Share

Bab 4

Penulis: Russel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Aku benar-benar harus berterima kasih padamu!" ujar Afkar dengan serius setelah berada di luar kamar pasien.

"Nggak masalah, sekarang kamu sudah milikku," balas Felicia dengan datar.

"Hm ...." Ekspresi Afkar terlihat agak aneh. Kecantikan Felicia bisa dibilang sangat luar biasa. Mendengar wanita secantik dan sekaya Felicia mengklaim dirinya, Afkar merasa sangat ... aneh.

Detik berikutnya, Felicia sepertinya menyadari bahwa ucapannya ini sangat ambigu. Oleh karena itu, dia langsung mengalihkan pembicaraan, "Oh ya, kamu bisa ilmu kedokteran? Putrimu menderita leukimia?"

Sebelumnya, Felicia mendengar dengan jelas dari luar ruangan bahwa putri Afkar sepertinya sudah kehilangan tanda-tanda kehidupan. Namun, tiba-tiba saja dia bisa diselamatkan dan sekarang kondisinya terlihat sangat baik! Ini benar-benar sesuatu yang luar biasa

Felicia tiba-tiba mendapat ide.

"Sedikit," jawab Afkar dengan ragu-ragu sebelum mengangguk.

"Kalau begitu, urus dulu putrimu, lalu ikut aku. Aku butuh bantuanmu untuk suatu hal!" Mata Felicia berbinar dengan antusiasme.

Setelah itu, Afkar kembali ke ruang perawatan. Setelah membujuk Shafa hingga tertidur, Afkar baru meninggalkan ruangan dengan hati-hati. Dengan adanya koneksi dari Felicia, Randa sendiri yang turun tangan untuk memanggil seorang ahli dari rumah sakit lain untuk memberikan perawatan khusus kepada Shafa.

Sampai sekarang, Afkar masih belum memahami penggunaan energi naga sepenuhnya dan masih meraba-raba tentang Kitab Kaisar Naga yang ada di benaknya. Tadinya Shafa memang terus meminta untuk pulang, tetapi Afkar sangat paham bahwa membiarkan Shafa tinggal di rumah sakit untuk menerima perawatan profesional adalah pilihan terbaik untuk saat ini.

Setengah jam kemudian, Afkar mengikuti Felicia ke sebuah rumah sakit swasta. Dibandingkan dengan rumah sakit umum, fasilitas medis di sini jauh lebih baik dan peralatannya lebih canggih. Tentu saja, biayanya juga jauh di luar jangkauan orang biasa. Hanya orang-orang yang kaya atau berpengaruh yang bisa mendapatkan perawatan di sini.

"Pak Sutopo adalah mitra bisnis penting yang sedang kudekati! Putranya juga menderita leukemia. Kalau kamu bisa menyembuhkan anaknya, atau setidaknya membuatnya merasa lebih baikan, itu akan sangat membantuku! Mengerti?" kata Felicia dengan ekspresi serius saat mereka berdiri di depan pintu salah satu kamar perawatan VIP.

"Akan kuusahakan yang terbaik," jawab Afkar dengan tenang tanpa memberikan janji pasti.

Felicia tidak berkomentar lebih lanjut. Dia mengetuk pintu kamar perawatan dan kemudian masuk bersama Afkar dan sopirnya.

Felicia adalah keturunan generasi ketiga dari Keluarga Safira. Dia memiliki kemampuan yang luar biasa dan bakat bisnis yang mencolok. Meski memiliki paras yang cantik, Felicia justru tidak suka menggunakan hal itu sebagai alat untuk pamer. Namun sebagai seorang wanita, dia tidak pernah mendapatkan perhatian di kalangan Keluarga Safira.

Yang paling tidak bisa diterima oleh Felicia adalah ketika putra Keluarga Sanjaya dari ibu kota provinsi, Noah Sanjaya, menaruh hati padanya dan mengajukan lamaran ke Keluarga Safira. Selain adik kandungnya, seluruh anggota Keluarga Safira mendukung pernikahan tersebut.

Bukan hanya karena Keluarga Safira tidak ingin menyinggung Keluarga Sanjaya, tetapi juga karena pernikahan ini akan mempererat hubungan mereka dengan Keluarga Sanjaya.

Bahkan orang tua Felicia juga tidak terkecuali. Mereka berharap putrinya bisa menikah dengan Keluarga Sanjaya. Felicia yang berjuang keras melawan keinginan keluarganya, akhirnya berhasil mendapatkan sebuah kesempatan untuk dirinya sendiri.

Jika dia bisa meningkatkan keuntungan perusahaan farmasi Keluarga Safira hingga sepuluh kali lipat dalam dua tahun, keluarganya berjanji tidak akan memaksanya menikah dengan Noah.

Namun, tugas ini bisa dibilang mustahil. Semua anggota keluarganya tidak akan membantunya dan Noah juga pasti akan menggunakan pengaruhnya untuk menjegal Felicia di setiap kesempatan.

Meskipun begitu, dengan sifat keras kepala yang dimilikinya, Felicia tetap berusaha sekuat tenaga. Setiap kesempatan yang muncul akan dimanfaatkannya dengan maksimal.

Sutopo adalah seorang pengusaha besar dalam bidang grosir bahan baku obat di provinsi ini dan menjadi target utama Felicia. Jika dia bisa menjalin kerja sama dengan Sutopo, perusahaan farmasi Felicia akan menghemat biaya bahan baku dalam jumlah besar.

Ini berarti keuntungannya juga akan berkali-kali lipat. Oleh karena itu, kesempatan ini sangatlah berharga.

Bahkan Felicia yang biasanya bergengsi tinggi juga harus merendahkan diri untuk mendekati Sutopo. Namun sayangnya, Sutopo selalu bersikap tak acuh dan tidak berminat untuk bekerja sama.

Oleh karena itu, saat melihat Afkar berhasil menyelamatkan putrinya, Felicia langsung memikirkan sebuah rencana.

Setelah masuk ke dalam kamar perawatan, terlihat seorang anak laki-laki berusia sekitar tujuh atau delapan tahun terbaring di tempat tidur. Wajahnya terlihat pucat pasi, sama seperti Shafa sebelumnya. Namun, berkat fasilitas medis yang unggul, kondisinya tampak cukup stabil. Seorang dokter yang mengenakan jas putih sedang memeriksa kondisi anak laki-laki itu dengan cermat.

"Pak Sutopo, kondisi putra Anda cukup baik! Anda tenang saja, saya jamin setidaknya dalam dua tahun ke depan, kondisinya akan tetap stabil dalam fase kronis! Selama jangka waktu ini, rumah sakit kami juga akan berupaya penuh mencari donor sumsum tulang yang cocok!" kata dokter tersebut sambil tersenyum.

"Bagus! Terima kasih, Dokter!" kata Sutopo dengan ekspresi lega setelah mendengar penuturan dokter.

Anaknya menderita leukemia mielositik kronis. Penyakit ini terbagi dalam fase kronis, akselerasi, dan krisis blastik. Dokter bisa menjamin anaknya tetap stabil dalam fase kronis selama dua tahun merupakan hasil terbaik yang bisa diharapkan.

"Lowel, tenang saja! Ayah pasti akan menyembuhkanmu! Sekalipun harus mengorbankan segalanya, Ayah pasti akan menyembuhkanmu!" Sutopo duduk di tepi ranjang sambil menggenggam tangan anak itu dengan lembut untuk menenangkannya.

"Ya, Ayah. Aku percaya sama Ayah!" jawab anak laki-laki itu seraya mengangguk. Matanya yang bundar tampak cerah saat tersenyum pada ayahnya.

Saat itu, Sutopo baru menyadari keberadaan Felicia dan dua orang lainnya. Dia mengangguk dan berkata, "Ternyata Bu Felicia. Akhir-akhir ini aku nggak punya banyak waktu. Nanti saja baru kita bicarakan urusan kerja sama kita."

Sutopo mengira Felicia datang untuk membahas perihal kerja sama.

"Maaf, Pak Sutopo salah paham! Aku bukan datang untuk membicarakan kerja sama. Aku bawa seorang ...," balas Felicia sambil tersenyum. Namun, sebelum dia selesai berbicara, terdengar sebuah suara yang panik.

"Anak ini dalam bahaya! Harus segera ditangani!"

Begitu kata-kata itu terucap, situasi langsung menjadi hening dan semua mata serentak tertuju pada orang yang berbicara.

Semua orang terkejut dan marah!

Ekspresi Sutopo menjadi muram. Dia menatap Afkar dengan tajam dan bertanya, "Bu Felicia, siapa orang ini?"

Siapa pun pasti akan bereaksi dengan buruk jika mendengar seseorang mengatakan anaknya berada dalam bahaya.

Sebelum Felicia sempat bicara, sopirnya telah menatap Afkar dengan tatapan meremehkan dan berkata, "Pak Sutopo, ini adalah tunangan Bu Felicia! Mungkin dia nggak pandai bicara, harap dimaklumi."

"Berengsek, kamu bilang apa tadi?" Felicia langsung memelotot marah pada Afkar dan bertanya dengan suara dingin.

Kenapa orang ini malah langsung mengatakan anak Sutopo akan meninggal?

"Bu Felicia, kamu menyuruh orang mengancamku? Apa nyawa anakku dalam bahaya karena aku nggak mau kerja sama denganmu?" tanya Sutopo.

Felicia tersenyum getir. "Pak Sutopo, bukan itu maksudku. Semua ini cuma omong kosong si berengsek ini, bukan maksudku. Masalah kerja sama itu adalah kesediaan dua belah pihak. Berhasil atau nggak, kita tetap teman."

Sambil berkata demikian, Felicia melemparkan tatapan tajam pada Afkar sambil menggertakkan gigi.

"Kamu masih nggak mau pergi?" Awalnya Felicia membawa Afkar dengan harapan untuk mencoba segala cara. Tak disangka, bocah ini malah langsung menyinggung Sutopo begitu membuka mulutnya. Felicia benar-benar merasa menyesal!

Felicia merasa dirinya terlalu gegabah, sehingga melakukan tindakan yang tidak dipertimbangkannya dengan matang. Sementara itu, sopir Felicia tampak puas dengan kejadian ini. Entah mengapa, orang ini merasa tidak suka terhadap Afkar.

Namun, Afkar tidak peduli dengan reaksi mereka.

Ekspresinya tetap terlihat cemas saat berkata, "Yang kubilang tadi itu benaran! Anak ini akan segera berada dalam bahaya. Dia harus segera ditangani! Dua puluh menit! Dalam waktu 20 menit, dia akan mulai kambuh!"

Bab terkait

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 5

    "Omong kosong! Nyawamu yang dalam bahaya!" bentak Sutopo yang marah besar.Dokter yang berada di sampingnya juga berkata sambil tersenyum dingin, "Rumah sakit kami merawat Tuan Lowel dengan baik. Penyakit yang dideritanya adalah leukemia mielositik kronis. Saat ini masih dalam fase kronis, mana mungkin tiba-tiba bisa dalam bahaya?""Nak, kamu datang untuk cari masalah ya?" lanjut dokter itu."Aku nggak bilang bahayanya karena penyakit leukimia. Anak ini keracunan!" jelas Afkar. Pada saat ini, Afkar menggunakan Jurus Mata Naga sehingga bisa melihat tubuh Lowel dengan jelas. Terlihat racun berwarna kehitaman yang menyebar di seluruh tubuhnya.Tidak lama lagi, racun itu akan menyerang ke hatinya!"Nak, apa maksudmu? Memangnya rumah sakit kami ini akan meracuni pasien?" bentak dokter itu dengan semakin emosi sambil menunjuk Afkar."Bukan itu maksudku! Ada beberapa jenis makanan yang nggak boleh dikonsumsi secara bersamaan. Makanan itu sendiri memang nggak beracun, tapi kalau digabungkan de

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 6

    Tit! Tit! Tit!Sepuluh menit kemudian, suara mesin yang terpasang di tubuh Lowel mulai stabil. Darah yang dikeluarkan dari jempol kaki kanan Lowel terlihat berwarna kebiruan. Setelah meminum darah ayam, kondisi Lowel juga mendadak mulai normal."Syukurlah!" Sutopo menangis saking terharunya.Dokter menyeka keringat dingin di tubuhnya dan menghela napas panjang. Tekanan yang dialaminya tadi benar-benar luar biasa! Jika sampai terjadi sesuatu pada putra Sutopo, rumah sakit mereka akan langsung gulung tikar dan nasibnya juga akan celaka!"Dokter, sepertinya Lowel memang keracunan?" tanya Felicia.Sutopo memelototi dokter itu dengan marah, "Kantin rumah sakit kalian meracuni pasien?""Nggak! Mana mungkin? Mana mungkin kami meracuni pasien?"Wajah dokter tampak pucat pasi. Sedetik kemudian, sudut matanya melirik ke sebuah termos yang terletak di samping meja. Di dalamnya ternyata adalah sup ular yang tersisa!"Dari mana sup ular ini?" tanya dokter tiba-tiba dengan kaget."Ini masakan istrik

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 7

    Dalam waktu kurang dari setengah jam, Afkar telah tiba di pasar pagi bagian barat kota. Di pinggir jalan dekat pintu masuk pasar, ada sebuah warung yang menjual roti goreng. Afkar sengaja datang ke tempat ini karena dia tahu bahwa warung ini menggunakan minyak berkualitas bagus."Bos, beri aku satu ... eh, dua. Nggak, lima kilogram roti goreng, deh .... Sama dua mangkuk kembang tahu, dibawa pulang!" ujar Afkar kepada bos warung.Bos warung itu menatap Afkar dengan aneh. "Nak, kamu bukan mau mengacau, 'kan?"Afkar menggeleng dengan tak berdaya. "Kalau nggak, aku bayar duluan!"Energi naga yang terus-menerus mengalir dari ginjal kirinya memperkuat tubuh Afkar dan membuatnya perutnya terasa seperti lubang tanpa dasar yang membutuhkan banyak nutrisi.Dia bahkan lebih lapar daripada Shafa sekarang! Afkar bahkan merasa dirinya seolah-olah bisa menghabiskan seekor sapi sendirian!Mendengar bahwa Afkar ingin membayar lebih dulu, penjual itu pun akhirnya merasa tenang. Dia menunjuk ke tumpukan

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 8

    Farel segera berlutut dan menyelipkan beberapa pil darurat untuk penyakit jantung ke mulut kakeknya. Namun, kondisi kakeknya tidak membaik sedikit pun. Malah, ekspresi wajahnya semakin menunjukkan rasa sakit yang mendalam. Dalam sekejap, wajahnya menjadi pucat pasi!"Kakek! Kakek!" teriak Farel dengan panik.Jika terjadi sesuatu pada kakeknya, bagaimana dia bisa menjelaskannya saat pulang nanti? Keluarga Subroto tidak akan mampu menanggung kabar buruk itu. Seisi Kota Nubes juga mungkin akan gempar!Sementara itu, Barra buru-buru mengeluarkan ponselnya dan menelepon 118. Di sekitar mereka, para pejalan kaki dan pengunjung warung mulai berbisik-bisik membicarakan situasi tersebut."Ada apa ini?""Sepertinya ada yang kena serangan jantung!""Jangan-jangan, roti goreng di warung ini bermasalah?"Dalam kepanikannya, Farel mencoba memijat titik di antara hidung dan bibir kakeknya. Namun saat tangannya menyentuh filtrum kakeknya, ekspresinya berubah drastis. Ternyata, pernapasan kakeknya suda

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 9

    Freya berdandan dengan sangat mencolok dan seksi. Pinggulnya yang ramping bergoyang dengan gemulai saat dia berjalan, membuatnya terlihat menawan. Harus diakui, wanita ini memang memesona!Dulunya, Afkar lumayan kaya. Selama bertahun-tahun, Freya menghabiskan uang Afkar untuk merawat dirinya sendiri dan membuat dirinya tampak sangat muda dan segar. Dari penampilannya, sama sekali tidak terlihat bahwa dia pernah melahirkan anak!Menatap mantan istrinya yang sedang dipeluk oleh orang lain, hati Afkar terasa perih."Aku bukan datang untuk minjam uang darimu! Aku sudah dapat uang untuk mengobati penyakit Shafa!" pungkas Afkar dengan nada dingin."Kalau bukan untuk minjam uang, lalu kenapa kamu mengikutiku? Jangan-jangan kamu masih berharap padaku? Kusarankan sebaiknya kamu nggak usah mimpi!" Freya mengangkat alis sembari menatap Afkar dengan sinis."Dasar miskin, kamu masih berani berharap sama Freya? Coba becermin saja dulu! Freya nggak mungkin akan balikan sama kamu. Menyerahlah. Haha ..

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 10

    Afkar akhirnya mengerti mengapa Felicia mencarinya lagi. Dia mau menebus kesalahannya karena insiden kemarin? Kelihatannya, anak Sutopo memang benar-benar keracunan kemarin! Dengan demikian, Felicia merasa sangat tidak rasional dan malu karena mengusir Afkar.Menghadapi pertanyaan Felicia yang mendesaknya, Afkar hanya tersenyum hambar. Kedua matanya menatap Felicia dan berkata, "Sepertinya anak Pak Sutopo memang keracunan kemarin? Kalau tebakanku nggak salah, anaknya nggak mati dan kamu merasa sangat berterima kasih padaku sekarang. Benar begitu?""Karena itu, kerja samamu dengannya kemungkinan besar akan berhasil. Dengan kata lain, aku sudah membantumu kemarin, tapi kamu malah mengusirku, 'kan? Jadi, hari ini kebenarannya sudah terungkap. Kalau aku menamparmu sekali, bukankah itu seharusnya dan wajar?"Meskipun nada bicara Afkar terdengar tenang, setiap kata yang dia ucapkan penuh dengan logika dan alasan yang kuat.Setelah kata-kata itu dilontarkan, Felicia sontak tertegun. Matanya y

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 11

    Selanjutnya, Barra mulai menceritakan semua kejadian yang terjadi pagi ini. Barra adalah seorang ahli bela diri, sehingga dia cukup memahami titik meridian di tubuh manusia. Jadi, dia bisa memberitahukan dengan jelas titik meridian mana saja yang ditekan oleh Afkar saat itu.Setelah mendengarnya, wajah Dokter Bian sontak terperangah. "Hebat! Luar biasa .... Entah dari keluarga kedokteran mana orang ini berasal. Tapi, luar biasa sekali dia bisa memicu detak jantung Pak Bayu dengan cara seperti ini.""Pantas saja kondisi Pak Bayu malah membaik setelah penyakitnya kambuh. Kalau bisa dipijat beberapa kali lagi, mungkin Pak Bayu masih bisa hidup 10-20 tahun lagi!" puji Dokter Bian.Mendengar hal ini, semua orang di tempat itu langsung terkejut."Dokter Bian, tadi Barra sudah beri tahu kamu bagaimana anak muda itu melakukannya. Kalau begitu, bukankah sama saja kalau kamu lakukan sesuai caranya?" tanya istri Bayu, Tara."Ya, benar! Dokter Bian, lakukan sesuai cara anak muda itu saja," timpal

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 12

    Begitu Fadly mengucapkan perkataan itu, ekspresi Felicia sontak berubah. Sebab, adiknya bisa menebak rencananya dengan jelas.Namun, Afkar malah terkekeh-kekeh dan berkata, "Katanya anak orang kaya biasanya sangat beretika. Dilihat dari kondisinya sekarang, sepertinya nggak semuanya begitu. Feli, begini cara adikmu bicara sama kakak iparnya?"Bukan hanya tidak melepaskan pelukannya dari tubuh Felicia, Afkar bahkan semakin mempererat pelukannya. Seketika, wangi Felicia yang semerbak membuat hatinya bergetar.Felicia merintih pelan dan tangannya mencubit pinggang Afkar di belakang. Namun, ekspresinya malah tampak tersipu. Dia tidak menyangka bahwa Afkar bahkan tidak gentar menghadapi Fadly yang telah berhasil membongkar kedok mereka.Orang ini benar-benar berbeda dengan dua orang sebelumnya. Keberanian ini saja sudah jauh melebihi dua orang pengecut itu. Tidak ada wanita yang akan tertarik pada pria yang selalu tunduk dan patuh. Meskipun Felicia tidak akan tersentuh hanya karena tindakan

Bab terbaru

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 148

    "Pak Dennis, bukan begitu. Jangan salah paham. Aku nggak bersekongkol dengan siapa pun untuk menipumu. Aku ... aku hanya salah nilai! Tapi, aku benar-benar nggak bermaksud menipumu!" jelas Teddy dengan gugup.Sementara itu, Yuvan masih terduduk di tanah sambil memandangi batu-batu tidak berharga di sana. Dia bergumam dengan linglung, "Nggak mungkin, nggak mungkin ...."Saat ini, Felicia tersenyum mengejek dan berkata, "Viola, ternyata pacarmu tukang tipu. Untung saja ada Afkar yang membongkar triknya. Seorang wanita harus pintar-pintar cari pacar yang bisa diandalkan. Jangan sampai kamu diperdaya."Kata-kata yang diucapkan dengan ringan oleh presdir cantik ini membuat Viola kesal setengah mati."Ka ... kamu!" Viola sangat marah hingga tidak bisa berkata-kata. Pacar yang tadi dibangga-banggakannya kini terlihat begitu menyedihkan."Nggak bermaksud menipuku? Kalau hanya ada satu atau dua batu gagal, itu mungkin kebetulan. Tapi, kalau semuanya batu gagal begini, mana mungkin itu kebetulan

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 147

    Yuvan memandang Afkar dan berkata, "Teruskan taruhannya! Aku bertaruh 20 miliar! Potong batu ini. Aku nggak percaya semua batu-batuku gagal!"Yuvan memilih sebongkah batu mentah seukuran kepala manusia dengan sentuhan warna hijau di permukaannya."Oke! Kita teruskan," sahut Afkar yang sudah menerima uang Teddy sambil mengangguk dan tersenyum. Tidak ada alasan untuk menolak uang gratis!Beberapa menit kemudian, semua orang memandang batu mentah yang sudah terbelah menjadi beberapa bagian dengan beragam ekspresi. Wajah Yuvan memucat, Teddy terlihat tidak percaya, dan Viola memasang raut masam.Izora dan Naufal saling memandang, terlihat sama-sama terkejut. Mungkinkah ucapan Afkar benar? Semua batu mentah ini hanyalah sampah?"Papa ternyata bukan buaya, tapi orang hebat yang punya mata tajam! Hahaha!" ucap Shafa sambil tertawa manis dan bertepuk tangan.Afkar tersenyum masam, lalu mencubit hidung mungil putrinya dan berucap lembut, "Sejak awal Papa memang bukan buaya.""Tolong potong semu

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 146

    Saat mendengar pertanyaan Dennis, Teddy sontak berkeringat dingin. Dia hanya bisa menjawab dengan ekspresi muram, "Kebetulan, ini hanya kebetulan! Batu-batu mentah ini jelas-jelas berkualitas tinggi!""Ya, pasti hanya kebetulan. Lagi pula, hanya satu yang bermasalah. Batu mentah memang sulit diprediksi. Paman Dennis, sisanya pasti nggak ada masalah!" timpal Yuvan buru-buru. Dia juga merasakan kilat curiga dari tatapan Dennis padanya tadi."Jangan banyak bacot. Master Teddy, tolong bayar dulu uangnya. Dua puluh miliar untuk sebongkah batu nggak berharga. Kamu royal juga," cibir Naufal.Sekarang Naufal memihak pada Afkar. Dia sudah menahan kesal dari tadi karena orang-orang ini terus mengejek dan meremehkan Afkar."Iya, cepat bayar! Master apanya? Lihat saja batu nggak berharga ini! Yuvan, apa kamu mau menipu ayahku?" tanya Izora sambil cemberut."Jangan asal ngomong! Ini hanya kebetulan! Lagi pula, akulah yang harus dibayar di sini. Kenapa kalian harus begitu terburu-buru?" balas Yuvan

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 145

    Pada saat ini, Dennis meminta seseorang untuk menempatkan batu mentah tersebut ke mesin pemotong. Batu itu sudah siap untuk dibelah.Afkar berulang kali mengatakan bahwa seluruh batu dalam tumpukan itu hanyalah sampah. Dennis ingin sekali memberinya pelajaran. Lagi pula, dia hanya menyediakan orang dan alat tanpa harus membayar apa pun."Mau dipotong seperti apa?" tanya si tukang potong batu pada Afkar dan Teddy."Mulai dari garis ini, lalu diampelas perlahan-lahan!" ujar Teddy sambil menggambar garis dengan kapur.Sementara itu, Afkar mengerucutkan bibirnya dan berucap dengan tidak sabar, "Aku rasa langsung potong dari tengah saja biar nggak buang waktu!"Mendengar ucapan itu, Viola langsung menyemprot, "Afkar, kamu tahu bakal kalah jadi mau menghancurkan batunya ya? Kamu nggak rela Master Teddy diuntungkan, 'kan?"Teddy menimpali dengan dingin, "Hei, jangan main licik!"Dennis juga mengerutkan keningnya. Tatapannya pada Afkar jadi makin tidak suka. Dia merasa pemuda ini terlalu beris

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 144

    Mendengar Afkar menerima tantangan itu dengan santai, Teddy terdiam sesaat sebelum mengejek, "Kelihatannya kamu benaran nggak tahu apa-apa. Jangan memaksakan diri.""Kalau kamu minta maaf sekarang dan mengakui bahwa kamu bicara sembarangan, aku nggak akan mempermalukanmu," tambah Teddy."Dasar bodoh! Batu ini jelas-jelas akan menghasilkan giok hijau. Nggak tahu apa-apa, tapi beraninya kamu menantang Master Teddy!" ejek Viola dengan sinis."Julukan Mata Dewa Master Teddy bukan tanpa alasan. Bahkan tanpa dia, orang yang paham sedikit soal giok pasti tahu bahwa batu ini nggak akan mengecewakan. Ketidaktahuan memang menakutkan. Haha ...," timpal Yuvan sambil tersenyum dan menggeleng.Afkar menatap mereka dengan tenang, lalu berujar, "Pengetahuan umum bukanlah kebenaran mutlak. Bukan cuma batu ini, aku berani bertaruh bahwa setiap batu dalam tumpukan ini kosong!"Mata Felicia berkedip menatap Afkar. Menurutnya batu itu jelas akan menghasilkan giok hijau, tetapi karena Afkar begitu yakin, di

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 143

    Dennis tidak peduli dengan perselisihan yang terjadi antara orang-orang di sekitarnya. Fokusnya hanya pada kualitas batu mentah yang baru tiba."Nggak ada masalah. Semua batu ini adalah bahan unggulan dengan peluang tinggi untuk menghasilkan giok hijau. Pak Dennis bisa membeli ini dengan tenang," ucap Teddy dengan penuh keyakinan sambil mengangguk.Mendengar hal ini, wajah Dennis menunjukkan secercah senyuman. Dia pun mengangguk setuju. Namun pada saat yang sama, Afkar tiba-tiba berbicara dan mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan semua orang di sana."Aku rasa, sebaiknya Pak Dennis jangan beli batu-batu ini. Semua batu mentah di sini cuma sampah!" Ucapan Afkar membuat semua orang tertegun. Mereka menatapnya dengan ekspresi kaget.Yuvan langsung memaki, "Omong kosong!""Afkar, kamu pasti iri karena Yuvan lebih unggul darimu sehingga sengaja cari masalah, 'kan? Dengan matamu itu, kamu pikir bisa menilai kualitas batu giok?" ejek Viola dengan dingin.Teddy mendengus, lalu berbicara den

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 142

    Melihat kehadiran Viola, raut wajah Felicia langsung berubah masam. Dia memalingkan wajah karena enggan menanggapi sepupunya itu.Afkar hanya memperhatikan batu-batu mentah yang ada di sekeliling. Dia tidak tertarik untuk berdebat dengan seorang wanita.Di sisi lain, Izora dan Naufal mengernyit. Kemudian, Naufal bertanya kepada Afkar, "Kak Afkar, siapa dia?""Cuma sepupu iparku. Biarkan saja," jawab Afkar sambil melambaikan tangan."Cuih! Siapa juga yang mau jadi sepupu iparmu? Dasar nggak tahu malu! Kamu kira, kamu sudah jadi menantu Keluarga Safira ya?" tanya Viola sambil menatapnya dengan sinis.Pemuda yang sedang berdiri di samping Dennis mengangkat alis. Dia memandang Felicia dengan tatapan takjub sebelum menoleh kepada Afkar dengan pandangan meremehkan. Kemudian, dia bertanya pada Viola, "Jadi, dia menantu pecundang Keluarga Safira?""Eh, jaga bicaramu! Jangan bicara sembarangan tentang Pak Afkar!" tegur Izora dengan ekspresi kesal.Shafa menggenggam tangan Afkar, lalu berbicara

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 141

    "Aku akan habiskan!" Usai berkata demikian, Naufal mengangkat gelasnya dan bersulang dengan Afkar. Dia mengernyit dan meminum semuanya dalam satu tegukan.Begitu selesai minum, wajahnya langsung memerah dan jelas sekali menahan rasa sakit. Tenggorokannya terasa seperti diiris-iris. Itu luar biasa pedih.Melihat Naufal menderita, mata Izora mulai berkaca-kaca. Dia bertanya, "Naufal, kamu baik-baik saja?"Afkar juga menenggak minuman dalam gelasnya, lalu mengulurkan tangan ke arah Naufal. Meski wajah Naufal berkerut untuk menahan sakit, dia tetap meraih tangan Afkar dan berjabat tangan dengannya."Pak Naufal, mohon bantuanmu ke depannya," ucap Afkar sambil tersenyum lebar.Naufal berusaha tersenyum, tetapi tiba-tiba dia terkejut. Dia merasakan aliran energi hangat mengalir masuk dari tangan Afkar melalui titik akupunktur di punggung tangannya.Kemudian, energi itu perlahan memperbaiki luka bakar yang dirasakannya. Rasa perih yang tadinya menyakitkan di tenggorokannya, kini terasa hangat

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 140

    Afkar merasa curiga dengan kedua orang ini karena pernah terlibat dalam masalah dengan mereka sebelumnya. Itu sebabnya, dia tidak berharap banyak dari mereka.Felicia juga menatap keduanya, lalu bertanya, "Nona Izora, ada perlu apa?"Berhubung masih di wilayah Kota Nubes, Felicia mengenali Izora meskipun mereka bukan teman dekat. Dia adalah putri pemilik Gunawan Jewelry."Kak Felicia, sebenarnya nggak ada masalah besar. Kami cuma mau traktir Pak Afkar makan. Pak Afkar, apa kamu punya waktu?" tanya Izora sambil tersenyum.Afkar menatap mereka dengan ekspresi sedikit aneh, lalu bertanya, "Mau traktir aku makan?"Naufal mengangguk sambil menjawab dengan suara serak, "Ya. Pak Afkar, aku mengundangmu dengan tulus. Tolong kasih aku kesempatan."Dua puluh menit kemudian, mereka sudah berada di sebuah restoran yang menyajikan hidangan khas daerah. Naufal menuangkan segelas minuman untuk Afkar, lalu berucap, "Pak Afkar, aku benar-benar senang melihatmu kembali dengan selamat!"Mendengar itu, A

DMCA.com Protection Status