Accueil / Rumah Tangga / Bayi Kembar Sang CEO / BAB 1: Malam yang Mengubah Segalanya

Share

Bayi Kembar Sang CEO
Bayi Kembar Sang CEO
Auteur: Cludsydayss

BAB 1: Malam yang Mengubah Segalanya

Auteur: Cludsydayss
last update Dernière mise à jour: 2025-03-24 18:51:58

Musik berdentum di seluruh ruangan, berpadu dengan suara tawa dan obrolan tamu-tamu pesta. Cahaya lampu kristal berpendar lembut di langit-langit, menciptakan atmosfer mewah dan elegan di dalam ballroom hotel berbintang lima itu. Pesta perayaan ulang tahun seorang sosialita terkenal itu dipenuhi oleh orang-orang dari kalangan atas—pengusaha, selebriti, hingga pewaris keluarga kaya.

Di sudut ruangan, seorang wanita berambut panjang dengan gaun merah anggun tengah duduk sambil memainkan gelas sampanye di tangannya. Selina Arabelle tidak pernah menyangka dirinya akan datang ke pesta seperti ini, tetapi sahabatnya, Mia, berhasil membujuknya.

“Selina, ayolah, kau tidak bisa hanya duduk di sini sepanjang malam,” ujar Mia sambil menarik tangannya.

“Aku tidak nyaman, Mia,” Selina menghela napas, menatap sekeliling. “Ini bukan dunia yang biasa aku masuki.”

“Justru itu, sesekali kau harus keluar dari zona nyamanmu!” Mia tertawa kecil. “Kau terlalu sibuk bekerja. Malam ini, bersenang-senanglah.”

Selina mendesah, tetapi sebelum sempat menjawab, seseorang menarik perhatian mereka—seorang pria tinggi dengan setelan hitam sempurna melangkah masuk ke ruangan dengan aura yang begitu kuat. Seolah-olah dunia melambat untuk sesaat ketika semua mata beralih kepadanya.

Damien Alaric.

CEO muda yang terkenal dingin dan tak tersentuh. Wajahnya tampan dengan garis rahang tajam dan mata kelam yang penuh misteri. Pria itu tidak menunjukkan ekspresi apa pun saat berjalan melewati kerumunan, hanya sekadar mengangguk singkat kepada beberapa orang yang menyapanya.

Selina tidak pernah bertemu dengannya secara langsung, tetapi ia mengenali pria itu dari berbagai artikel bisnis yang pernah ia baca. Damien adalah sosok yang diidolakan banyak wanita—tidak hanya karena kekayaannya, tetapi juga karena pesona misteriusnya yang membuat orang ingin mengenalnya lebih dalam.

“Wow… dia benar-benar ada di level yang berbeda,” gumam Mia dengan tatapan berbinar.

Selina hanya mengangguk kecil, lalu kembali menyesap sampanye di tangannya, tidak ingin terlalu memperhatikan pria itu. Namun, entah bagaimana, takdir berkata lain.

Beberapa jam kemudian…

Pesta semakin meriah, dan Selina tidak menyadari berapa banyak minuman yang sudah ia habiskan. Kepalanya mulai terasa ringan, dan semuanya terasa lebih menyenangkan dari biasanya.

“Sepertinya aku harus pulang…” katanya pada dirinya sendiri, tetapi ketika ia berusaha berdiri, tubuhnya sedikit oleng.

Tiba-tiba, sebuah tangan kuat menangkap lengannya, mencegahnya jatuh.

“Hati-hati.”

Suara itu dalam dan berwibawa. Selina mendongak dan menemukan sepasang mata gelap yang menatapnya dengan intens. Damien Alaric berdiri di depannya, ekspresinya tetap tenang.

“Oh…” Selina berkedip beberapa kali, berusaha fokus. “Maaf… aku tidak sengaja…”

Damien tidak langsung menjawab. Ia hanya memperhatikan wanita di depannya dengan sorot mata yang sulit ditebak. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya—sesuatu yang berbeda dari kebanyakan wanita yang pernah ia temui.

“Kau mabuk,” katanya akhirnya.

Selina tertawa pelan. “Mungkin sedikit.”

Alih-alih melepaskannya, Damien malah tetap menggenggam lengannya. “Kau datang sendiri?”

Selina menggeleng. “Dengan teman… tapi dia sibuk entah di mana sekarang.”

Damien mengamati sekeliling, lalu kembali menatap Selina. “Aku akan mengantarmu.”

Selina seharusnya menolak. Ia bahkan tidak mengenal pria ini. Namun, dalam kondisinya yang sedikit mabuk, pikirannya terasa lambat. Ditambah dengan tatapan Damien yang begitu menusuk, Selina akhirnya mengangguk tanpa berpikir panjang.

Malam itu, ia tidak tahu bahwa keputusannya akan mengubah hidupnya selamanya.

Pintu kamar hotel tertutup dengan suara pelan. Selina tidak sepenuhnya sadar bagaimana ia bisa sampai di sini, tetapi satu hal yang pasti—ia tidak sendiri.

Damien berdiri di hadapannya, menatapnya dengan mata yang lebih gelap dari sebelumnya.

“Seharusnya aku pergi…” Selina berbisik, tetapi ia tidak bergerak.

Damien juga tidak mengatakan apa-apa. Namun, gerakan tangannya yang perlahan menyentuh pipi Selina, jemarinya yang mengusap lembut kulitnya, berbicara lebih banyak daripada kata-kata.

Malam itu, tidak ada yang memikirkan konsekuensi. Tidak ada yang memikirkan masa depan. Hanya ada mereka, di dalam ruangan itu, larut dalam momen yang akan mengubah hidup mereka untuk selamanya.

Selina terbangun dengan kepala yang berat. Cahaya matahari pagi menembus tirai, membuatnya menyipitkan mata saat berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.

Tunggu… di mana ini?

Ia mengerjapkan mata beberapa kali sebelum menyadari sesuatu yang membuat jantungnya berdebar kencang. Kamar ini bukan kamarnya. Seprai putih lembut yang membungkus tubuhnya bukan miliknya. Dan yang lebih mengejutkan lagi—ia tidak mengenakan apa pun di balik selimut.

Rasa panik langsung menjalar di seluruh tubuhnya. Ia perlahan menoleh ke samping dan melihat seorang pria tengah tertidur di sebelahnya.

Damien Alaric.

Selina langsung menahan napas, matanya membelalak saat menyadari siapa pria yang ada di sampingnya. Tidak mungkin… Ini tidak mungkin terjadi!

Meskipun ingatannya masih samar, ia cukup sadar bahwa sesuatu telah terjadi di antara mereka semalam.

Ya Tuhan… aku melakukan ini dengan seorang CEO?

Tangannya gemetar saat ia buru-buru menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Ia tidak bisa mengingat detailnya dengan jelas, tetapi ia tahu bahwa ia bukan tipe wanita yang melakukan hal seperti ini. Namun, alkohol, suasana, dan tatapan Damien yang begitu intens semalam… semua bercampur menjadi kekacauan yang membawanya ke titik ini.

Ia harus pergi.

Dengan gerakan hati-hati, Selina menyelinap turun dari tempat tidur, berusaha mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di lantai. Setiap detiknya terasa seperti bom waktu, seolah-olah Damien bisa terbangun kapan saja.

Setelah mengenakan kembali gaunnya, ia melangkah ke pintu dengan napas tertahan. Tangannya sudah menggenggam gagang pintu ketika suara berat itu menghentikannya.

“Kau mau ke mana?”

Suara Damien begitu dalam dan serak, membuat Selina membeku di tempatnya. Perlahan, ia menoleh dan melihat pria itu menatapnya dengan mata setengah terbuka.

“E-Err… aku harus pergi,” jawabnya dengan gugup.

Damien mengusap wajahnya, lalu bangkit dan bersandar di kepala tempat tidur. Selimut yang turun sedikit memperlihatkan dadanya yang bidang, membuat Selina buru-buru mengalihkan pandangan.

“Tanpa mengatakan apa pun?” tanyanya, matanya masih menatap Selina dengan tajam.

Selina menggigit bibirnya. Ia tidak tahu harus menjawab apa.

“Aku… aku tidak berpikir ini akan terjadi,” katanya akhirnya. “Aku mabuk, dan… dan ini kesalahan.”

Ada kilatan emosi di mata Damien, tetapi sulit untuk ditebak. Ia tidak tampak marah, tetapi juga tidak senang dengan jawaban Selina.

“Kesalahan?” ulangnya pelan, seolah mencernanya.

Selina mengangguk. “Ya… aku tidak seperti ini biasanya.”

Damien tidak langsung merespons. Ia hanya menatapnya dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak. Lalu, setelah beberapa detik hening, ia berbicara, “Kalau begitu, pergilah.”

Kata-katanya begitu datar, tetapi justru itulah yang membuat Selina merasa semakin tidak nyaman.

Tanpa berkata apa-apa lagi, ia membuka pintu dan pergi.

Saat Selina keluar dari hotel, angin pagi yang sejuk menyentuh wajahnya, tetapi itu tidak cukup untuk menenangkan gejolak di dalam dadanya.

Apa yang baru saja terjadi? Bagaimana bisa ia melakukan ini?

Tangannya mengepal erat saat ia berjalan cepat, seolah ingin lari dari kenyataan. Ia ingin melupakan semua ini. Menguburnya jauh di dalam pikirannya dan berpura-pura bahwa malam itu tidak pernah terjadi.

Karena ia tahu, tidak akan pernah ada cerita antara dirinya dan Damien Alaric. Mereka berasal dari dunia yang berbeda. Ia hanyalah wanita biasa, sedangkan pria itu… pria itu adalah seseorang yang bahkan tidak seharusnya ia dekati.

Selina menghela napas panjang.

Ya… ini hanya satu malam. Tidak ada artinya.

Atau… begitulah yang ia pikirkan saat itu.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Related chapter

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 2: Dua Garis Merah

    BAB 2: Dua Garis Merah Dua minggu telah berlalu sejak malam itu, tetapi bayangan kejadian tersebut terus menghantui Selina. Setiap kali ia mencoba mengalihkan pikirannya, memusatkan perhatian pada pekerjaannya sebagai desainer, ingatan tentang Damien selalu kembali. Namun, ia bersikeras bahwa semuanya sudah berakhir. Itu hanya satu malam yang tidak berarti. Atau begitulah yang ia pikirkan. Pagi itu, Selina duduk di kamar mandinya, menatap sebuah benda kecil di tangannya dengan jantung berdebar kencang. Tes kehamilan. Tangannya sedikit gemetar saat ia menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia menutup mata sejenak sebelum akhirnya memberanikan diri untuk melihat hasilnya. Dua garis merah. Selina terpaku. Matanya membelalak, napasnya tercekat. Dunia seolah berhenti berputar. Tidak mungkin. Ia menggosok matanya, berpikir bahwa ia salah lihat. Tetapi tidak—dua garis itu tetap ada, begitu jelas dan nyata. Tubuhnya melemas. Ia hampir menjatuhkan alat tes itu. “Apa yang

    Dernière mise à jour : 2025-03-24
  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 3: Pergi dari Kota Ini

    Selina duduk di tepi ranjang dengan tangan memegangi perutnya yang masih datar. Meski belum terlihat, ia tahu di dalam sana ada kehidupan yang sedang berkembang. Setiap kali ia berpikir tentang itu, rasa takut dan cemas menyelimutinya. Ia tidak bisa tinggal di sini. Ia harus pergi. Keputusan itu sudah ia pikirkan selama berhari-hari. Jika tetap berada di kota ini, cepat atau lambat Damien akan mengetahuinya. Dan Selina tidak ingin itu terjadi. Damien Alaric adalah pria yang tidak bisa diprediksi. Jika ia mengetahui tentang kehamilan ini, entah bagaimana reaksinya—apakah ia akan marah? Apakah ia akan menganggapnya sebagai wanita yang ingin menjeratnya? Selina tidak ingin mengambil risiko. Ia menghela napas panjang sebelum meraih ponselnya dan menelepon seseorang. “Halo, Bibi Anne?” Suara hangat seorang wanita di ujung telepon terdengar, “Selina, sayang! Sudah lama sekali. Ada apa?” Selina tersenyum kecil. “Bibi, aku ingin pergi dari kota ini untuk sementara. Apa aku bisa tingga

    Dernière mise à jour : 2025-03-24
  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 4: Kelahiran yang Mengubah Segalanya

    Angin musim dingin bertiup lembut melalui celah jendela rumah Bibi Anne. Selina duduk di atas tempat tidurnya, satu tangan mengelus perutnya yang semakin besar. Kehamilannya kini sudah memasuki bulan kesembilan, dan setiap hari, ia merasa semakin dekat dengan momen kelahiran yang akan mengubah hidupnya selamanya. Namun, meskipun ia telah mempersiapkan diri, ketakutan tetap menghantuinya. Bagaimana jika ia tidak bisa menjadi ibu yang baik? Bagaimana jika suatu hari Damien mengetahui tentang anak ini? Ia menghela napas panjang. Tidak, ia tidak boleh membiarkan pikirannya mengembara ke arah itu. Ia harus fokus pada bayi di dalam kandungannya—bayinya. Malam itu, ketika Selina sedang duduk di ruang tamu bersama Bibi Anne, tiba-tiba ia merasakan sakit yang tajam di perutnya. Ia meringis, tangannya mencengkeram sisi sofa. “Selina! Ada apa?!” Bibi Anne segera menghampirinya dengan wajah panik. Selina terengah-engah, wajahnya mulai pucat. “Bibi… aku rasa… aku akan melahirkan.” Tanpa memb

    Dernière mise à jour : 2025-03-24
  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 5: Empat Tahun Kemudian

    Musim semi yang hangat menyelimuti kota kecil di mana Selina tinggal bersama kedua anaknya, Aziel dan Alana. Waktu berlalu begitu cepat. Empat tahun telah berlalu sejak malam di mana ia melahirkan mereka, dan kini, kehidupannya dipenuhi dengan tawa serta celoteh dua malaikat kecil itu. Selina berdiri di depan butik kecilnya, tersenyum melihat papan nama yang baru saja dipasang: “Lumière Boutique.” Butik ini adalah hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun. Ia mendesain pakaian wanita, khususnya gaun, dan perlahan bisnisnya mulai berkembang. “Mommy!” suara ceria terdengar dari belakangnya. Ia menoleh dan melihat Alana berlari ke arahnya dengan gaun kuning yang sedikit terlalu besar untuk tubuh mungilnya. Rambut hitam panjangnya yang bergelombang berkibar saat ia berlari. “Mommy, Aziel nakal! Dia tidak mau memberiku sisa es krimnya!” Tak lama kemudian, Aziel muncul dengan ekspresi tenang, tangannya masih memegang cangkir es krim yang tinggal sedikit. Mata hitamnya yang tajam menat

    Dernière mise à jour : 2025-03-24
  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 6: Bayangan dari Masa Lalu

    Pagi hari di butik Lumière Boutique dimulai seperti biasa. Selina sibuk mengatur koleksi pakaian terbaru yang akan dipajang, sementara Alana dan Aziel duduk di sudut ruangan dengan buku mewarnai mereka. Sejak butik ini dibuka, anak-anaknya sering ikut bersamanya karena ia belum mempercayakan mereka kepada pengasuh. Lagipula, ia suka melihat mereka bermain di dekatnya. “Mommy, aku mau mewarnai gaun yang seperti di etalase itu.” Alana menunjuk salah satu desain terbaru yang Selina buat. Selina tersenyum dan mengusap kepala putrinya. “Warna apa yang ingin kamu pakai?” “Pink dan emas!” Aziel menghela napas kecil. “Alana selalu memilih warna pink.” “Karena pink itu cantik, Aziel!” Selina terkekeh melihat pertengkaran kecil mereka. Namun, sebelum ia bisa menengahi, bel pintu butik berbunyi, menandakan ada pelanggan yang masuk. Seorang wanita dengan setelan formal mahal melangkah masuk dengan percaya diri. Wajahnya tampak berkelas, dengan rambut panjang bergelombang dan kacamata hita

    Dernière mise à jour : 2025-03-24
  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 7: Takdir yang Tak Terhindarkan

    Hari itu terasa lebih panjang dari biasanya bagi Selina. Sejak pertemuannya dengan Lucas, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Jika Damien benar-benar sedang mencarinya, maka cepat atau lambat, mereka akan bertemu lagi. Namun, ia masih belum siap. Setelah menjemput Alana dan Aziel dari sekolah, Selina membawa mereka pulang. Saat itu, ia berusaha sebisa mungkin terlihat tenang agar anak-anaknya tidak menyadari kegelisahannya. “Mommy, kita mau makan apa malam ini?” tanya Alana sambil melepas sepatu. “Mommy akan masak pasta. Kalian mau?” Aziel yang biasanya kalem langsung mengangguk. “Aku mau pasta dengan keju banyak.” “Aku juga!” seru Alana antusias. Selina tersenyum melihat reaksi mereka. Meskipun pikirannya masih kacau, melihat anak-anaknya tetap bahagia memberinya sedikit ketenangan. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Baru saja ia masuk ke dapur untuk mulai memasak, ponselnya bergetar di atas meja. Nama yang muncul di layar membuatnya menegang. Bianca

    Dernière mise à jour : 2025-03-28
  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 8: Pria dari Masa Lalu

    Selina duduk dengan tenang di kursinya, meskipun hatinya jauh dari kata tenang. Damien menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak, seolah sedang menilai setiap gerak-geriknya. "Kau menghilang begitu saja selama empat tahun." Kata-kata Damien meluncur dengan tenang, tetapi ada ketegangan yang terselip di dalamnya. Selina mengatur napasnya sebelum menjawab, "Aku tidak menghilang, Damien. Aku hanya memilih hidup yang berbeda." Damien menyandarkan punggungnya ke kursi, menautkan jari-jarinya di atas meja. "Tanpa kabar? Tanpa penjelasan?" Selina tersenyum kecil, meskipun itu bukan senyuman bahagia. "Kau dan aku... kita bukan siapa-siapa satu sama lain saat itu." Damien menyipitkan matanya. "Kau yakin?" Selina terdiam. Ia tahu ke mana arah pembicaraan ini. Damien menatapnya lebih dalam. "Aku mencarimu, Selina." Jantungnya mencelos. "Aku tahu," gumamnya pelan. Damien mengangkat alisnya, menunggu penjelasan. Selina menarik napas panjang. "Itu sebabnya aku harus per

    Dernière mise à jour : 2025-03-28
  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 9: Bayangan di Balik Masa Lalu

    BAB 9: Bayangan yang Terus Menghantui Selina berjalan keluar dari restoran dengan langkah cepat, seolah ingin secepat mungkin menjauh dari bayangan Damien yang masih membekas di pikirannya. Udara malam menyentuh kulitnya, tetapi dinginnya tidak sebanding dengan rasa cemas yang merayapi hatinya. Ia mengeluarkan ponselnya, mengecek pesan dari pengasuh anak-anaknya. Mereka sudah tidur. Lega, tetapi tetap ada perasaan gelisah yang tidak bisa ia abaikan. Langkahnya terhenti sejenak di depan mobilnya. Pikirannya masih dipenuhi kata-kata Damien. "Aku tidak akan membiarkanmu lari lagi, Selina." Gemetar kecil merambati tangannya. Ia menarik napas dalam, berusaha menenangkan dirinya sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil. Tidak ada gunanya terus memikirkan pria itu. Ia harus fokus pada hidupnya sekarang. Namun, firasatnya mengatakan bahwa ini bukan akhir—ini baru permulaan. Di sisi lain kota, Damien duduk di ruang kantornya, menatap layar laptop dengan ekspresi tajam. Ia tidak langsung pul

    Dernière mise à jour : 2025-03-29

Latest chapter

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 10: Kebenaran yang Tak Bisa Disembunyikan

    Selina berdiri di depan butik dengan jantung berdebar kencang. Damien masih berdiri di tempatnya, tatapannya tak berubah sedikit pun. Ia terlihat santai, tetapi ada sesuatu di matanya yang membuat Selina tahu bahwa pria itu tidak main-main. “Kau tidak bisa terus menghindar, Selina.” Nada suara Damien tenang, tetapi mengandung ancaman halus yang membuat Selina semakin gelisah. Ia mengepalkan tangannya, mencoba menenangkan dirinya. “Aku tidak menghindar. Aku hanya tidak ingin bertemu denganmu.” Damien menyunggingkan senyum tipis. “Lucu. Kau dulu juga berkata begitu sebelum menghilang.” Selina merasakan dadanya semakin sesak. Ia menegakkan tubuhnya dan berkata dengan nada setenang mungkin, “Aku sibuk. Jika tidak ada urusan penting, aku harap kau pergi.” “Aku punya banyak urusan denganmu,” kata Damien, mengambil satu langkah maju. “Aku tidak akan pergi sampai aku mendapatkan jawabanku.” Selina menahan napas. Ia tahu, selama bertahun-tahun, Damien adalah orang yang tidak pernah mundur

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 9: Bayangan di Balik Masa Lalu

    BAB 9: Bayangan yang Terus Menghantui Selina berjalan keluar dari restoran dengan langkah cepat, seolah ingin secepat mungkin menjauh dari bayangan Damien yang masih membekas di pikirannya. Udara malam menyentuh kulitnya, tetapi dinginnya tidak sebanding dengan rasa cemas yang merayapi hatinya. Ia mengeluarkan ponselnya, mengecek pesan dari pengasuh anak-anaknya. Mereka sudah tidur. Lega, tetapi tetap ada perasaan gelisah yang tidak bisa ia abaikan. Langkahnya terhenti sejenak di depan mobilnya. Pikirannya masih dipenuhi kata-kata Damien. "Aku tidak akan membiarkanmu lari lagi, Selina." Gemetar kecil merambati tangannya. Ia menarik napas dalam, berusaha menenangkan dirinya sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil. Tidak ada gunanya terus memikirkan pria itu. Ia harus fokus pada hidupnya sekarang. Namun, firasatnya mengatakan bahwa ini bukan akhir—ini baru permulaan. Di sisi lain kota, Damien duduk di ruang kantornya, menatap layar laptop dengan ekspresi tajam. Ia tidak langsung pul

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 8: Pria dari Masa Lalu

    Selina duduk dengan tenang di kursinya, meskipun hatinya jauh dari kata tenang. Damien menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak, seolah sedang menilai setiap gerak-geriknya. "Kau menghilang begitu saja selama empat tahun." Kata-kata Damien meluncur dengan tenang, tetapi ada ketegangan yang terselip di dalamnya. Selina mengatur napasnya sebelum menjawab, "Aku tidak menghilang, Damien. Aku hanya memilih hidup yang berbeda." Damien menyandarkan punggungnya ke kursi, menautkan jari-jarinya di atas meja. "Tanpa kabar? Tanpa penjelasan?" Selina tersenyum kecil, meskipun itu bukan senyuman bahagia. "Kau dan aku... kita bukan siapa-siapa satu sama lain saat itu." Damien menyipitkan matanya. "Kau yakin?" Selina terdiam. Ia tahu ke mana arah pembicaraan ini. Damien menatapnya lebih dalam. "Aku mencarimu, Selina." Jantungnya mencelos. "Aku tahu," gumamnya pelan. Damien mengangkat alisnya, menunggu penjelasan. Selina menarik napas panjang. "Itu sebabnya aku harus per

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 7: Takdir yang Tak Terhindarkan

    Hari itu terasa lebih panjang dari biasanya bagi Selina. Sejak pertemuannya dengan Lucas, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Jika Damien benar-benar sedang mencarinya, maka cepat atau lambat, mereka akan bertemu lagi. Namun, ia masih belum siap. Setelah menjemput Alana dan Aziel dari sekolah, Selina membawa mereka pulang. Saat itu, ia berusaha sebisa mungkin terlihat tenang agar anak-anaknya tidak menyadari kegelisahannya. “Mommy, kita mau makan apa malam ini?” tanya Alana sambil melepas sepatu. “Mommy akan masak pasta. Kalian mau?” Aziel yang biasanya kalem langsung mengangguk. “Aku mau pasta dengan keju banyak.” “Aku juga!” seru Alana antusias. Selina tersenyum melihat reaksi mereka. Meskipun pikirannya masih kacau, melihat anak-anaknya tetap bahagia memberinya sedikit ketenangan. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Baru saja ia masuk ke dapur untuk mulai memasak, ponselnya bergetar di atas meja. Nama yang muncul di layar membuatnya menegang. Bianca

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 6: Bayangan dari Masa Lalu

    Pagi hari di butik Lumière Boutique dimulai seperti biasa. Selina sibuk mengatur koleksi pakaian terbaru yang akan dipajang, sementara Alana dan Aziel duduk di sudut ruangan dengan buku mewarnai mereka. Sejak butik ini dibuka, anak-anaknya sering ikut bersamanya karena ia belum mempercayakan mereka kepada pengasuh. Lagipula, ia suka melihat mereka bermain di dekatnya. “Mommy, aku mau mewarnai gaun yang seperti di etalase itu.” Alana menunjuk salah satu desain terbaru yang Selina buat. Selina tersenyum dan mengusap kepala putrinya. “Warna apa yang ingin kamu pakai?” “Pink dan emas!” Aziel menghela napas kecil. “Alana selalu memilih warna pink.” “Karena pink itu cantik, Aziel!” Selina terkekeh melihat pertengkaran kecil mereka. Namun, sebelum ia bisa menengahi, bel pintu butik berbunyi, menandakan ada pelanggan yang masuk. Seorang wanita dengan setelan formal mahal melangkah masuk dengan percaya diri. Wajahnya tampak berkelas, dengan rambut panjang bergelombang dan kacamata hita

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 5: Empat Tahun Kemudian

    Musim semi yang hangat menyelimuti kota kecil di mana Selina tinggal bersama kedua anaknya, Aziel dan Alana. Waktu berlalu begitu cepat. Empat tahun telah berlalu sejak malam di mana ia melahirkan mereka, dan kini, kehidupannya dipenuhi dengan tawa serta celoteh dua malaikat kecil itu. Selina berdiri di depan butik kecilnya, tersenyum melihat papan nama yang baru saja dipasang: “Lumière Boutique.” Butik ini adalah hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun. Ia mendesain pakaian wanita, khususnya gaun, dan perlahan bisnisnya mulai berkembang. “Mommy!” suara ceria terdengar dari belakangnya. Ia menoleh dan melihat Alana berlari ke arahnya dengan gaun kuning yang sedikit terlalu besar untuk tubuh mungilnya. Rambut hitam panjangnya yang bergelombang berkibar saat ia berlari. “Mommy, Aziel nakal! Dia tidak mau memberiku sisa es krimnya!” Tak lama kemudian, Aziel muncul dengan ekspresi tenang, tangannya masih memegang cangkir es krim yang tinggal sedikit. Mata hitamnya yang tajam menat

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 4: Kelahiran yang Mengubah Segalanya

    Angin musim dingin bertiup lembut melalui celah jendela rumah Bibi Anne. Selina duduk di atas tempat tidurnya, satu tangan mengelus perutnya yang semakin besar. Kehamilannya kini sudah memasuki bulan kesembilan, dan setiap hari, ia merasa semakin dekat dengan momen kelahiran yang akan mengubah hidupnya selamanya. Namun, meskipun ia telah mempersiapkan diri, ketakutan tetap menghantuinya. Bagaimana jika ia tidak bisa menjadi ibu yang baik? Bagaimana jika suatu hari Damien mengetahui tentang anak ini? Ia menghela napas panjang. Tidak, ia tidak boleh membiarkan pikirannya mengembara ke arah itu. Ia harus fokus pada bayi di dalam kandungannya—bayinya. Malam itu, ketika Selina sedang duduk di ruang tamu bersama Bibi Anne, tiba-tiba ia merasakan sakit yang tajam di perutnya. Ia meringis, tangannya mencengkeram sisi sofa. “Selina! Ada apa?!” Bibi Anne segera menghampirinya dengan wajah panik. Selina terengah-engah, wajahnya mulai pucat. “Bibi… aku rasa… aku akan melahirkan.” Tanpa memb

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 3: Pergi dari Kota Ini

    Selina duduk di tepi ranjang dengan tangan memegangi perutnya yang masih datar. Meski belum terlihat, ia tahu di dalam sana ada kehidupan yang sedang berkembang. Setiap kali ia berpikir tentang itu, rasa takut dan cemas menyelimutinya. Ia tidak bisa tinggal di sini. Ia harus pergi. Keputusan itu sudah ia pikirkan selama berhari-hari. Jika tetap berada di kota ini, cepat atau lambat Damien akan mengetahuinya. Dan Selina tidak ingin itu terjadi. Damien Alaric adalah pria yang tidak bisa diprediksi. Jika ia mengetahui tentang kehamilan ini, entah bagaimana reaksinya—apakah ia akan marah? Apakah ia akan menganggapnya sebagai wanita yang ingin menjeratnya? Selina tidak ingin mengambil risiko. Ia menghela napas panjang sebelum meraih ponselnya dan menelepon seseorang. “Halo, Bibi Anne?” Suara hangat seorang wanita di ujung telepon terdengar, “Selina, sayang! Sudah lama sekali. Ada apa?” Selina tersenyum kecil. “Bibi, aku ingin pergi dari kota ini untuk sementara. Apa aku bisa tingga

  • Bayi Kembar Sang CEO   BAB 2: Dua Garis Merah

    BAB 2: Dua Garis Merah Dua minggu telah berlalu sejak malam itu, tetapi bayangan kejadian tersebut terus menghantui Selina. Setiap kali ia mencoba mengalihkan pikirannya, memusatkan perhatian pada pekerjaannya sebagai desainer, ingatan tentang Damien selalu kembali. Namun, ia bersikeras bahwa semuanya sudah berakhir. Itu hanya satu malam yang tidak berarti. Atau begitulah yang ia pikirkan. Pagi itu, Selina duduk di kamar mandinya, menatap sebuah benda kecil di tangannya dengan jantung berdebar kencang. Tes kehamilan. Tangannya sedikit gemetar saat ia menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia menutup mata sejenak sebelum akhirnya memberanikan diri untuk melihat hasilnya. Dua garis merah. Selina terpaku. Matanya membelalak, napasnya tercekat. Dunia seolah berhenti berputar. Tidak mungkin. Ia menggosok matanya, berpikir bahwa ia salah lihat. Tetapi tidak—dua garis itu tetap ada, begitu jelas dan nyata. Tubuhnya melemas. Ia hampir menjatuhkan alat tes itu. “Apa yang

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status