggoda dan me
Ketika Shangguan Mai tiba di pengadilan, semua mata seketika tertuju padanya. Mereka menatap Shangguan Mai dengan tatapan tajam. Kehadiran wanita yang kasar ini di pengadilan hanyalah formalitas semata karena mereka telah mengatur hukuman untuknya. Mereka tidak berniat memberikan kesempatan pada Shangguan Mai untuk berbicara atau membela diri.Namun, Shangguan Mai tetaplah Shangguan Mai. Dia sama sekali tidak merasa takut karena inilah yang diinginkannya. Sebaliknya, dia merasa bingung dengan sikap sepupunya. Mengapa sepupunya menatapnya dengan penuh kebencian dan jijik? Seolah-olah dia adalah orang yang paling tidak layak untuk dilihat. Ah, sungguh konyol karena sebenarnya dialah yang tidak pantas untuk dilihat. Wanita yang bersedia menikahi pria tua demi kekayaan dan kekuasaan sama sekali tidak patut dihormati. Bagi Shangguan Mai, kekuasaan yang diperoleh dari pria hanyalah angin lalu.Dengan setengah malas, Shangguan Mai memberi hormat pada mereka. "Hamba memberi salam pada Selir A
Ketika Shangguan Mai kembali ke kamarnya, ia langsung diserang secara tak terduga oleh Pangeran Xiao Zhi. Serangantiba-tiba tersebut membuatnya terjatuh karena ia tak pernah menduga bahwa Pangeran Xiao Zhi akan menyerangnya sekali lagi. Kali ini, ia sama sekali tidak memiliki kesiapanuntukmenghindari serangan tersebut. Jadi ia terpaksa menyerang balik demi bertahan. Shangguan Mai yang terjatuh terpaksa menyerang Pangeran Xiao Zhi dengan posisi setengah tertidur. Dia hanya bisa menggunakan satu tangan karena tangan yang satunya digunakan untuk menopang tubuhnya. Sementara Pangeran menyerangnya dari atas dan menahan tubuhnya dengan ilmu ringan tubuhnya yang luar biasa. Mereka saling mengeluarkan jurus dan trik untuk menyerang satu sama lain. Meskipun pertarungan ini terlihat tidak imbang karena posisi Shangguan Mai yang tidak menguntungkan. Namun, pertarungan ini sungguh menakjubkan karena dilakukan oleh dua master bela diri. Entah, siapa yang akan menang. Mereka sama-sama hebat u
Pangeran Xiao Zhi yang tidak suka belajar ilmu bela diri memilih untuk kabur dari istana dan bersembunyi di Hutan Qingshan yang sering digunakan untuk berburu Kaisar. Hutan berburu itu adalah tempat persembunyian Pangeran Xiao Zhi untuk belajar dan menghafal semua pelajaran yang diberikan Guru Agung padanya. Di sanalah dia bisa menenangkan diri dan bersantai tanpa ada orang yang mengganggunya. Namun, saat Pangeran Xiao Zhi sedang menikmati membaca antologi puisi serta beberapa karya hukum yang berkaitan dengan Kerajaan Liang, tiba-tiba terdengar suara tangisan dari dalam sumur. Ia menebak jika suara tangisan itu berasal dari hantu perawan yang kerap menjadi pembicaraan di kalangan pelayan istana. Jadi dia memilih untuk mengabaikannya dan tetap bersantai di bawah pohon plum.Pangeran Xiao Zhi meyakini bahwa suara yang terdengar bukanlah tangisan hantu perawan yang tidak berhasil menikah, melainkan ulah seseorang yang berniat untuk menakut-nakuti orang lain. Kemungkinan orang itu tidak
"Lapor Yang Mulia, Selir Agung ingin bertemu dengan Yang Mulia sekarang," ucap Kasim Agung sambil memberikan hormat dan salam pada Kaisar. "Katakan padanya jika hari ini aku tidak ingin bertemu dengan siapapun," titah Kaisar yang sedang bermain catur sendirian. "Tapi Selir Agung ingin.... " Perkataan Kasim Agung langsung dipotong dengan kasar oleh Kaisar. Kaisar yang semula tidak menatapnya langsung menatapnya dengan tajam dan kasar. "Bukankah aku sudah mengatakannya bahwa aku tidak ingin bertemu dengan siapapun sekarang? Jadi kenapa kamu masih saja memaksaku untuk bertemu dengan Selir Agung? Apa kamu ingin dihukum, hah?" bentak Kaisar yang bangkit dari kursinya dan menghampiri Kasim Agung yang tertunduk dengan badan gemetar. Kasim Agung langsung bersujud. "Maafkan kelancangan hamba, Yang Mulia. Hamba akan memberitahu Selir Agung jika Yang Mulia sudah tidur," ucap Kasim Agung yang kembali memberikan hormat dan salam kepada Kaisar, kemudian meninggalkan kamar Kaisar dengan langkah
Di Kerajaan Liang, suasana di Kota Dacang berbanding terbalik dengan suasana ibukota Huanxi yang diterpa musim dingin. Kota Dacang yang dulunya pusat perdagangan sutra kini hanya menyisakan kengerian. Rumah-rumah kosong, bayangan bangunan yang runtuh dan jalanan yang dipenuhi tubuh-tubuh membeku dalam keheningan. Aroma busuk bercampur dengan angin dingin yang menghempas, membuat setiap tarikan napas terasa berat.Rombongan Xiao Zhaoyang bergerak pelan, menembus kabut tebal yang mengelilingi gerbang kota. Mata-mata penduduk yang bersembunyi di balik celah pintu dan jendela memancarkan ketakutan yang nyaris melumpuhkan."Tak ada yang berani keluar. Mereka seperti takut pada sesuatu yang lebih buruk dari kematian." Su Yan Li berkata, suaranya pelan namun jelas mengandung nada waspada.Zhaoyang mengangkat tangannya, menenangkan pasukannya. "Kami datang untuk membantu. Jika kalian tidak membukakan gerbang, bagaimana aku bisa menyelamatkan kalian?" Suara Zhaoyang menggema di antara bangunan
Di sudut Istana Dingin, yang nyaris dilupakan oleh waktu, Shen Ying duduk di tepi jendela, menatap hamparan salju yang terus turun tak henti. Paviliun tempatnya dikurung terlihat suram dan muram, seakan mencerminkan kekosongan hatinya. Tubuhnya dipenuhi luka, sisa-sisa hukuman yang ia terima kemarin akibat melindungi Wang Shui, tetapi tak satu pun dari lukanya terasa. Bukan hanya rasa sakit fisik, tapi juga emosional. Kehidupan Shen Ying adalah kehampaan yang dingin.Di ranjang sempit dan usang, Shen Ying duduk dengan tubuh lemah, matanya kosong menatap keluar jendela. Jika ia mampu merasakan, mungkin ia akan menangis. Air mata yang keluar dari matanya hanyalah respon dari tubuhnya bukan dari jiwanya. Baginya, tangisan ataupun kesedihan adalah hal yang tidak dimengerti. Di belakangnya, Wang Shui, pelayan setianya, berjalan perlahan, air mata jatuh tanpa bisa ditahan. Setiap hari, melihat penderitaan nona kecilnya membuat hatinya perih, dia selalu bertanya-tanya, kapan kebahagiaan ak
Setelah Kaisar mengeluarkan perintah, rombongan penyelidik dari Kementerian Hukum dan Balai Neraka melaju menuju Kota Dacang, dipimpin oleh Putra Mahkota Xiao Zhaoyang dan didampingi oleh Su Yan Li. Kereta-kereta mereka penuh dengan bahan makanan dan obat-obatan untuk penduduk Dacang yang kelaparan dan terluka akibat kekacauan yang terjadi. Kota yang dulu megah kini dilanda kematian dan kekacauan, dan racun yang menyebar telah mengubah penduduknya menjadi makhluk yang mengerikan.Di antara para penyelidik, Cui Xing mencuri perhatian dengan sigap membawa peralatan autopsinya. Keberaniannya dalam menghadapi situasi sulit tampak jelas. Ia lebih memilih bekerja di lapangan, di mana kebebasan dan petualangan menjadi daya tarik utama baginya, jauh dari aturan yang membatasi dirinya. Cui Xing memandang dengan cermat sekelilingnya, memperhatikan lingkungan yang kian memburuk, dan memikirkan puluhan mayat yang akan diperiksanya nanti. Di tengah ketegangan itu, tirai kereta Putra Mahkota sedik
"Maksudmu..." Perkataan Shangguan Mai tertahan, bibirnya gemetar. Bayangan masa lalu yang kelam kembali menghantui. Ia tak bisa menahan rasa takut yang perlahan menjalar. Berapa banyak lagi korban yang harus jatuh? Tragedi ini... apakah keluarganya akan direnggut sekali lagi?"Ya, seperti yang Yang Mulia Ratu bayangkan," Su Yan Li memulai dengan nada datar, namun penuh beban. "Dalam semalam, Kota Dacang berubah menjadi lautan darah. Banyak penduduk tewas mengenaskan, diserang oleh sesama warga yang terinfeksi racun misterius. Kota megah itu kini menjadi kota mayat hidup, tak lebih dari reruntuhan yang dipenuhi dengan makhluk-makhluk tak bernyawa," jelas Su Yan Li.Wajah Kaisar memucat, sementara tatapan Shangguan Mai mengeras. Mereka saling bertukar pandang, menyadari ketakutan yang menggerogoti hati mereka. Apakah ini ulah pengkhianat dari dalam istana lagi? Semua pengikut Putri Xiao Fei Feng sudah dibereskan, tapi siapa yang kali ini akan mengkhianati mereka?Atau... Apakah ini bal
Sementara itu, suasana tegang kembali menyelimuti Kerajaan Liang, lebih tepatnya di ruang sidang istana. Kaisar sangat murka. Meskipun Putra Mahkota Xiao Zhaoyang telah berhasil mengadili kasus bunuh diri massal di Meihua Gong yang melibatkan putra Marquis Lai Luo Que. Namun, tidak ada prestasi yang cukup besar untuk menutupi kesalahan fatalnya: mengunjungi Meihua Gong, tempat yang sama sekali tidak pantas dikunjungi oleh putra mahkota. Tak hanya Zhaoyang yang dipanggil, Pangeran Xiao Wu Yan—yang seharusnya menjaga kakaknya—juga dihadapkan pada hukuman.Kedua pangeran melangkah masuk ke ruang utama dengan tenang. Dinding-dinding yang biasanya megah kini seolah memancarkan ketegangan, dipenuhi dengan bayangan masa lalu yang kelam. Tatapan Kaisar—yang dahulu dikenal sebagai Bocah Iblis, pemimpin pembunuh Sungai Kegelapan—tajam dan dingin, cukup untuk membuat pejabat paling berani gemetar. Namun, kedua putranya tidak terpengaruh. Langkah mereka tetap ringan, penuh percaya diri."Salam
Pengadilan terasa seperti perang tanpa senjata. Marquis Lai Luo Que, wajahnya merah padam, berusaha mempertahankan ketenangannya di tengah kerasnya tuduhan yang dilemparkan pada putranya. Sementara Cui Xing tampak tenang, dia sangat yakin jika ia akan memenangkan pengadilan ini dan menghukum Lai Yan. “Bukti apa lagi yang kau punya, hah? Putraku sudah membuktikan kelemahannya—itu saja cukup menunjukkan bahwa dia tak bersalah! Berhentilah memfitnah putraku, Nona Cui,” suaranya bergemuruh, bergetar oleh kemarahan dan ketidakberdayaan.Cui Xing, tetap tenang dan tersenyum tipis. "Kelemahan putramu, Marquis, adalah bagian dari bukti itu sendiri. Bukankah kau pernah bertanya-tanya, mengapa putramu kehilangan kemampuan untuk mempunyai keturunan?" Nada suaranya terdengar seperti sedang memberi tahu sebuah rahasia, namun penuh ejekan.Perkataan Cui Xing bagai petir di siang bolong, menghantam ruangan itu dengan keheningan. Marquis Lai terdiam, matanya terbelalak sejenak sebelum dengan cepat m
Dua puluh tahun telah berlalu sejak Putra Mahkota Xiao Zhi naik takhta dan memerintah sebagai kaisar yang bijaksana dan adil. Di bawah kebijakan Ratu Shangguan Mai, Kerajaan Liang makmur dengan sistem meritokrasi yang membuka peluang bagi sarjana miskin untuk menjadi pejabat tinggi. Mereka diberi hak yang sama dengan anak pejabat istana untuk mengikuti ujian istana. Namun, bayang-bayang masa lalu tetap membayangi, khususnya dengan ketegangan yang belum terselesaikan dengan Kerajaan Huanxi. Dua Kerajaan itu masih terus bersaing dan melempar strategi untuk menguasai satu sama lain. *** Di tengah malam yang sunyi, di dalam Paviliun Yue Man Ting, istana Kerajaan Liang .... Putra Mahkota Xiao Zhaoyang melangkah hati-hati menuju kamar adiknya, Pangeran Xiao Wu Yan. Lampu-lampu lentera memancar samar, membentuk bayangan panjang di sepanjang koridor istana. Ia mengenakan pakaian tidur yang longgar dan sederhana, berbeda dari kemegahan yang biasa ia kenakan. Wajahnya tersembunyi di b
Dua bulan telah berlalu sejak insiden tragis tersebut, kediaman Shangguan kini dipenuhi dengan dekorasi dan perlengkapan pernikahan karena Shangguan Mai dan Pangeran kesembilan yang kini menjadi putra mahkota akan mengadakan pernikahan mereka sekali lagi. Sejak pagi, para pelayan istana telah tiba di kediaman Shangguan untuk merias Shangguan Mai agar terlihat memesona dan anggun.Shangguan Mai menatap Jenderal Shangguan dengan pandangan tajam ketika ayahandanya hendak mendekatinya karena ia masih merasa kesal dengan perlakuan sang ayahanda yang telah memanfaatkannya dan menipunya melalui pernikahannya dengan Pangeran kesembilan. Sejak kejadian tragis itu, Shangguan Mai belum berbicara dengan ayahandanya."Apakah kamu masih merasa kesal oleh keputusan ayahanda? Meskipun sebenarnya ayahanda telah mengatur pernikahanmu dengan pria yang sangat kamu impikan, bahkan hingga dua kali pernikahan. Seharusnya kamu bersyukur pada ayahanda," ucap ayahanda Shangguan Mai sambil mendekati Shangguan M
Kematian Pangeran kesembilan dan Shangguan Mai telah menyebar ke seluruh ibu kota, memunculkan kejutan di kalangan elit, termasuk Kaisar dan Jenderal Shangguan. Jenderal Shangguan tak mampu mempercayai kabar bahwa putri tercintanya telah tiada. Namun, berdasarkan laporan mata-mata yang diterimanya, kenyataan pahit itu tak dapat disangkal; putrinya telah tiada dalam keadaan tragis. Saat ini, jenazahnya sedang dalam perjalanan kembali ke istana, ditemani oleh Su Yan Li bersama jenazah Pangeran kesembilan.Di dalam kegelapan penjara bawah tanah, Jenderal Shangguan merenungkan kesalahan yang telah dilakukannya. Seandainya saja ia tak terlalu rakus dalam mengejar pembunuh Permaisuri, mungkin putrinya tak akan mengalami nasib tragis ini. Ia menyesali ketidaktegasannya dalam menjaga putri dan putranya. Sebagai seorang ayah, ia merasa telah gagal dalam melindungi mereka karena kesetiaannya pada Kaisar telah mengorbankan kedua anaknya. Dahulu ia tak mampu menyelamatkan Shangguan Wen Xuan, dan