Daru tidak punya pilihan selain menyuruh Afkar untuk sering berkunjung jika ada waktu luang. Selain itu, dia juga memberikan kartu akses di wilayah militer.Setelah keluar dari wilayah kemiliteran."Kalian berdua naik mobil lainnya, aku mau bicara berduaan sama kakak iparku," perintah Fadly kepada dua bawahannya, lalu duduk di kursi pengemudi."Kenapa? Apa lagi yang mau kamu obrolkan? Caraku mengenal Keluarga Subroto sama persis dengan yang kulakukan hari ini dengan Pak Daru," pungkas Afkar sambil mengangkat alisnya.Fadly terkekeh-kekeh. "Bukan, bukan soal itu! Kak Afkar, aku sudah percaya padamu sekarang ...." Sambil berkata demikian, Fadly terbatuk perlahan dan berkata dengan kikuk, "Kamu juga sudah lihat sendiri tadi, aku lagi mau dekatin Gwen.""Jadi, tolong jaga rahasia tentang semua yang kamu lihat sebelumnya. Jangan ceritakan pada Pak Daru dan Gwen!"Daru sangat mengagumi Afkar dan bahkan sudah meminta Gwen untuk memanggilnya kakak. Mereka juga sudah bertukar kontak, jadi pasti
Pintu ruang tamu terbuka dan Afkar melangkah masuk dengan wajah serius. Di dalam ruang tamu, selain Felicia dan pengasuh yang bekerja di rumah itu, ada sepasang suami istri paruh baya serta seorang wanita muda.Ketiga orang itu berpakaian mewah dan memancarkan aura anggun serta angkuh. Mereka adalah Renhad, paman Felicia, dan istrinya, Jesslyn. Wanita muda itu adalah sepupu Felicia, Viola, putri Renhad.Melihat Afkar masuk, keluarga Renhad langsung terdiam sejenak. Namun tak lama kemudian, mereka mulai menatap Afkar dengan pandangan meremehkan."Kamu pria simpanan yang dicari kakak sepupuku?" tanya Viola sembari mengangkat alisnya. Pandangannya terhadap Afkar tampak sangat merendahkan.Keluarga Safira memang sudah mendengar bahwa tunangan Felicia kali ini tampaknya lumayan hebat. Dia bisa melumpuhkan Ervin dan membunuh tujuh pembunuh bayaran, tetapi bagi mereka itu bukanlah hal yang berarti. Kemampuan bertarung tidak mencerminkan status sosial.Orang yang pandai bertarung pada akhirnya
"Kami sudah sampaikan pesannya, kamu pertimbangkan sendiri apa yang harus kamu lakukan. Huh! Noah bisa mendekatimu juga karena kamu anggota Keluarga Safira. Kalau diusir dari keluarga ini, apa jadinya dirimu?""Kalau Keluarga Safira nggak menginginkanmu lagi, Noah punya ratusan cara untuk mendapatkanmu. Tiba saatnya, kamu juga bakal dipermainkannya, bukan? Untuk apa kamu berlagak sok suci? Cih!" sindir Jesslyn dengan ketus setelah melihat putrinya dipermalukan.Merasa dirinya paling bermoral, Jesslyn mencela Felicia sebagai orang yang egois. Ucapannya benar-benar kasar hingga membuat wajah Felicia memerah karena marah. Namun, Felicia tidak pandai berdebat dengan orang lain sehingga dia hanya bisa menahan emosi."Sebagai orang yang lebih tua, kamu malah memaki keponakanmu seperti orang yang nggak berpendidikan. Hidupmu sia-sia sekali ya?" celetuk Afkar yang tidak tahan lagi mendengarnya.Melihat Felicia dicaci maki ketiga orang ini hingga merasa jengkel, Afkar merasa tidak tega. Bagaima
Ekspresi Renhad berubah-ubah. Setelah mendengus dingin, pada akhirnya dia menurunkan tangannya. Dia sadar bahwa dirinya tidak akan bisa menang melawan Afkar. Jika benar-benar terjadi konflik, sudah pasti mereka yang akan dirugikan."Felicia, kami sudah sampaikan pesan nenekmu! Kamu cuma punya dua pilihan, antara usir pria simpanan itu atau tunggu diusir saja dari Keluarga Safira!" ujar Renhad sambil melempar pandangan dingin ke arah Afkar.Dalam pikirannya, Felicia tidak mungkin meningkatkan keuntungan Safira Farma 10 kali lipat hanya dalam waktu dua bulan. Jadi, dia percaya Felicia hanya memiliki dua pilihan.Mata Felicia menunjukkan keputusasaan dan kebingungan. Di balik sikapnya yang kuat, Felicia hanyalah seorang wanita lemah. Keluarga Safira sangat mematuhi perintah neneknya dan sekarang bahkan neneknya sendiri telah memberikan ultimatum terakhir. Apa yang bisa dia lakukan? Siapa yang bisa dia andalkan?Orang tuanya? Mereka tidak datang secara langsung untuk mendesaknya saja sudah
Renhad mendengus dengan tatapan galak. "Kamu mau buat keuntungan Safira Farma naik 10 kali lipat dalam 2 bulan? Jangan mimpi di siang bolong deh! Felicia, kamu bukan cuma bakal gagal, tapi perusahaan bakal rugi besar!"Kemudian, Renhad menghubungi sebuah nomor. Patut diketahui bahwa dulu orang yang mengurus Safira Farma adalah Renhad.Sebagai keturunan resmi generasi kedua yang telah mengelola perusahaan selama bertahun-tahun, tentu banyak staf yang mendengar instruksinya. Apalagi, Renhad melakukan semua ini atas nama Nyonya Tua Keluarga Safira. Demi melawan Felicia, dia tidak peduli pada keuntungan Safira Farma.Sementara itu, Afkar mengemudikan mobil mengantar Felicia ke perusahaan. Di tengah jalan, Felicia ditelepon Dara.Begitu menjawab panggilan, ekspresi Felicia menjadi sangat masam. Pagi ini, banyak petinggi perusahaan tiba-tiba mengundurkan diri atau meminta cuti dengan berbagai alasan. Dia tahu ini adalah perbuatan paman keduanya."Ada apa?" tanya Afkar. Ketika melihat ekspres
Felicia membuka matanya. Tebersit senyuman mencela pada ekspresinya. Dia merasa makin gusar."Kamu mau bicara dengan mereka? Mereka semua bawahan paman keduaku. Mereka saja menolak mendengarku, apalagi kamu. Kamu kira kamu siapa? Sudahlah, jangan memperkeruh suasana, Afkar," ucap Felicia dengan kesal.Karena suasana hatinya sedang sangat buruk, Felicia tak kuasa melampiaskan amarahnya pada Afkar. Ketika bicara, air matanya pun mengalir.Afkar terkekeh-kekeh, lalu menggenggam tangan Felicia dengan makin erat dan bertanya, "Percaya padaku ya?"Afkar bisa memahami suasana hati Felicia, makanya tidak bersikap perhitungan padanya. Di sisi lain, entah mengapa, Felicia merasa lebih tenang melihat senyuman lembut Afkar.Felicia melampiaskan amarahnya pada Afkar bukan karena dia meremehkan Afkar, melainkan karena benar-benar butuh pelampiasan.Setelah suasana hatinya stabil, Felicia cukup terkejut dengan sikapnya tadi. Selama ini, Felicia selalu bersikap dingin dan tenang. Tidak peduli semarah
"Serahkan saja semua kepadaku. Kalian keluar dulu. Suruh Bu Golda masuk," ucap Afkar sambil melambaikan tangan setelah melihat data sesaat.Afkar tidak ingin Felicia melihat cara apa yang digunakannya. Felicia mengerlingkan mata, merasa dirinya seperti menjadi bawahan Afkar.Namun, Felicia tidak akan meragukan Afkar karena telah memilih untuk memercayainya. Dia pun memberi isyarat mata kepada Dara. Keduanya keluar, lalu memanggil wanita paruh baya memesona itu, "Bu Golda, masuklah.""Hah? Maksudnya?" Golda tampak kebingungan. Felicia jelas-jelas keluar. Untuk apa dirinya masuk?"Kamu ingin mengundurkan diri, 'kan? Urus prosedurnya di dalam," timpal Felicia dengan ekspresi datar. Kemudian, dia duduk di kursi koridor, bersikap seolah-olah tidak peduli.Meskipun memercayai Afkar, faktanya Felicia tidak menaruh harapan tinggi. Dia pasrah dengan apa yang akan terjadi.'Oke, mari kita lihat trik apa yang dimainkan Bu Felicia ini,' batin Golda. Meskipun kebingungan, dia tetap membuka pintu da
Tatapan Golda dipenuhi ketakutan. Ketika melihat sorot mata Afkar, Golda merasa dirinya sedang telanjang bulat. Afkar seolah-olah bisa melihat semua yang ada dalam dirinya. Perasaan seperti ini sungguh mengerikan!"Oke, oke. Tentu saja boleh. Perusahaan pasti akan melindungi privasi karyawan. Ini juga keputusan yang bijaksana. Asal kamu tahu, perusahaan akan mendapat pesanan besar dalam waktu dekat ini.""Keuntungannya setidaknya mencapai ratusan miliar. Sebagai petinggi, kamu bakal mendapat bonus besar. Jadi, nggak usah pikir yang aneh-aneh. Bekerja saja dengan baik." Afkar mengangguk sambil tersenyum polos.Afkar sangat pintar memainkan metode ini. Dengan memegang aib seseorang, kerja sama ini akan menjadi makin kuat.Pintu ruang kantor dibuka. Golda berjalan keluar dengan wajah pucat. Kini, dia tidak terlihat arogan seperti sebelumnya lagi."Pak Samson, giliranmu," ujar Golda kepada seorang pria."Bu Golda, kamu sudah selesai mengurus prosedurmu?" tanya seseorang."A ... aku nggak j
Gedung TV adalah bangunan tertinggi di sekitar kawasan itu, di mana menjulang puluhan meter ke udara. Di atasnya, beberapa helikopter tempur berputar-putar mengawasi situasi dengan siaga penuh.Di dalam helikopter, beberapa penembak jitu terbaik sudah mengarahkan bidikan mereka ke arah atap, tepat pada sosok Hantu Senyap yang duduk di sana.Mereka telah menerima perintah dari Daru, yaitu tembak dan bunuh target begitu ada kesempatan. Namun bagi para penembak jitu, mereka merasa tak perlu menunggu kesempatan lagi.Target mereka sama sekali tidak bersembunyi ataupun mencari perlindungan, bahkan tidak menyandera siapa pun sebagai tameng. Dari posisi mereka, kepala pria itu bisa ditembak kapan pun."Mungkin ini pertama kalinya dia melakukan aksi kriminal? Sama sekali nggak punya pengalaman menghadapi penembak jitu. Gampang sekali menembaknya," gumam salah satu penembak jitu dengan nada meremehkan. Tanpa ragu, dia langsung menarik pelatuk.Dor!Suara tembakan menggema di udara. Peluru memel
Hantu Senyap berucap, "Afkar, kamu pasti mengenali siapa yang ada di tanganku, 'kan? Kalau nggak mau istri dan anakmu mati, segera datang ke gedung stasiun TV. Aku kasih kamu waktu tiga jam. Kalau kamu nggak muncul setelah itu, aku akan bunuh mereka berdua!""Dasar pengecut! Kamu pikir dengan bersembunyi dan membuatku nggak bisa menemukanmu, aku akan melepaskanmu begitu saja? Kalau kamu memang punya nyali, jangan keluar! Aku akan mempersembahkan istri dan anakmu sebagai tumbal untuk muridku! Hahaha ...." Hantu Senyap memanfaatkan stasiun TV untuk mengancam Afkar secara langsung.Saat ini di seluruh penjuru kota, dari jalanan hingga gang-gang kecil, banyak layar publik menayangkan siaran langsung ancaman Hantu Senyap. Kejadian ini langsung menimbulkan kehebohan dan membuat seluruh kota gempar!"Apa yang terjadi?""Siapa pria itu? Berani sekali bertindak terang-terangan begini! Dia nggak takut polisi turun tangan?""Orang bernama Afkar itu benar-benar pengecut! Istri dan anaknya sudah di
Di dalam studio siaran langsung, penanggung jawab yang melihat rekannya mati dengan darah mengalir dari tubuhnya, terlihat sangat ketakutan. Tanpa berani membantah, dia mengangguk berulang kali dan menuruti perintah Hantu Senyap, "Oke! Oke ... tolong jangan gegabah ...."Para staf lainnya juga langsung kembali ke posisi mereka. Tidak ada satu pun yang berani menentang Hantu Senyap.....Di sebuah jalanan Kota Nubes, di dalam sebuah mobil bisnis berlapis kaca film hitam, seorang pria dengan ekspresi tegang sedang duduk diam. Dia adalah David. Di sekelilingnya, ada beberapa anak buahnya.Hingga kini, mereka masih belum bisa sepenuhnya tenang. Raut wajah mereka menunjukkan sisa ketakutan yang mendalam. Setelah mengatur napasnya, David menggertakkan giginya lalu menghubungi Noah melalui telepon."Gimana? Kamu sudah bunuh anaknya Afkar? Kapan kamu akan membawakan Felicia untukku? Hmm?" Suara Noah terdengar dari ujung telepon. Nada bicaranya dipenuhi kegelisahan dan harapan besar, seolah-ola
Saat tetes terakhir dari air spiritual berubah menjadi energi spiritual dan sepenuhnya diserap oleh Afkar, akhirnya dia membuka matanya dan menghentikan jalannya Mantra Roh Naga.Dalam kondisi pengamatan internal, Afkar bisa merasakan bahwa di dalam perutnya, pusat energi miliknya kini telah mendekati bentuk padat.Jika pusat energi pada tingkat pembangunan fondasi tahap menengah diibaratkan seperti bola air yang berubah menjadi merkuri, kini pusat energinya sudah seperti merkuri yang makin kental dan berubah menjadi zat seperti pasta kental. Itu sudah hampir mencapai bentuk padat.Tidak hanya itu, tubuh Afkar juga mengalami peningkatan kekuatan yang luar biasa. Meridian di dalam tubuhnya kini melebar secara signifikan, bahkan menjadi lebih kuat dan fleksibel.Di dalam meridiannya, aliran energi sejati yang berputar terasa makin padat dan bertenaga. Energinya mengalir deras seperti gelombang sungai yang tak terbendung.Mata Afkar berkilat tajam. Di dalam tubuhnya, dia bisa merasakan en
Felicia berpikir dalam hatinya, andai saja Afkar yang berengsek itu bisa sesederhana anaknya.Saat itu, Shafa tiba-tiba teringat pada ayahnya. Tatapannya dipenuhi kecemasan ketika bertanya, "Mama Felicia, apa ... apakah Papa benar-benar nggak menginginkan Shafa lagi?"Felicia mengusap lembut kepala bocah itu. Dia berbicara sambil tersenyum menenangkan, "Mana mungkin? Itu cuma omong kosong dari orang jahat. Papamu pasti akan segera kembali! Nggak peduli apa yang terjadi, satu hal yang pasti adalah dia nggak akan pernah meninggalkan anak kesayangannya.""Ayo pergi, kita harus keluar dari sini!" Sambil berkata begitu, Felicia menggenggam tangan mungil Shafa dan bersiap untuk segera meninggalkan tempat tersebut. Bagaimanapun juga, bangunan terbengkalai ini bukan tempat yang aman untuk mereka tinggali lebih lama.Terlebih lagi, Jimat Pencabut Nyawa milik Shafa sudah digunakan. Setelah menyaksikan sendiri betapa luar biasanya kekuatan benda itu, Felicia justru merasa sedikit menyesal.Sebelu
Suara benturan keras menggema di udara. Kata "mati" yang seolah memiliki wujud nyata menghantam tubuh Serigala Liar dengan kekuatan luar biasa.Tubuh Serigala Liar yang merupakan seorang ahli tingkat revolusi itu langsung terlempar ke belakang dengan kecepatan tinggi, bagaikan anak panah yang memelesat.Brak!Serigala Liar menabrak dan menembus sebuah dinding sebelum akhirnya jatuh ke tanah dengan keras.Begitu tubuhnya menyentuh tanah, ahli yang telah dibayar 400 miliar oleh David untuk menjadi pembunuh bayaran ini langsung memuntahkan darah yang bercampur dengan potongan organ dalamnya.Saat berikutnya, tubuh Serigala Liar menegang dan kakinya menendang ke atas sekali, lalu dia pun mengembuskan napas terakhirnya. Nyawanya sudah melayang!David yang menyaksikan kejadian itu langsung membelalakkan matanya. Anak buahnya pun sama terkejutnya.Dalam sekejap, sekelompok pria bersenjata itu mundur dengan panik. Mereka segera menjauh dari Felicia dan Shafa. Apa-apaan ini? Seorang ahli tingka
Shafa berdiri di sana. Tubuh mungilnya terlihat begitu kesepian dan terlantar. Sepasang mata besarnya yang biasanya begitu cerah, kini seolah kehilangan sinarnya dan benar-benar redup.Di dalam mata Shafa, kabut air mulai menggenang. Saat berikutnya, air matanya yang berukuran besar mulai berjatuhan dan menetes satu per satu. Tadi saat menghadapi orang-orang jahat ini, saat berhadapan dengan moncong pistol, Shafa sama sekali tidak menangis.Namun sekarang, saat melihat ibunya meninggalkannya tanpa sedikit pun rasa belas kasihan, untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang masih belia, Shafa memahami apa itu kesedihan yang sesungguhnya.Ayahnya sudah menghilang dan sekarang ibunya juga tidak menginginkannya lagi. Apakah itu berarti Shafa kini menjadi anak yang tidak diinginkan oleh siapa pun?Melihat Shafa yang menangis begitu pilu, hati Felicia terasa nyeri dengan cara yang sulit diungkapkan.Di sisi lain, seseorang malah berbicara, "Eh? Kamu menangis? Aduh, kasihan banget. Tenang saja.
Menurut David, sebenarnya dia tidak perlu sampai membunuh Freya untuk membungkamnya. Bagaimanapun, Freya sendiri ikut terlibat dalam semua kejahatan ini.David yakin bahwa wanita itu tidak akan sembarangan membuka mulut. Lagi pula, riwayat Afkar pasti sudah tamat kali ini. Apa yang masih perlu ditakutkan?David sudah memutuskan bahwa setelah semuanya beres, dia pasti akan mendapatkan Freya dan bersenang-senang dengannya. Kini, Afkar si Bajingan itu menghilang entah ke mana. Tidak jelas apakah dia sudah dibunuh orang atau sedang bersembunyi karena ketakutan.Meskipun David tidak bisa membalas dendam langsung pada Afkar, bisa bermain-main dengan mantan istrinya saja sudah cukup memuaskan baginya."Apa? David, ka ... kalian benaran ingin membunuh anakku?" tanya Freya dengan raut wajah penuh kebingungan dan ketidakpastian setelah mendengar percakapan tersebut.David menyeringai sambil balik bertanya, "Menurutmu?"Wajah Freya berkedut beberapa kali. Dia bertanya dengan nada cemas dan penuh
Ekspresi Felicia langsung berubah. Tanpa ragu, dia merobek tali yang mengikat tangan dan kakinya, lalu menerjang ke arah pengawal bersenjata!Orang-orang Fadly sudah dihabisi. Dia tahu tidak ada lagi yang bisa diharapkan! Dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri!Setelah menjalani pelatihan dasar selama beberapa waktu, tubuh Felicia jauh lebih kuat dari orang biasa, setara dengan seorang petarung fisik.Jelas sekali, David dan anak buahnya sama sekali tidak menyangka bahwa wanita cantik dan anggun seperti Felicia ternyata memiliki kekuatan seperti itu.Makanya, mereka hanya mengikatnya dengan tali biasa. Bagi Felicia, merobek tali semacam itu bukanlah masalah!Dor! Felicia menabrak pengawal bersenjata dengan keras. Hampir bersamaan, suara tembakan terdengar!Karena tubuhnya kehilangan keseimbangan, peluru itu melesat ke langit-langit rumah, menyebabkan pecahan semen dan debu berjatuhan.Saat itu, Shafa menatap Freya yang berdiri melindunginya, lalu menoleh ke arah Felicia yang beran