Ketika kau mulai memikirkannya, itu pertanda kau mulai peduli padanya.
***
Masih di hari yang sama. Lee Jeno, tengah sibuk dengan pemikirannya sendiri. Bahkan ia tak menyadari kehadiran sahabat-sahabatnya. Bagi Jeno, dengan berada di antara mereka bisa membuatnya sedikit melupakan hal-hal yang mengusiknya akhir-akhir ini.
"Yo Jeno Lee, Na Jaemin!" seru Huang Renjun, sambil menepuk pundak Jeno dan Na Jaemin bersamaan.
Renjun mengernyitkan dahi. "Ada apa dengannya?" tanyanya pada Jaemin sambil menunjuk Jeno menggunakan dagu.
"Urus saja temanmu itu, dari tadi dia melamun terus. Raut wajahnya seperti sedang menahan lapar," jawab Jaemin sambil melirik seseorang di sampingnya —Jeno.
Lelaki berkacamata itu lanjut membaca buku yang ada di tangannya. Sedang, Jeno yang merasa tersindir, langsung melirik sekaligus menepuk pundak yang membuatnya meringis dan mengalihkan pandangannya dari buku.
"Kurang kerjaan sekali dirimu, Jen." Selanjutnya Jaemin hanya menggerutu —lebih tepatnya marah-marah tertahan.
Lee Haechan; pemuda itu malah melantur. "Siapa yang lapar? Aku juga lapar, ayo kita ke kantin," ucapnya dengan polos.
Sebelum Haechan melangkah, ada yang mencekal lengannya. "Astaga Echan-ie! Siapa juga yang ingin pergi ke kantin? Ck," ucap Renjun dan menepuk dahinya sendiri.
"Eung? Bukan ya? Tadi kata Jaemin, Jeno lapar 'kan? Ayo kita ke kantin," sahut Haechan santai.
"Ah, molla!" ucap Renjun sambil menghela napas kasar dan mengacak rambutnya. Mimpi apa ia sampai memiliki sahabat seperti Haechan?
"Apa salahku?" tanya Haechan bingung. Ia memerhatikan Jeno yang sedari tadi hanya diam.
Sedangkan Jaemin hanya melirik malas ke arah Haechan dan Renjun. Lalu ia berdiri dari duduknya. "Sudah jangan hiraukan perkataanku tadi. Ayo kita ke kelas," ucapnya.
Haechan menurut saja apa kata Jaemin, Jaemin panutanku! Batinnya.
"Baiklah, ayo. Aku tidak ingin melakukan hukuman yang selalu kita hindari," tukas Renjun. Ia berjalan menuju kelas, diikuti Jaemin dan Haechan. Kebetulan pagi ini dimulai dengan kelas Pak Sehun, dosen yang terkenal killernya.
Meninggalkan Jeno yang masih diam di tempat dan memikirkan seseorang yang sudah menjadi masa lalunya, sekaligus seorang gadis yang dilihatnya tadi pagi di taman maupun di parkiran depan Kampus.
Kenapa aku jadi memikirkannya lagi? Dan juga gadis yang kutemui di taman. Ada apa denganku? Batin Jeno.
Aneh bukan?
Lelaki pemilik mata bak bulan sabit itu masih sibuk dengan pemikirannya sendiri. Hingga Jaemin kembali untuk mengajaknya. "Ya! Lee Jeno. Ayo ke kelas, kenapa kau masih melamun saja?" sentaknya.
"Eung? Ah, iya Jaem tunggu sebentar." Jeno meraih tasnya dan berjalan beriringan dengan Jaemin menuju kelas.
***
Sehun sedang menjelaskan materi di depan, sesekali ia mencatat poin penting di papan tulis. Semua mahasiswa/i dengan seksama mendengarkan apa yang dosen itu sampaikan.
Namun, tidak pada Mark. Ia sedang memerhatikan mahasiswa pindahan. Siapa lagi kalau bukan Jeno.
"Oh! Dia yang sudah membuat Karina melamun tadi. Apa dia mengenal Karina? Atau malah sebaliknya?" Mark memikirkan sesuatu.
"Ah, membuatku penasaran saja," lanjutnya bergumam.
Sedang, Jeno merasa ada yang menatapnya, ia pun langsung menoleh tepat ke arah Mark. Tatapan mereka saling betemu. Detik itu juga ia mengernyit, pasalnya pandangan orang itu penuh selidik.
"Dia kenapa ya?" gumam Jeno, terdengar oleh Jaemin di sampingnya.
"Ada apa Jen?" bisik Jaemin.
"Itu ada yang sedang menatap ke arahku. Kau tahu dia siapa Jaem?" jawab Jeno sedikit berbisik dan mengarahkan pandangannya ke Mark.
Jaemin mengikuti arah pandang Jeno. "Oh itu. Dia wakil ketua perkumpulan mahasiswa/i di kampus kita Jen. Mark Lee namanya. Sahabatnya ratu es kampus kita, eh lebih tepatnya seperti kekasihnya karena ke mana-mana selalu berdua," bisiknya.
Jeno menoleh ke arah Jaemin. "Ratu es? Siapa?" tanyanya sambil mengernyitkan dahinya.
"Tadi di parkiran bukannya kau sedang memerhatikan Karina? Aku kira kau sudah mengenalnya," sahut Jaemin.
Jeno berpikir sebentar. Ah yang itu? Itu 'kan gadis yang tidak sengaja bertatap muka denganku di taman tadi pagi. Karina namanya? hmm. Batinnya.
Karena merasa diabaikan oleh Jeno, Jaemin kembali memperhatikan Sehun yang sedang menjelaskan materi kuliah di depan kelas.
Kenapa aku jadi penasaran seperti ini? Lanjut Jeno dalam hati.
Sedang, Mark masih terus memikirkan kemungkinan Karina dan Jeno saling mengenal.
Aku akan mencari tahu nanti! Batin Mark.
Kelas pertama pun berakhir. Seluruh mahasiswa/i berhamburan keluar ruangan, begitu juga dengan Karina Jung.
Gadis itu berjalan dengan tergesa-gesa hingga tak sadar kalau di depannya ada seseorang yang tengah melangkah ke arahnya.
BRUUK!
"Aww! Aduuuh!!" pekik Karina meringis sambil mencoba untuk berdiri dengan terburu-buru.
Seseorang yang membuat gadis itu terjatuh, hanya diam berdiri di depannya tanpa ada niatan untuk membantunya berdiri.
"Aish! Kalau jalan itu lihat-lihat! Punya mata untuk dipakai bukan dijadikan pajangan!" bentak Karina sambil menepuk-nepuk celananya.
Jeno; ya pemuda itu hanya mengernyitkan dahinya ketika melihat Karina mengomel. Hingga gadis itu melanjutkan langkahnya sedikit berlari tanpa melihat ke arah Jeno.
"Bukankah dia gadis itu? Ternyata cerewet," gumam Jeno. Ia pun melanjutkan langkah kakinya.
Ya, mereka masih memasang dinding pertahanan yang begitu kokoh. Bagi keduanya, tidak ada yang lebih penting dibandingkan masalahnya sendiri.
Sedang di sisi lain. Karina terlihat menggerutu disepanjang koridor menuju kelas sahabatnya —Mark.
"Sangat menyebalkan! Karina Jung, jalan itu yang benar!" monolognya sambil marah-marah.
Gadis itu ingin bercerita tentang kejadian tadi pagi dan di parkiran pada Mark. Sebab sepertinya keduanya saling berkaitan. Namun, ia tidak sadar bahwa yang ia tabrak tadi adalah Jeno —seseorang tersebut.
Dan kau hadir, mampu membuat duniaku lebih berwarna.***"Mark Lee!"Tentu saja membuat atensi Mark langsung teralihkan. Suara yang selalu membuatnya gerak cepat, siapa lagi kalau bukan Karina Jung. Mark pun menoleh sambil tersenyum.Kelas Bisnis terlihat kosong, tersisa Mark yang sedang merapikan kertas-kertas di meja dosen. Ia baru saja selesai diskusi dengan Pak Sehun. Beruntung Karina datang diwaktu yang tepat. Bagaimana kalau tadi masih ada Pak Sehun dan Karina berteriak-teriak, berbanding terbalik dengan image yang selama ini ia tunjukkan pada warga Kampus? Mungkin Pak Sehun akan terkejut."Ada apa? Hm?" sahut Mark sambil mengusap pucuk kepala Karina pelan ketika gadis itu sampai di hadapannya. Jangan lupa dengan senyuman khasnya yang bisa membuat siapa pun ingin ikut tersenyum.K
Melihatnya tersenyum, itu cukup bagiku —untuk perasaan yang kupendam selama ini.***Waktu menunjukkan pukul empat sore. Di sebuah bangunan bergaya klasik modern, yang terletak di UN Village, Hannam-dong, Mark memanuverkan mobilnya di pekarangan rumah tersebut."Gomawo Mark. Mau mampir? Kak Dejun sudah di rumah sepertinya," ucap Karina sambil menunjuk dengan dagunya ke arah garasi, mobil Dejun sudah ada di sana.Tersenyum manis. "Lain kali ya. Aku harus menjemput Ibuku. Bibi Irene juga masih di butik 'kan?" sahutnya sekaligus bertanya.Ya, Irene dan Seulgi bersahabat. Mereka punya usaha di bidang fashion, terkadang Karina dan Mark yang dijadikan model brand mereka. Hitung-hitung hemat biaya produksi, kata ibu-ibu mandiri tersebut."Heum, mungkin nanti
Sesulit apapun pilihan yang ada di hadapanmu, kau hanya perlu ingat satu hal. Pilihlah yang membuatmu merasa nyaman.***"Kak, kau duluan saja. Aku ingin menunggu Mark sebentar," ucap Karina masih berada di basement toko buku.Dejun mengangguk. "Baiklah, jangan lama-lama," sahutnya dan berjalan masuk ke dalam toko buku."Mark mana ya? Tadi 'kan ada di belakang mobil Kak Dejun," gumam gadis itu sambil mengedarkan pandangannya.Karina sibuk mencari Mark, hingga tidak sadar bahwa lelaki itu ada di belakangnya. Ekspresi Mark mengatakan bahwa ia akan mengerjai Karina."Hai gadis cantik," goda Mark sambil mencolek pundak gadis di
Berdamailah dengan keadaan. Karena keadaan akan memberikanmu waktu atau peluang untuk kau mengetahui apa yang belum kau ketahui. Atau keadaan itu sendiri bisa membuatmu menjadi dewasa, dengan bagaimana kau menyikapi keadaan tersebut.***Dejun melajukan mobilnya menuju rumah teman yang ia maksud tadi. "Na, mampir sebentar ya...""Iya," sahut Karina.Sahutannya itu membuat Dejun menoleh ke arah Karina. Seketika ia teringat sesuatu. "Na, boleh aku bertanya? Kau masih berhubungan dengan keluarga Hwang?"Karina agak terkejut dengan pertanyaan kakaknya. Ia pun menoleh. "Masih, tapi tidak sering. Itu juga hanya dengan Yeji. Karena dia ingin kuliah di universitas yang sama denganku
Keesokan hari.Karina benar-benar kembali ke tempat kemarin ia melihat Jeno —hanya asumsi Karina semata. Ia memberanikan diri mendekatispotyang selama ini ia hindari. Demi memenuhi rasa penasarannya yang teramat tinggi itu.Namun sepertinya, usaha Karina tidak membuahkan hasil. Ia sudah berdiri tepat di bangku antara dua pohon itu, dan tidak menemukan seseorang yang menurutnya adalah Lee Jeno —mahasiswa baru di kelas Mark."Ke mana ya? Apa mungkin dia tidak datang hari ini?" gumam Karina. "Ya sudah lah, mungkin aku salah lihat kemarin," lanjutnya lagi.Gadis itu akhirnya melanjutkan lari paginya dan kembali ke rumah.Sedang di sisi lain, di kediaman L
Karina dan ketiga sahabatnya jalan bersama menujuLemonade Cafe. Mereka hendak mengerjakan tugas sambil makan siang. Sebelumnya Karina mengirim pesan pada Mark, sebab bisa heboh kalau Mark khawatir. Bahkan Chenle sangat hapal bagaimana posesifnya Mark sebagai sahabat Karina."Sudah mengabari Mark?" tanya Chenle sambil membenarkan posisi duduknya. Mereka sudah tiba diCafe.Gadis itu mengangguk. "Sudah."Isi pesannya;Mark, aku ke Lemonade Cafe dengan yang lain.11.15 KST"Na, kau kenal dengan Jeno?" Ninging tiba-tiba memulai pembicaraan setelah mereka duduk.Mengernyitkan dahi. "Ye? Ah, tidak kenal. Hanya tahu dari Mark. Kenapa?
"Aish! Aku tidak bisa diam saja di sini," gumam Mark.Laki-laki itu mondar-mandir dengan tangan kiri di pinggang dan tangan kanan memijat keningnya pelan. Rasanya gemas ingin menyusul Karina ke Klinik, tapi kalau ia tetap nekat ke sana, yang ada Karina akan marah.Namun Mark sungguh khawatir. "Aku akan menyusulnya!" Baru saja laki-laki itu ingin melangkahkan kakinya, tiba-tiba ada suara seseorang menyerukan namanya."Mark!" seru Karina sambil menghampiri sahabatnya itu dan memeluknya erat.Sungguh gadis itu sangat ketakutan ketika dikejar-kejar oleh orang jahat tadi. Tapi, ia tidak bisa menunjukan kelemahannya di depan orang yang baru ia kenal seperti Jeno."Ada apa denganmu
Kalau kau memulainya dengan tidak baik, jangan berharap mendapatkan hasil yang baik.***Saat ini Jeno sedang duduk di ruang tamu rumah Karina. Lelaki itu ditatap oleh kelima pasang mata, Mark, Ningning, Chenle dan pemilik rumah yaitu Karina serta Jisung."Ada urusan apa kau datang ke sini?" tanya Mark sambil menatap sinis ke arah Jeno.Sedikit tak nyaman, Jeno berusaha biasa saja. "Aku ingin memberikanfilepenting dari Kakakku untuk Kak Dejun."Chenle mengernyit. "Memangnya siapa kakakmu?" tanyanya."Hendery," jawabnya singkat.Karina sedikit terkejut,
Kau di sini, tempat di mana aku menyimpan semua tentangmu, semua rasa cinta dan sayang yang kau sampaikan padaku. Kau di sini dan akan selalu di sini, di hatiku.***Seminggu setelah pernikahan Jeno dan Karina.Di pagi hari, saat matahari sudah tidak malu lagi untuk menampakkan sinarnya. Dengan suasana yang sangat hening hingga suara burung pun sangat terdengar oleh telinga. Ditemani dengan semilir angin yang berhembus, mengiringi langkah seorang pria dengan pakaian tidak terlalu formal dan seorang wanita mengenakan dress berwarna putih, dengan se-bouquet bunga di tangannya.Sang pria merangkul sang wanita dan mendekati batu nisan yang bertuliskan nama Hwang Hyunjin. Mereka sedang berada di Pemakaman daerah Gwanak, S
Kebahagiaan yang hakiki adalah kau mencintai orang lain, tapi orang itu mencintai yang lainnya dan kau ikhlas melepaskannya asalkan orang itu bahagia dan kau menemukan cinta sejati sebagai gantinya.***Suara kendaraan yang bising dan saling bersahutan dengan semilir angin. Matahari pun tampak tidak malu-malu untuk menunjukan sinarnya.Di kota Seoul, distrik Gangnam, seorang laki-laki sedang merasakan hangatnya sinar mentari pagi dengan pemandangan kota yang hiruk pikuk orang berlalu-lalang dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Laki-laki itu menunjukan senyum cerahnya, menandakan bahwa ia sedang bersemangat untuk memulai harinya.Akhirnya aku kembali ke negara ini. Aku sangat merindukannya. Tempat ini mengingatkanku
...Aku ingin kau tahu, diam-diam, aku selalu menitipkan harapan yang sama dikala senja datang: aku ingin hari depanku ada kau di dalamnya.***Di kediaman keluarga Jung.Beberapa orang di rumah tersebut sedang sibuk dengan tugas mereka masing-masing. Jisung, Giselle, Chenle dan Ningning sibuk memeriksaCCTVyang terhubung di pekarangan rumah Karina.Renjun, Haechan dan Hendery sibuk dengan membantu Jaemin melacak keberadaan Winter melalui nomer ponsel yang Jeno berikan.Sedang Jaehyun sibuk dengan ponselnya menghubungi Johnny, Irene dan Dejun. Lalu Jeno dan Mark sibuk dengan menyusun strategi yang akan mereka jalankan untuk menyelamatkan Karina.
Dia tahu segalanya tentangmu. Tapi kau terlalu sibuk dengan apa yang kau sukai. Dia telah memberikanmu waktu tapi kau tetap tidak menyadarinya.***Seorang wanita dengan pakaian minimnya menghampiri Karina yang sedang duduk meringkuk dengan tangan diikat dan mata ditutup menggunakan penutup mata. Jangan lupakan mulutnya yang dibungkam dengan kain sehingga ia susah untuk berbicara.Wanita dengan pakaian minim itu adalah Winter Kim.Winter memberikan perintah melalui gerakan matanya pada orang suruhannya. Orang-orang itu membuat Karina berdiri dan duduk di kursi yang ada di dekatnya.Wanita licik itu menghampiri Karina dan membuka ikatan di mata gadis itu. Sehingga Karina pun
Penyesalan yang akan kau sesali selama hidupmu adalah, kau tidak pernah mengatakan bahwa kau mencintai dirinya ketika dia masih bersamamu, jika ia sudah tak bersamamu yang tersisa hanyalah sebuah kenangan.***"Kak, kau sudah se—" ucapan Jisung terhenti karena Karina tidak ada di depan rumah.Jisung bingung ke mana Karina pergi dan siapa yang kakaknya temui tadi. Saat Jisung hendak berbalik menuju ruang keluarga, langkahnya terhenti karena suara ponsel yang sangat ia kenal.Iya, itu bunyi suara dari ponselnya. Ia pun mengambil ponsel tersebut. Kenapa ponselku di tinggal di depan pintu? Ke mana Kak Karina? batin Jisung.Dan tertera di ponsel nama seseorang yang Jisung k
... adalah hati, sesuatu yang tak bisa aku kendalikan. Ia yang tidak bisa aku perintah seperti tubuh yang lainnya, ia yang tidak bisa aku atur untuk jatuh cinta kepada siapa.***Di kediaman keluarga Lee.Dua hari setelah Jeno menyatakan perasaannya pada Karina.Di kamar Hendery, ia sedang mengernyitkan dahinya karena bingung sekaligus aneh melihat adik satu-satunya itu tersenyum sendirian. Padahal ia sedang menonton film dengan adegan sedih. Aneh bukan?"Ada apa dengannya?" gumam Hendery.Hendery mencoba untuk mengagetkan Jeno dengan melemparkan bantal sofa ke wajah adiknya itu. --bantal terlempar-- "Ya!" sentak J
Tuhan mengirim aku bukan untuk menyakitimu. Meskipun pada akhirnya bukan aku yang mampu membahagiakanmu.***Giselle dan Chenle sedang berada di sebuah Kafe. Mereka akan membahas apa yang Chenle dapatkan dari hasil intaiannya terhadap Mark."Jadi bagaimana? Apa yang kau dapat dari mengikuti Mark tempo hari?" tanya Giselle.Chenle menyeruputcoffee-nya, lalu menjawab pertanyaan Giselle. "Aku sudah mendengarkan semua penjelasan dari Mark..." Ia manaruh gelasnya, "bahwa semua kecurigaan kita selama ini benar. Mark sangat mengenal Winter, karena mereka —berstatus saudara sepupu."Giselle tersentak kaget, ternyata yang ia duga selama ini benar, Mark ada kaitan
"Hai Na. Sudah pulang? Ayo berangkat. Kita harusfittingbaju pertunangan untuk lusa," ajak seseorang.Karina mengangguk. "Heum, ayo."Seorang pria mengenakan kaos putih ditutupi dengancoatberwarna hitam, tidak lupa dengan kacamata, bernama lengkap Hwang Hyunjin. Ia sedang menjemput kekasihnya yang sebentar lagi akan berubah status menjadi tunangan.Hyunjin sudah berkuliah, sedangkan Karina masih duduk di bangku sekolah tingkat senior. Usia mereka hanya terpaut 2 tahun. Mereka pun menuju salah satu mobil yang terparkir di parkiran sekolah."Kau ingin makan atau langsung ke butik?" tanya Hyunjin sambil menyetir."Langsung saja. Kita bisa makan b
Kaubilangmencintaikutapihanya karenajarakdenganmudahnyakaumencampakanku.***Lee Jeno terlihat melakukan rutinitasnya setiap pagi, yaitu mengunjungi taman dekat komplek rumahnya. Ada alasan kenapa Jeno selalu mengunjungi taman tersebut, lebih tepatnya hanya diam berdiri dan menatap bangku di antara dua pohon yang berada di taman.Tempat itu adalah tempat terakhir di mana kisah masa lalu Jeno berjalan. Tapi, ada yang berbeda saat itu. Jeno tidak sengaja melihat seseorang yang sedang menatapnya seperti orang ketakutan dan berlari begitu saja.---