"Sudah kubilang, ganti dengan makanan dari restoran yang dulu!" Ronald meluapkan kemarahannya yang tak berdasar kepada asistennya. Lantaran tidak bisa menahan diri lagi, asisten itu akhirnya berkata jujur."Pak Ronald, makanan yang dulu itu dimasak Bu Sheny. Dia sudah lama nggak mengirimkan makanan lagi."Ronald tiba-tiba terdiam. Kemudian, dia mengisyaratkan pada asistennya untuk keluar dari ruangan."Sheny, sampai kapan kamu mau buat onar begini?" gumamnya. Dia masih tidak mau percaya bahwa aku sudah meninggal. Dengan keras kepalanya, dia masih menganggap aku hanya berbuat onar.Dia menyuruh seseorang menghubungi ayahku untuk bertemu dengannya. Namun, ayahku menolak tanpa ragu sedikit pun."Kak Ronald, Kak Sheny nggak mungkin benar-benar meninggal, 'kan?" tanya Willianti dengan nada polos sambil menyandarkan tubuhnya ke pelukan Ronald dan berkedip manja. Tangan Ronald yang berada di bahunya tiba-tiba mengepal erat, membuat Willianti meringis kesakitan.Sambil berusaha terlihat tenang
Perubahan ini terlalu mendadak, sehingga tidak ada yang sempat menghentikan Ronald. Ronald melihat cincin yang tergeletak di samping kotak abuku. Dulu, dia mengatakan bahwa cincin itu adalah cincin murahan.Cincin yang lain ada di tangannya, tapi dia tak pernah memakainya karena merasa malu. Dia tertawa dan menangis secara bersamaan, lalu jatuh terduduk di lantai sambil terus bergumam, "Sheny, kamu benar-benar kejam. Kamu malah menggunakan kematian untuk menghukumku."....Penampilan Ronald di pemakamanku menjadi berita viral di internet. Dia menutup diri dari dunia dan menolak untuk bertemu dengan siapa pun.Aku melihatnya memunguti makanan dari tempat sampah, lalu memasukkannya ke mulut dengan tanpa sadar. Beberapa makanan itu masih ternodai oleh tanah dari pot bunga yang dipecahkannya, tetapi dia tidak peduli.Sambil makan, dia bergumam pelan, "Sheny, kenapa kamu belum pulang dan masak untukku?"Aku melayang di udara dan tidak tahu harus bagaimana bereaksi menanggapi pemandangan sep
"Ibu, memang aku yang bersalah sama Sheny. Jangan diteruskan lagi!" Ronald akhirnya tersadarkan oleh hati nuraninya dan berusaha menarik ibunya untuk pergi. Saat mereka tiba di rumah, Willianti telah memasang gaya seolah-olah dia adalah Nyonya di rumah itu.Semua barang-barang yang kutinggalkan telah dibuang olehnya sampai habis. Pakaian milik Willianti memenuhi lemari yang dulu menjadi milikku dan Ronald."Kak Ronald, aku sudah buang semua barang-barang milik wanita penghibur itu. Mulai sekarang, aku dan anak kita yang akan menemanimu," kata Willianti dengan nada puas.Namun, tiba-tiba Ronald menjadi sangat marah. Dia melangkah ke depan dan menamparnya dengan keras. "Apa hakmu menyentuh barang-barangnya?"Willanti dan ibu mertuaku terpaku di tempat. Tidak ada yang berani maju untuk menenangkan Ronald. Ronald lalu melempar semua barang milik Willianti di hadapannya, lalu menanyakan di mana dia telah membuang barang-barangku."Ronald, ingat, anak dalam kandungan Willianti adalah anakmu!
Ronald kembali kehilangan kendali. Dia menekan pedal gas hingga kandas untuk mencari ayahku. Ayahku yang tak bisa lagi menolaknya, akhirnya membawanya ke makamku. Kali ini, Ronald berlutut lebih cepat daripada ketika dia melamarku dengan air mata yang menggenang."Sheny, tunggulah aku. Setelah semua ini selesai, aku akan datang menemuimu!" katanya dengan penuh penyesalan.Ayahku hanya berdiri di samping sambil mengipasi dirinya dengan kipas tangan. Dia memandang Ronald yang mempermalukan dirinya sendiri dengan tatapan dingin.Tak lama kemudian, Ronald akhirnya mengetahui kebenarannya. Aku melihatnya tertawa dan menangis, hingga akhirnya dia membenturkan kepalanya ke tanah untuk meminta maaf padaku.Cinta yang datang terlambat, bahkan lebih tidak berharga daripada rumput liar."Bu, siapkan lamaran. Aku setuju untuk menikah," katanya dengan nada tegas sambil memegang erat ponselnya. Tak lama kemudian, Willianti menelepon dengan suara yang tersipu."Kak Ronald, ternyata kamu memang masih
Ketika Ronald kembali, aku sedang membelai perutku yang mulai membesar. Di dalam sana ada anak kami. Sebenarnya, aku sedang bersiap-siap untuk memberitahunya kabar bahagia ini. Tak disangka, kebetulan sekali dia tiba-tiba pulang. Ini adalah pertama kalinya kami begitu kompak setelah 10 tahun pernikahan kami."Sayang, aku hamil!" Aku tersenyum bahagia, membayangkan dia akan menggendong dan memutar-mutarku seperti di drama-drama. Namun, bayangan itu tak terjadi. Dia memijat pelipisnya dengan ekspresi lelah."Sheny, Willianti butuh sumsum tulangmu." Dari nada bicaranya yang letih, aku bisa menebak siapa itu Willianti. Dia adalah wanita yang selalu dicintai Ronald, tetapi tidak pernah bisa dimilikinya. Willianti, wanita yang meninggalkannya untuk pria kaya ketika Ronald masih miskin, kini telah kembali.Dulu, ketika Ronald masih memulai usahanya dan sangat membutuhkan modal, aku bekerja sebagai wanita penghibur. Aku menemani para tamu hingga larut malam, bahkan sampai mengalami pendarahan
Aku tiba-tiba merasa takut. Mungkin Ronald memang tidak pernah mencintaiku. Suaranya yang serak menyiratkan kelembutan yang tidak pernah kudengar sebelumnya. "Jangan bicara aneh-aneh. Aku suamimu, mana mungkin aku nggak mencintaimu?"Indah sekali. Aku membawa harapan kecil ini dan tenggelam dalam mimpi yang dalam ........Operasinya berjalan lancar dan Willianti akhirnya selamat. Namun, aku telah berubah menjadi roh yang kesepian dan bahkan tidak sanggup menyelamatkan anakku. Bayiku bahkan belum terbentuk sepenuhnya. Dia hanya sebuah embrio kecil tak bernyawa yang meninggalkanku sendirian sebagai hantu di dunia ini.Mungkin keberuntunganku telah habis sejak aku bertemu dengan Ronald. Karena itulah, aku mati di atas meja operasi dengan membawa serta bayi yang tak sempat melihat dunia ini!Benar, di dalam perutku memang ada seorang bayi! Aku benci sekali dengan mereka ... orang-orang kejam yang membunuh anakku dan para dokter tak berperasaan yang menyembunyikan kebenaran!Ronald mencium
Ronald, kamu menganggap semua ini bawa sial ya? Itu istri dan anakmu sendiri!Aku hanya bisa menyaksikan dengan penuh penyesalan. Ingin sekali rasanya aku meraih kerah bajunya untuk bertanya, tetapi aku hanya bisa menjadi penonton yang malang.Dokter mencegatnya dan memintanya untuk membayar biaya kremasi, tapi ibu mertuaku langsung marah. "Lihatlah rumah sakit nggak bermoral ini! Kalian malah mungut biaya sembarangan sama kami. Ini jelas-jelas pemerasan!"Ronald mengerutkan keningnya dengan samar-samar, tapi aku sangat mengenal setiap ekspresinya. Ini adalah tanda bahwa dia merasa jijik. Tak kusangka, ternyata dia juga bisa merasa jijik pada ibunya sendiri.Sekarang ini, uang bukan lagi masalah bagi Ronald. Dia hanya ingin menyelesaikan semuanya secepatnya. Oleh karena itu, dia hanya mengeluarkan beberapa lembar uang kertas tanpa memedulikan siapa yang dibayarnya."Pak Ronald, mengenai Bu Sheny ...."Sesuai dugaan, Ronald lagi-lagi memotong perkataan dokter, "Aku nggak punya kesabaran
Aku melayang di udara, melihat jelas semua keburukan Ronald dengan perasaan pahit yang menggenang di dadaku. Ronald, ponsel yang dulu selalu siaga untukmu kini tak akan pernah lagi ada yang menjawabnya.....Ronald sibuk dengan acara bisnisnya dan sudah beberapa hari berturut-turut menolak ajakan makan malam dari Willianti. Dalam acara bisnis itu, semua yang hadir adalah orang yang pintar mengorek informasi tanpa menanyakan secara terus terang."Sudah hampir jam 10 malam, kenapa belum ada telepon dari istrimu?" tanya seseorang sambil bercanda dengan Ronald. Teman-teman bisnisnya tahu bahwa Ronald memiliki istri galak yang selalu menelepon untuk mengecek keberadaannya setiap jam 9 malam.Mendengar hal itu, aku hanya bisa tertawa getir. Dengan sifatku yang seperti itu, tidak heran jika Ronald tidak menyukaiku. Namun, kenapa harus anakku yang menjadi korban?Gerakan tangan Ronald yang memegang gelas wine terhenti. Mungkin dia juga teringat masa-masa ketika aku selalu mengeceknya. Namun un