Share

Bab 6

Author: Russel
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Tit! Tit! Tit!

Sepuluh menit kemudian, suara mesin yang terpasang di tubuh Lowel mulai stabil. Darah yang dikeluarkan dari jempol kaki kanan Lowel terlihat berwarna kebiruan. Setelah meminum darah ayam, kondisi Lowel juga mendadak mulai normal.

"Syukurlah!" Sutopo menangis saking terharunya.

Dokter menyeka keringat dingin di tubuhnya dan menghela napas panjang. Tekanan yang dialaminya tadi benar-benar luar biasa! Jika sampai terjadi sesuatu pada putra Sutopo, rumah sakit mereka akan langsung gulung tikar dan nasibnya juga akan celaka!

"Dokter, sepertinya Lowel memang keracunan?" tanya Felicia.

Sutopo memelototi dokter itu dengan marah, "Kantin rumah sakit kalian meracuni pasien?"

"Nggak! Mana mungkin? Mana mungkin kami meracuni pasien?"

Wajah dokter tampak pucat pasi. Sedetik kemudian, sudut matanya melirik ke sebuah termos yang terletak di samping meja. Di dalamnya ternyata adalah sup ular yang tersisa!

"Dari mana sup ular ini?" tanya dokter tiba-tiba dengan kaget.

"Ini masakan istriku untuk menutrisi tubuh anakku. Kenapa?" tanya Sutopo.

"Aku mengerti sekarang! Masalahnya ada pada sup ular ini! Menu makanan kantin hari ini adalah lobak! Kedua makanan ini memang nggak beracun kalau dimakan terpisah. Tapi kalau dimakan bersamaan, akibatnya bisa fatal!"

Dokter itu menggeleng sambil tertawa getir, lalu menghela napas. "Nggak kusangka, pemuda tadi itu malah bisa mendeteksinya secepat itu! Semua yang dikatakannya memang benar!"

Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Sutopo berubah drastis. Ternyata anaknya hampir saja meninggal karena sup ular yang dibawakannya. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika Afkar tidak meninggalkan pesan itu sebelum pergi tadi!

Seketika, Sutopo merasa ketakutan, bersalah, sekaligus bersyukur ....

Detik berikutnya, Sutopo berjalan ke hadapan Felicia. "Bu Felicia, tolong sampaikan terima kasihku pada Pak Afkar. Aku setuju untuk bekerja sama dengan perusahaanmu. Jalankan saja semuanya sesuai persyaratan yang kamu ajukan."

"Beberapa hari lagi kita tanda tangan saja kontraknya. Oh ya, saat kita ketemu lain kali, tolong bawa Pak Afkar juga bersamamu. Dia adalah penyelamat anakku. Aku harus minta maaf dan berterima kasih padanya langsung," ucap Sutopo.

Wajah cantik Felicia tampak terkejut. Dia buru-buru berkata, "Oh, oke! Baik ...."

Hanya dengan begitu saja, kesepakatan dengan Sutopo sudah selesai? Felicia yang tadinya masih merasa sangat putus asa, tidak menyangka akan terjadi perubahan secepat ini. Sepertinya dia salah menilai Afkar tadi.

Pada akhirnya, Afkar memang telah membantunya. Namun, dia malah telanjur mengusir Afkar. Bagaimana ini?

....

Keesokan paginya pukul tujuh. Afkar yang sedang duduk merenung, tiba-tiba mendengar pergerakan Shafa.

Begitu membuka mata, seberkas kilatan tajam muncul di mata Afkar. Meskipun tidak tidur sepanjang malam, semangatnya tetap sangat penuh. Aliran panas dari energi naga yang mengalir dari ginjal kirinya, terus-menerus memperkuat dan menutrisi tubuhnya.

Sepanjang malam itu, dia telah berhasil membenahi ingatan di dalam pikirannya. Mantra Roh Naga adalah sebuah seni bela diri yang mencakup serangan, pertahanan, dan teknik membunuh.

Kitab Naga adalah ilmu kedokteran yang sangat mendalam dan luas. Sementara itu, Jurus Mata Naga adalah ilmu fengsui yang mampu meramal dari hal kecil seperti keberuntungan pribadi hingga nasib suatu negara.

"Papa." Pada saat itu, terdengar suara lembut yang memanggilnya.

Shafa telah bangun. Begitu membuka mata, Shafa tampak gembira saat melihat ayahnya sedang duduk di sampingnya.

"Gimana perasaanmu?" tanya Afkar sambil mengelus wajah putrinya dengan penuh kasih sayang. Sebenarnya, Afkar sudah bisa melihat kondisi tubuh Shafa dengan jelas setelah mengalirkan energi naga di kedua matanya.

Kondisi Shafa sangat baik sekarang. Hanya saja, ada sedikit energi hitam yang mengitari bagian sumsum tulang belakangnya. Ini menandakan bahwa penyakitnya masih belum pulih sepenuhnya.

"Shafa lapar sekali! Shafa ingin makan roti goreng ...." Gadis kecil itu mencemberutkan bibirnya sambil mengelus perutnya.

"Oke, Papa belikan untukmu!" Afkar benar-benar kegirangan mendengar putrinya mengatakan bahwa dia sedang lapar.

Sebelumnya, penyakit Shafa terus memburuk sehingga dia tidak bernafsu makan sama sekali. Bahkan semua makanan yang disuapkan ke mulutnya juga akan dimuntahkannya. Kini Shafa telah bisa mengeluhkan lapar. Ini adalah sebuah pertanda baik.

"Jangan! Shafa nggak mau Papa pergi! Shafa lapar sekali, tapi nggak mau Papa pergi. Gimana ini?" tanya gadis kecil itu sambil memegang tangan ayahnya dan mencibir.

Afkar tersenyum sambil berpura-pura marah. "Shafa harus patuh, Papa sebentar lagi saja sudah pulang."

"Oh, Papa nggak tidur semalaman ya? Kalau nggak, Papa tidur saja dulu. Shafa ... sebenarnya nggak terlalu lapar kok," ujar Shafa tiba-tiba teringat sesuatu.

Hanya saja, perutnya yang keroncongan telah mengkhianatinya. Shafa menutup wajahnya dengan malu.

"Haha ... kamu masih berani bilang nggak lapar? Papa nggak ngantuk. Kamu tunggu Papa pulang saja di sini," kata Afkar melihat tampang putrinya yang tersipu.

"Papa jahat! Papa ngejek Shafa! Huh!" teriak Shafa dengan kesal di dalam selimut. Afkar membujuk putrinya sejenak sebelum keluar untuk membelikannya roti.

Baru saja keluar dari pintu rumah sakit, ponselnya tiba-tiba berdering. Ternyata panggilan dari Felicia!

Afkar telah "menjual dirinya" kepada Felicia kemarin dan bahkan menandatangani perjanjian. Tentu saja dia telah meninggalkan kontak untuk Felicia.

"Bu Felicia?" tanyanya setelah menjawab telepon.

"Kenapa kamu nggak jemput aku? Bukannya sudah kubilang, ke depannya kamu yang bertugas antar jemput aku pulang kerja!" Begitu telepon itu diangkat, Felicia langsung melancarkan pertanyaan bertubi-tubi kepada Afkar.

Yang tidak terlihat oleh Afkar adalah, ternyata wajah Felicia yang dingin selama ini, sekarang malah tampak merona di ujung telepon! Padahal kemarin dia yang menyuruh Afkar untuk enyah. Tujuan dan maksudnya juga sangat jelas.

Hari ini, Felicia akhirnya memutuskan untuk menelepon Afkar setelah ragu-ragu cukup lama. Jadi, Felicia terpaksa menggunakan nada bicara yang mendesak dan mendominasi ini untuk menutupi kecanggungannya.

"Hah? Jemput kamu? Bukannya kemarin kamu suruh aku ...." Afkar agak kebingungan menanggapinya.

"Jangan banyak bicara! Kamu sudah tanda tangan perjanjian kemarin, aku juga sudah bantu lunasi biaya pengobatan putrimu. Kenapa? Kamu mau ingkar janji sekarang?" hardik Felicia sambil mendengus.

"Aku ...." Afkar berkeringat dingin.

Apanya yang mau ingkar janji? Padahal jelas-jelas Felicia yang menyuruhnya enyah kemarin dan mengatakan tidak mau menemuinya lagi. Kenapa sekarang malah jadi dia yang ingkar janji?

Wanita memang sulit dimengerti.

"Kamu apanya? Apa maksudmu?" desak Felicia seakan-akan merasa sangat kesal karena sikap Afkar yang "ingkar janji".

"Jadi, aku jemput kamu sekarang?" tanya Afkar setelah tersenyum getir.

"Sekarang nggak perlu, aku sudah sampai di kantor. Kita makan di Restoran Damai sama-sama siang ini." Setelah berkata demikian, Felicia langsung mengakhiri panggilan itu tanpa memberi kesempatan pada Afkar untuk menolaknya.
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bang Zai
mantap, cerita nya, membangun motivasi diri
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 7

    Dalam waktu kurang dari setengah jam, Afkar telah tiba di pasar pagi bagian barat kota. Di pinggir jalan dekat pintu masuk pasar, ada sebuah warung yang menjual roti goreng. Afkar sengaja datang ke tempat ini karena dia tahu bahwa warung ini menggunakan minyak berkualitas bagus."Bos, beri aku satu ... eh, dua. Nggak, lima kilogram roti goreng, deh .... Sama dua mangkuk kembang tahu, dibawa pulang!" ujar Afkar kepada bos warung.Bos warung itu menatap Afkar dengan aneh. "Nak, kamu bukan mau mengacau, 'kan?"Afkar menggeleng dengan tak berdaya. "Kalau nggak, aku bayar duluan!"Energi naga yang terus-menerus mengalir dari ginjal kirinya memperkuat tubuh Afkar dan membuatnya perutnya terasa seperti lubang tanpa dasar yang membutuhkan banyak nutrisi.Dia bahkan lebih lapar daripada Shafa sekarang! Afkar bahkan merasa dirinya seolah-olah bisa menghabiskan seekor sapi sendirian!Mendengar bahwa Afkar ingin membayar lebih dulu, penjual itu pun akhirnya merasa tenang. Dia menunjuk ke tumpukan

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 8

    Farel segera berlutut dan menyelipkan beberapa pil darurat untuk penyakit jantung ke mulut kakeknya. Namun, kondisi kakeknya tidak membaik sedikit pun. Malah, ekspresi wajahnya semakin menunjukkan rasa sakit yang mendalam. Dalam sekejap, wajahnya menjadi pucat pasi!"Kakek! Kakek!" teriak Farel dengan panik.Jika terjadi sesuatu pada kakeknya, bagaimana dia bisa menjelaskannya saat pulang nanti? Keluarga Subroto tidak akan mampu menanggung kabar buruk itu. Seisi Kota Nubes juga mungkin akan gempar!Sementara itu, Barra buru-buru mengeluarkan ponselnya dan menelepon 118. Di sekitar mereka, para pejalan kaki dan pengunjung warung mulai berbisik-bisik membicarakan situasi tersebut."Ada apa ini?""Sepertinya ada yang kena serangan jantung!""Jangan-jangan, roti goreng di warung ini bermasalah?"Dalam kepanikannya, Farel mencoba memijat titik di antara hidung dan bibir kakeknya. Namun saat tangannya menyentuh filtrum kakeknya, ekspresinya berubah drastis. Ternyata, pernapasan kakeknya suda

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 9

    Freya berdandan dengan sangat mencolok dan seksi. Pinggulnya yang ramping bergoyang dengan gemulai saat dia berjalan, membuatnya terlihat menawan. Harus diakui, wanita ini memang memesona!Dulunya, Afkar lumayan kaya. Selama bertahun-tahun, Freya menghabiskan uang Afkar untuk merawat dirinya sendiri dan membuat dirinya tampak sangat muda dan segar. Dari penampilannya, sama sekali tidak terlihat bahwa dia pernah melahirkan anak!Menatap mantan istrinya yang sedang dipeluk oleh orang lain, hati Afkar terasa perih."Aku bukan datang untuk minjam uang darimu! Aku sudah dapat uang untuk mengobati penyakit Shafa!" pungkas Afkar dengan nada dingin."Kalau bukan untuk minjam uang, lalu kenapa kamu mengikutiku? Jangan-jangan kamu masih berharap padaku? Kusarankan sebaiknya kamu nggak usah mimpi!" Freya mengangkat alis sembari menatap Afkar dengan sinis."Dasar miskin, kamu masih berani berharap sama Freya? Coba becermin saja dulu! Freya nggak mungkin akan balikan sama kamu. Menyerahlah. Haha ..

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 10

    Afkar akhirnya mengerti mengapa Felicia mencarinya lagi. Dia mau menebus kesalahannya karena insiden kemarin? Kelihatannya, anak Sutopo memang benar-benar keracunan kemarin! Dengan demikian, Felicia merasa sangat tidak rasional dan malu karena mengusir Afkar.Menghadapi pertanyaan Felicia yang mendesaknya, Afkar hanya tersenyum hambar. Kedua matanya menatap Felicia dan berkata, "Sepertinya anak Pak Sutopo memang keracunan kemarin? Kalau tebakanku nggak salah, anaknya nggak mati dan kamu merasa sangat berterima kasih padaku sekarang. Benar begitu?""Karena itu, kerja samamu dengannya kemungkinan besar akan berhasil. Dengan kata lain, aku sudah membantumu kemarin, tapi kamu malah mengusirku, 'kan? Jadi, hari ini kebenarannya sudah terungkap. Kalau aku menamparmu sekali, bukankah itu seharusnya dan wajar?"Meskipun nada bicara Afkar terdengar tenang, setiap kata yang dia ucapkan penuh dengan logika dan alasan yang kuat.Setelah kata-kata itu dilontarkan, Felicia sontak tertegun. Matanya y

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 11

    Selanjutnya, Barra mulai menceritakan semua kejadian yang terjadi pagi ini. Barra adalah seorang ahli bela diri, sehingga dia cukup memahami titik meridian di tubuh manusia. Jadi, dia bisa memberitahukan dengan jelas titik meridian mana saja yang ditekan oleh Afkar saat itu.Setelah mendengarnya, wajah Dokter Bian sontak terperangah. "Hebat! Luar biasa .... Entah dari keluarga kedokteran mana orang ini berasal. Tapi, luar biasa sekali dia bisa memicu detak jantung Pak Bayu dengan cara seperti ini.""Pantas saja kondisi Pak Bayu malah membaik setelah penyakitnya kambuh. Kalau bisa dipijat beberapa kali lagi, mungkin Pak Bayu masih bisa hidup 10-20 tahun lagi!" puji Dokter Bian.Mendengar hal ini, semua orang di tempat itu langsung terkejut."Dokter Bian, tadi Barra sudah beri tahu kamu bagaimana anak muda itu melakukannya. Kalau begitu, bukankah sama saja kalau kamu lakukan sesuai caranya?" tanya istri Bayu, Tara."Ya, benar! Dokter Bian, lakukan sesuai cara anak muda itu saja," timpal

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 12

    Begitu Fadly mengucapkan perkataan itu, ekspresi Felicia sontak berubah. Sebab, adiknya bisa menebak rencananya dengan jelas.Namun, Afkar malah terkekeh-kekeh dan berkata, "Katanya anak orang kaya biasanya sangat beretika. Dilihat dari kondisinya sekarang, sepertinya nggak semuanya begitu. Feli, begini cara adikmu bicara sama kakak iparnya?"Bukan hanya tidak melepaskan pelukannya dari tubuh Felicia, Afkar bahkan semakin mempererat pelukannya. Seketika, wangi Felicia yang semerbak membuat hatinya bergetar.Felicia merintih pelan dan tangannya mencubit pinggang Afkar di belakang. Namun, ekspresinya malah tampak tersipu. Dia tidak menyangka bahwa Afkar bahkan tidak gentar menghadapi Fadly yang telah berhasil membongkar kedok mereka.Orang ini benar-benar berbeda dengan dua orang sebelumnya. Keberanian ini saja sudah jauh melebihi dua orang pengecut itu. Tidak ada wanita yang akan tertarik pada pria yang selalu tunduk dan patuh. Meskipun Felicia tidak akan tersentuh hanya karena tindakan

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 13

    Semua orang tidak menyangka bahwa Afkar akan mendorong bawahan Fadly dan duduk di seberang Ular Tua. Ahli judi itu menoleh pada Fadly untuk meminta persetujuannya. Fadly juga tidak tahu apa yang hendak dilakukan Afkar, sehingga dia menoleh pada kakaknya.Namun, Felicia juga memandang Afkar dengan tatapan yang sama bingungnya dengan Afkar."Hehe, ganti orang lagi ya?" ejek Codet."Nak, kamu mau main denganku?" tanya Ular Tua sambil mengangkat alisnya."Kalau nggak, untuk apa aku duduk di sini?" Afkar mengangguk, lalu berkata pada Fadly, "Adik Ipar, cip!""Adik ipar?" Mendengar panggilan Afkar terhadap Fadly, Codet tertegun sejenak. Kemudian, dia tertawa terbahak-bahak, "Bu Felicia ganti tunangan lagi ya?"Dengan wajah muram, Fadly berjalan ke sisi Afkar dan bertanya dengan nada dingin, "Apa yang kamu lakukan? Kamu bisa judi?"Sialan, jangan-jangan pria simpanan ini sengaja mau memerasnya?"Berikan saja cipnya!" jawab Afkar sambil tersenyum. Apakah Afkar bisa berjudi? Sebenarnya tidak bi

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 14

    Klik! Suara yang pelan ini terkesan begitu keras dalam ruangan yang hening. Semua orang tersentak mendengarnya. Afkar akhirnya menutup silinder pistolnya. Di dalamnya berisi lima peluru dan hanya ada satu slot yang kosong!"Jangan bilang aku curang, coba kamu periksa dulu!" Dengan mata tertutup kain hitam, Afkar meletakkan pistol di atas meja judi dan mendorongnya ke arah Ular Tua.Ular Tua saling bertukar pandang dengan Codet, kemudian mengambil pistol itu dan memeriksanya. Ternyata benar, tidak ada masalah! Setelah memeriksanya, pistol itu dikembalikan kepada Afkar. Dengan mata tertutup, Afkar kembali memutar silinder dengan tangannya."Anak muda, ini bukan judi. Ini murni bunuh diri!" seru Ular Tua sambil menelan ludah. Suaranya terdengar serak dan tidak setenang sebelumnya lagi. Menurutnya, tindakan Afkar ini tidak ada bedanya dengan bunuh diri!Dalam perjudian, selalu ada peluang untuk menang. Namun sekarang, Ular Tua merasa Afkar pasti akan mati."Kamu sendiri yang menyuruhku men

Latest chapter

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 148

    "Pak Dennis, bukan begitu. Jangan salah paham. Aku nggak bersekongkol dengan siapa pun untuk menipumu. Aku ... aku hanya salah nilai! Tapi, aku benar-benar nggak bermaksud menipumu!" jelas Teddy dengan gugup.Sementara itu, Yuvan masih terduduk di tanah sambil memandangi batu-batu tidak berharga di sana. Dia bergumam dengan linglung, "Nggak mungkin, nggak mungkin ...."Saat ini, Felicia tersenyum mengejek dan berkata, "Viola, ternyata pacarmu tukang tipu. Untung saja ada Afkar yang membongkar triknya. Seorang wanita harus pintar-pintar cari pacar yang bisa diandalkan. Jangan sampai kamu diperdaya."Kata-kata yang diucapkan dengan ringan oleh presdir cantik ini membuat Viola kesal setengah mati."Ka ... kamu!" Viola sangat marah hingga tidak bisa berkata-kata. Pacar yang tadi dibangga-banggakannya kini terlihat begitu menyedihkan."Nggak bermaksud menipuku? Kalau hanya ada satu atau dua batu gagal, itu mungkin kebetulan. Tapi, kalau semuanya batu gagal begini, mana mungkin itu kebetulan

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 147

    Yuvan memandang Afkar dan berkata, "Teruskan taruhannya! Aku bertaruh 20 miliar! Potong batu ini. Aku nggak percaya semua batu-batuku gagal!"Yuvan memilih sebongkah batu mentah seukuran kepala manusia dengan sentuhan warna hijau di permukaannya."Oke! Kita teruskan," sahut Afkar yang sudah menerima uang Teddy sambil mengangguk dan tersenyum. Tidak ada alasan untuk menolak uang gratis!Beberapa menit kemudian, semua orang memandang batu mentah yang sudah terbelah menjadi beberapa bagian dengan beragam ekspresi. Wajah Yuvan memucat, Teddy terlihat tidak percaya, dan Viola memasang raut masam.Izora dan Naufal saling memandang, terlihat sama-sama terkejut. Mungkinkah ucapan Afkar benar? Semua batu mentah ini hanyalah sampah?"Papa ternyata bukan buaya, tapi orang hebat yang punya mata tajam! Hahaha!" ucap Shafa sambil tertawa manis dan bertepuk tangan.Afkar tersenyum masam, lalu mencubit hidung mungil putrinya dan berucap lembut, "Sejak awal Papa memang bukan buaya.""Tolong potong semu

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 146

    Saat mendengar pertanyaan Dennis, Teddy sontak berkeringat dingin. Dia hanya bisa menjawab dengan ekspresi muram, "Kebetulan, ini hanya kebetulan! Batu-batu mentah ini jelas-jelas berkualitas tinggi!""Ya, pasti hanya kebetulan. Lagi pula, hanya satu yang bermasalah. Batu mentah memang sulit diprediksi. Paman Dennis, sisanya pasti nggak ada masalah!" timpal Yuvan buru-buru. Dia juga merasakan kilat curiga dari tatapan Dennis padanya tadi."Jangan banyak bacot. Master Teddy, tolong bayar dulu uangnya. Dua puluh miliar untuk sebongkah batu nggak berharga. Kamu royal juga," cibir Naufal.Sekarang Naufal memihak pada Afkar. Dia sudah menahan kesal dari tadi karena orang-orang ini terus mengejek dan meremehkan Afkar."Iya, cepat bayar! Master apanya? Lihat saja batu nggak berharga ini! Yuvan, apa kamu mau menipu ayahku?" tanya Izora sambil cemberut."Jangan asal ngomong! Ini hanya kebetulan! Lagi pula, akulah yang harus dibayar di sini. Kenapa kalian harus begitu terburu-buru?" balas Yuvan

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 145

    Pada saat ini, Dennis meminta seseorang untuk menempatkan batu mentah tersebut ke mesin pemotong. Batu itu sudah siap untuk dibelah.Afkar berulang kali mengatakan bahwa seluruh batu dalam tumpukan itu hanyalah sampah. Dennis ingin sekali memberinya pelajaran. Lagi pula, dia hanya menyediakan orang dan alat tanpa harus membayar apa pun."Mau dipotong seperti apa?" tanya si tukang potong batu pada Afkar dan Teddy."Mulai dari garis ini, lalu diampelas perlahan-lahan!" ujar Teddy sambil menggambar garis dengan kapur.Sementara itu, Afkar mengerucutkan bibirnya dan berucap dengan tidak sabar, "Aku rasa langsung potong dari tengah saja biar nggak buang waktu!"Mendengar ucapan itu, Viola langsung menyemprot, "Afkar, kamu tahu bakal kalah jadi mau menghancurkan batunya ya? Kamu nggak rela Master Teddy diuntungkan, 'kan?"Teddy menimpali dengan dingin, "Hei, jangan main licik!"Dennis juga mengerutkan keningnya. Tatapannya pada Afkar jadi makin tidak suka. Dia merasa pemuda ini terlalu beris

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 144

    Mendengar Afkar menerima tantangan itu dengan santai, Teddy terdiam sesaat sebelum mengejek, "Kelihatannya kamu benaran nggak tahu apa-apa. Jangan memaksakan diri.""Kalau kamu minta maaf sekarang dan mengakui bahwa kamu bicara sembarangan, aku nggak akan mempermalukanmu," tambah Teddy."Dasar bodoh! Batu ini jelas-jelas akan menghasilkan giok hijau. Nggak tahu apa-apa, tapi beraninya kamu menantang Master Teddy!" ejek Viola dengan sinis."Julukan Mata Dewa Master Teddy bukan tanpa alasan. Bahkan tanpa dia, orang yang paham sedikit soal giok pasti tahu bahwa batu ini nggak akan mengecewakan. Ketidaktahuan memang menakutkan. Haha ...," timpal Yuvan sambil tersenyum dan menggeleng.Afkar menatap mereka dengan tenang, lalu berujar, "Pengetahuan umum bukanlah kebenaran mutlak. Bukan cuma batu ini, aku berani bertaruh bahwa setiap batu dalam tumpukan ini kosong!"Mata Felicia berkedip menatap Afkar. Menurutnya batu itu jelas akan menghasilkan giok hijau, tetapi karena Afkar begitu yakin, di

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 143

    Dennis tidak peduli dengan perselisihan yang terjadi antara orang-orang di sekitarnya. Fokusnya hanya pada kualitas batu mentah yang baru tiba."Nggak ada masalah. Semua batu ini adalah bahan unggulan dengan peluang tinggi untuk menghasilkan giok hijau. Pak Dennis bisa membeli ini dengan tenang," ucap Teddy dengan penuh keyakinan sambil mengangguk.Mendengar hal ini, wajah Dennis menunjukkan secercah senyuman. Dia pun mengangguk setuju. Namun pada saat yang sama, Afkar tiba-tiba berbicara dan mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan semua orang di sana."Aku rasa, sebaiknya Pak Dennis jangan beli batu-batu ini. Semua batu mentah di sini cuma sampah!" Ucapan Afkar membuat semua orang tertegun. Mereka menatapnya dengan ekspresi kaget.Yuvan langsung memaki, "Omong kosong!""Afkar, kamu pasti iri karena Yuvan lebih unggul darimu sehingga sengaja cari masalah, 'kan? Dengan matamu itu, kamu pikir bisa menilai kualitas batu giok?" ejek Viola dengan dingin.Teddy mendengus, lalu berbicara den

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 142

    Melihat kehadiran Viola, raut wajah Felicia langsung berubah masam. Dia memalingkan wajah karena enggan menanggapi sepupunya itu.Afkar hanya memperhatikan batu-batu mentah yang ada di sekeliling. Dia tidak tertarik untuk berdebat dengan seorang wanita.Di sisi lain, Izora dan Naufal mengernyit. Kemudian, Naufal bertanya kepada Afkar, "Kak Afkar, siapa dia?""Cuma sepupu iparku. Biarkan saja," jawab Afkar sambil melambaikan tangan."Cuih! Siapa juga yang mau jadi sepupu iparmu? Dasar nggak tahu malu! Kamu kira, kamu sudah jadi menantu Keluarga Safira ya?" tanya Viola sambil menatapnya dengan sinis.Pemuda yang sedang berdiri di samping Dennis mengangkat alis. Dia memandang Felicia dengan tatapan takjub sebelum menoleh kepada Afkar dengan pandangan meremehkan. Kemudian, dia bertanya pada Viola, "Jadi, dia menantu pecundang Keluarga Safira?""Eh, jaga bicaramu! Jangan bicara sembarangan tentang Pak Afkar!" tegur Izora dengan ekspresi kesal.Shafa menggenggam tangan Afkar, lalu berbicara

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 141

    "Aku akan habiskan!" Usai berkata demikian, Naufal mengangkat gelasnya dan bersulang dengan Afkar. Dia mengernyit dan meminum semuanya dalam satu tegukan.Begitu selesai minum, wajahnya langsung memerah dan jelas sekali menahan rasa sakit. Tenggorokannya terasa seperti diiris-iris. Itu luar biasa pedih.Melihat Naufal menderita, mata Izora mulai berkaca-kaca. Dia bertanya, "Naufal, kamu baik-baik saja?"Afkar juga menenggak minuman dalam gelasnya, lalu mengulurkan tangan ke arah Naufal. Meski wajah Naufal berkerut untuk menahan sakit, dia tetap meraih tangan Afkar dan berjabat tangan dengannya."Pak Naufal, mohon bantuanmu ke depannya," ucap Afkar sambil tersenyum lebar.Naufal berusaha tersenyum, tetapi tiba-tiba dia terkejut. Dia merasakan aliran energi hangat mengalir masuk dari tangan Afkar melalui titik akupunktur di punggung tangannya.Kemudian, energi itu perlahan memperbaiki luka bakar yang dirasakannya. Rasa perih yang tadinya menyakitkan di tenggorokannya, kini terasa hangat

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 140

    Afkar merasa curiga dengan kedua orang ini karena pernah terlibat dalam masalah dengan mereka sebelumnya. Itu sebabnya, dia tidak berharap banyak dari mereka.Felicia juga menatap keduanya, lalu bertanya, "Nona Izora, ada perlu apa?"Berhubung masih di wilayah Kota Nubes, Felicia mengenali Izora meskipun mereka bukan teman dekat. Dia adalah putri pemilik Gunawan Jewelry."Kak Felicia, sebenarnya nggak ada masalah besar. Kami cuma mau traktir Pak Afkar makan. Pak Afkar, apa kamu punya waktu?" tanya Izora sambil tersenyum.Afkar menatap mereka dengan ekspresi sedikit aneh, lalu bertanya, "Mau traktir aku makan?"Naufal mengangguk sambil menjawab dengan suara serak, "Ya. Pak Afkar, aku mengundangmu dengan tulus. Tolong kasih aku kesempatan."Dua puluh menit kemudian, mereka sudah berada di sebuah restoran yang menyajikan hidangan khas daerah. Naufal menuangkan segelas minuman untuk Afkar, lalu berucap, "Pak Afkar, aku benar-benar senang melihatmu kembali dengan selamat!"Mendengar itu, A

DMCA.com Protection Status