Mendengar ibu mertuaku menghina ayahku, kemarahan membuncah di dadaku. Ronald masih tetap diam, tetap dia membiarkan ibunya menekan tombol telepon.Nada dering yang tidak asing pun terdengar. Itu adalah rekaman dari ulang tahunku yang ke-18. Tak kusangka ayahku menggunakan rekaman itu sebagai nada deringnya. Ironisnya, aku telah memutuskan hubungan dengan ayahku demi Ronald. Selama bertahun-tahun, aku tidak pernah meneleponnya sekali pun."Kalau kamu mau putrimu hidup dengan baik, segera kirim uangnya," kata ibu mertuaku.....Kasih sayang orang tua memang paling mulia di dunia ini. Ayahku segera mentransfer uangnya dalam sekejap. Hanya ada satu pesan yang menyertai bukti transfer itu.[ Cintailah dia lebih banyak lagi. ]Aku tidak bisa lagi menahan tangisku dan meraung sejadi-jadinya. Selama sepuluh tahun ini, aku telah mengecewakan orang tuaku.Mungkin Ronald tersadar oleh hati nuraninya. Setelah berpikir lama, dia mengirimkan pesan suara padaku. Dengan suara rendah dan nada memerint
Mungkin aku salah melihat. Mana mungkin Ronald merasa bahagia karena aku?"Kak Ronald, sebaiknya aku pergi saja. Jangan sampai Kak Sheny salah paham melihat kita," kata Willianti. Melihat Ronald tidak merespons, dia kembali memberikan tekanan pada Ronald.Mata Ronald bergerak sedikit, lalu dia merangkul Willianti dengan lebih erat dan mencium keningnya dengan lembut."Tenang saja, dia nggak akan berani ngelakuin apa pun."Melihat ekspresi percaya diri Ronald membuatku geram. Tiba-tiba, terdengar suara pintu terbuka dan aku pun terpaku.Rumah ini dibeli oleh ayahku pada tahun pertama pernikahan kami. Dia takut aku dipandang rendah oleh keluarga mertuaku, jadi dia menghabiskan sebagian besar tabungannya untuk membelikan kami rumah ini. Selain aku dan Ronald, hanya ayahku yang punya kunci rumah.Sekarang aku sudah tiada, jadi satu-satunya yang mungkin datang adalah ayahku!Aku mencoba untuk mendorong Ronald, tapi tentu saja usahaku itu sia-sia. Aku tidak peduli bagaimana dia memperlakukan
"Sudah kubilang, ganti dengan makanan dari restoran yang dulu!" Ronald meluapkan kemarahannya yang tak berdasar kepada asistennya. Lantaran tidak bisa menahan diri lagi, asisten itu akhirnya berkata jujur."Pak Ronald, makanan yang dulu itu dimasak Bu Sheny. Dia sudah lama nggak mengirimkan makanan lagi."Ronald tiba-tiba terdiam. Kemudian, dia mengisyaratkan pada asistennya untuk keluar dari ruangan."Sheny, sampai kapan kamu mau buat onar begini?" gumamnya. Dia masih tidak mau percaya bahwa aku sudah meninggal. Dengan keras kepalanya, dia masih menganggap aku hanya berbuat onar.Dia menyuruh seseorang menghubungi ayahku untuk bertemu dengannya. Namun, ayahku menolak tanpa ragu sedikit pun."Kak Ronald, Kak Sheny nggak mungkin benar-benar meninggal, 'kan?" tanya Willianti dengan nada polos sambil menyandarkan tubuhnya ke pelukan Ronald dan berkedip manja. Tangan Ronald yang berada di bahunya tiba-tiba mengepal erat, membuat Willianti meringis kesakitan.Sambil berusaha terlihat tenang
Perubahan ini terlalu mendadak, sehingga tidak ada yang sempat menghentikan Ronald. Ronald melihat cincin yang tergeletak di samping kotak abuku. Dulu, dia mengatakan bahwa cincin itu adalah cincin murahan.Cincin yang lain ada di tangannya, tapi dia tak pernah memakainya karena merasa malu. Dia tertawa dan menangis secara bersamaan, lalu jatuh terduduk di lantai sambil terus bergumam, "Sheny, kamu benar-benar kejam. Kamu malah menggunakan kematian untuk menghukumku."....Penampilan Ronald di pemakamanku menjadi berita viral di internet. Dia menutup diri dari dunia dan menolak untuk bertemu dengan siapa pun.Aku melihatnya memunguti makanan dari tempat sampah, lalu memasukkannya ke mulut dengan tanpa sadar. Beberapa makanan itu masih ternodai oleh tanah dari pot bunga yang dipecahkannya, tetapi dia tidak peduli.Sambil makan, dia bergumam pelan, "Sheny, kenapa kamu belum pulang dan masak untukku?"Aku melayang di udara dan tidak tahu harus bagaimana bereaksi menanggapi pemandangan sep
"Ibu, memang aku yang bersalah sama Sheny. Jangan diteruskan lagi!" Ronald akhirnya tersadarkan oleh hati nuraninya dan berusaha menarik ibunya untuk pergi. Saat mereka tiba di rumah, Willianti telah memasang gaya seolah-olah dia adalah Nyonya di rumah itu.Semua barang-barang yang kutinggalkan telah dibuang olehnya sampai habis. Pakaian milik Willianti memenuhi lemari yang dulu menjadi milikku dan Ronald."Kak Ronald, aku sudah buang semua barang-barang milik wanita penghibur itu. Mulai sekarang, aku dan anak kita yang akan menemanimu," kata Willianti dengan nada puas.Namun, tiba-tiba Ronald menjadi sangat marah. Dia melangkah ke depan dan menamparnya dengan keras. "Apa hakmu menyentuh barang-barangnya?"Willanti dan ibu mertuaku terpaku di tempat. Tidak ada yang berani maju untuk menenangkan Ronald. Ronald lalu melempar semua barang milik Willianti di hadapannya, lalu menanyakan di mana dia telah membuang barang-barangku."Ronald, ingat, anak dalam kandungan Willianti adalah anakmu!
Ronald kembali kehilangan kendali. Dia menekan pedal gas hingga kandas untuk mencari ayahku. Ayahku yang tak bisa lagi menolaknya, akhirnya membawanya ke makamku. Kali ini, Ronald berlutut lebih cepat daripada ketika dia melamarku dengan air mata yang menggenang."Sheny, tunggulah aku. Setelah semua ini selesai, aku akan datang menemuimu!" katanya dengan penuh penyesalan.Ayahku hanya berdiri di samping sambil mengipasi dirinya dengan kipas tangan. Dia memandang Ronald yang mempermalukan dirinya sendiri dengan tatapan dingin.Tak lama kemudian, Ronald akhirnya mengetahui kebenarannya. Aku melihatnya tertawa dan menangis, hingga akhirnya dia membenturkan kepalanya ke tanah untuk meminta maaf padaku.Cinta yang datang terlambat, bahkan lebih tidak berharga daripada rumput liar."Bu, siapkan lamaran. Aku setuju untuk menikah," katanya dengan nada tegas sambil memegang erat ponselnya. Tak lama kemudian, Willianti menelepon dengan suara yang tersipu."Kak Ronald, ternyata kamu memang masih
Ketika Ronald kembali, aku sedang membelai perutku yang mulai membesar. Di dalam sana ada anak kami. Sebenarnya, aku sedang bersiap-siap untuk memberitahunya kabar bahagia ini. Tak disangka, kebetulan sekali dia tiba-tiba pulang. Ini adalah pertama kalinya kami begitu kompak setelah 10 tahun pernikahan kami."Sayang, aku hamil!" Aku tersenyum bahagia, membayangkan dia akan menggendong dan memutar-mutarku seperti di drama-drama. Namun, bayangan itu tak terjadi. Dia memijat pelipisnya dengan ekspresi lelah."Sheny, Willianti butuh sumsum tulangmu." Dari nada bicaranya yang letih, aku bisa menebak siapa itu Willianti. Dia adalah wanita yang selalu dicintai Ronald, tetapi tidak pernah bisa dimilikinya. Willianti, wanita yang meninggalkannya untuk pria kaya ketika Ronald masih miskin, kini telah kembali.Dulu, ketika Ronald masih memulai usahanya dan sangat membutuhkan modal, aku bekerja sebagai wanita penghibur. Aku menemani para tamu hingga larut malam, bahkan sampai mengalami pendarahan
Aku tiba-tiba merasa takut. Mungkin Ronald memang tidak pernah mencintaiku. Suaranya yang serak menyiratkan kelembutan yang tidak pernah kudengar sebelumnya. "Jangan bicara aneh-aneh. Aku suamimu, mana mungkin aku nggak mencintaimu?"Indah sekali. Aku membawa harapan kecil ini dan tenggelam dalam mimpi yang dalam ........Operasinya berjalan lancar dan Willianti akhirnya selamat. Namun, aku telah berubah menjadi roh yang kesepian dan bahkan tidak sanggup menyelamatkan anakku. Bayiku bahkan belum terbentuk sepenuhnya. Dia hanya sebuah embrio kecil tak bernyawa yang meninggalkanku sendirian sebagai hantu di dunia ini.Mungkin keberuntunganku telah habis sejak aku bertemu dengan Ronald. Karena itulah, aku mati di atas meja operasi dengan membawa serta bayi yang tak sempat melihat dunia ini!Benar, di dalam perutku memang ada seorang bayi! Aku benci sekali dengan mereka ... orang-orang kejam yang membunuh anakku dan para dokter tak berperasaan yang menyembunyikan kebenaran!Ronald mencium