Setibanya di kamar lantai 2, tampak sekelompok orang berkumpul di sana. Sementara itu, Gwen yang berparas cantik tampak berbaring di ranjang dengan wajah pucat.Wanita itu memejamkan mata karena koma. Seorang dokter berjas putih berdiri di pinggir ranjang untuk mengamati kondisinya. Ada juga seorang pria paruh baya berdiri di samping dengan ekspresi serius, cemas, dan penuh harap. Dia tidak lain adalah Panglima Kota Nubes, Daru.Di sisi lain ranjang, masih ada seorang pemuda yang tampak cemas. Tatapannya dipenuhi kesedihan saat menatap Gwen. Dia adalah Adry, teman kuliah sekaligus rekan kerja Gwen.Mereka sama-sama melakukan penelitian di lembaga penelitian Kota Nubes. Adry juga penggemar Gwen dan hubungan mereka sudah termasuk dekat.Setelah masuk, Fadly melirik Gwen terlebih dahulu. Ketika melihat Gwen masih tidak sadarkan diri, ekspresinya menjadi sangat cemas. Kemudian, dia melirik Adry dengan tatapan permusuhan.Adry juga melirik Fadly dan mendengus dingin. Fadly bertanya dengan p
Setelah selesai melakukan pemeriksaan, Bian menjelaskan hasilnya dengan penuh percaya diri. Begitu mendengar ucapannya, semua orang yang berada di sana tampak gembira.Daru juga mengangguk dengan kegirangan. "Bagus sekali! Reputasi Dokter Bian memang tiada duanya! Kalau begitu, maaf telah merepotkan Anda!"Fadly juga turut bergembira saat mendengar penyakit Gwen bisa diobati. Hanya saja, dia jadi sia-sia membawa Afkar ke sini.Di sisi lain, Adry juga menunjukkan ekspresi yang sangat antusias. Dia menggenggam tangan Gwen sambil berseru dengan gembira, "Gwen, syukurlah! Akhirnya kamu sadar juga!"Afkar yang berdiri di dekatnya, memperhatikan sesuatu yang berbeda di balik wajah Adry yang penuh kegembiraan. Meskipun Adry tampak sangat bahagia, Afkar menangkap sekilas ejekan di wajahnya. Namun, kepada siapa ejekan itu ditujukan?Saat itu, Bian mengeluarkan satu set jarum perak. Setelah disterilkan, dia bersiap untuk memulai terapi akupunktur pada Gwen.Namun, tepat saat jarum pertama baru a
Semua orang menatap dengan penuh harap, menunggu Bian untuk menyadarkan Gwen. Dengan percaya diri, Bian memasukkan jarum perak ke pelipis Gwen, diikuti dengan beberapa titik akupunktur lainnya seperti di antara alis dan hidung."Sudah selesai!" seru Bian setelah beberapa saat sambil menyeka keringatnya. Dia terlihat sangat yakin dengan hasil pengobatannya."Ugh ... ugh ...." Tiba-tiba terdengar erangan pelan dari tenggorokan Gwen."Gwen akan segera sadar!" kata Bian dengan senyuman lebar. Semua orang yang melihat kondisi itu mulai tampak senang dan optimis."Bagus! Bagus sekali! Pak Bian memang ahli dalam hal ini. Aku pasti akan memberimu penghargaan besar ...." Daru mulai mengucapkan terima kasih dengan penuh rasa syukur.Namun, ucapannya tiba-tiba terhenti. Sebab, adegan berikutnya membuatnya terkejut dan ekspresinya berubah dalam sekejap."Ugh! Ugh ...." Suara dari tenggorokan Gwen masih terdengar, tetapi semakin lama semakin aneh. Suara itu terdengar sangat menderita, seolah-olah j
"Kamu mau memilih untuk percaya padaku atau menunda-nunda waktu untuk membawanya ke rumah sakit?" tanya Afkar."Oke, kamu coba saja! Kalau kamu benar-benar bisa selamatkan putriku, aku akan bersujud minta maaf padamu. Kalau nggak bisa, aku akan membunuhmu bersama dokter gadungan ini!" ujar Daru akhirnya setelah mengamati Afkar selama beberapa detik.Daru memancarkan aura seorang pemimpin yang telah membantai ribuan musuh di medan perang. Tidak ada yang meragukan keseriusan ancamannya.Namun, Afkar hanya tersenyum tipis dan berkata dengan tenang, "Sebenarnya, Pak Bian bukan dokter gadungan. Metode pengobatannya benar ... tentu saja, itu dengan syarat kalau nggak ada orang yang diam-diam melakukan sesuatu pada tubuh putrimu!""Apa maksudmu?" tanya Daru."Kalau masalah itu, harus kamu tanyakan padanya!" ucap Afkar sembari menunjuk ke arah Adry.Mendengar hal itu, Daru terdiam sesaat, lalu menatap Adry dengan penuh curiga. Ekspresi Adry langsung berubah menjadi muram. "Hei, apa maksudmu? K
Begitu Afkar melontarkan ucapannya, wajah Adry seketika berubah pucat! Ketakutan dan kebencian yang mendalam terlihat jelas di matanya. Detik berikutnya, Adry yang tadinya bersikap membela diri tiba-tiba berlari menuju jendela di lantai dua. Dia berniat melarikan diri dengan melompat keluar.Melihat hal ini, Daru mendengus marah dan langsung mengejarnya dengan kecepatan tinggi. Meski Adry memiliki kemampuan yang lumayan, dia bukanlah tandingan bagi seorang pemimpin militer seperti Daru.Dalam waktu singkat, Daru telah berhasil menjatuhkan Adry dengan menebaskan telapak tangannya ke tengkuk Adry dan membuatnya pingsan seketika. Saat celana Adry ditarik, terlihat jelas bahwa dia mengenakan celana dalam seperti yang dikenakan sumo."Hmph! Orang dari Negara Sakura?" Daru mendengus dingin dengan tatapan yang penuh amarah."Sudah kuduga si berengsek ini bukan orang baik-baik!" Melihat semua ini, Fadly menggertakkan giginya dan mengutuk Adry. Ekspresinya menyiratkan tatapan puas."Hm ...."Pa
Kebetulan sekali, Afkar memang berniat membeli rumah beberapa hari ke depan. Sekarang sepertinya dia tidak perlu mencari rumah lagi ...."Oh ya, siapa namamu? Kamu bawa KTP nggak? Biar aku suruh orang untuk urus prosedurnya," tanya Daru."Afkar," jawab Afkar sambil memperkenalkan diri dengan tersenyum.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Bian langsung berubah. Dengan bersemangat, dia bertanya, "Kamu yang namanya Afkar? Kamu yang menolong Pak Bayu di pasar pagi itu?"Afkar mengangguk. "Ya, aku orangnya. Memangnya kenapa?"Afkar tersenyum getir sambil menggelengkan kepalanya. "Pantas saja! Pantas saja ... kalau tahu itu kamu, aku nggak akan permalukan diriku sendiri hari ini!"Ketika mengingat dirinya yang menasihati Afkar saat Afkar memperingatkannya tadi, Bian merasa bersalah.Pada saat ini, Fadly melihat Bian dan Afkar secara bergantian. Kecurigaannya terhadap Afkar akhirnya menghilang. Sepertinya, Afkar benar-benar pernah menolong Bayu.Setelah itu, Daru menyambut Afkar dengan an
Daru tidak menyembunyikan kekagumannya terhadap Afkar. Dia bahkan memanggilnya sebagai adik dan ingin menjodohkan putrinya dengan Afkar.Meski perkataannya itu terkesan mendadak, Daru sebenarnya sudah mempertimbangkannya dengan matang. Kemampuan medis Afkar sangat hebat sampai membuat Daru merasa rendah diri. Menjalin hubungan dengan dokter sehebat itu jelas akan sangat menguntungkan baginya. Selain itu, kekuatan seni bela diri Afkar juga luar biasa!Terlepas dari semua keuntungan yang bisa didapatkannya dengan menjalin koneksi dengan Afkar, Daru merasa Afkar pasti akan memiliki masa depan yang cerah jika berkarier dalam bidang militer. Dia benar-benar tertarik pada bakat Afkar.Namun, Fadly yang berada di samping merasa khawatir. Semakin lama, ucapan Daru semakin tidak masuk akal. Gwen adalah wanita pujaannya dan sekarang Daru malah ingin menjodohkan wanita pujaannya dengan kakak iparnya?"Paman, dia itu kakak iparku!" seru Fadly dengan nada cemas dan bingung.Mendengar hal itu, Daru
Daru tidak punya pilihan selain menyuruh Afkar untuk sering berkunjung jika ada waktu luang. Selain itu, dia juga memberikan kartu akses di wilayah militer.Setelah keluar dari wilayah kemiliteran."Kalian berdua naik mobil lainnya, aku mau bicara berduaan sama kakak iparku," perintah Fadly kepada dua bawahannya, lalu duduk di kursi pengemudi."Kenapa? Apa lagi yang mau kamu obrolkan? Caraku mengenal Keluarga Subroto sama persis dengan yang kulakukan hari ini dengan Pak Daru," pungkas Afkar sambil mengangkat alisnya.Fadly terkekeh-kekeh. "Bukan, bukan soal itu! Kak Afkar, aku sudah percaya padamu sekarang ...." Sambil berkata demikian, Fadly terbatuk perlahan dan berkata dengan kikuk, "Kamu juga sudah lihat sendiri tadi, aku lagi mau dekatin Gwen.""Jadi, tolong jaga rahasia tentang semua yang kamu lihat sebelumnya. Jangan ceritakan pada Pak Daru dan Gwen!"Daru sangat mengagumi Afkar dan bahkan sudah meminta Gwen untuk memanggilnya kakak. Mereka juga sudah bertukar kontak, jadi pasti
Gedung TV adalah bangunan tertinggi di sekitar kawasan itu, di mana menjulang puluhan meter ke udara. Di atasnya, beberapa helikopter tempur berputar-putar mengawasi situasi dengan siaga penuh.Di dalam helikopter, beberapa penembak jitu terbaik sudah mengarahkan bidikan mereka ke arah atap, tepat pada sosok Hantu Senyap yang duduk di sana.Mereka telah menerima perintah dari Daru, yaitu tembak dan bunuh target begitu ada kesempatan. Namun bagi para penembak jitu, mereka merasa tak perlu menunggu kesempatan lagi.Target mereka sama sekali tidak bersembunyi ataupun mencari perlindungan, bahkan tidak menyandera siapa pun sebagai tameng. Dari posisi mereka, kepala pria itu bisa ditembak kapan pun."Mungkin ini pertama kalinya dia melakukan aksi kriminal? Sama sekali nggak punya pengalaman menghadapi penembak jitu. Gampang sekali menembaknya," gumam salah satu penembak jitu dengan nada meremehkan. Tanpa ragu, dia langsung menarik pelatuk.Dor!Suara tembakan menggema di udara. Peluru memel
Hantu Senyap berucap, "Afkar, kamu pasti mengenali siapa yang ada di tanganku, 'kan? Kalau nggak mau istri dan anakmu mati, segera datang ke gedung stasiun TV. Aku kasih kamu waktu tiga jam. Kalau kamu nggak muncul setelah itu, aku akan bunuh mereka berdua!""Dasar pengecut! Kamu pikir dengan bersembunyi dan membuatku nggak bisa menemukanmu, aku akan melepaskanmu begitu saja? Kalau kamu memang punya nyali, jangan keluar! Aku akan mempersembahkan istri dan anakmu sebagai tumbal untuk muridku! Hahaha ...." Hantu Senyap memanfaatkan stasiun TV untuk mengancam Afkar secara langsung.Saat ini di seluruh penjuru kota, dari jalanan hingga gang-gang kecil, banyak layar publik menayangkan siaran langsung ancaman Hantu Senyap. Kejadian ini langsung menimbulkan kehebohan dan membuat seluruh kota gempar!"Apa yang terjadi?""Siapa pria itu? Berani sekali bertindak terang-terangan begini! Dia nggak takut polisi turun tangan?""Orang bernama Afkar itu benar-benar pengecut! Istri dan anaknya sudah di
Di dalam studio siaran langsung, penanggung jawab yang melihat rekannya mati dengan darah mengalir dari tubuhnya, terlihat sangat ketakutan. Tanpa berani membantah, dia mengangguk berulang kali dan menuruti perintah Hantu Senyap, "Oke! Oke ... tolong jangan gegabah ...."Para staf lainnya juga langsung kembali ke posisi mereka. Tidak ada satu pun yang berani menentang Hantu Senyap.....Di sebuah jalanan Kota Nubes, di dalam sebuah mobil bisnis berlapis kaca film hitam, seorang pria dengan ekspresi tegang sedang duduk diam. Dia adalah David. Di sekelilingnya, ada beberapa anak buahnya.Hingga kini, mereka masih belum bisa sepenuhnya tenang. Raut wajah mereka menunjukkan sisa ketakutan yang mendalam. Setelah mengatur napasnya, David menggertakkan giginya lalu menghubungi Noah melalui telepon."Gimana? Kamu sudah bunuh anaknya Afkar? Kapan kamu akan membawakan Felicia untukku? Hmm?" Suara Noah terdengar dari ujung telepon. Nada bicaranya dipenuhi kegelisahan dan harapan besar, seolah-ola
Saat tetes terakhir dari air spiritual berubah menjadi energi spiritual dan sepenuhnya diserap oleh Afkar, akhirnya dia membuka matanya dan menghentikan jalannya Mantra Roh Naga.Dalam kondisi pengamatan internal, Afkar bisa merasakan bahwa di dalam perutnya, pusat energi miliknya kini telah mendekati bentuk padat.Jika pusat energi pada tingkat pembangunan fondasi tahap menengah diibaratkan seperti bola air yang berubah menjadi merkuri, kini pusat energinya sudah seperti merkuri yang makin kental dan berubah menjadi zat seperti pasta kental. Itu sudah hampir mencapai bentuk padat.Tidak hanya itu, tubuh Afkar juga mengalami peningkatan kekuatan yang luar biasa. Meridian di dalam tubuhnya kini melebar secara signifikan, bahkan menjadi lebih kuat dan fleksibel.Di dalam meridiannya, aliran energi sejati yang berputar terasa makin padat dan bertenaga. Energinya mengalir deras seperti gelombang sungai yang tak terbendung.Mata Afkar berkilat tajam. Di dalam tubuhnya, dia bisa merasakan en
Felicia berpikir dalam hatinya, andai saja Afkar yang berengsek itu bisa sesederhana anaknya.Saat itu, Shafa tiba-tiba teringat pada ayahnya. Tatapannya dipenuhi kecemasan ketika bertanya, "Mama Felicia, apa ... apakah Papa benar-benar nggak menginginkan Shafa lagi?"Felicia mengusap lembut kepala bocah itu. Dia berbicara sambil tersenyum menenangkan, "Mana mungkin? Itu cuma omong kosong dari orang jahat. Papamu pasti akan segera kembali! Nggak peduli apa yang terjadi, satu hal yang pasti adalah dia nggak akan pernah meninggalkan anak kesayangannya.""Ayo pergi, kita harus keluar dari sini!" Sambil berkata begitu, Felicia menggenggam tangan mungil Shafa dan bersiap untuk segera meninggalkan tempat tersebut. Bagaimanapun juga, bangunan terbengkalai ini bukan tempat yang aman untuk mereka tinggali lebih lama.Terlebih lagi, Jimat Pencabut Nyawa milik Shafa sudah digunakan. Setelah menyaksikan sendiri betapa luar biasanya kekuatan benda itu, Felicia justru merasa sedikit menyesal.Sebelu
Suara benturan keras menggema di udara. Kata "mati" yang seolah memiliki wujud nyata menghantam tubuh Serigala Liar dengan kekuatan luar biasa.Tubuh Serigala Liar yang merupakan seorang ahli tingkat revolusi itu langsung terlempar ke belakang dengan kecepatan tinggi, bagaikan anak panah yang memelesat.Brak!Serigala Liar menabrak dan menembus sebuah dinding sebelum akhirnya jatuh ke tanah dengan keras.Begitu tubuhnya menyentuh tanah, ahli yang telah dibayar 400 miliar oleh David untuk menjadi pembunuh bayaran ini langsung memuntahkan darah yang bercampur dengan potongan organ dalamnya.Saat berikutnya, tubuh Serigala Liar menegang dan kakinya menendang ke atas sekali, lalu dia pun mengembuskan napas terakhirnya. Nyawanya sudah melayang!David yang menyaksikan kejadian itu langsung membelalakkan matanya. Anak buahnya pun sama terkejutnya.Dalam sekejap, sekelompok pria bersenjata itu mundur dengan panik. Mereka segera menjauh dari Felicia dan Shafa. Apa-apaan ini? Seorang ahli tingka
Shafa berdiri di sana. Tubuh mungilnya terlihat begitu kesepian dan terlantar. Sepasang mata besarnya yang biasanya begitu cerah, kini seolah kehilangan sinarnya dan benar-benar redup.Di dalam mata Shafa, kabut air mulai menggenang. Saat berikutnya, air matanya yang berukuran besar mulai berjatuhan dan menetes satu per satu. Tadi saat menghadapi orang-orang jahat ini, saat berhadapan dengan moncong pistol, Shafa sama sekali tidak menangis.Namun sekarang, saat melihat ibunya meninggalkannya tanpa sedikit pun rasa belas kasihan, untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang masih belia, Shafa memahami apa itu kesedihan yang sesungguhnya.Ayahnya sudah menghilang dan sekarang ibunya juga tidak menginginkannya lagi. Apakah itu berarti Shafa kini menjadi anak yang tidak diinginkan oleh siapa pun?Melihat Shafa yang menangis begitu pilu, hati Felicia terasa nyeri dengan cara yang sulit diungkapkan.Di sisi lain, seseorang malah berbicara, "Eh? Kamu menangis? Aduh, kasihan banget. Tenang saja.
Menurut David, sebenarnya dia tidak perlu sampai membunuh Freya untuk membungkamnya. Bagaimanapun, Freya sendiri ikut terlibat dalam semua kejahatan ini.David yakin bahwa wanita itu tidak akan sembarangan membuka mulut. Lagi pula, riwayat Afkar pasti sudah tamat kali ini. Apa yang masih perlu ditakutkan?David sudah memutuskan bahwa setelah semuanya beres, dia pasti akan mendapatkan Freya dan bersenang-senang dengannya. Kini, Afkar si Bajingan itu menghilang entah ke mana. Tidak jelas apakah dia sudah dibunuh orang atau sedang bersembunyi karena ketakutan.Meskipun David tidak bisa membalas dendam langsung pada Afkar, bisa bermain-main dengan mantan istrinya saja sudah cukup memuaskan baginya."Apa? David, ka ... kalian benaran ingin membunuh anakku?" tanya Freya dengan raut wajah penuh kebingungan dan ketidakpastian setelah mendengar percakapan tersebut.David menyeringai sambil balik bertanya, "Menurutmu?"Wajah Freya berkedut beberapa kali. Dia bertanya dengan nada cemas dan penuh
Ekspresi Felicia langsung berubah. Tanpa ragu, dia merobek tali yang mengikat tangan dan kakinya, lalu menerjang ke arah pengawal bersenjata!Orang-orang Fadly sudah dihabisi. Dia tahu tidak ada lagi yang bisa diharapkan! Dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri!Setelah menjalani pelatihan dasar selama beberapa waktu, tubuh Felicia jauh lebih kuat dari orang biasa, setara dengan seorang petarung fisik.Jelas sekali, David dan anak buahnya sama sekali tidak menyangka bahwa wanita cantik dan anggun seperti Felicia ternyata memiliki kekuatan seperti itu.Makanya, mereka hanya mengikatnya dengan tali biasa. Bagi Felicia, merobek tali semacam itu bukanlah masalah!Dor! Felicia menabrak pengawal bersenjata dengan keras. Hampir bersamaan, suara tembakan terdengar!Karena tubuhnya kehilangan keseimbangan, peluru itu melesat ke langit-langit rumah, menyebabkan pecahan semen dan debu berjatuhan.Saat itu, Shafa menatap Freya yang berdiri melindunginya, lalu menoleh ke arah Felicia yang beran