Share

Bab 2

Aku tiba-tiba merasa takut. Mungkin Ronald memang tidak pernah mencintaiku. Suaranya yang serak menyiratkan kelembutan yang tidak pernah kudengar sebelumnya. "Jangan bicara aneh-aneh. Aku suamimu, mana mungkin aku nggak mencintaimu?"

Indah sekali. Aku membawa harapan kecil ini dan tenggelam dalam mimpi yang dalam ....

....

Operasinya berjalan lancar dan Willianti akhirnya selamat. Namun, aku telah berubah menjadi roh yang kesepian dan bahkan tidak sanggup menyelamatkan anakku. Bayiku bahkan belum terbentuk sepenuhnya. Dia hanya sebuah embrio kecil tak bernyawa yang meninggalkanku sendirian sebagai hantu di dunia ini.

Mungkin keberuntunganku telah habis sejak aku bertemu dengan Ronald. Karena itulah, aku mati di atas meja operasi dengan membawa serta bayi yang tak sempat melihat dunia ini!

Benar, di dalam perutku memang ada seorang bayi! Aku benci sekali dengan mereka ... orang-orang kejam yang membunuh anakku dan para dokter tak berperasaan yang menyembunyikan kebenaran!

Ronald mencium kening Willianti, seolah-olah melupakan janjinya sebelum operasi untuk mencintaiku. Jantungku terasa sakit, bukankah aku sudah mati? Kenapa aku masih bisa merasakan kepedihan ini?

Ibu mertuaku datang dengan terburu-buru. Dia bersandar di ambang pintu sambil terengah-engah dan terus-menerus menyeka keringat dengan saputangannya. Ironisnya, dia bahkan tidak datang ke pernikahanku dan Ronald.

Dia bilang dirinya sudah terlalu tua dan tidak kuat untuk menghadiri acara besar. Ternyata, itu semua hanya kebohongan.

"Willianti ini anak baik, nggak kayak wanita penghibur itu. Untung saja Tuhan melindunginya!"

Padahal, ibu mertuaku tahu jelas mengapa aku menjadi wanita penghibur ....

Seorang perawat memandang keluarga ini dengan ekspresi rumit, lalu memberi isyarat kepada dokter untuk memberikan penjelasan. Aku hanya menyadari bahwa dokter ini bukan orang yang menangani operasiku. Sebelum aku sempat berpikir lebih jauh, dokter mulai berbicara.

"Pak Ronald, Bu Sheny sudah ...."

Sebelum dokter sempat menyelesaikan kalimatnya, Ronald telah memotongnya dengan nada tak sabar. "Berapa banyak yang kamu mau? Bilang saja!"

Ibu mertuaku melambaikan tangannya dengan tak acuh. "Ngapain bawa-bawa nama perempuan itu sekarang? Kamu ini nggak peka sama sekali, ya!"

Dokter mungkin teringat bahwa sebelum meninggal, aku terus-menerus menyebut nama Ronald. Karena itulah, dia tidak bisa menahan diri untuk mengingatkan Ronald. "Sebelum meninggal, Bu Sheny ingin sekali bertemu denganmu."

Ronald mengerutkan keningnya dengan jengkel. "Suruh dia nggak usah terusin sandiwara murahan itu. Apa pun yang dia mau, akan kubelikan semuanya!"

"Ronald, Kak Sheny meninggal karena aku ya? Semua ini salahku, biar aku saja yang mati!" Willianti menangis tersedu-sedu di pelukan Ronald. Air matanya terus mengalir hingga menarik perhatian semua orang ke arahnya.

Ronald yang merasa kasihan, segera membujuknya dengan lembut.

"Kasih tahu Sheny, kalau dia masih pura-pura mati, nggak usah kembali lagi sekalian! Berlebihan banget, sih? Padahal cuma donor sumsum tulang!"

Berlebihan? Ternyata, pengorbananku sampai mempertaruhkan nyawa demi melindungi cinta pertamanya dianggap berlebihan.

Aku tiba-tiba merasa seperti tidak mengenal pria di hadapanku ini lagi. Ronald, bukankah dulu kamu bilang, kamu akan mencintaiku asalkan aku memberikan sumsum tulang itu? Kenapa sekarang setelah anakku kehilangan nyawa, kamu justru bermesraan sama wanita lain?

....

Pada hari Willianti keluar dari rumah sakit, ibu mertuaku memasakkan sup ayam untuknya. Aromanya yang harum, menguar sampai ke hidungku.

Selama bertahun-tahun menikah dengan Ronald, aku bahkan belum pernah mencicipi masakan ibu mertuaku. Ronald selalu memintaku untuk berbesar hati dan menyuruhku untuk memahami betapa sulitnya ibunya membesarkan dia sendirian.

Namun pada akhirnya, yang kudapatkan hanyalah kematian!

Saat dokter mendorong tubuhku untuk dibawa ke kremasi, Ronald mengerutkan keningnya sambil memeluk Willianti dengan erat. "Willianti baru keluar dari rumah sakit, dia nggak boleh lihat hal-hal sial begini. Cepat bawa pergi!"
Comments (1)
goodnovel comment avatar
IdaTaba
masih mbacanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status