"Aish! Aku tidak bisa diam saja di sini," gumam Mark.
Laki-laki itu mondar-mandir dengan tangan kiri di pinggang dan tangan kanan memijat keningnya pelan. Rasanya gemas ingin menyusul Karina ke Klinik, tapi kalau ia tetap nekat ke sana, yang ada Karina akan marah.
Namun Mark sungguh khawatir. "Aku akan menyusulnya!" Baru saja laki-laki itu ingin melangkahkan kakinya, tiba-tiba ada suara seseorang menyerukan namanya.
"Mark!" seru Karina sambil menghampiri sahabatnya itu dan memeluknya erat.
Sungguh gadis itu sangat ketakutan ketika dikejar-kejar oleh orang jahat tadi. Tapi, ia tidak bisa menunjukan kelemahannya di depan orang yang baru ia kenal seperti Jeno.
"Ada apa denganmu? Kau sakit? Kau terluka? Jelaskan padaku!" cecar Mark panik.
Karina menggelengkan kepalanya pelan dalam pelukan Mark. Laki-laki itu merasa tidak ada jawaban dari Karina, ia pun menghampiri seseorang yang berjalan bersama sahabatnya itu, Lee Jeno.
Tanpa bertanya, Mark langsung mencengkeram kerah Jeno. "APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADANYA HAH?!!!" teriaknya.
Sedangkan Jeno hanya diam.
Mark yang tidak tahu masalahnya hanya merasa marah karena gadis yang ia sayang tiba-tiba seperti itu, apalagi ia melihat Karina datang bersama dengan Jeno.
Karina merasa ini tak benar. Akhirnya ia mencoba melepaskan cengkeraman tangan Mark dibaju Jeno. Namun, Mark yang terlanjur emosi pun tak menghiraukan Karina.
"Lepaskan! Bukan dia, Mark!" teriak Karina setengah ketakutan melihat Mark yang sangat marah.
Hampir saja Mark memukul wajah tampan Jeno. "CUKUP MARK LEE!" teriak Karina sambil menangis.
Mark yang terkejut mendengar Karina menanggil nama lengkapnya, ia pun langsung menoleh dan melepaskan cengkeraman tangannya di kerah Jeno.
"Cukup! Bukan dia. Dia tidak salah apa pun," ucap Karina lirih.
"Justru dia yang sudah menolongku. Kalau tidak ada dia, a— ak— aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku," lanjutnya lagi, ia menunduk dan menangis dalam diam.
Mark yang terkejut karena melihat Karina menangis seperti itu pun langsung menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Tak lupa Mark menepuk pelan punggung Karina, guna menenangkan.
Sedangkan Jeno yang melihat hanya diam mematung. Ternyata dibalik sikapnya yang jutek dan dingin, dia hanya seorang gadis yang rapuh. Batinnya.
Ingin rasa hati, aku memeluknya dan menenangkannya seperti yang dilakukan laki-laki itu.
"Dan kenapa hatiku seperti..." gumamnya.
Ah sudahlah. Batin Jeno lagi.
Lelaki itu pun meninggalkan pasangan yang sedang berpelukan, beruntung lobi kampus agak sepi. Bagaimana jika sedang ramai?
***
Setelah mendapat kabar dari Mark, sahabat-sahabat Karina langsung mendatangi rumah gadis itu. Mereka sangat khawatir pada Karina.
"Ya Tuhan, Na," ucap Ningning sambil memeluk Karina.
Karina juga sudah menceritakan kejadiannya pada mereka. Bagaimana ia bisa dikejar-kejar hingga ditolong oleh Jeno.
"Tapi kau tidak apa-apa 'kan? Apa ada yang luka? Lalu, bagaimana?" cecar Chenle heboh setelah mendengar penjelasan dari Karina.
Jisung pun angkat bicara. "Kakak, tenang saja. Nanti aku balas orang yang sudah berani mengganggumu," ujarnya dengan mulutnya yang penuh oleh makanan.
"Aku baik-baik saja, Ning, Le. Beruntung tadi ada yang menolongku," sahut Karina atas pertanyaan Ningning dan Chenle.
Lalu ia menoleh ke arah Jisung. "Memangnya kau berani Sung? Aku rasa tidak. Camilanmu, aku makan saja, kau menangis," jawabnya sambil terkekeh.
"Itu beda hal Kak. Aku tidak bisa jauh dari para camilan," sahut Jisung yang masih berkutat dengan makanannya.
Karina pun hanya membalasnya dengan mendengus sebal.
Mark; laki-laki itu hari ini tidak masuk kelas terakhir karena harus mengantar Karina pulang ke rumahnya. Dan soal data yang gadis itu ingin ambil, sudah dikirim oleh temannya melalui email.
Lalu Giselle? Ia sudah pulang duluan setelah dari Cafe, karena ada urusan.
"Siapa tadi Na yang menolongmu?" tanya Chenle penasaran.
Mark yang baru saja dari dapur menjawab, "Jeno."
Ia memasang wajah tidak bersahabatnya. Dan meneguk minuman yang ia ambil dari kulkas dapur. Ajumma sedang tidak ada di rumah, jadi laki-laki itu sudah terbiasa mengambil sendiri seperti itu.
Mark menghampiri Karina. "Mianhae, atas kelakuanku tadi, karena aku bingung kenapa kau bisa datang bersama Jeno," ucapnya.
Laki-laki itu duduk di samping Karina. Mereka semua sedang duduk di sofa ruang tv.
Karina melirik Mark. "Tidak, kau tidak perlu meminta maaf. Aku tahu kau seperti itu karena khawatir 'kan?" jawabnya.
"Ya, karena kau tiba-tiba langsung memelukku, biasanya 'kan kalau seperti itu kau sedang ketakutan," ucap Mark.
"Aku kira itu gara-gara Jeno. Makanya aku langsung marah padanya," lanjutnya lagi sambil menarik Karina ke dalam pelukannya, dan mengusap rambut gadis itu pelan.
"Jangan membuatku khawatir lagi ya..." ucapnya, lagi.
Gadis itu mengangguk. "Iya Mark."
Mark dan Karina berpelukan menyamping di sofa tanpa memperdulikan Jisung, Chenle dan Ningning yang sedang tersenyum mengejek.
"Jisung tidak lihat. Jisung sedang mandi."
"Kenapa tidak pacaran saja mereka?" bisik Chenle ke Ningning.
"Iya," sahut Ningning berbisik juga.
"Ekhem, Na. Orang rumah belum ada yang pulang?" ujar Ningning sengaja.
"Belum. Mereka pulangnya malam," jawab Karina masih menyenderkan kepalanya di bahu Mark.
Ningning hanya ber ooooh ria. Kebetulan waktu sudah menunjukkan waktu makan malam.
"Kau belum makan 'kan? Pesan makanan saja ya. Ajumma juga lagi tidak ada," tanya Mark.
Mark melepaskan pelukannya, lalu mengambil ponselnya dan bersiap memesan makanan online. Setelah itu, Mark ke dapur untuk mengambil minum lagi. Kebetulan ia sangat haus.
Jisung sibuk dengan ponselnya. Sedangkan Karina, Ningning dan Chenle menonton anime Black Clover.
"Astaaaa. Yunooo," ujar Karina antusias saat filmnya baru mulai.
"Ah gila ya. Asta sangat keren membela temannya seperti itu." Ningning heboh sendiri
"Whooaa, kekuatan sihir dari pedang Asta sangat keren," ucap Chenle tidak kalah heboh.
Mark kembali dari dapur dan duduk di samping Karina. Ia menggelengkan kepala melihat kelakukan seseorang yang ia sayang dan kedua sahabatnya.
Ttett~ tettt~
Bel rumah Karina berbunyi. Baru saja ia ingin berdiri, namun dicegah oleh Mark.
"Sudah lanjutkan saja menontonnya, aku yang membuka pintu. Makanannya sudah datang mungkin," ucap Mark agak sedikit ragu.
Karina menganggukan kepalanya, dan Mark bergegas melangkah menuju pintu utama.
"Iyaaa. Tunggu sebentar."
Saat Mark sudah membuka pintu, ia dibuat terkejut oleh seorang pria yang sedang berdiri di depan pintu rumah Karina.
"KAU?" ucap mereka bersamaan.
Kalau kau memulainya dengan tidak baik, jangan berharap mendapatkan hasil yang baik.***Saat ini Jeno sedang duduk di ruang tamu rumah Karina. Lelaki itu ditatap oleh kelima pasang mata, Mark, Ningning, Chenle dan pemilik rumah yaitu Karina serta Jisung."Ada urusan apa kau datang ke sini?" tanya Mark sambil menatap sinis ke arah Jeno.Sedikit tak nyaman, Jeno berusaha biasa saja. "Aku ingin memberikanfilepenting dari Kakakku untuk Kak Dejun."Chenle mengernyit. "Memangnya siapa kakakmu?" tanyanya."Hendery," jawabnya singkat.Karina sedikit terkejut,
Bolehkah aku memiliki perasaan ini untukmu? Tidak, kau tidak perlu membalasnya. Cukup tidak melarangku untuk mencintaimu dalam diam.***Dua bulan lebih telah berlalu, setelah kejadian di mana Jeno meminta izin untuk menjadi lebih dekat dengan Karina. Hubungan mereka pun semakin dekat, bahkan dengan sahabat-sahabat dari mereka masing-masing.Juga, Mark lebih banyak mengalah untuk membiarkan Karina lebih banyak menghabiskan waktu dengan Jeno. Ia cukup menjaganya dari jauh dan... mencintai dalam diam --menurutnya.---"Na, boleh tidak kalau aku lebih dekat selangkah denganmu?" tanya Jeno kala itu."Hah? Maksudmu
Satu hal yang pasti, cinta tak akan tumbuh jika wadahnya tak dibiarkan terbuka. Makanya kenapa setiap orang yang patah hati sukar untuk memupuk cinta, karena wadahnya sudah tak utuh lagi.***"Aku pulang!" teriak Karina yang baru saja tiba di rumah.Jisung datang menghampiri, dengan berbagaisnackdi kedua tangannya. Ia baru saja dari dapur. "Pulang dengan siapa? Diantar Kak Mark?" sahutnya. Kemudian ia kembali duduk di sofa.Karina menggeleng sekali, lalu ikut duduk di samping Jisung dan menyomotsnackmilik pemuda itu. "Bukan, aku diantar Jeno.""Aku lihat akhir-akhir ini, sepertinya Kakak lebih sering pulang bersama Kak Jeno ya? Meman
Disarankan sambil mendengarkan lagu Davichi - Days Without You *** Cintailah orang yang kau sayang sepenuh hati, selagi dia masih hidup apa pun keadaannya. Pernahkah kau mengatakan 'aku mencintaimu' kepadanya, ataukah kau menunggu untuk mengatakan itu disaat seseorang itu telah tiada.Jika tidak...kau masih mempunyai kesempatan untuk mencintainya lebih. ***Beberapa tahun lalu.Karina memiliki masalalu --kisah cinta yang sulit untuk dilupakan, namun enggan dikenang. Bagaimana tidak? Kisah yang seharusnya berjalan sesusai dengan rencana. Tapi, tidak dengan kisah Karina dan tunangannya.Ya, gadis itu menjadi seperti sekarang k
Di kediaman keluarga Lee. Jeno sedang menerima telepon dari seseorang."Halo.""..."Tidak ada jawaban dari sang penelepon."Maaf, ini dengan siapa?"Masih tidak ada jawaban juga. Hal itu membuat Jeno geram.Siapa yang meneleponku seperti ini, biasanya Haechan yang selalu mengerjaiku tapi saat ini dia ada bersamaku.Batin Jeno sambil melirik ke arah Haechan yang sedang berkutat dengan daging yang menyangkut di behelnya."Yeoboseyo. Jika kau hanya ingin mengerjaiku. Akan kututup teleponnya."Baru saj
Karina Jung; gadis itu sedang gelisah karena tidak biasanya Mark susah dihubungi. Hari ini sudah genap seminggu pemuda itu jarang menemuinya."Coba kau tenang. Kau sudah menelepon rumahnya atau Ibunya?" tanya Giselle.Karina mengangguk satu kali. "Aku sudah menghubungi ponsel Ibunya, telepon rumah bahkan semua teman-teman Mark yang aku tahu," sahutnya."Mungkin Mark sedang ada urusan atau ponselnya habis baterai?" ucap Giselle asal menebak.Karina tetap khawatir. "Tapi akhir-akhir ini Mark sangat jarang menghubungiku. Aku khawatir padanya.""Aku mengerti Na, ya sudah lebih baik kita tidur saja. Kau harus istirahat. Aku tahu kau telah berusaha tegar atas kejadian hari ini," ucap Gisel
Aku tidak berjalan di depanmu, bukan juga berjalan di belakangmu. Tapi aku berjalan di sampingmu, mendoakanmu dan bersedia berjuang bersamamu. Jangan lepaskan genggamanmu yang telah ada padaku.***"Aigooo, Mark! Kau ke mana saja selama ini? Kau tidak tahu, aku sangat merindukanmu!" pekik Karina setelah melihat siapa yang berdiri di depan pintu rumahnya.Karina memeluk Mark dengan sangat erat dan cukup lama. Hingga lelaki itu meregangkan pelukannya."Aku ke mana? Aku ada di depanmu sekarang," jawab Mark dan tersenyum sangat manis.Karina pun mengapit lengan Mark. "Ayo masuk ke dalam, aku ingin mendengar cerita darimu selama menghilang."
Waktu akan membuatku lupa, tapi apa yang aku tulis akan membantu membuatku mengingat.***"Mark, kau menangis?" tanya Karina karena merasakan tubuh Mark yang sedikit bergetar."Ani. Aku tidak menangis. Hanya saja, luka di pipiku sangat sakit. Ternyata Jeno hebat juga," sahut Mark sedikit meringis.Karina menggeleng cepat. "Tidak. Kau jauh lebih hebat. Sudah, jangan seperti anak kecil, akan kuobati nanti di rumah," ucapnya."Gomawo," sahut Mark. Aku sangat menyayangimu. Mark mengusap pelan rambut Karina dan mulai melajukan mobilnya.Sesampainya di rumah Karina, gadis itu langsung mengambil kotak P3K untuk m