Share

Bab 5

Author: Russel
"Omong kosong! Nyawamu yang dalam bahaya!" bentak Sutopo yang marah besar.

Dokter yang berada di sampingnya juga berkata sambil tersenyum dingin, "Rumah sakit kami merawat Tuan Lowel dengan baik. Penyakit yang dideritanya adalah leukemia mielositik kronis. Saat ini masih dalam fase kronis, mana mungkin tiba-tiba bisa dalam bahaya?"

"Nak, kamu datang untuk cari masalah ya?" lanjut dokter itu.

"Aku nggak bilang bahayanya karena penyakit leukimia. Anak ini keracunan!" jelas Afkar. Pada saat ini, Afkar menggunakan Jurus Mata Naga sehingga bisa melihat tubuh Lowel dengan jelas. Terlihat racun berwarna kehitaman yang menyebar di seluruh tubuhnya.

Tidak lama lagi, racun itu akan menyerang ke hatinya!

"Nak, apa maksudmu? Memangnya rumah sakit kami ini akan meracuni pasien?" bentak dokter itu dengan semakin emosi sambil menunjuk Afkar.

"Bukan itu maksudku! Ada beberapa jenis makanan yang nggak boleh dikonsumsi secara bersamaan. Makanan itu sendiri memang nggak beracun, tapi kalau digabungkan dengan makanan lain malah akan berakibat fatal!" ujar Afkar sembari menggeleng.

"Jangan bercanda. Mana mungkin menu makanan dari rumah sakit kami ini akan melakukan kesalahan seperti itu?" ujar dokter itu dengan tak acuh.

Setelah itu, dia menoleh pada Sutopo dan berkata, "Pak Sutopo, apa Bapak mau dengar omong kosong bocah ini? Apa Bapak nggak percaya pada kami? Gimana kalau biarkan bocah ini yang mengobati penyakit Lowel?"

Mendengar hal itu, Sutopo langsung menggeleng, "Dokter, aku nggak bermaksud begitu!"

Sambil berkata demikian, Sutopo mendengus dingin dan membentak, "Bu Felicia, kamu masih nggak mau ngusir si berengsek ini?"

Kabar mengenai Felicia mencari suami telah menyebar di berbagai kalangan Kota Nubes. Ada banyak sekali orang yang telah mengetahui hal ini. Saat mendengar sopir Felicia mengatakan bahwa Afkar adalah tunangan Felicia tadi, benak Sutopo langsung terlintas beberapa kata untuk mendeskripsikan Afkar.

"Pecundang, parasit, tak tahu malu, dan matre!"

Jadi, mana mungkin dia akan percaya pada ucapan orang seperti ini? Anaknya masih sedang menjalani pengobatan di rumah sakit ini. Sutopo tidak boleh menyinggung dokter-dokter yang bertugas di sini.

Saat mendengar Sutopo memanggilnya seperti itu, sorot mata Felicia sontak menjadi muram. Dia tahu bahwa Sutopo benar-benar marah sekarang. Masalah kerja sama ini mungkin akan hangus begitu saja.

Detik berikutnya, Felicia menggertakkan giginya memelototi Afkar. "Tadi kusuruh kamu pergi, kamu nggak dengar? Sebaiknya jangan sampai aku ketemu denganmu lagi!"

Wajah Afkar tampak sinis saat mendengar makian Felicia. Meski semua orang menganggapnya sebagai lelucon, Afkar tetap meninggalkan sebuah pesan sebelum pergi dari tempat itu.

Bukan karena alasan lainnya, Afkar hanya merasa anak kecil yang terbaring di ranjang itu tidak bersalah! Melihat Lowel, Afkar seolah-olah melihat putrinya sendiri.

"Begitu racunnya kambuh nanti, kalian tusuk saja jempol kakinya supaya darah kotornya bisa keluar. Selain itu, beri dia darah ayam, mungkin masih bisa selamatkan nyawanya!"

Usai bicara, Afkar menoleh pada Felicia. "Aku akan lunasi biaya pengobatan yang kamu bayarkan untuk putriku sebelumnya secepatnya."

"Hehe ...." Felicia tertawa sinis. Dia langsung memalingkan wajah karena enggan melihat Afkar. Dia hanya seorang penipu yang rela mempertaruhkan nyawanya demi mendapatkan uang, memangnya berhak mengatakan mau melunasi utang?

Felicia merasa dirinya benar-benar terlalu gegabah karena membawa orang seperti ini untuk mengobati penyakit anak Sutopo.

....

Setelah diusir, Afkar kembali ke Rumah Sakit Sentra. Di dalam kamar pasien, Shafa masih belum bangun dari tidurnya.

Melihat rona wajah Shafa yang mulai membaik, ditambah dengan obat khusus yang telah diberikan sebelumnya, Afkar benar-benar merasa semua jerih payahnya akhirnya terbayarkan.

Pada saat itu, Shafa yang sedang memejamkan mata, sepertinya mengalami mimpi buruk dan merasa ketakutan dalam tidurnya. Tangan kecilnya meraih-raih udara seolah mencari sesuatu.

"Papa, Papa jangan pergi. Mama nggak mau Shafa lagi. Shafa cuma punya Papa sekarang. Papa, jangan tinggalkan Shafa ...."

Melihat hal ini, Afkar langsung meraih tangan putrinya dan menghiburnya, "Papa di sini, Papa di sini ...."

Seolah-olah merasakan kehangatan dari tangan ayahnya, gadis kecil itu akhirnya bisa tenang kembali. Wajahnya menunjukkan senyuman yang tenang dan kedua lesung pipinya terlihat samar-samar.

"Papa ... Papa ..." gumamnya terus-menerus. Afkar merasa hatinya seolah-olah akan meleleh.

'Shafa, Papa janji akan menyembuhkanmu. Kamu pasti akan tumbuh besar dengan sehat dan gembira. Pasti!'

....

Di sisi lain, di dalam kamar pasien rumah sakit swasta. Setelah Afkar pergi, Felicia masih terus-terusan meminta maaf pada Sutopo.

"Pak Sutopo, aku benar-benar nggak sengaja! Kalaupun nggak jadi kerja sama, setidaknya kita masih bisa berhubungan baik. Bagaimanapun, aku nggak mungkin menyuruh orang datang untuk mengutuk anakmu."

Sutopo tersenyum tak acuh, "Hehe, Bu Felicia, kalaupun mau cari pria simpanan, carilah yang lebih pengertian. Cepat atau lambat, pria seperti ini akan mencelakakanmu!"

"Benar, semua yang Pak Sutopo katakan memang benar!" sahut Felicia sambil mengangguk.

"Ayah, aku menderita sekali!" Lowel yang terbaring dengan tenang, tiba-tiba meraih tangan Sutopo dan berteriak histeris.

"Uhuk uhuk! Pfft!" Detik berikutnya, Lowel terbatuk dua kali. Hidung dan mulutnya langsung menyemburkan darah segar. Wajahnya langsung berubah menjadi pucat. Kali ini, Sutopo benar-benar tercengang.

"Lowel! Kamu kenapa, Nak?" Sutopo gemetar sejenak. Detik berikutnya, dia mencengkeram jas putih dokter itu dan bertanya dengan ketus, "Dok, ada apa ini sebenarnya?"

Dokter itu juga terkejut. "Ke ... kenapa bisa begini?"

Tit ... tit ... tit ... tit ....

Mesin yang terpasang di tubuh Lowel tiba-tiba mengeluarkan bunyi gawat darurat. Ini menandakan bahwa fungsi alat vital pada anak itu mengalami perubahan drastis.

"Cepat! Cepat selamatkan anakku! Kalau sampai terjadi sesuatu pada anakku, jangan harap rumah sakit kalian ini bisa beroperasi lagi!" teriak Sutopo.

Namun, dokter yang sedang panik itu sama sekali tidak tahu apa yang sedang terjadi.

"Berengsek! Kenapa kamu diam saja? Cepat selamatkan dia!" teriak Sutopo dengan histeris.

"Uhuk! Uhuk!" Mulut dan hidung Lowel terus mengeluarkan darah. Tubuhnya juga mulai kejang-kejang dan raut wajahnya pucat pasi.

"Ada apa ini? Padahal tadi baik-baik saja!" gumam dokter itu. Dia juga tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Melihat anaknya yang terus memuntahkan darah, Sutopo merasa dirinya benar-benar hampir gila. Dia menangis dengan histeris melihat hal ini.

Pada saat ini, Felicia tiba-tiba teringat dengan pesan Afkar sebelum pergi tadi. Dengan ragu-ragu, dia berkata, "Jangan-jangan, Lowel benar-benar keracunan? Apa ... kita mau coba cara yang dibilang Afkar tadi?"

Begitu ucapan itu dilontarkan, Sutopo seakan-akan melihat harapan. "Benar! Apa yang tadi dibilangnya?"

Dalam keadaan panik, otaknya tidak bisa bekerja dengan maksimal. Mungkin juga karena ketidakpeduliannya terhadap Afkar tadi, Sutopo sama sekali tidak mendengar jelas ucapan Afkar.

"Tusuk jempol kaki kanan Lowel dan beri dia darah ayam!" Felicia masih mengingat jelas pesan Afkar.

"Tusuk jari kakinya! Cepat, buang darah kotor anakku! Apa ada darah ayam di sini? Darah ayam!" teriak Sutopo sambil mencengkeram dokter.
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Rahma Amalia
tambah ok ceritanya
goodnovel comment avatar
Jamhari mt1
lanjut ..oke
goodnovel comment avatar
Eko Boy
lanjut terus min tambah seru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 6

    Tit! Tit! Tit!Sepuluh menit kemudian, suara mesin yang terpasang di tubuh Lowel mulai stabil. Darah yang dikeluarkan dari jempol kaki kanan Lowel terlihat berwarna kebiruan. Setelah meminum darah ayam, kondisi Lowel juga mendadak mulai normal."Syukurlah!" Sutopo menangis saking terharunya.Dokter menyeka keringat dingin di tubuhnya dan menghela napas panjang. Tekanan yang dialaminya tadi benar-benar luar biasa! Jika sampai terjadi sesuatu pada putra Sutopo, rumah sakit mereka akan langsung gulung tikar dan nasibnya juga akan celaka!"Dokter, sepertinya Lowel memang keracunan?" tanya Felicia.Sutopo memelototi dokter itu dengan marah, "Kantin rumah sakit kalian meracuni pasien?""Nggak! Mana mungkin? Mana mungkin kami meracuni pasien?"Wajah dokter tampak pucat pasi. Sedetik kemudian, sudut matanya melirik ke sebuah termos yang terletak di samping meja. Di dalamnya ternyata adalah sup ular yang tersisa!"Dari mana sup ular ini?" tanya dokter tiba-tiba dengan kaget."Ini masakan istrik

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 7

    Dalam waktu kurang dari setengah jam, Afkar telah tiba di pasar pagi bagian barat kota. Di pinggir jalan dekat pintu masuk pasar, ada sebuah warung yang menjual roti goreng. Afkar sengaja datang ke tempat ini karena dia tahu bahwa warung ini menggunakan minyak berkualitas bagus."Bos, beri aku satu ... eh, dua. Nggak, lima kilogram roti goreng, deh .... Sama dua mangkuk kembang tahu, dibawa pulang!" ujar Afkar kepada bos warung.Bos warung itu menatap Afkar dengan aneh. "Nak, kamu bukan mau mengacau, 'kan?"Afkar menggeleng dengan tak berdaya. "Kalau nggak, aku bayar duluan!"Energi naga yang terus-menerus mengalir dari ginjal kirinya memperkuat tubuh Afkar dan membuatnya perutnya terasa seperti lubang tanpa dasar yang membutuhkan banyak nutrisi.Dia bahkan lebih lapar daripada Shafa sekarang! Afkar bahkan merasa dirinya seolah-olah bisa menghabiskan seekor sapi sendirian!Mendengar bahwa Afkar ingin membayar lebih dulu, penjual itu pun akhirnya merasa tenang. Dia menunjuk ke tumpukan

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 8

    Farel segera berlutut dan menyelipkan beberapa pil darurat untuk penyakit jantung ke mulut kakeknya. Namun, kondisi kakeknya tidak membaik sedikit pun. Malah, ekspresi wajahnya semakin menunjukkan rasa sakit yang mendalam. Dalam sekejap, wajahnya menjadi pucat pasi!"Kakek! Kakek!" teriak Farel dengan panik.Jika terjadi sesuatu pada kakeknya, bagaimana dia bisa menjelaskannya saat pulang nanti? Keluarga Subroto tidak akan mampu menanggung kabar buruk itu. Seisi Kota Nubes juga mungkin akan gempar!Sementara itu, Barra buru-buru mengeluarkan ponselnya dan menelepon 118. Di sekitar mereka, para pejalan kaki dan pengunjung warung mulai berbisik-bisik membicarakan situasi tersebut."Ada apa ini?""Sepertinya ada yang kena serangan jantung!""Jangan-jangan, roti goreng di warung ini bermasalah?"Dalam kepanikannya, Farel mencoba memijat titik di antara hidung dan bibir kakeknya. Namun saat tangannya menyentuh filtrum kakeknya, ekspresinya berubah drastis. Ternyata, pernapasan kakeknya suda

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 9

    Freya berdandan dengan sangat mencolok dan seksi. Pinggulnya yang ramping bergoyang dengan gemulai saat dia berjalan, membuatnya terlihat menawan. Harus diakui, wanita ini memang memesona!Dulunya, Afkar lumayan kaya. Selama bertahun-tahun, Freya menghabiskan uang Afkar untuk merawat dirinya sendiri dan membuat dirinya tampak sangat muda dan segar. Dari penampilannya, sama sekali tidak terlihat bahwa dia pernah melahirkan anak!Menatap mantan istrinya yang sedang dipeluk oleh orang lain, hati Afkar terasa perih."Aku bukan datang untuk minjam uang darimu! Aku sudah dapat uang untuk mengobati penyakit Shafa!" pungkas Afkar dengan nada dingin."Kalau bukan untuk minjam uang, lalu kenapa kamu mengikutiku? Jangan-jangan kamu masih berharap padaku? Kusarankan sebaiknya kamu nggak usah mimpi!" Freya mengangkat alis sembari menatap Afkar dengan sinis."Dasar miskin, kamu masih berani berharap sama Freya? Coba becermin saja dulu! Freya nggak mungkin akan balikan sama kamu. Menyerahlah. Haha ..

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 10

    Afkar akhirnya mengerti mengapa Felicia mencarinya lagi. Dia mau menebus kesalahannya karena insiden kemarin? Kelihatannya, anak Sutopo memang benar-benar keracunan kemarin! Dengan demikian, Felicia merasa sangat tidak rasional dan malu karena mengusir Afkar.Menghadapi pertanyaan Felicia yang mendesaknya, Afkar hanya tersenyum hambar. Kedua matanya menatap Felicia dan berkata, "Sepertinya anak Pak Sutopo memang keracunan kemarin? Kalau tebakanku nggak salah, anaknya nggak mati dan kamu merasa sangat berterima kasih padaku sekarang. Benar begitu?""Karena itu, kerja samamu dengannya kemungkinan besar akan berhasil. Dengan kata lain, aku sudah membantumu kemarin, tapi kamu malah mengusirku, 'kan? Jadi, hari ini kebenarannya sudah terungkap. Kalau aku menamparmu sekali, bukankah itu seharusnya dan wajar?"Meskipun nada bicara Afkar terdengar tenang, setiap kata yang dia ucapkan penuh dengan logika dan alasan yang kuat.Setelah kata-kata itu dilontarkan, Felicia sontak tertegun. Matanya y

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 11

    Selanjutnya, Barra mulai menceritakan semua kejadian yang terjadi pagi ini. Barra adalah seorang ahli bela diri, sehingga dia cukup memahami titik meridian di tubuh manusia. Jadi, dia bisa memberitahukan dengan jelas titik meridian mana saja yang ditekan oleh Afkar saat itu.Setelah mendengarnya, wajah Dokter Bian sontak terperangah. "Hebat! Luar biasa .... Entah dari keluarga kedokteran mana orang ini berasal. Tapi, luar biasa sekali dia bisa memicu detak jantung Pak Bayu dengan cara seperti ini.""Pantas saja kondisi Pak Bayu malah membaik setelah penyakitnya kambuh. Kalau bisa dipijat beberapa kali lagi, mungkin Pak Bayu masih bisa hidup 10-20 tahun lagi!" puji Dokter Bian.Mendengar hal ini, semua orang di tempat itu langsung terkejut."Dokter Bian, tadi Barra sudah beri tahu kamu bagaimana anak muda itu melakukannya. Kalau begitu, bukankah sama saja kalau kamu lakukan sesuai caranya?" tanya istri Bayu, Tara."Ya, benar! Dokter Bian, lakukan sesuai cara anak muda itu saja," timpal

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 12

    Begitu Fadly mengucapkan perkataan itu, ekspresi Felicia sontak berubah. Sebab, adiknya bisa menebak rencananya dengan jelas.Namun, Afkar malah terkekeh-kekeh dan berkata, "Katanya anak orang kaya biasanya sangat beretika. Dilihat dari kondisinya sekarang, sepertinya nggak semuanya begitu. Feli, begini cara adikmu bicara sama kakak iparnya?"Bukan hanya tidak melepaskan pelukannya dari tubuh Felicia, Afkar bahkan semakin mempererat pelukannya. Seketika, wangi Felicia yang semerbak membuat hatinya bergetar.Felicia merintih pelan dan tangannya mencubit pinggang Afkar di belakang. Namun, ekspresinya malah tampak tersipu. Dia tidak menyangka bahwa Afkar bahkan tidak gentar menghadapi Fadly yang telah berhasil membongkar kedok mereka.Orang ini benar-benar berbeda dengan dua orang sebelumnya. Keberanian ini saja sudah jauh melebihi dua orang pengecut itu. Tidak ada wanita yang akan tertarik pada pria yang selalu tunduk dan patuh. Meskipun Felicia tidak akan tersentuh hanya karena tindakan

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 13

    Semua orang tidak menyangka bahwa Afkar akan mendorong bawahan Fadly dan duduk di seberang Ular Tua. Ahli judi itu menoleh pada Fadly untuk meminta persetujuannya. Fadly juga tidak tahu apa yang hendak dilakukan Afkar, sehingga dia menoleh pada kakaknya.Namun, Felicia juga memandang Afkar dengan tatapan yang sama bingungnya dengan Afkar."Hehe, ganti orang lagi ya?" ejek Codet."Nak, kamu mau main denganku?" tanya Ular Tua sambil mengangkat alisnya."Kalau nggak, untuk apa aku duduk di sini?" Afkar mengangguk, lalu berkata pada Fadly, "Adik Ipar, cip!""Adik ipar?" Mendengar panggilan Afkar terhadap Fadly, Codet tertegun sejenak. Kemudian, dia tertawa terbahak-bahak, "Bu Felicia ganti tunangan lagi ya?"Dengan wajah muram, Fadly berjalan ke sisi Afkar dan bertanya dengan nada dingin, "Apa yang kamu lakukan? Kamu bisa judi?"Sialan, jangan-jangan pria simpanan ini sengaja mau memerasnya?"Berikan saja cipnya!" jawab Afkar sambil tersenyum. Apakah Afkar bisa berjudi? Sebenarnya tidak bi

Latest chapter

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 516

    Shafa tertegun sejenak, lalu menoleh ke arah yang ditunjuk oleh ayahnya."Itu Lyra dan Bibi Aruna?" seru Shafa dengan wajah penuh kejutan. Kemudian, dia berlari ke arah mereka dengan penuh semangat.Sambil berlari, dia berseru dengan suara jernih dan ceria, "Kak Lyra! Bibi Aruna! Kalian juga di sini?"Di sana tidak lain adalah Aruna, putri Keluarga Subroto, bersama dengan Lyra, cicit dari Bayu.Hari ini, Aruna juga membawa Lyra untuk bermain. Kebetulan, mereka juga memilih restoran ini untuk makan siang. Namun, mereka datang lebih awal sehingga sudah mulai menikmati makanan.Melihat Shafa berlari ke arah mereka, Afkar ragu sejenak, lalu akhirnya mengikuti. Pertemuan terakhir di rumah Keluarga Subroto memang tidak berjalan dengan baik. Namun, karena sudah bertemu di sini, Afkar merasa setidaknya harus menyapa mereka."Shafa? Kamu juga di sini?" Lyra juga tampak terkejut dan senang. Dia langsung meletakkan sendoknya, lalu melompat turun dari kursi.Namun, begitu melihat Afkar, tatapannya

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 515

    "Ah! Papa, mobil di belakang jatuh!" Shafa menempelkan tubuhnya di kursi belakang. Wajahnya penuh dengan keterkejutan.Afkar terkekeh-kekeh, lalu perlahan menghentikan mobil di pinggir jalan. "Sayang, tunggu di dalam mobil. Papa mau lihat sebentar.""Oh! Perlu telepon ambulans untuk bantu mereka nggak?" tanya Shafa dengan ekspresi baik hati, tetapi matanya yang besar itu tampak nakal.Dari caranya berbicara, dia lebih mirip bocah kecil yang menikmati kemalangan orang lain. Mobil di belakang itu terus mengklakson mereka, jadi Shafa merasa mereka sangat menyebalkan.Afkar turun dari mobil dan berjalan ke tepi pagar pembatas. Dia melihat air sungai beriak beberapa kali sebelum akhirnya dua kepala muncul ke permukaan.Tatapan Afkar menyipit sedikit saat melihat Oloan. Dia langsung mengenali pria itu! Bukankah ini salah satu pembunuh bayaran yang terakhir kali disewa oleh Renhad untuk membunuh Jovian?Selain itu, ada juga seorang pemuda asing yang belum pernah dia lihat sebelumnya.Afkar me

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 514

    "Bunyikan klakson! Bunyikan klakson!" teriak Raijin dengan marah, lalu mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil. Kemudian, dia memekik lagi, "Berhenti! Aku suruh kamu berhenti!"Tuut! Tuut! Tuut!Afkar mendengar suara klakson dari belakang. Dari kaca spion, dia melihat seorang pemuda mengeluarkan kepala dan meneriakkan sesuatu ke arahnya.Afkar lantas merasa bingung. 'Dari mana orang aneh ini datang? Kamu ingin membunuhku, tapi malah menekan klakson untuk menyuruhku berhenti?''Kamu anggap aku bodoh atau memang otakmu rusak? Dasar idiot! Aku mau mengajak putriku bermain, nggak ada waktu untuk meladeni orang sepertimu,' batin Afkar sambil memutar mata.Tuut! Tuut! Tuut!Tuut! Tuut!Namun, suara klakson itu semakin mendesak."Papa, mobil di belakang sepertinya mengklakson kita, 'kan? Berisik sekali!" tanya Shafa dengan bingung. Dia juga merasa ada yang tidak beres."Ah, klakson mereka rusak, nggak ada urusannya dengan kita!" timpal Afkar dengan santai."Benaran? Tapi, Papa, kenapa kamu

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 513

    Saat mengawal Adry dan rombongannya sebelumnya, Afkar bukan hanya berbincang santai dengan Marcel dan yang lainnya di dalam mobil. Sepanjang perjalanan, dia juga diajari banyak keterampilan militer.Kini, Afkar memiliki daya ingat yang luar biasa. Banyak hal yang bisa dia pelajari dengan cepat. Jika kemampuan militer yang profesional, dia tentu masih jauh di bawah tentara elite atau pasukan khusus. Namun, hal-hal dasar tidak sulit baginya.Raijin memasang bom waktu yang sebenarnya cukup sederhana. Bom itu hanya menggunakan beberapa kawat yang menghubungkan alat pengatur waktu. Di dalam negeri, pengawasan sangat ketat, jadi sulit mendapatkan teknologi canggih.Untuk jenis bom waktu yang sederhana seperti itu, Marcel dan para tentara dari pasukan garnisun telah mengajarkan Afkar cara membongkarnya. Jadi, setelah Afkar menemukannya, dia menonaktifkan bom itu dengan mudah."Ada yang ingin membunuhku?" Setelah masuk ke mobil, Afkar melemparkan bom yang sudah dibongkar ke dalam laci mobil. W

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 512

    "Aku mau ke taman hiburan, naik kuda besar, naik kapal bajak laut!" seru Shafa dengan penuh harapan."Oke, kita pergi ke taman hiburan!" Afkar mengangkat putrinya dengan senyuman lebar."Hore! Ke taman hiburan!" Shafa langsung bersorak gembira, terus bertepuk tangan dengan riang.Pukul 7 pagi, Afkar mengendarai mobilnya ke Funworld yang ada di Kota Nubes bersama Shafa.Setelah meninggalkan Vila Emperor dan melewati jembatan layang, sebuah mobil Jeep diam-diam mengikuti di belakang mereka.Mereka menyelip di antara lalu lintas dan mengikuti mobil Afkar tanpa jejak, dengan teknik penguntitan yang sangat canggih. Jelas, mereka terlatih secara profesional.Di dalam mobil Jeep, seorang pemuda yang duduk di kursi depan menatap dengan ekspresi dingin sambil bertanya kepada pria yang mengemudi, "Oloan, kamu yakin mobil di depan itu target kita, 'kan?"Oloan mengangguk. "Aku sudah menyelidiki selama beberapa hari. Target memang mengendarai mobil itu. Ketua, apa kita harus membunuhnya?"Pemuda i

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 511

    Malam itu, Afkar duduk bersila di tengah halaman. Di sekelilingnya, beberapa giok spiritual melayang di udara.Seiring dengan berjalannya Mantra Roh Naga, sejumlah besar energi spiritual tersedot keluar dari giok-giok itu dan mengalir masuk ke tubuhnya melalui setiap tarikan dan embusan napas.Di dalam pusat energi, energi sejati dalam bentuk cair semakin penuh dan terkonsolidasi. Energi sejati dalam tubuh Afkar berbeda dari para kultivator biasa. Energinya berasal dari penyempurnaan energi spiritual langit dan bumi yang bercampur dengan energi naga yang mengalir dari ginjal naga.Energi campuran ini jauh lebih kuat dan lebih dahsyat dibandingkan energi sejati para kultivator biasa!Ditambah lagi, fisik Afkar telah mengalami penguatan dan rekonstruksi oleh energi naga, membuatnya jauh lebih tangguh dibandingkan para ahli di tingkat yang sama.Inilah alasan mengapa dalam level yang sama, Afkar benar-benar mengungguli semua lawannya.Energi sejati campuran ini diberi nama khusus oleh Afk

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 510

    Edbert menatap dengan tatapan yang berkilat beberapa kali, lalu melambaikan tangannya dan memberi isyarat kepada yang lain untuk tidak bergerak.Saat ini, Afkar menunjuk Gustav, lalu berkata kepada Gael dengan kesal, "Aku menyelamatkan tuan mudamu, tapi kamu bukan hanya nggak menepati janjimu, malah membawa orang tua ini untuk menekanku!""Kalau kamu cuma takut melawan perintah keluarga, setidaknya kamu bisa mencoba menengahi sedikit, bukan malah ikut memaksaku bersama orang tua ini! Dengan demikian, aku mungkin masih bisa memaafkanmu!""Tapi, kamu sama sekali nggak menunjukkan sedikit pun rasa bersalah saat itu! Barusan, kamu bahkan ingin menyuruh kepala keluargamu menghabisiku! Kalau aku nggak membunuhmu, orang lain akan menganggapku mudah diinjak!"Saat mengucapkan itu, mata Afkar bersinar tajam. Kemudian, dia mengayunkan telapak tangannya ke arah Gael.Bam! Krak! Dengan satu pukulan yang mengenai ubun-ubun Gael, tulang tengkoraknya langsung remuk. Dia pun meregang nyawa seketika."

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 509

    Sepengetahuan Edbert, keluarga dan sekte tersembunyi sering mengirim generasi muda mereka keluar untuk berlatih di dunia luar secara diam-diam. Para junior ini dilarang mengungkapkan asal-usul keluarga mereka.Hanya mereka yang berhasil tumbuh dengan kekuatan sendiri yang berhak mendapatkan status dalam keluarga mereka. Afkar sangat mungkin termasuk dalam kategori ini!Jika tidak memiliki latar belakang kuat, bagaimana mungkin dia bisa membuat begitu banyak pil, bahkan beberapa di antaranya merupakan pil berkualitas tinggi?Jika ada yang mengatakan bahwa anak ini hanyalah seorang ahli biasa dari dunia fana, Edbert tidak akan memercayainya meskipun nyawanya dipertaruhkan!"Pak Afkar, sebenarnya kamu berasal dari keluarga mana? Bisa berbagi sedikit informasi?" Edbert mencoba menelusuri lebih jauh, ingin mengetahui lebih dalam tentang latar belakang Afkar.Namun, begitu ucapan itu dilontarkan, Afkar langsung mengerutkan alis dan mendengus dengan dingin."Sudah kubilang, aku nggak punya la

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 508

    Edbert secara refleks menangkap botol kaca itu. Setelah tertegun sejenak, dia menatap Afkar lekat-lekat. "Apa ini?"Di dalam botol kaca itu, tampak beberapa pil berbentuk bulat. Saat ini, Gustav menyipitkan mata sambil melangkah maju dengan cepat. "Pak, biar aku yang lihat."Edbert mengangguk dan menyerahkan botol itu kepadanya. Gustav membukanya, lalu menghirup aromanya. Kemudian, dia menuangkan beberapa pil dan mengamati dengan saksama."Ini semua ... pil obat?" tanya Gustav dengan ekspresi penuh keterkejutan.Afkar mengangguk. "Benar! Yang berwarna hijau adalah Pil Pembuka Meridian, yang biru adalah Pil Pemulih Energi, sedangkan yang merah adalah Pil Pemulih Cedera ...."Afkar menjelaskan efek dari masing-masing pil secara singkat. Setelah mendengarnya, para anggota Keluarga Samoa yang hadir pun menunjukkan ekspresi terkejut."Pil-pil ini ... semua kamu yang buat?" Gustav menatap Afkar dengan tatapan tajam.Beberapa alkemis Keluarga Samoa memang bisa membuat pil, tetapi hanya mampu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status