"Bu, Pak! A ... aku nggak melakukan apa-apa! Aku janji nggak bakal memberi tahu siapa pun!" Pemilik restoran hampir berlutut di hadapan mereka saking takutnya."Jangan panik. Kami cuma mau ganti ruang privat," ujar Felicia dengan nada datar.Sepuluh menit kemudian, Felicia menelepon menyuruh orang mengurus jasad para pembunuh itu. Pihak restoran sangat kooperatif dalam hal ini.Faktanya, Afkar tidak akan dipenjara sekalipun polisi mengetahui insiden ini. Hanya saja, akan lebih merepotkan karena ada banyak proses yang harus dilalui.Di ruang privat baru, Afkar mengelus kepala Shafa. Gadis kecil itu pun bangun. Hidangan lezat telah memenuhi meja makan, ditambah lagi pemilik restoran memberi komplimen.Shafa mengejapkan matanya. Dia bertanya dengan agak malu, "Kenapa aku malah ketiduran? Aku harus makan banyak sekarang!"Selesai berbicara, Shafa menjilat bibirnya dan menatap makanan di meja dengan penuh antusiasme. Afkar membelai kepala putrinya dan bertanya, "Mau makan apa? Biar Ayah amb
Selesai makan, Afkar mengemudikan mobil ke Kompleks Graha untuk mengantar Felicia pulang. Kemudian, ayah dan anak itu baru pulang ke rumah mereka.Afkar menghitung uangnya. Sepertinya sudah waktunya dia membeli rumah supaya tidak menyewa lagi. Lagi pula, uangnya sudah cukup.Di kediaman Keluarga Subroto hari itu, Afkar terus menolak, tetapi Bayu bersikeras memberinya 2 kartu bank. Itu artinya, uang Afkar sudah mencapai 40 miliar lebih. Dia bisa membeli rumah.Setibanya di rumah, waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Begitu turun dari mobil, Afkar melihat seseorang berdiri di depan pintu.Ketika melihat orang itu, Afkar pun mengernyit dan menolak kehadirannya. Di sisi lain, Shafa justru mengejapkan matanya, terlihat terkejut sekaligus gembira."Mama! Mama datang! Papa, itu Mama!" seru Shafa dengan girang. Afkar hanya mengangguk dan memaksakan senyuman.Shafa langsung melepaskan sabun pengamannya dan melompat turun dari mobil. Sosok mungil itu berlari sambil berseru, "Mama!"Siapa lagi
"Cih, kamu masih mau merahasiakannya dariku?" tanya Freya sambil bersandar di tubuh Afkar.Afkar sontak mendorongnya dan bertanya dengan dingin, "Sebenarnya ada urusan apa kamu kemari? Kalau nggak ada urusan, pergi sana!"Begitu mendengarnya, tebersit kekesalan pada tatapan Freya. Saat berikutnya, dia mengeluh dengan manja, "Suamiku, kenapa kamu begini padaku?""Kamu panggil aku apa? Kita sudah bercerai. Suamimu Rafai, bukan aku! Jaga omonganmu!" bentak Afkar sambil tersenyum sinis."Suamiku, kamu rasa aku bisa mencintai pria lain? Aku cuma mencintaimu seorang! Aku minta cerai cuma karena ingin mengambil uang Rafai. Dengan begitu, kita bisa mengobati Shafa.""Kamu nggak akan memahami penderitaanku. Apa kamu tahu betapa sedihnya aku saat melihatmu menjual pabrik dan keluarga kita bangkrut? Makanya, aku memutuskan untuk mengikuti Rafai! Aku sangat menderita karena harus berpura-pura mencintai Rafai!" jelas Freya sambil menangis.Wanita itu bahkan menggoyang lengan Afkar dan memasang eksp
Setelah melewati situasi terpuruk dalam hidupnya, Afkar menjadi lebih rasional sekarang. Dia teringat pada reaksi Freya saat melihat Shafa tadi.Shafa merentangkan tangannya untuk memeluk ibunya dengan penuh semangat, tetapi Freya hanya mengelus kepala Shafa dengan tidak acuh.Bahkan, sorot mata Freya terus tertuju pada Bentley Mulsanne. Apakah seperti ini reaksi seorang ibu yang mengorbankan diri demi pengobatan anaknya?Seketika, Afkar menjadi lebih tenang. Dia seperti penonton yang menyaksikan sandiwara Freya. Kemudian, dia mendorong Freya dan meraih bahunya sambil bertanya dengan panik, "Freya, sudah berapa uang yang kamu ambil dari Rafai? Cepat berikan kepadaku.""Hah?" Freya termangu sesaat dan menatap Afkar dengan heran. Dia melihat Afkar mengemudikan mobil mewah dan melihat Afkar dihormati oleh Barra. Tidak mungkin Afkar kekurangan uang, 'kan?Entah peluang apa yang didapatkan oleh Afkar hingga menjadi sekeren ini. Itu sebabnya, Freya ingin balikan dengan Afkar.Tentunya, Freya
Fadly paling menyayangi Felicia. Dia tidak ingin melihat kakaknya terluka sedikit pun. Meskipun Keluarga Safira mendesak Felicia menikah dengan Noah, Fadly tetap berpihak padanya. Bisa dilihat betapa Fadly menyayangi Felicia.Itu sebabnya, begitu mengetahui ada yang mendekati kakaknya dengan berniat jahat, Fadly sontak murka dan membawa para bawahannya kemari untuk menangkap Afkar!"Boneka? Apa maksudnya?" tanya Freya sambil menatap Afkar dengan bingung.Afkar mengedikkan bahu dan menyahut, "Bukannya sudah kubilang aku jual diri? Yang memberiku uang adalah Nona Besar Keluarga Safira. Aku pura-pura jadi suaminya dan dinafkahinya. Mobil ini punya dia. Aku cuma sopirnya."Begitu mendengarnya, ekspresi Freya menjadi sangat masam. Dia memelototi Afkar dan bertanya, "Jadi, gimana dengan Kak Barra?""Mungkin karena mereka takut pada Keluarga Safira? Lagian, Keluarga Safira keluarga besar di Kota Nubes, 'kan?" sahut Afkar.Kemudian, Afkar meraih bahu Freya dan meneruskan, "Freya, berhenti bert
Fadly menyuruh salah satu orang kepercayaannya untuk melindungi Shafa. Afkar pun menuruti perintahnya, bahkan membiarkan Fadly memborgol tangannya dan membawanya ke mobil.Bukannya Afkar takut kepada Fadly, tetapi dia tidak tahu apa yang terjadi. Karena Fadly adik Felicia, Afkar pun tidak ingin bertarung dengannya dan ingin mencari tahu apa yang terjadi dulu."Fad, apa maksudmu ini? Aku kakak iparmu lho," tanya Afkar yang duduk di jok belakang dalam keadaan tangan diborgol.Fadly langsung duduk di sampingnya. Dia menatap Afkar dengan sinis dan menghardik, "Jangan sok dekat denganku!"Kemudian, Fadly mengeluarkan pistol dan menodongkannya ke kepala Afkar sambil meneruskan, "Katakan, siapa sebenarnya kamu? Apa tujuanmu mendekati kakakku?""Kalau kamu tahu aku tinggal di mana, kamu seharusnya sudah menyelidikiku, 'kan? Mana mungkin kamu nggak tahu identitasku," timpal Afkar dengan tidak acuh."Tentu saja sudah. Kamu bawahan Farel, 'kan? Dia yang menyuruhmu mendekati kakakku, 'kan?" bentak
Begitu mendengarnya, sudut bibir Fadly sontak berkedut. Berani sekali Afkar mengajarinya cara bertindak!Namun, Afkar menyebutkan lokasi dan waktunya hingga begitu spesifik. Sepertinya dia tidak berbohong. Untuk sesaat, Fadly tidak tahu harus bagaimana membuat keputusan."Kamu pernah menolong Pak Bayu? Kamu bisa keterampilan medis? Kamu jago berjudi, bertarung, bahkan menguasai ilmu medis? Kamu manusia atau dewa?" sindir Fadly."Terima kasih atas pujian tak langsung ini. Kalau aku nggak hebat, mana mungkin kakakmu tertarik padaku?" sahut Afkar sambil menyeringai. Dia tidak bersikap rendah hati sedikit pun."Buset!" maki Fadly yang mendapati Afkar tidak menyadari sindirannya. Sesudahnya, dia menatap Afkar lekat-lekat dan berkata, "Aku masih nggak percaya padamu, kecuali kamu bisa membuktikan keterampilan medismu. Kalau nggak, aku akan mencari cara untuk mengusirmu dari sisi kakakku!"Afkar mencebik sambil bertanya, "Gimana caraku membuktikannya? Membantumu mengobati insomniamu? Mudah sa
Setibanya di kamar lantai 2, tampak sekelompok orang berkumpul di sana. Sementara itu, Gwen yang berparas cantik tampak berbaring di ranjang dengan wajah pucat.Wanita itu memejamkan mata karena koma. Seorang dokter berjas putih berdiri di pinggir ranjang untuk mengamati kondisinya. Ada juga seorang pria paruh baya berdiri di samping dengan ekspresi serius, cemas, dan penuh harap. Dia tidak lain adalah Panglima Kota Nubes, Daru.Di sisi lain ranjang, masih ada seorang pemuda yang tampak cemas. Tatapannya dipenuhi kesedihan saat menatap Gwen. Dia adalah Adry, teman kuliah sekaligus rekan kerja Gwen.Mereka sama-sama melakukan penelitian di lembaga penelitian Kota Nubes. Adry juga penggemar Gwen dan hubungan mereka sudah termasuk dekat.Setelah masuk, Fadly melirik Gwen terlebih dahulu. Ketika melihat Gwen masih tidak sadarkan diri, ekspresinya menjadi sangat cemas. Kemudian, dia melirik Adry dengan tatapan permusuhan.Adry juga melirik Fadly dan mendengus dingin. Fadly bertanya dengan p
"Ya sudah, jangan nangis lagi. Papa akan masuk dan melihatnya. Papa nggak akan membiarkan Paman Mateo meninggal."Afkar menghapus air mata Shafa, lalu segera memasuki ruang gawat darurat. Felicia mengikuti di belakangnya.Saat itu, dokter yang baru saja keluar dari ruangan hanya bisa menggeleng mendengar perkataan Afkar. Mereka mengira Afkar hanya berusaha menenangkan anaknya."Kalau pasien masih bisa selamat dalam kondisi ini, berarti dia seorang dewa! Kami saja nggak bisa menyelamatkannya, apa yang bisa dia lakukan?" Kepala dokter itu mencibir, merasa tidak senang dengan pernyataan Afkar.....Di dalam ruang gawat darurat, Mateo terbaring di sana. Darah masih mengalir perlahan dari mulut dan hidungnya.Beberapa alat medis dan tabung telah dilepas, hanya selembar kain putih yang menutupi tubuhnya. Jelas, pihak rumah sakit telah menyerah untuk menyelamatkannya dan langkah berikutnya adalah mengurus jenazahnya.Namun, seolah-olah merasakan sesuatu atau mungkin itu adalah momen terakhirn
Beberapa SUV melaju di jalan menuju ibu kota provinsi dari Kota Nubes. Di salah satu mobil, Noah memegang wajahnya dengan ekspresi dipenuhi keengganan dan kebencian. Matanya tampak tajam dan menyeramkan."Dasar pria tua bangka! Kamu tega memukulku demi orang luar!" Noah menggeram dengan penuh kebencian.Kemudian, dia menatap tajam ke arah David yang duduk di sebelahnya sambil berkata dengan galak, "Kamu keluar dari mobil!"David terkejut dan bertanya dengan takut, "Pak ... ada apa?""Aku ingin kamu tetap tinggal di Kota Nubes. Manfaatkan mantan istri Afkar untuk memisahkan dia dari Felicia!" Tatapan Noah berkilat tajam.Mendengar ini, ekspresi David tampak cemas dan takut. "Tapi ... Afkar akan membunuhku kalau aku melakukan itu.""Diam! Aku nggak menyuruhmu bertarung dengannya! Kalau kamu menolak, akan kubunuh kamu sekarang juga! Jangan pikir Afkar akan mengampunimu meskipun kamu nggak membantuku!" maki Noah sambil mencengkeram rambut David.Dengan tubuh gemetaran, David akhirnya menga
Dengan wajah penuh rasa malu dan bersalah, Heru memohon dengan tulus, "Aku sudah menyuruhnya pergi. Aku tahu kalau kalian bertemu, kamu pasti akan membunuhnya! Tapi, dia cucuku!""Pak, aku sudah menghukumnya dengan keras dan Keluarga Sanjaya akan memberi kompensasi besar sebagai permintaan maaf. Karena Bu Felicia dan putrimu nggak terluka, apa kamu bisa mengampuni Noah demi aku? Aku rela kehilangan martabatku!"Karen menggigit bibirnya dan berkata kepada Afkar dengan suara lembut, "Afkar, kujamin Kak Noah nggak akan melakukannya lagi! Demi hubungan kita, apa kamu bisa mengampuni nyawanya? Kakek sebenarnya berniat ...."Karen memberi tahu rencana Heru kepada Afkar, "Kak Noah sebenarnya impoten, makanya mentalnya agak bermasalah. Dia sebenarnya agak kasihan! Dia pasti khilaf. Apa kamu ... bisa mengampuninya?"Mendengar ini, senyuman dingin muncul di wajah Afkar. Dengan gigi terkatup, dia berkata, "Dia kasihan? Lalu, gimana dengan korbannya? Bukankah mereka lebih kasihan? Penyakit bukan a
Saat melihat Noah diusir oleh kakeknya sendiri, Felicia awalnya terkejut. Namun, dia segera merasa bangga! Dia merasa bangga karena suaminya! Meskipun Afkar tidak datang, dia tetap melindungi Felicia dari kejauhan!Felicia tidak menyangka bahwa kakek dan adik Noah datang karena Afkar. Mereka memarahi Noah habis-habisan dan langsung menyuruhnya pergi sejauh mungkin.Di sisi lain, Afkar membawa Shafa mengendarai mobil menuju lokasi. Setelah menggeledah seluruh tempat, dia tidak menemukan jejak Noah. Wajahnya langsung berubah menjadi suram.Afkar tahu bahwa dirinya terlambat, Noah sudah memindahkan semua. Saat membayangkan Felicia berada di tangan orang sekejam Noah, Afkar merasa sangat khawatir.Jika Felicia terluka, Afkar tidak akan pernah memaafkan diri sendiri, bahkan Noah harus dihancurkan hingga berkeping-keping! Seluruh Keluarga Sanjaya harus binasa!Namun, tiba-tiba tiga sosok muncul di depannya. Heru dan Karen ternyata datang bersama Felicia!"Afkar ...." Felicia melihat Afkar ya
Hanya saja, wajah Heru yang telah pulih sepenuhnya ini membuat Noah tercengang!Sebelumnya di telepon, Heru pernah memberi tahu Noah bahwa dokter sakti telah menyembuhkan wajahnya yang hancur. Namun, Noah sama sekali tidak menyangka hasilnya bisa sedahsyat ini!Saat itu juga, Noah semakin tidak sabar untuk bertemu dengan dokter sakti itu!"Kakek, para anak buah mungkin nggak mengenalimu dan Karen. Kenapa kamu nggak mengabariku saja? Aku bisa turun untuk menyambut kalian! Untuk apa berkelahi dengan mereka?"Noah mengira anak buahnya telah menghalangi kakeknya dan Karen masuk, sehingga keduanya terpaksa menerobos.Noah tersenyum, lalu melirik ke belakang Heru. "Kakek, di mana dokter sakti yang kamu sebutkan itu?"Plak! Begitu Noah selesai bicara, Heru langsung melayangkan sebuah tamparan keras ke wajahnya!Tubuh Noah sampai berputar satu kali akibat tamparan itu. Separuh wajahnya sontak bengkak. Dia pun menatap kakeknya dengan kaget dan bingung."Kakek, kenapa kamu menamparku?"Wajah Her
Sebelumnya, Heru pernah memberi tahu Noah bahwa dokter sakti yang akan mengobatinya bukan hanya memiliki keahlian medis yang luar biasa, tetapi juga memiliki kemampuan bela diri yang hebat.Tadi saat bertelepon, Heru menyebutkan kehebatan dokter sakti itu lagi. Hal ini langsung membuat Noah kembali melihat secercah harapan untuk menghabisi Afkar!Mampu mengalahkan empat grandmaster? Orang sehebat itu pasti bisa membunuh Afkar dengan mudah!Itu sebabnya, Noah kembali bertindak tanpa rasa takut! Bahkan, dia berencana untuk menunggu kakeknya membawa dokter sakti itu kemari, lalu menyuruh Afkar kemari dan membunuhnya di tempat.Melihat tingkah Noah yang gila dan penuh kepuasan diri, Felicia merasa cemas dan bingung. Apa? Noah bisa menemukan ahli sehebat itu?"Noah, kamu benar-benar gila! Kalau kamu berani melukai Afkar, aku bersumpah nggak akan melepaskanmu meskipun aku menjadi roh!" pekik Felicia dengan penuh kebencian sambil menggertakkan giginya."Hahaha. Setelah pria itu mati, kamu aka
Noah baru saja menyuruh orang membawa Felicia ke kamar tidur saat menerima telepon dari Heru."Kakek, kenapa meneleponku di jam segini?" tanya Noah dengan bingung setelah menenangkan diri."Kamu di mana sekarang? Sudah sampai di Kota Nubes? Aku akan bawa Dokter Sakti ke tempatmu." Nada bicara Heru terdengar setenang mungkin. Dia mencoba menyembunyikan kegelisahannya."Hah? Sekarang sudah hampir jam 4 subuh. Kenapa malah datang jam segini?" Noah kaget sejenak, merasa curiga."Kamu ini nggak tahu apa-apa. Dokter Sakti bilang masalahmu ini butuh keseimbangan energi yin dan yang! Makanya, harus diobati tepat saat matahari terbit, saat siang dan malam berganti!""Kalau nggak datang sekarang, mau kapan lagi? Kamu sudah sampai di Kota Nubes atau belum? Kalau belum, cepat berangkat sekarang, mungkin masih sempat! Kalau nggak, harus menunggu sehari lagi!"Suara Heru terdengar tegas dan yakin. Alasan yang dibuatnya terdengar sangat masuk akal hingga Noah tidak curiga sedikit pun. Dia hanya meras
Mendengar kata-kata itu, ekspresi Afkar langsung berubah drastis!Felicia! Felicia juga jatuh ke tangan Noah?"Dasar bajingan! Apa yang mau kamu lakukan pada Felicia? Kuperingatkan kamu, kalau kamu berani menyentuhnya, aku akan membunuhmu!"Dari sisi lain telepon, Noah meledak dalam tawa gila yang mengerikan. Kekurangan fisik yang dia alami sejak kecil telah membuat pikirannya kacau. Bahkan setelah menyaksikan kekuatan Afkar yang luar biasa, rasa takutnya justru berubah menjadi hasrat balas dendam yang semakin kuat."Hahaha ... Oh, ya? Kalau begitu, datang dan bunuh aku! Ayo!""Di mana kamu? Katakan!" Afkar menggertakkan giginya, penuh amarah."Apa mungkin aku kasih tahu kamu? Cari aku kalau bisa! Pastikan kamu menemukanku sebelum aku selesai bermain-main sama Felicia! Hahaha ...."Noah tertawa penuh kegilaan sebelum langsung menutup telepon! Ekspresi wajah Afkar terus berubah, menahan emosi yang semakin memuncak.Namun detik berikutnya, matanya yang tajam langsung menatap salah satu a
"Dasar bodoh, jimat ini adalah barang yang kamu jual sendiri!""Kamu nggak pernah menyangka, bukan? Jimat ini bisa memancarkan kekuatan grandmaster sejati! Kamu akan mati oleh barang yang kamu ciptakan sendiri! Betapa menyedihkannya itu!" Karta tertawa kejam sambil memamerkan jimat di tangannya.Mendengar hal itu, Afkar hanya tertawa kecil dan menggelengkan kepala. "Dasar bodoh! Menurutmu grandmaster adalah puncak kekuatan, ya?""Diam! Mati kamu!" teriak Karta penuh kemarahan, lalu merobek jimat itu.Zing!Huruf emas di permukaan jimat menyala terang, melepaskan energi besar yang langsung berkumpul menjadi sebuah huruf kuno yang artinya "Hancur".Dengan senyum penuh kebencian, Karta mengarahkan energi itu ke Afkar dan membiarkan huruf bercahaya itu meluncur dengan kecepatan luar biasa ke arahnya."Mati kamu!" Noah berteriak dari layar, matanya bersinar penuh kegembiraan.David memandangi layar dengan wajah penuh harap. "Hancurkan dia! Mati kamu, Afkar!"Namun, beberapa detik kemudian,