Beranda / Rumah Tangga / Bayi Kembar Sang CEO / BAB 6: Bayangan dari Masa Lalu

Share

BAB 6: Bayangan dari Masa Lalu

Penulis: Cludsydayss
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-24 18:52:14

Pagi hari di butik Lumière Boutique dimulai seperti biasa. Selina sibuk mengatur koleksi pakaian terbaru yang akan dipajang, sementara Alana dan Aziel duduk di sudut ruangan dengan buku mewarnai mereka.

Sejak butik ini dibuka, anak-anaknya sering ikut bersamanya karena ia belum mempercayakan mereka kepada pengasuh. Lagipula, ia suka melihat mereka bermain di dekatnya.

“Mommy, aku mau mewarnai gaun yang seperti di etalase itu.” Alana menunjuk salah satu desain terbaru yang Selina buat.

Selina tersenyum dan mengusap kepala putrinya. “Warna apa yang ingin kamu pakai?”

“Pink dan emas!”

Aziel menghela napas kecil. “Alana selalu memilih warna pink.”

“Karena pink itu cantik, Aziel!”

Selina terkekeh melihat pertengkaran kecil mereka. Namun, sebelum ia bisa menengahi, bel pintu butik berbunyi, menandakan ada pelanggan yang masuk.

Seorang wanita dengan setelan formal mahal melangkah masuk dengan percaya diri. Wajahnya tampak berkelas, dengan rambut panjang bergelombang dan kacamata hitam yang bertengger di atas kepalanya.

“Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?” tanya Selina ramah.

Wanita itu melepas kacamatanya dan menatapnya dengan tajam. “Kau Selina Avery?”

Jantung Selina berdetak lebih cepat. “Ya, saya Selina. Anda siapa?”

Wanita itu menyeringai kecil sebelum menyodorkan kartu namanya.

“Aku Bianca Moreau. Aku datang ke sini untuk menawarkan kerja sama bisnis yang menguntungkan.”

Selina mengambil kartu itu dan membaca namanya dengan hati-hati. “Kerja sama bisnis?”

Bianca mengangguk. “Bosku tertarik pada butikmu. Dia ingin bertemu denganmu secara langsung.”

Selina merasa ada sesuatu yang aneh. “Siapa bos Anda?”

Bianca tersenyum samar sebelum menjawab, “Damien Alaric.”

Dunia Selina seakan berhenti berputar.

Nama yang berusaha ia hindari selama empat tahun terakhir… kini kembali menghantuinya.

Alana tiba-tiba menarik ujung bajunya. “Mommy, siapa itu?”

Selina tersadar dari keterkejutannya dan buru-buru tersenyum. “Tidak apa-apa, sayang. Kalian lanjutkan mewarnainya, ya?”

Aziel menatap Bianca dengan tatapan penuh selidik, tetapi ia tetap diam.

Selina menegakkan tubuhnya dan menatap Bianca dengan ekspresi tenang. “Maaf, saya tidak tertarik bekerja sama.”

Bianca menaikkan alisnya. “Kau menolaknya tanpa berpikir panjang?”

“Saya sudah cukup memikirkan masa depan butik ini.”

Bianca menghela napas dan memasukkan kartu namanya kembali ke dalam tas. “Sayang sekali. Tapi bosku tidak menerima penolakan dengan mudah.”

Selina menegang.

“Aku akan menyampaikannya padanya, tapi percayalah… kau akan bertemu dengannya lebih cepat dari yang kau kira.”

Setelah berkata begitu, Bianca berbalik dan berjalan keluar dari butik.

Selina berdiri diam di tempatnya, mencoba mengendalikan napasnya yang memburu.

Damien…

Dia sudah menemukannya.

Dan kali ini, ia tidak yakin bisa melarikan diri lagi.

BAB 6: Bayangan dari Masa Lalu (Lanjutan)

Sepeninggal Bianca, Selina berdiri kaku di tempatnya. Dadanya masih terasa sesak. Nama Damien Alaric bagaikan petir di siang bolong, membangkitkan kembali kenangan yang sudah lama ia kubur dalam-dalam.

Ia menggigit bibirnya, mencoba menenangkan diri.

“Mommy?”

Suara kecil Alana menariknya kembali ke kenyataan. Putrinya menatapnya dengan mata bulat penuh kebingungan. Aziel juga menatapnya, tetapi ekspresinya lebih waspada dibandingkan adiknya.

“Kamu kenapa, Mommy?” tanya Alana polos.

Selina buru-buru memasang senyum. “Mommy nggak apa-apa, sayang.” Ia berjongkok dan mengusap pipi putrinya. “Ayo kita bereskan tempat ini, lalu kita pulang.”

Aziel masih diam, tetapi Selina bisa merasakan bahwa putranya sedang menganalisis sesuatu. Anak itu selalu peka terhadap perubahan emosi di sekitarnya.

Sesampainya di rumah, setelah memastikan kedua anaknya tertidur, Selina duduk di sofa dan menghela napas panjang.

Pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Jika Damien benar-benar menginginkan sesuatu darinya, ia yakin pria itu tidak akan menyerah hanya dengan satu penolakan.

Ia harus bersiap.

Tapi… bersiap untuk apa?

Pikirannya berkecamuk, sampai akhirnya ia bangkit dan mengambil ponselnya. Ia mengetik pesan cepat kepada seseorang yang sudah lama tidak ia hubungi.

— Kita perlu bicara. Secepatnya.

Tak butuh waktu lama sebelum pesan itu dibalas.

— Besok di kafe biasa.

Selina menggenggam ponselnya erat. Ia tahu hanya ada satu orang yang bisa membantunya sekarang.

Dan ia hanya bisa berharap bahwa pertemuan ini akan membawanya ke solusi, bukan masalah yang lebih besar.

Namun, ia tidak tahu bahwa di tempat lain, Damien Alaric sedang duduk di belakang mejanya, membaca laporan terbaru dari asistennya.

Di layar laptopnya, ada foto seorang wanita dengan rambut panjang kecokelatan dan senyum lembut.

Di bawahnya, tertulis informasi singkat:

Nama: Selina Avery

Usia: 26 tahun

Pekerjaan: Pemilik Lumière Boutique

Alamat: [Disensor]

Damien menyandarkan punggungnya dan menyipitkan mata.

“Jadi ini kau sekarang, Selina…”

Senyum tipis terbentuk di wajahnya.

“Mari kita lihat sampai sejauh mana kau bisa menghindar dariku kali ini.”

Keesokan paginya, Selina bangun lebih awal dari biasanya. Matanya sedikit bengkak akibat kurang tidur, tetapi ia tidak punya waktu untuk memikirkan itu.

Setelah menyiapkan sarapan untuk Alana dan Aziel, ia mengantar mereka ke sekolah seperti biasa. Namun, bukannya langsung menuju butik, ia berbelok ke arah yang berbeda.

Kakinya melangkah masuk ke sebuah kafe kecil di sudut kota. Suasana di dalamnya masih sepi, hanya ada beberapa pelanggan yang sibuk dengan laptop atau buku mereka.

Di salah satu meja dekat jendela, seorang pria dengan setelan santai sudah menunggunya. Ia mengenakan kemeja krem dengan lengan yang sedikit digulung, menunjukkan jam tangan mahal di pergelangan tangannya.

Selina menarik napas panjang sebelum melangkah mendekat.

“Terima kasih sudah datang, Lucas.”

Pria itu—Lucas—mengangkat wajahnya dan tersenyum kecil. “Aku tidak menyangka kau akan menghubungiku lagi.”

Selina duduk di hadapannya dan langsung ke inti pembicaraan. “Damien sudah menemukanku.”

Lucas terdiam sejenak sebelum menghela napas. “Kau yakin?”

Selina mengangguk. “Kemarin, asistennya datang ke butik dan menawariku kerja sama.”

Lucas mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja, ekspresinya berubah serius. “Lalu, apa yang akan kau lakukan?”

Selina menggigit bibirnya. “Aku tidak tahu, Lucas… Aku sudah bertahun-tahun berusaha menjauh darinya. Tapi sekarang, dia ada di dekatku lagi.”

Lucas menatapnya tajam. “Dan anak-anakmu?”

Selina mengepalkan tangannya di atas meja. “Mereka tidak tahu siapa ayah mereka. Aku tidak pernah menceritakan apa pun tentang Damien pada mereka.”

Lucas mengangguk pelan. “Kau mau aku membantumu pergi lagi?”

Selina terdiam. Ia tahu Lucas bisa membantunya, seperti yang dulu pernah ia lakukan. Tetapi… kali ini, perasaannya berbeda.

Empat tahun lalu, ia hanya membawa dirinya sendiri pergi. Tapi sekarang, ia memiliki Alana dan Aziel.

Bisakah aku terus melarikan diri?

Selina menggeleng lemah. “Aku tidak tahu apakah itu pilihan terbaik.”

Lucas menatapnya dalam-dalam sebelum berkata, “Kalau begitu, bersiaplah. Jika Damien benar-benar menginginkan sesuatu darimu, dia tidak akan menyerah begitu saja.”

Selina merasakan ketakutan merayapi tubuhnya.

Ia tahu Lucas benar.

Damien bukan tipe pria yang bisa dihindari begitu saja. Dan kali ini, ia harus menghadapi kenyataan yang selama ini ia coba lupakan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 7: Takdir yang Tak Terhindarkan

    Hari itu terasa lebih panjang dari biasanya bagi Selina. Sejak pertemuannya dengan Lucas, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Jika Damien benar-benar sedang mencarinya, maka cepat atau lambat, mereka akan bertemu lagi. Namun, ia masih belum siap. Setelah menjemput Alana dan Aziel dari sekolah, Selina membawa mereka pulang. Saat itu, ia berusaha sebisa mungkin terlihat tenang agar anak-anaknya tidak menyadari kegelisahannya. “Mommy, kita mau makan apa malam ini?” tanya Alana sambil melepas sepatu. “Mommy akan masak pasta. Kalian mau?” Aziel yang biasanya kalem langsung mengangguk. “Aku mau pasta dengan keju banyak.” “Aku juga!” seru Alana antusias. Selina tersenyum melihat reaksi mereka. Meskipun pikirannya masih kacau, melihat anak-anaknya tetap bahagia memberinya sedikit ketenangan. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Baru saja ia masuk ke dapur untuk mulai memasak, ponselnya bergetar di atas meja. Nama yang muncul di layar membuatnya menegang. Bianca

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 8: Pria dari Masa Lalu

    Selina duduk dengan tenang di kursinya, meskipun hatinya jauh dari kata tenang. Damien menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak, seolah sedang menilai setiap gerak-geriknya. "Kau menghilang begitu saja selama empat tahun." Kata-kata Damien meluncur dengan tenang, tetapi ada ketegangan yang terselip di dalamnya. Selina mengatur napasnya sebelum menjawab, "Aku tidak menghilang, Damien. Aku hanya memilih hidup yang berbeda." Damien menyandarkan punggungnya ke kursi, menautkan jari-jarinya di atas meja. "Tanpa kabar? Tanpa penjelasan?" Selina tersenyum kecil, meskipun itu bukan senyuman bahagia. "Kau dan aku... kita bukan siapa-siapa satu sama lain saat itu." Damien menyipitkan matanya. "Kau yakin?" Selina terdiam. Ia tahu ke mana arah pembicaraan ini. Damien menatapnya lebih dalam. "Aku mencarimu, Selina." Jantungnya mencelos. "Aku tahu," gumamnya pelan. Damien mengangkat alisnya, menunggu penjelasan. Selina menarik napas panjang. "Itu sebabnya aku harus per

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 9: Bayangan di Balik Masa Lalu

    BAB 9: Bayangan yang Terus Menghantui Selina berjalan keluar dari restoran dengan langkah cepat, seolah ingin secepat mungkin menjauh dari bayangan Damien yang masih membekas di pikirannya. Udara malam menyentuh kulitnya, tetapi dinginnya tidak sebanding dengan rasa cemas yang merayapi hatinya. Ia mengeluarkan ponselnya, mengecek pesan dari pengasuh anak-anaknya. Mereka sudah tidur. Lega, tetapi tetap ada perasaan gelisah yang tidak bisa ia abaikan. Langkahnya terhenti sejenak di depan mobilnya. Pikirannya masih dipenuhi kata-kata Damien. "Aku tidak akan membiarkanmu lari lagi, Selina." Gemetar kecil merambati tangannya. Ia menarik napas dalam, berusaha menenangkan dirinya sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil. Tidak ada gunanya terus memikirkan pria itu. Ia harus fokus pada hidupnya sekarang. Namun, firasatnya mengatakan bahwa ini bukan akhir—ini baru permulaan. Di sisi lain kota, Damien duduk di ruang kantornya, menatap layar laptop dengan ekspresi tajam. Ia tidak langsung pul

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29
  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 10: Kebenaran yang Tak Bisa Disembunyikan

    Selina berdiri di depan butik dengan jantung berdebar kencang. Damien masih berdiri di tempatnya, tatapannya tak berubah sedikit pun. Ia terlihat santai, tetapi ada sesuatu di matanya yang membuat Selina tahu bahwa pria itu tidak main-main. “Kau tidak bisa terus menghindar, Selina.” Nada suara Damien tenang, tetapi mengandung ancaman halus yang membuat Selina semakin gelisah. Ia mengepalkan tangannya, mencoba menenangkan dirinya. “Aku tidak menghindar. Aku hanya tidak ingin bertemu denganmu.” Damien menyunggingkan senyum tipis. “Lucu. Kau dulu juga berkata begitu sebelum menghilang.” Selina merasakan dadanya semakin sesak. Ia menegakkan tubuhnya dan berkata dengan nada setenang mungkin, “Aku sibuk. Jika tidak ada urusan penting, aku harap kau pergi.” “Aku punya banyak urusan denganmu,” kata Damien, mengambil satu langkah maju. “Aku tidak akan pergi sampai aku mendapatkan jawabanku.” Selina menahan napas. Ia tahu, selama bertahun-tahun, Damien adalah orang yang tidak pernah mundur

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29
  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 1: Malam yang Mengubah Segalanya

    Musik berdentum di seluruh ruangan, berpadu dengan suara tawa dan obrolan tamu-tamu pesta. Cahaya lampu kristal berpendar lembut di langit-langit, menciptakan atmosfer mewah dan elegan di dalam ballroom hotel berbintang lima itu. Pesta perayaan ulang tahun seorang sosialita terkenal itu dipenuhi oleh orang-orang dari kalangan atas—pengusaha, selebriti, hingga pewaris keluarga kaya. Di sudut ruangan, seorang wanita berambut panjang dengan gaun merah anggun tengah duduk sambil memainkan gelas sampanye di tangannya. Selina Arabelle tidak pernah menyangka dirinya akan datang ke pesta seperti ini, tetapi sahabatnya, Mia, berhasil membujuknya. “Selina, ayolah, kau tidak bisa hanya duduk di sini sepanjang malam,” ujar Mia sambil menarik tangannya. “Aku tidak nyaman, Mia,” Selina menghela napas, menatap sekeliling. “Ini bukan dunia yang biasa aku masuki.” “Justru itu, sesekali kau harus keluar dari zona nyamanmu!” Mia tertawa kecil. “Kau terlalu sibuk bekerja. Malam ini, bersenang-senangl

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 2: Dua Garis Merah

    BAB 2: Dua Garis Merah Dua minggu telah berlalu sejak malam itu, tetapi bayangan kejadian tersebut terus menghantui Selina. Setiap kali ia mencoba mengalihkan pikirannya, memusatkan perhatian pada pekerjaannya sebagai desainer, ingatan tentang Damien selalu kembali. Namun, ia bersikeras bahwa semuanya sudah berakhir. Itu hanya satu malam yang tidak berarti. Atau begitulah yang ia pikirkan. Pagi itu, Selina duduk di kamar mandinya, menatap sebuah benda kecil di tangannya dengan jantung berdebar kencang. Tes kehamilan. Tangannya sedikit gemetar saat ia menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia menutup mata sejenak sebelum akhirnya memberanikan diri untuk melihat hasilnya. Dua garis merah. Selina terpaku. Matanya membelalak, napasnya tercekat. Dunia seolah berhenti berputar. Tidak mungkin. Ia menggosok matanya, berpikir bahwa ia salah lihat. Tetapi tidak—dua garis itu tetap ada, begitu jelas dan nyata. Tubuhnya melemas. Ia hampir menjatuhkan alat tes itu. “Apa yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 3: Pergi dari Kota Ini

    Selina duduk di tepi ranjang dengan tangan memegangi perutnya yang masih datar. Meski belum terlihat, ia tahu di dalam sana ada kehidupan yang sedang berkembang. Setiap kali ia berpikir tentang itu, rasa takut dan cemas menyelimutinya. Ia tidak bisa tinggal di sini. Ia harus pergi. Keputusan itu sudah ia pikirkan selama berhari-hari. Jika tetap berada di kota ini, cepat atau lambat Damien akan mengetahuinya. Dan Selina tidak ingin itu terjadi. Damien Alaric adalah pria yang tidak bisa diprediksi. Jika ia mengetahui tentang kehamilan ini, entah bagaimana reaksinya—apakah ia akan marah? Apakah ia akan menganggapnya sebagai wanita yang ingin menjeratnya? Selina tidak ingin mengambil risiko. Ia menghela napas panjang sebelum meraih ponselnya dan menelepon seseorang. “Halo, Bibi Anne?” Suara hangat seorang wanita di ujung telepon terdengar, “Selina, sayang! Sudah lama sekali. Ada apa?” Selina tersenyum kecil. “Bibi, aku ingin pergi dari kota ini untuk sementara. Apa aku bisa tingga

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 4: Kelahiran yang Mengubah Segalanya

    Angin musim dingin bertiup lembut melalui celah jendela rumah Bibi Anne. Selina duduk di atas tempat tidurnya, satu tangan mengelus perutnya yang semakin besar. Kehamilannya kini sudah memasuki bulan kesembilan, dan setiap hari, ia merasa semakin dekat dengan momen kelahiran yang akan mengubah hidupnya selamanya. Namun, meskipun ia telah mempersiapkan diri, ketakutan tetap menghantuinya. Bagaimana jika ia tidak bisa menjadi ibu yang baik? Bagaimana jika suatu hari Damien mengetahui tentang anak ini? Ia menghela napas panjang. Tidak, ia tidak boleh membiarkan pikirannya mengembara ke arah itu. Ia harus fokus pada bayi di dalam kandungannya—bayinya. Malam itu, ketika Selina sedang duduk di ruang tamu bersama Bibi Anne, tiba-tiba ia merasakan sakit yang tajam di perutnya. Ia meringis, tangannya mencengkeram sisi sofa. “Selina! Ada apa?!” Bibi Anne segera menghampirinya dengan wajah panik. Selina terengah-engah, wajahnya mulai pucat. “Bibi… aku rasa… aku akan melahirkan.” Tanpa memb

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24

Bab terbaru

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 10: Kebenaran yang Tak Bisa Disembunyikan

    Selina berdiri di depan butik dengan jantung berdebar kencang. Damien masih berdiri di tempatnya, tatapannya tak berubah sedikit pun. Ia terlihat santai, tetapi ada sesuatu di matanya yang membuat Selina tahu bahwa pria itu tidak main-main. “Kau tidak bisa terus menghindar, Selina.” Nada suara Damien tenang, tetapi mengandung ancaman halus yang membuat Selina semakin gelisah. Ia mengepalkan tangannya, mencoba menenangkan dirinya. “Aku tidak menghindar. Aku hanya tidak ingin bertemu denganmu.” Damien menyunggingkan senyum tipis. “Lucu. Kau dulu juga berkata begitu sebelum menghilang.” Selina merasakan dadanya semakin sesak. Ia menegakkan tubuhnya dan berkata dengan nada setenang mungkin, “Aku sibuk. Jika tidak ada urusan penting, aku harap kau pergi.” “Aku punya banyak urusan denganmu,” kata Damien, mengambil satu langkah maju. “Aku tidak akan pergi sampai aku mendapatkan jawabanku.” Selina menahan napas. Ia tahu, selama bertahun-tahun, Damien adalah orang yang tidak pernah mundur

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 9: Bayangan di Balik Masa Lalu

    BAB 9: Bayangan yang Terus Menghantui Selina berjalan keluar dari restoran dengan langkah cepat, seolah ingin secepat mungkin menjauh dari bayangan Damien yang masih membekas di pikirannya. Udara malam menyentuh kulitnya, tetapi dinginnya tidak sebanding dengan rasa cemas yang merayapi hatinya. Ia mengeluarkan ponselnya, mengecek pesan dari pengasuh anak-anaknya. Mereka sudah tidur. Lega, tetapi tetap ada perasaan gelisah yang tidak bisa ia abaikan. Langkahnya terhenti sejenak di depan mobilnya. Pikirannya masih dipenuhi kata-kata Damien. "Aku tidak akan membiarkanmu lari lagi, Selina." Gemetar kecil merambati tangannya. Ia menarik napas dalam, berusaha menenangkan dirinya sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil. Tidak ada gunanya terus memikirkan pria itu. Ia harus fokus pada hidupnya sekarang. Namun, firasatnya mengatakan bahwa ini bukan akhir—ini baru permulaan. Di sisi lain kota, Damien duduk di ruang kantornya, menatap layar laptop dengan ekspresi tajam. Ia tidak langsung pul

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 8: Pria dari Masa Lalu

    Selina duduk dengan tenang di kursinya, meskipun hatinya jauh dari kata tenang. Damien menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak, seolah sedang menilai setiap gerak-geriknya. "Kau menghilang begitu saja selama empat tahun." Kata-kata Damien meluncur dengan tenang, tetapi ada ketegangan yang terselip di dalamnya. Selina mengatur napasnya sebelum menjawab, "Aku tidak menghilang, Damien. Aku hanya memilih hidup yang berbeda." Damien menyandarkan punggungnya ke kursi, menautkan jari-jarinya di atas meja. "Tanpa kabar? Tanpa penjelasan?" Selina tersenyum kecil, meskipun itu bukan senyuman bahagia. "Kau dan aku... kita bukan siapa-siapa satu sama lain saat itu." Damien menyipitkan matanya. "Kau yakin?" Selina terdiam. Ia tahu ke mana arah pembicaraan ini. Damien menatapnya lebih dalam. "Aku mencarimu, Selina." Jantungnya mencelos. "Aku tahu," gumamnya pelan. Damien mengangkat alisnya, menunggu penjelasan. Selina menarik napas panjang. "Itu sebabnya aku harus per

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 7: Takdir yang Tak Terhindarkan

    Hari itu terasa lebih panjang dari biasanya bagi Selina. Sejak pertemuannya dengan Lucas, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Jika Damien benar-benar sedang mencarinya, maka cepat atau lambat, mereka akan bertemu lagi. Namun, ia masih belum siap. Setelah menjemput Alana dan Aziel dari sekolah, Selina membawa mereka pulang. Saat itu, ia berusaha sebisa mungkin terlihat tenang agar anak-anaknya tidak menyadari kegelisahannya. “Mommy, kita mau makan apa malam ini?” tanya Alana sambil melepas sepatu. “Mommy akan masak pasta. Kalian mau?” Aziel yang biasanya kalem langsung mengangguk. “Aku mau pasta dengan keju banyak.” “Aku juga!” seru Alana antusias. Selina tersenyum melihat reaksi mereka. Meskipun pikirannya masih kacau, melihat anak-anaknya tetap bahagia memberinya sedikit ketenangan. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Baru saja ia masuk ke dapur untuk mulai memasak, ponselnya bergetar di atas meja. Nama yang muncul di layar membuatnya menegang. Bianca

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 6: Bayangan dari Masa Lalu

    Pagi hari di butik Lumière Boutique dimulai seperti biasa. Selina sibuk mengatur koleksi pakaian terbaru yang akan dipajang, sementara Alana dan Aziel duduk di sudut ruangan dengan buku mewarnai mereka. Sejak butik ini dibuka, anak-anaknya sering ikut bersamanya karena ia belum mempercayakan mereka kepada pengasuh. Lagipula, ia suka melihat mereka bermain di dekatnya. “Mommy, aku mau mewarnai gaun yang seperti di etalase itu.” Alana menunjuk salah satu desain terbaru yang Selina buat. Selina tersenyum dan mengusap kepala putrinya. “Warna apa yang ingin kamu pakai?” “Pink dan emas!” Aziel menghela napas kecil. “Alana selalu memilih warna pink.” “Karena pink itu cantik, Aziel!” Selina terkekeh melihat pertengkaran kecil mereka. Namun, sebelum ia bisa menengahi, bel pintu butik berbunyi, menandakan ada pelanggan yang masuk. Seorang wanita dengan setelan formal mahal melangkah masuk dengan percaya diri. Wajahnya tampak berkelas, dengan rambut panjang bergelombang dan kacamata hita

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 5: Empat Tahun Kemudian

    Musim semi yang hangat menyelimuti kota kecil di mana Selina tinggal bersama kedua anaknya, Aziel dan Alana. Waktu berlalu begitu cepat. Empat tahun telah berlalu sejak malam di mana ia melahirkan mereka, dan kini, kehidupannya dipenuhi dengan tawa serta celoteh dua malaikat kecil itu. Selina berdiri di depan butik kecilnya, tersenyum melihat papan nama yang baru saja dipasang: “Lumière Boutique.” Butik ini adalah hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun. Ia mendesain pakaian wanita, khususnya gaun, dan perlahan bisnisnya mulai berkembang. “Mommy!” suara ceria terdengar dari belakangnya. Ia menoleh dan melihat Alana berlari ke arahnya dengan gaun kuning yang sedikit terlalu besar untuk tubuh mungilnya. Rambut hitam panjangnya yang bergelombang berkibar saat ia berlari. “Mommy, Aziel nakal! Dia tidak mau memberiku sisa es krimnya!” Tak lama kemudian, Aziel muncul dengan ekspresi tenang, tangannya masih memegang cangkir es krim yang tinggal sedikit. Mata hitamnya yang tajam menat

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 4: Kelahiran yang Mengubah Segalanya

    Angin musim dingin bertiup lembut melalui celah jendela rumah Bibi Anne. Selina duduk di atas tempat tidurnya, satu tangan mengelus perutnya yang semakin besar. Kehamilannya kini sudah memasuki bulan kesembilan, dan setiap hari, ia merasa semakin dekat dengan momen kelahiran yang akan mengubah hidupnya selamanya. Namun, meskipun ia telah mempersiapkan diri, ketakutan tetap menghantuinya. Bagaimana jika ia tidak bisa menjadi ibu yang baik? Bagaimana jika suatu hari Damien mengetahui tentang anak ini? Ia menghela napas panjang. Tidak, ia tidak boleh membiarkan pikirannya mengembara ke arah itu. Ia harus fokus pada bayi di dalam kandungannya—bayinya. Malam itu, ketika Selina sedang duduk di ruang tamu bersama Bibi Anne, tiba-tiba ia merasakan sakit yang tajam di perutnya. Ia meringis, tangannya mencengkeram sisi sofa. “Selina! Ada apa?!” Bibi Anne segera menghampirinya dengan wajah panik. Selina terengah-engah, wajahnya mulai pucat. “Bibi… aku rasa… aku akan melahirkan.” Tanpa memb

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 3: Pergi dari Kota Ini

    Selina duduk di tepi ranjang dengan tangan memegangi perutnya yang masih datar. Meski belum terlihat, ia tahu di dalam sana ada kehidupan yang sedang berkembang. Setiap kali ia berpikir tentang itu, rasa takut dan cemas menyelimutinya. Ia tidak bisa tinggal di sini. Ia harus pergi. Keputusan itu sudah ia pikirkan selama berhari-hari. Jika tetap berada di kota ini, cepat atau lambat Damien akan mengetahuinya. Dan Selina tidak ingin itu terjadi. Damien Alaric adalah pria yang tidak bisa diprediksi. Jika ia mengetahui tentang kehamilan ini, entah bagaimana reaksinya—apakah ia akan marah? Apakah ia akan menganggapnya sebagai wanita yang ingin menjeratnya? Selina tidak ingin mengambil risiko. Ia menghela napas panjang sebelum meraih ponselnya dan menelepon seseorang. “Halo, Bibi Anne?” Suara hangat seorang wanita di ujung telepon terdengar, “Selina, sayang! Sudah lama sekali. Ada apa?” Selina tersenyum kecil. “Bibi, aku ingin pergi dari kota ini untuk sementara. Apa aku bisa tingga

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 2: Dua Garis Merah

    BAB 2: Dua Garis Merah Dua minggu telah berlalu sejak malam itu, tetapi bayangan kejadian tersebut terus menghantui Selina. Setiap kali ia mencoba mengalihkan pikirannya, memusatkan perhatian pada pekerjaannya sebagai desainer, ingatan tentang Damien selalu kembali. Namun, ia bersikeras bahwa semuanya sudah berakhir. Itu hanya satu malam yang tidak berarti. Atau begitulah yang ia pikirkan. Pagi itu, Selina duduk di kamar mandinya, menatap sebuah benda kecil di tangannya dengan jantung berdebar kencang. Tes kehamilan. Tangannya sedikit gemetar saat ia menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia menutup mata sejenak sebelum akhirnya memberanikan diri untuk melihat hasilnya. Dua garis merah. Selina terpaku. Matanya membelalak, napasnya tercekat. Dunia seolah berhenti berputar. Tidak mungkin. Ia menggosok matanya, berpikir bahwa ia salah lihat. Tetapi tidak—dua garis itu tetap ada, begitu jelas dan nyata. Tubuhnya melemas. Ia hampir menjatuhkan alat tes itu. “Apa yang

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status