Home / Rumah Tangga / Bayi Kembar Sang CEO / BAB 7: Takdir yang Tak Terhindarkan

Share

BAB 7: Takdir yang Tak Terhindarkan

Author: Cludsydayss
last update Last Updated: 2025-03-28 09:00:23

Hari itu terasa lebih panjang dari biasanya bagi Selina. Sejak pertemuannya dengan Lucas, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Jika Damien benar-benar sedang mencarinya, maka cepat atau lambat, mereka akan bertemu lagi.

Namun, ia masih belum siap.

Setelah menjemput Alana dan Aziel dari sekolah, Selina membawa mereka pulang. Saat itu, ia berusaha sebisa mungkin terlihat tenang agar anak-anaknya tidak menyadari kegelisahannya.

“Mommy, kita mau makan apa malam ini?” tanya Alana sambil melepas sepatu.

“Mommy akan masak pasta. Kalian mau?”

Aziel yang biasanya kalem langsung mengangguk. “Aku mau pasta dengan keju banyak.”

“Aku juga!” seru Alana antusias.

Selina tersenyum melihat reaksi mereka. Meskipun pikirannya masih kacau, melihat anak-anaknya tetap bahagia memberinya sedikit ketenangan.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama.

Baru saja ia masuk ke dapur untuk mulai memasak, ponselnya bergetar di atas meja. Nama yang muncul di layar membuatnya menegang.

Bianca Moreau.

Selina diam selama beberapa detik sebelum akhirnya mengangkatnya. “Halo?”

“Nona Avery.” Suara Bianca terdengar dingin di seberang sana. “Bos ingin bertemu denganmu besok.”

Selina menggigit bibirnya. “Sepertinya aku sudah bilang bahwa aku tidak tertarik—”

“Tapi bosku tidak menerima penolakan begitu saja.”

Selina menutup matanya, menahan napas. Ia bisa mendengar suara Bianca yang penuh keyakinan, seolah tahu bahwa Selina tak punya pilihan lain.

“Di mana?” akhirnya ia bertanya, suaranya nyaris berbisik.

Bianca terdengar tersenyum. “Di restoran Lumière pukul tujuh malam. Jangan terlambat.”

Tanpa menunggu jawaban, Bianca menutup teleponnya.

Selina menatap ponselnya dengan perasaan campur aduk.

Besok.

Ia akan bertemu dengan Damien besok.

Sesuatu yang selama ini ia hindari akhirnya menjadi takdir yang tak bisa ia elakkan.

Selina menatap layar ponselnya dengan tangan sedikit gemetar. Ia masih bisa mendengar suara Bianca menggema di kepalanya.

"Bos ingin bertemu denganmu besok."

Damien benar-benar serius.

Selina menghela napas panjang. Menolak bukan pilihan, tapi bertemu Damien setelah sekian lama juga bukan hal yang mudah.

Ia meremas ponselnya sebelum akhirnya meletakkannya di meja. Tatapannya kosong, pikirannya berputar mencari cara untuk menghadapi situasi ini.

Malam itu, setelah memastikan Alana dan Aziel tidur nyenyak, Selina duduk di balkon apartemennya. Angin malam menyapu rambutnya, tetapi pikirannya tetap kacau.

Empat tahun.

Empat tahun ia berusaha hidup tenang, jauh dari bayang-bayang masa lalunya. Tapi sekarang, takdir seakan menariknya kembali ke titik awal.

Apa yang akan terjadi jika Damien tahu tentang Alana dan Aziel?

Apa pria itu akan menerimanya? Atau justru berusaha mengambil mereka darinya?

Hati Selina mencelos membayangkan kemungkinan itu.

Ia tidak bisa kehilangan anak-anaknya.

Tidak peduli seberapa kuat Damien, ia tidak akan membiarkan pria itu mengambil mereka darinya.

Matanya menatap langit malam yang bertabur bintang, mencoba menenangkan pikirannya. Tapi jauh di dalam hatinya, ia tahu—

Pertemuannya dengan Damien besok akan mengubah segalanya.

Keesokan harinya, Selina mencoba menjalani harinya seperti biasa. Ia mengantar Alana dan Aziel ke sekolah, mengurus butik, dan menjawab pertanyaan para pelanggan.

Namun, tidak peduli seberapa keras ia berusaha terlihat tenang, pikirannya terus kembali ke pertemuan malam ini.

Jam di dinding butik menunjukkan pukul lima sore ketika Bianca kembali muncul di ambang pintu.

“Pastikan kau tidak terlambat,” katanya tanpa basa-basi.

Selina menatap wanita itu. “Kau selalu langsung ke inti, ya?”

“Itulah yang membuatku efektif,” jawab Bianca dengan santai sebelum berbalik pergi.

Setelah kepergian Bianca, Selina menghela napas panjang.

Dua jam lagi.

Di sebuah gedung pencakar langit di pusat kota, Damien duduk di belakang mejanya.

Matanya terpaku pada layar laptop, di mana ada foto Selina yang diambil baru-baru ini.

Perempuan itu tidak banyak berubah. Masih sama cantiknya. Tapi ada sesuatu di matanya yang berbeda sekarang.

Damien mengetukkan jemarinya ke meja, ekspresinya dingin.

“Jadi, kau kembali… Dan mencoba tetap bersembunyi dariku?”

Ia tersenyum tipis.

“Kita lihat saja nanti, Selina.”

Pukul enam sore, Selina sudah berada di apartemen, bersiap untuk pertemuannya dengan Damien.

Jantungnya berdebar kencang saat ia menatap pantulan dirinya di cermin. Gaun hitam selutut membalut tubuhnya dengan anggun, dipadukan dengan sepatu hak rendah. Rambutnya ia biarkan tergerai alami.

“Mommy mau pergi ke mana?”

Suara Alana membuat Selina berbalik. Putrinya berdiri di ambang pintu dengan kepala sedikit dimiringkan.

“Mommy ada janji dengan seseorang,” jawab Selina lembut.

“Dengan siapa?”

Selina tersenyum kecil. “Teman lama.”

Alana tampak berpikir sejenak sebelum bertanya lagi, “Apa dia orang baik?”

Selina terdiam. Pertanyaan sederhana itu terasa begitu sulit untuk dijawab.

Damien... apakah pria itu masih seperti dulu? Atau sudah berubah?

Ia menunduk dan mengusap kepala Alana. “Mommy harap begitu.”

Setelah memastikan anak-anaknya akan baik-baik saja dengan pengasuh mereka, Selina akhirnya pergi.

Restoran Lumière berada di lantai tertinggi salah satu gedung elit di kota. Saat ia tiba, seorang pelayan langsung membawanya ke meja yang sudah dipesan.

Jantungnya semakin berdetak kencang saat ia melihat sosok pria yang duduk di sana.

Damien Alaric.

Pria itu mengenakan kemeja hitam dengan jas yang dilepas. Garis wajahnya lebih tajam dibanding terakhir kali Selina melihatnya. Aura dingin dan dominan yang ia miliki masih sama seperti dulu—atau bahkan lebih kuat.

Damien mengangkat kepalanya, dan mata kelamnya langsung mengunci pandangan Selina.

Sejenak, dunia terasa berhenti.

“Sudah lama, Selina.”

Suara baritonnya yang dalam menusuk tepat ke hati Selina.

Dengan susah payah, ia menelan ludah dan melangkah mendekat.

“Sudah lama, Damien.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 8: Pria dari Masa Lalu

    Selina duduk dengan tenang di kursinya, meskipun hatinya jauh dari kata tenang. Damien menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak, seolah sedang menilai setiap gerak-geriknya. "Kau menghilang begitu saja selama empat tahun." Kata-kata Damien meluncur dengan tenang, tetapi ada ketegangan yang terselip di dalamnya. Selina mengatur napasnya sebelum menjawab, "Aku tidak menghilang, Damien. Aku hanya memilih hidup yang berbeda." Damien menyandarkan punggungnya ke kursi, menautkan jari-jarinya di atas meja. "Tanpa kabar? Tanpa penjelasan?" Selina tersenyum kecil, meskipun itu bukan senyuman bahagia. "Kau dan aku... kita bukan siapa-siapa satu sama lain saat itu." Damien menyipitkan matanya. "Kau yakin?" Selina terdiam. Ia tahu ke mana arah pembicaraan ini. Damien menatapnya lebih dalam. "Aku mencarimu, Selina." Jantungnya mencelos. "Aku tahu," gumamnya pelan. Damien mengangkat alisnya, menunggu penjelasan. Selina menarik napas panjang. "Itu sebabnya aku harus per

    Last Updated : 2025-03-28
  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 9: Bayangan di Balik Masa Lalu

    BAB 9: Bayangan yang Terus Menghantui Selina berjalan keluar dari restoran dengan langkah cepat, seolah ingin secepat mungkin menjauh dari bayangan Damien yang masih membekas di pikirannya. Udara malam menyentuh kulitnya, tetapi dinginnya tidak sebanding dengan rasa cemas yang merayapi hatinya. Ia mengeluarkan ponselnya, mengecek pesan dari pengasuh anak-anaknya. Mereka sudah tidur. Lega, tetapi tetap ada perasaan gelisah yang tidak bisa ia abaikan. Langkahnya terhenti sejenak di depan mobilnya. Pikirannya masih dipenuhi kata-kata Damien. "Aku tidak akan membiarkanmu lari lagi, Selina." Gemetar kecil merambati tangannya. Ia menarik napas dalam, berusaha menenangkan dirinya sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil. Tidak ada gunanya terus memikirkan pria itu. Ia harus fokus pada hidupnya sekarang. Namun, firasatnya mengatakan bahwa ini bukan akhir—ini baru permulaan. Di sisi lain kota, Damien duduk di ruang kantornya, menatap layar laptop dengan ekspresi tajam. Ia tidak langsung pul

    Last Updated : 2025-03-29
  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 10: Kebenaran yang Tak Bisa Disembunyikan

    Selina berdiri di depan butik dengan jantung berdebar kencang. Damien masih berdiri di tempatnya, tatapannya tak berubah sedikit pun. Ia terlihat santai, tetapi ada sesuatu di matanya yang membuat Selina tahu bahwa pria itu tidak main-main. “Kau tidak bisa terus menghindar, Selina.” Nada suara Damien tenang, tetapi mengandung ancaman halus yang membuat Selina semakin gelisah. Ia mengepalkan tangannya, mencoba menenangkan dirinya. “Aku tidak menghindar. Aku hanya tidak ingin bertemu denganmu.” Damien menyunggingkan senyum tipis. “Lucu. Kau dulu juga berkata begitu sebelum menghilang.” Selina merasakan dadanya semakin sesak. Ia menegakkan tubuhnya dan berkata dengan nada setenang mungkin, “Aku sibuk. Jika tidak ada urusan penting, aku harap kau pergi.” “Aku punya banyak urusan denganmu,” kata Damien, mengambil satu langkah maju. “Aku tidak akan pergi sampai aku mendapatkan jawabanku.” Selina menahan napas. Ia tahu, selama bertahun-tahun, Damien adalah orang yang tidak pernah mundur

    Last Updated : 2025-03-29
  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 11: JEJAK MASA LALU YANG TAK TERHINDARKAN

    Malam itu, Selina duduk di tepi tempat tidurnya, menatap ponselnya dengan gelisah. Pesan dari pengasuh anak-anaknya memastikan bahwa mereka sudah tidur nyenyak, tetapi pikirannya tidak bisa tenang. Sejak pertemuan dengan Damien di butiknya tadi pagi, ia tahu bahwa ini hanyalah awal dari badai yang akan datang. Ia menghela napas panjang dan berdiri, berjalan menuju jendela. Kota masih ramai dengan lampu-lampu berkilauan, tetapi Selina merasa kesendiriannya semakin dalam. Ia sudah membangun hidup baru yang damai bersama ketiga anaknya. Namun, dengan munculnya Damien, bayangan masa lalu mulai menghantuinya lagi. Sementara itu, di sebuah gedung perkantoran megah di pusat kota, Damien duduk di kantornya dengan tatapan penuh pikir. Dokumen tentang Selina masih terbuka di layar laptopnya, dan ia membaca setiap detailnya dengan seksama. Namun, tetap saja, ada banyak hal yang tidak tertera dalam dokumen ini. Selina seperti menghilang begitu saja selama bertahun-tahun, dan tiba-tiba muncul ke

    Last Updated : 2025-04-03
  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 12: KEBENARAN YANG TAK TERHINDARKAN

    Malam itu, Selina tidak bisa tidur. Matanya terus menatap langit-langit kamar, pikirannya penuh dengan kecemasan. Sejak pertemuannya dengan Damien di butik tadi siang, ia tahu bahwa waktu yang dimilikinya semakin sedikit. Damien bukan tipe pria yang mudah menyerah, dan dia pasti akan mencari tahu kebenaran sampai menemukannya. Selina berbalik ke samping, menatap tiga anaknya yang tidur nyenyak di ranjang mereka. Nathan, Noel, dan Natalia, ketiganya adalah dunia bagi Selina. Mereka adalah alasan mengapa ia memilih untuk menghilang dari kehidupan Damien, alasan mengapa ia rela memulai dari nol di tempat yang baru tanpa satu pun orang dari masa lalunya. Tetapi kini, masa lalu itu mulai mengejarnya kembali. Selina menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. Ia tidak bisa membiarkan rasa takut menguasainya. Ia harus kuat, demi anak-anaknya. Keesokan paginya, suasana di rumah Selina tetap seperti biasa. Anak-anaknya bangun den

    Last Updated : 2025-04-04
  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 1: Malam yang Mengubah Segalanya

    Musik berdentum di seluruh ruangan, berpadu dengan suara tawa dan obrolan tamu-tamu pesta. Cahaya lampu kristal berpendar lembut di langit-langit, menciptakan atmosfer mewah dan elegan di dalam ballroom hotel berbintang lima itu. Pesta perayaan ulang tahun seorang sosialita terkenal itu dipenuhi oleh orang-orang dari kalangan atas—pengusaha, selebriti, hingga pewaris keluarga kaya. Di sudut ruangan, seorang wanita berambut panjang dengan gaun merah anggun tengah duduk sambil memainkan gelas sampanye di tangannya. Selina Arabelle tidak pernah menyangka dirinya akan datang ke pesta seperti ini, tetapi sahabatnya, Mia, berhasil membujuknya. “Selina, ayolah, kau tidak bisa hanya duduk di sini sepanjang malam,” ujar Mia sambil menarik tangannya. “Aku tidak nyaman, Mia,” Selina menghela napas, menatap sekeliling. “Ini bukan dunia yang biasa aku masuki.” “Justru itu, sesekali kau harus keluar dari zona nyamanmu!” Mia tertawa kecil. “Kau terlalu sibuk bekerja. Malam ini, bersenang-senangl

    Last Updated : 2025-03-24
  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 2: Dua Garis Merah

    BAB 2: Dua Garis Merah Dua minggu telah berlalu sejak malam itu, tetapi bayangan kejadian tersebut terus menghantui Selina. Setiap kali ia mencoba mengalihkan pikirannya, memusatkan perhatian pada pekerjaannya sebagai desainer, ingatan tentang Damien selalu kembali. Namun, ia bersikeras bahwa semuanya sudah berakhir. Itu hanya satu malam yang tidak berarti. Atau begitulah yang ia pikirkan. Pagi itu, Selina duduk di kamar mandinya, menatap sebuah benda kecil di tangannya dengan jantung berdebar kencang. Tes kehamilan. Tangannya sedikit gemetar saat ia menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia menutup mata sejenak sebelum akhirnya memberanikan diri untuk melihat hasilnya. Dua garis merah. Selina terpaku. Matanya membelalak, napasnya tercekat. Dunia seolah berhenti berputar. Tidak mungkin. Ia menggosok matanya, berpikir bahwa ia salah lihat. Tetapi tidak—dua garis itu tetap ada, begitu jelas dan nyata. Tubuhnya melemas. Ia hampir menjatuhkan alat tes itu. “Apa yang

    Last Updated : 2025-03-24
  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 3: Pergi dari Kota Ini

    Selina duduk di tepi ranjang dengan tangan memegangi perutnya yang masih datar. Meski belum terlihat, ia tahu di dalam sana ada kehidupan yang sedang berkembang. Setiap kali ia berpikir tentang itu, rasa takut dan cemas menyelimutinya. Ia tidak bisa tinggal di sini. Ia harus pergi. Keputusan itu sudah ia pikirkan selama berhari-hari. Jika tetap berada di kota ini, cepat atau lambat Damien akan mengetahuinya. Dan Selina tidak ingin itu terjadi. Damien Alaric adalah pria yang tidak bisa diprediksi. Jika ia mengetahui tentang kehamilan ini, entah bagaimana reaksinya—apakah ia akan marah? Apakah ia akan menganggapnya sebagai wanita yang ingin menjeratnya? Selina tidak ingin mengambil risiko. Ia menghela napas panjang sebelum meraih ponselnya dan menelepon seseorang. “Halo, Bibi Anne?” Suara hangat seorang wanita di ujung telepon terdengar, “Selina, sayang! Sudah lama sekali. Ada apa?” Selina tersenyum kecil. “Bibi, aku ingin pergi dari kota ini untuk sementara. Apa aku bisa tingga

    Last Updated : 2025-03-24

Latest chapter

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 12: KEBENARAN YANG TAK TERHINDARKAN

    Malam itu, Selina tidak bisa tidur. Matanya terus menatap langit-langit kamar, pikirannya penuh dengan kecemasan. Sejak pertemuannya dengan Damien di butik tadi siang, ia tahu bahwa waktu yang dimilikinya semakin sedikit. Damien bukan tipe pria yang mudah menyerah, dan dia pasti akan mencari tahu kebenaran sampai menemukannya. Selina berbalik ke samping, menatap tiga anaknya yang tidur nyenyak di ranjang mereka. Nathan, Noel, dan Natalia, ketiganya adalah dunia bagi Selina. Mereka adalah alasan mengapa ia memilih untuk menghilang dari kehidupan Damien, alasan mengapa ia rela memulai dari nol di tempat yang baru tanpa satu pun orang dari masa lalunya. Tetapi kini, masa lalu itu mulai mengejarnya kembali. Selina menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. Ia tidak bisa membiarkan rasa takut menguasainya. Ia harus kuat, demi anak-anaknya. Keesokan paginya, suasana di rumah Selina tetap seperti biasa. Anak-anaknya bangun den

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 11: JEJAK MASA LALU YANG TAK TERHINDARKAN

    Malam itu, Selina duduk di tepi tempat tidurnya, menatap ponselnya dengan gelisah. Pesan dari pengasuh anak-anaknya memastikan bahwa mereka sudah tidur nyenyak, tetapi pikirannya tidak bisa tenang. Sejak pertemuan dengan Damien di butiknya tadi pagi, ia tahu bahwa ini hanyalah awal dari badai yang akan datang. Ia menghela napas panjang dan berdiri, berjalan menuju jendela. Kota masih ramai dengan lampu-lampu berkilauan, tetapi Selina merasa kesendiriannya semakin dalam. Ia sudah membangun hidup baru yang damai bersama ketiga anaknya. Namun, dengan munculnya Damien, bayangan masa lalu mulai menghantuinya lagi. Sementara itu, di sebuah gedung perkantoran megah di pusat kota, Damien duduk di kantornya dengan tatapan penuh pikir. Dokumen tentang Selina masih terbuka di layar laptopnya, dan ia membaca setiap detailnya dengan seksama. Namun, tetap saja, ada banyak hal yang tidak tertera dalam dokumen ini. Selina seperti menghilang begitu saja selama bertahun-tahun, dan tiba-tiba muncul ke

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 10: Kebenaran yang Tak Bisa Disembunyikan

    Selina berdiri di depan butik dengan jantung berdebar kencang. Damien masih berdiri di tempatnya, tatapannya tak berubah sedikit pun. Ia terlihat santai, tetapi ada sesuatu di matanya yang membuat Selina tahu bahwa pria itu tidak main-main. “Kau tidak bisa terus menghindar, Selina.” Nada suara Damien tenang, tetapi mengandung ancaman halus yang membuat Selina semakin gelisah. Ia mengepalkan tangannya, mencoba menenangkan dirinya. “Aku tidak menghindar. Aku hanya tidak ingin bertemu denganmu.” Damien menyunggingkan senyum tipis. “Lucu. Kau dulu juga berkata begitu sebelum menghilang.” Selina merasakan dadanya semakin sesak. Ia menegakkan tubuhnya dan berkata dengan nada setenang mungkin, “Aku sibuk. Jika tidak ada urusan penting, aku harap kau pergi.” “Aku punya banyak urusan denganmu,” kata Damien, mengambil satu langkah maju. “Aku tidak akan pergi sampai aku mendapatkan jawabanku.” Selina menahan napas. Ia tahu, selama bertahun-tahun, Damien adalah orang yang tidak pernah mundur

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 9: Bayangan di Balik Masa Lalu

    BAB 9: Bayangan yang Terus Menghantui Selina berjalan keluar dari restoran dengan langkah cepat, seolah ingin secepat mungkin menjauh dari bayangan Damien yang masih membekas di pikirannya. Udara malam menyentuh kulitnya, tetapi dinginnya tidak sebanding dengan rasa cemas yang merayapi hatinya. Ia mengeluarkan ponselnya, mengecek pesan dari pengasuh anak-anaknya. Mereka sudah tidur. Lega, tetapi tetap ada perasaan gelisah yang tidak bisa ia abaikan. Langkahnya terhenti sejenak di depan mobilnya. Pikirannya masih dipenuhi kata-kata Damien. "Aku tidak akan membiarkanmu lari lagi, Selina." Gemetar kecil merambati tangannya. Ia menarik napas dalam, berusaha menenangkan dirinya sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil. Tidak ada gunanya terus memikirkan pria itu. Ia harus fokus pada hidupnya sekarang. Namun, firasatnya mengatakan bahwa ini bukan akhir—ini baru permulaan. Di sisi lain kota, Damien duduk di ruang kantornya, menatap layar laptop dengan ekspresi tajam. Ia tidak langsung pul

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 8: Pria dari Masa Lalu

    Selina duduk dengan tenang di kursinya, meskipun hatinya jauh dari kata tenang. Damien menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak, seolah sedang menilai setiap gerak-geriknya. "Kau menghilang begitu saja selama empat tahun." Kata-kata Damien meluncur dengan tenang, tetapi ada ketegangan yang terselip di dalamnya. Selina mengatur napasnya sebelum menjawab, "Aku tidak menghilang, Damien. Aku hanya memilih hidup yang berbeda." Damien menyandarkan punggungnya ke kursi, menautkan jari-jarinya di atas meja. "Tanpa kabar? Tanpa penjelasan?" Selina tersenyum kecil, meskipun itu bukan senyuman bahagia. "Kau dan aku... kita bukan siapa-siapa satu sama lain saat itu." Damien menyipitkan matanya. "Kau yakin?" Selina terdiam. Ia tahu ke mana arah pembicaraan ini. Damien menatapnya lebih dalam. "Aku mencarimu, Selina." Jantungnya mencelos. "Aku tahu," gumamnya pelan. Damien mengangkat alisnya, menunggu penjelasan. Selina menarik napas panjang. "Itu sebabnya aku harus per

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 7: Takdir yang Tak Terhindarkan

    Hari itu terasa lebih panjang dari biasanya bagi Selina. Sejak pertemuannya dengan Lucas, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Jika Damien benar-benar sedang mencarinya, maka cepat atau lambat, mereka akan bertemu lagi. Namun, ia masih belum siap. Setelah menjemput Alana dan Aziel dari sekolah, Selina membawa mereka pulang. Saat itu, ia berusaha sebisa mungkin terlihat tenang agar anak-anaknya tidak menyadari kegelisahannya. “Mommy, kita mau makan apa malam ini?” tanya Alana sambil melepas sepatu. “Mommy akan masak pasta. Kalian mau?” Aziel yang biasanya kalem langsung mengangguk. “Aku mau pasta dengan keju banyak.” “Aku juga!” seru Alana antusias. Selina tersenyum melihat reaksi mereka. Meskipun pikirannya masih kacau, melihat anak-anaknya tetap bahagia memberinya sedikit ketenangan. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Baru saja ia masuk ke dapur untuk mulai memasak, ponselnya bergetar di atas meja. Nama yang muncul di layar membuatnya menegang. Bianca

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 6: Bayangan dari Masa Lalu

    Pagi hari di butik Lumière Boutique dimulai seperti biasa. Selina sibuk mengatur koleksi pakaian terbaru yang akan dipajang, sementara Alana dan Aziel duduk di sudut ruangan dengan buku mewarnai mereka. Sejak butik ini dibuka, anak-anaknya sering ikut bersamanya karena ia belum mempercayakan mereka kepada pengasuh. Lagipula, ia suka melihat mereka bermain di dekatnya. “Mommy, aku mau mewarnai gaun yang seperti di etalase itu.” Alana menunjuk salah satu desain terbaru yang Selina buat. Selina tersenyum dan mengusap kepala putrinya. “Warna apa yang ingin kamu pakai?” “Pink dan emas!” Aziel menghela napas kecil. “Alana selalu memilih warna pink.” “Karena pink itu cantik, Aziel!” Selina terkekeh melihat pertengkaran kecil mereka. Namun, sebelum ia bisa menengahi, bel pintu butik berbunyi, menandakan ada pelanggan yang masuk. Seorang wanita dengan setelan formal mahal melangkah masuk dengan percaya diri. Wajahnya tampak berkelas, dengan rambut panjang bergelombang dan kacamata hita

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 5: Empat Tahun Kemudian

    Musim semi yang hangat menyelimuti kota kecil di mana Selina tinggal bersama kedua anaknya, Aziel dan Alana. Waktu berlalu begitu cepat. Empat tahun telah berlalu sejak malam di mana ia melahirkan mereka, dan kini, kehidupannya dipenuhi dengan tawa serta celoteh dua malaikat kecil itu. Selina berdiri di depan butik kecilnya, tersenyum melihat papan nama yang baru saja dipasang: “Lumière Boutique.” Butik ini adalah hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun. Ia mendesain pakaian wanita, khususnya gaun, dan perlahan bisnisnya mulai berkembang. “Mommy!” suara ceria terdengar dari belakangnya. Ia menoleh dan melihat Alana berlari ke arahnya dengan gaun kuning yang sedikit terlalu besar untuk tubuh mungilnya. Rambut hitam panjangnya yang bergelombang berkibar saat ia berlari. “Mommy, Aziel nakal! Dia tidak mau memberiku sisa es krimnya!” Tak lama kemudian, Aziel muncul dengan ekspresi tenang, tangannya masih memegang cangkir es krim yang tinggal sedikit. Mata hitamnya yang tajam menat

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 4: Kelahiran yang Mengubah Segalanya

    Angin musim dingin bertiup lembut melalui celah jendela rumah Bibi Anne. Selina duduk di atas tempat tidurnya, satu tangan mengelus perutnya yang semakin besar. Kehamilannya kini sudah memasuki bulan kesembilan, dan setiap hari, ia merasa semakin dekat dengan momen kelahiran yang akan mengubah hidupnya selamanya. Namun, meskipun ia telah mempersiapkan diri, ketakutan tetap menghantuinya. Bagaimana jika ia tidak bisa menjadi ibu yang baik? Bagaimana jika suatu hari Damien mengetahui tentang anak ini? Ia menghela napas panjang. Tidak, ia tidak boleh membiarkan pikirannya mengembara ke arah itu. Ia harus fokus pada bayi di dalam kandungannya—bayinya. Malam itu, ketika Selina sedang duduk di ruang tamu bersama Bibi Anne, tiba-tiba ia merasakan sakit yang tajam di perutnya. Ia meringis, tangannya mencengkeram sisi sofa. “Selina! Ada apa?!” Bibi Anne segera menghampirinya dengan wajah panik. Selina terengah-engah, wajahnya mulai pucat. “Bibi… aku rasa… aku akan melahirkan.” Tanpa memb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status