Melihatnya tersenyum, itu cukup bagiku —untuk perasaan yang kupendam selama ini.
***
"Gomawo Mark. Mau mampir? Kak Dejun sudah di rumah sepertinya," ucap Karina sambil menunjuk dengan dagunya ke arah garasi, mobil Dejun sudah ada di sana.
Tersenyum manis. "Lain kali ya. Aku harus menjemput Ibuku. Bibi Irene juga masih di butik 'kan?" sahutnya sekaligus bertanya.
Ya, Irene dan Seulgi bersahabat. Mereka punya usaha di bidang fashion, terkadang Karina dan Mark yang dijadikan model brand mereka. Hitung-hitung hemat biaya produksi, kata ibu-ibu mandiri tersebut.
"Heum, mungkin nanti pulang bersama Jisung. Ya sudah hati-hati Mark. Salam untuk Bibi Seulgi," jawab Karina.
Lelaki dengan senyum jenaka itu mengangguk sekali. "Ya sudah sana masuk ke rumah. Jangan lupa mandi, karena aku mencium bau tidak sedap," ucapnya dan tertawa sampai matanya menjadi sangat sipit.
"Ya! Mark Lee! Kau mengajakku berkelahi eoh? Ayo!" pekik gadis itu tersulut emosi, namun hanya bercanda.
Mark tertawa terbahak-bahak menanggapi ucapan sahabatnya itu. "Aku hanya bercanda," ucapnya.
"Sudah sana pulang, sampai jumpa Mark." Karina melambaikan tangan.
Mark masuk ke dalam mobil dan menurunkan sedikit jendelanya. "Annyeong Na," ucapnya sambil mengedipkan satu matanya —menggoda Karina.
Mobil Mark pun melaju keluar dari pekarangan rumah Karina. "Ck, dasar Magu!
Gadis itu masuk ke dalam rumah dan berteriak menyerukan nama kakak tertuanya. "Kak Dejuuun!"
Dejun yang sedang menonton televisi tersentak kaget. "Ada apa hm?" sahutnya.
"Kakak sendiri? Yang lain pada belum pulang?" tanya Karina sambil menghampiri kakaknya.
Dejun hanya mengangguk mengiyakan semua pertanyaan adiknya.
Karina duduk di sofa tepat di samping Dejun. "Kakak kenapa sudah ada di rumah? Jangan bilang, Kakak bolos kerja ya? Aku akan mengadu pada Paman Winwin," ucapnya.
"Enak saja, omonganmu itu —" ucapan Dejun dipotong oleh Karina.
"—benar, iya 'kan?"
Dejun mencebik. "Tidak Na. Kau sendiri kenapa sudah pulang?"
"Hanya ada satu matakuliah, jadi kuputuskan untuk pulang. Aku ingin istirahat," jawab Karina.
Dejun mengangguk. "Padahal aku ingin mengajakmu pergi..." ucapnya sambil menghela napas panjang.
Karina langsung menoleh ke arah Dejun dan berkata, "tidak! Aku tidak lelah. Tapi, nanti temani aku ke toko buku ya, ada yang ingin kubeli."
"Oke, aku ingin mengajakmu makan malam di La Bosseade," sahut Dejun. Sebenarnya hanya akal-akalan Dejun saja, ia ingin ditemani ke kediaman temannya untuk mengambil sesuatu.
Gadis itu berdiri dari duduknya. "Ayo Kak sekarang. Lagi pula Ibu dan Jisung pasti pulang malam. Ayah? Aku tidak tahu," ucapnya.
"Sekarang? Mandi dulu, kau tidak mencium bau badanmu sendiri eoh?" goda kakaknya itu.
Mendengus sebal, Karina berkata, "ya sudah iya, aku mandi dulu." Lalu mengerucutkan bibir.
"Jangan mengerucutkan bibir seperti itu, kau ingin dicium Mark?" celetuk Dejun menggoda adiknya.
Tentu saja Karina langsung menatap Dejun horor. "Kakaaak!! Kenapa jadi Mark?!" sahutnya dan langsung menuju kamar sambil menghentak-hentakan kakinya.
Satu jam kemudian.
"Karina! Kau bisa lebih cepat? Tidak perlu berdandan, kau sudah cantik seperti Ibu," teriak Dejun dari lantai bawah.
Karina pun keluar kamar dan bergerak menuruni tangga. "Siapa juga yang berdandan. Aku sedang mencari lipbalm yang baru kubeli dengan Ningning kemarin. Tapi di mana ya?" tanyanya.
Dejun seperti mengingat sesuatu. "Ah, yang warna merah muda bukan? Ada di kamar Jisung sepertinya. Tadi aku tidak sengaja melihatnya saat akan mengambil sepatu," sahutnya.
"Astaga Jisuuung! Itu kan limited edition!" seru Karina sambil menghentakkan kakinya.
Dejun mengusap pelan surai dark blue milik Karina. "Ya sudah berikan saja untuk Jisung, nanti kita beli lagi. Akhir-akhir ini bibirku juga sedikit pecah-pecah, jadi aku akan membelinya juga."
"Heum, baiklah," jawabnya masih sedikit kesal dengan Jisung.
"Ayo kita berangkat," ajak Dejun dan menggandeng tangan Karina.
Tiba-tiba langkah mereka terhenti karena pintu rumah terbuka dan menampilkan sosok Jaehyun. Ia baru saja pulang kerja.
"Kalian mau ke mana?" tanya Jaehyun.
Laki-laku dewasa itu menghampiri putrinya. "Kenapa dengan ekspresi wajahmu?" tanyanya lagi sambil mencubit pipi Karina.
"Biasa, ulah Jisung. Aku ingin mengajak Karina makan malam di luar dan mampir ke toko buku. Ada yang ingin dia beli," sahut Dejun.
Jaehyun mengangguk. "Jangan memasang wajah kesal seperti itu hm, ya sudah hati-hati. Kau bisa membawa black card milik Ayah, beli apapun yang kau mau sayang."
Namun, Karina menolaknya. Ia menggelengkan kepala dua kali. "Tidak perlu Yah, terima kasih. Aku masih memiliki sejumlah uang. Lagi pula ada Kak Dejun, ATM berjalanku," sahutnya sambil terkekeh.
Jaehyun mengacak pelan rambut putrinya itu. "Hm ya sudah, hati-hati ya Jun mengendarai mobilnya. Jangan sampai terjadi sesuatu dengan anak gadis Ayah satu-satunya," ucapnya.
"Siap Ayah! Ah, apa Ayah sudah makan malam? Atau ingin ikut bersama kami?" tanya Dejun.
Ayah tiga anak itu tersenyum. "Ayah sudah makan tadi bersama klien. Ibu dan Jisung juga sudah katanya saat Ayah menelepon Ibu tadi," sahutnya.
"Ya sudah kalau begitu, kami pamit pergi ya."
Jaehyun mengiyakan dengan anggukan, disertai dengan usapan halus dirambut Karina.
"Aku pergi," pamit Karina dan mencium pipi Jaehyun.
Mengangguk, Jaehyun berkata, "hati-hati ya sayang. Kau juga, Jun."
Di dalam mobil Lamborghini putih milik Dejun, adik perempuannya itu hanya diam tanpa ada niatan untuk bicara padanya. Fokus pikirannya entah ada di mana.
"Na, kita makan dulu ya. Setelah itu lanjut ke toko buku," ujar Dejun memutuskan untuk memulai pembicaraan.
"Ya sudah, aku ikut saja. Aku juga lapar, perutku sudah konser," ucap Karina sambil memegang perutnya dan menyengir.
Dejun tertawa dan berkata, "oke princess."
Karina merasakan keheningan dan ia memutuskan untuk menyetel musik di mobil kakaknya itu dengan lagu favoritnya saat ini Make A Wish - NCT U. Ia mulai menikmati alunan musik tersebut hingga kakaknya itu angkat bicara.
"Ah iya Na, setelah dari toko buku temani aku ke rumah teman ya. Ponselku tertinggal di sana," ucap Dejun.
Gadis itu mengangguk. "Hmm," jawabnya singkat, karena sedang menikmati lagu.
Dejun hanya melirik dan tersenyum melihat sifat adiknya yang seperti itu, sambil fokus menyetir.
***
"Na, kau pesan apa?" tanya Dejun.
Gadis itu menjetikkan jari di dagunya. "Heum, seperti biasa," jawabnya sambil menyengir menunjukan deretan giginya yang rapi dan putih.
Dejun ikut terseyum. Lalu ia menoleh ke arah pelayan. "Baiklah, Jjajangmyeon dan Jus Strawberry. Pesananku samakan saja dengannya," ucapnya. Pelayan itu pun mencatat pesanannya dan menunduk untuk pamit.
Karina membuka grup Line sambil menunggu makanan datang.
LINE
'DRIMIS SQUAD'
Chenle
| Berita apa, hanya gosip receh pastiNingning
| Tidak usah balas chatku kalau hanya ingin meledekkuGiselle
| Bertengkar terus kalian berdua| Mau aku siram?Ningning
| Memangnya aku kucing| Kau jahat 😭Chenle
| Ha ha ha 😄Giselle
| Berlaku untukmu juga LeNingning
| HA HA HA.| Karina dan Mark mana?Chenle
|Mereka sedang berduaan mungkin?Karina
Ada berita apa? |Giselle
| Dasar ya kalian| Munculnya bersamaanChenle
| Benar 'kan mereka sedang berduaanKarina
Apa katamu? |Aku sedang di luar bersama Kak Dejun |Karina
Makan malam di tempat biasa |Lalu ke toko buku nanti |Sini menyusul |Mark
| Tunggu akuNingning
| Besok saja| Putri tidur mengantuk| Ingin sleeping beauty| ByeRead (3)
Ningning
| Oke fix di-readRead (4)
Karina senyum-senyum sendiri melihat kelakuan teman-temannya, Chenle dan Ningning selalu saja bertengkar. Tapi percayalah, mereka sebenarnya saling memahami dan menyayangi.
"Ada apa? Kenapa kau senyam-senyum sendiri," tanyanya.
Karina mengalihkan tatapannya dari ponsel ke arah Dejun. "Ini lho Kak, Ningning dan Chenle bertengkar terus di obrolan grup," sahutnya sambil terkekeh.
Dejun mengangguk. "Ah, ya sudah dimakan makanannya sebelum menjadi dingin."
Ya, Karina tidak sadar kalau makanannya sudah dihidangkan di hadapannya.
"Heum, selamat makan Kak," ucap Karina sambil mengambil sumpit.
Mereka berdua menikmati makanannya, diselingi dengan obrolan yang bisa membuat keduanya tertawa.
Setelah cukup lama, Karina dan Dejun selesai dengan acara mengisi perut. Mereka ingin melanjutkan ke toko buku. Tapi gadis itu harus menunggu seseorang.
"Kak, tunggu sebentar ya. Mark sedang menyusul ke sini," ucap Karina.
Mengangguk. "Oh, ya sudah kita tunggu saja," sahut Dejun.
Sepuluh menit kemudian. Mark tiba di restoran tersebut. Ia menghampiri Dejun dan Karina. Mark terlihat sangat tampan dengan pakaian casualnya —kemeja lengan panjang warna cokelat, dipadukan dengan celana jeans hitam dan sepatu sneakers. Jangan lupakan jaket kulit hitam yang menambah kesan anak motor. Ya, Mark mengendarai motor malam ini.
"Kak Dejun, apa kabar?" tanya Mark sedikit basa-basi. Padahal baru kemarin mereka bertemu.
Dejun menoleh ke arah pemuda itu. "Ah, kau Mark. Aku baik, kau bagaimana? Sudah ada kemajuan belum soal —"
Mark mengisyaratkan dengan gerakan kedua matanya kepada Dejun untuk tidak melanjutkan kalimatnya. Beruntung Dejun langsung paham.
"Soal apa Kak? Mark?" tanya Karina penasaran sambil menatap Mark dan Dejun bergantian.
Mark terkesiap. "Ah, itu soal games yang kami mainkan beberapa waktu lalu, iya 'kan hyung?" jawabnya sambil meminta persetujuan dari Dejun.
"Ah iya games. Mark tidak bisa menaikkan levelnya, jadi aku bertanya sudah ada kemajuan atau belum," jawab Dejun berbohong.
"Oh seperti itu," ucap Karina sambil menganggukkan kepala. "Ya sudah Mark. Kau ingin pesan makan? Atau kita langsung ke toko buku?" tanyanya.
"Langsung saja, aku sudah makan tadi dengan Ibuku di rumah," sahut Mark.
Dejun dan Karina mengangguk sekali. "Na, kau ingin ikut Mark atau aku?"
"Kau bersama Kak Dejun saja. Aku tidak mengendarai mobil, angin malam tidak baik untukmu," cegah Mark sebelum Karina menjawabnya.
Karina pun hanya menggedikkan bahu. Sedangkan Dejun mengangguk setuju. "Mark benar. Ya sudah ayo."
"Ayo ke mana?" jawab Karina menggoda kakaknya. Tapi, ia menyesal karena Mark tiba-tiba menyahutinya.
"Ke pelaminan bersamaku."
Astaga Mark. Karina maupun Dejun hanya merotasikan bola mata mereka. Sedangkan Mark malah tak sadar diri dan menggandeng tangan Karina menuju parkiran mobil.
Na, maaf aku sudah berbohong padamu. Aku melakukan itu karena aku menyayangimu. Batin Mark.
Sesulit apapun pilihan yang ada di hadapanmu, kau hanya perlu ingat satu hal. Pilihlah yang membuatmu merasa nyaman.***"Kak, kau duluan saja. Aku ingin menunggu Mark sebentar," ucap Karina masih berada di basement toko buku.Dejun mengangguk. "Baiklah, jangan lama-lama," sahutnya dan berjalan masuk ke dalam toko buku."Mark mana ya? Tadi 'kan ada di belakang mobil Kak Dejun," gumam gadis itu sambil mengedarkan pandangannya.Karina sibuk mencari Mark, hingga tidak sadar bahwa lelaki itu ada di belakangnya. Ekspresi Mark mengatakan bahwa ia akan mengerjai Karina."Hai gadis cantik," goda Mark sambil mencolek pundak gadis di
Berdamailah dengan keadaan. Karena keadaan akan memberikanmu waktu atau peluang untuk kau mengetahui apa yang belum kau ketahui. Atau keadaan itu sendiri bisa membuatmu menjadi dewasa, dengan bagaimana kau menyikapi keadaan tersebut.***Dejun melajukan mobilnya menuju rumah teman yang ia maksud tadi. "Na, mampir sebentar ya...""Iya," sahut Karina.Sahutannya itu membuat Dejun menoleh ke arah Karina. Seketika ia teringat sesuatu. "Na, boleh aku bertanya? Kau masih berhubungan dengan keluarga Hwang?"Karina agak terkejut dengan pertanyaan kakaknya. Ia pun menoleh. "Masih, tapi tidak sering. Itu juga hanya dengan Yeji. Karena dia ingin kuliah di universitas yang sama denganku
Keesokan hari.Karina benar-benar kembali ke tempat kemarin ia melihat Jeno —hanya asumsi Karina semata. Ia memberanikan diri mendekatispotyang selama ini ia hindari. Demi memenuhi rasa penasarannya yang teramat tinggi itu.Namun sepertinya, usaha Karina tidak membuahkan hasil. Ia sudah berdiri tepat di bangku antara dua pohon itu, dan tidak menemukan seseorang yang menurutnya adalah Lee Jeno —mahasiswa baru di kelas Mark."Ke mana ya? Apa mungkin dia tidak datang hari ini?" gumam Karina. "Ya sudah lah, mungkin aku salah lihat kemarin," lanjutnya lagi.Gadis itu akhirnya melanjutkan lari paginya dan kembali ke rumah.Sedang di sisi lain, di kediaman L
Karina dan ketiga sahabatnya jalan bersama menujuLemonade Cafe. Mereka hendak mengerjakan tugas sambil makan siang. Sebelumnya Karina mengirim pesan pada Mark, sebab bisa heboh kalau Mark khawatir. Bahkan Chenle sangat hapal bagaimana posesifnya Mark sebagai sahabat Karina."Sudah mengabari Mark?" tanya Chenle sambil membenarkan posisi duduknya. Mereka sudah tiba diCafe.Gadis itu mengangguk. "Sudah."Isi pesannya;Mark, aku ke Lemonade Cafe dengan yang lain.11.15 KST"Na, kau kenal dengan Jeno?" Ninging tiba-tiba memulai pembicaraan setelah mereka duduk.Mengernyitkan dahi. "Ye? Ah, tidak kenal. Hanya tahu dari Mark. Kenapa?
"Aish! Aku tidak bisa diam saja di sini," gumam Mark.Laki-laki itu mondar-mandir dengan tangan kiri di pinggang dan tangan kanan memijat keningnya pelan. Rasanya gemas ingin menyusul Karina ke Klinik, tapi kalau ia tetap nekat ke sana, yang ada Karina akan marah.Namun Mark sungguh khawatir. "Aku akan menyusulnya!" Baru saja laki-laki itu ingin melangkahkan kakinya, tiba-tiba ada suara seseorang menyerukan namanya."Mark!" seru Karina sambil menghampiri sahabatnya itu dan memeluknya erat.Sungguh gadis itu sangat ketakutan ketika dikejar-kejar oleh orang jahat tadi. Tapi, ia tidak bisa menunjukan kelemahannya di depan orang yang baru ia kenal seperti Jeno."Ada apa denganmu
Kalau kau memulainya dengan tidak baik, jangan berharap mendapatkan hasil yang baik.***Saat ini Jeno sedang duduk di ruang tamu rumah Karina. Lelaki itu ditatap oleh kelima pasang mata, Mark, Ningning, Chenle dan pemilik rumah yaitu Karina serta Jisung."Ada urusan apa kau datang ke sini?" tanya Mark sambil menatap sinis ke arah Jeno.Sedikit tak nyaman, Jeno berusaha biasa saja. "Aku ingin memberikanfilepenting dari Kakakku untuk Kak Dejun."Chenle mengernyit. "Memangnya siapa kakakmu?" tanyanya."Hendery," jawabnya singkat.Karina sedikit terkejut,
Bolehkah aku memiliki perasaan ini untukmu? Tidak, kau tidak perlu membalasnya. Cukup tidak melarangku untuk mencintaimu dalam diam.***Dua bulan lebih telah berlalu, setelah kejadian di mana Jeno meminta izin untuk menjadi lebih dekat dengan Karina. Hubungan mereka pun semakin dekat, bahkan dengan sahabat-sahabat dari mereka masing-masing.Juga, Mark lebih banyak mengalah untuk membiarkan Karina lebih banyak menghabiskan waktu dengan Jeno. Ia cukup menjaganya dari jauh dan... mencintai dalam diam --menurutnya.---"Na, boleh tidak kalau aku lebih dekat selangkah denganmu?" tanya Jeno kala itu."Hah? Maksudmu
Satu hal yang pasti, cinta tak akan tumbuh jika wadahnya tak dibiarkan terbuka. Makanya kenapa setiap orang yang patah hati sukar untuk memupuk cinta, karena wadahnya sudah tak utuh lagi.***"Aku pulang!" teriak Karina yang baru saja tiba di rumah.Jisung datang menghampiri, dengan berbagaisnackdi kedua tangannya. Ia baru saja dari dapur. "Pulang dengan siapa? Diantar Kak Mark?" sahutnya. Kemudian ia kembali duduk di sofa.Karina menggeleng sekali, lalu ikut duduk di samping Jisung dan menyomotsnackmilik pemuda itu. "Bukan, aku diantar Jeno.""Aku lihat akhir-akhir ini, sepertinya Kakak lebih sering pulang bersama Kak Jeno ya? Meman