Felicia membuka matanya. Tebersit senyuman mencela pada ekspresinya. Dia merasa makin gusar."Kamu mau bicara dengan mereka? Mereka semua bawahan paman keduaku. Mereka saja menolak mendengarku, apalagi kamu. Kamu kira kamu siapa? Sudahlah, jangan memperkeruh suasana, Afkar," ucap Felicia dengan kesal.Karena suasana hatinya sedang sangat buruk, Felicia tak kuasa melampiaskan amarahnya pada Afkar. Ketika bicara, air matanya pun mengalir.Afkar terkekeh-kekeh, lalu menggenggam tangan Felicia dengan makin erat dan bertanya, "Percaya padaku ya?"Afkar bisa memahami suasana hati Felicia, makanya tidak bersikap perhitungan padanya. Di sisi lain, entah mengapa, Felicia merasa lebih tenang melihat senyuman lembut Afkar.Felicia melampiaskan amarahnya pada Afkar bukan karena dia meremehkan Afkar, melainkan karena benar-benar butuh pelampiasan.Setelah suasana hatinya stabil, Felicia cukup terkejut dengan sikapnya tadi. Selama ini, Felicia selalu bersikap dingin dan tenang. Tidak peduli semarah
"Serahkan saja semua kepadaku. Kalian keluar dulu. Suruh Bu Golda masuk," ucap Afkar sambil melambaikan tangan setelah melihat data sesaat.Afkar tidak ingin Felicia melihat cara apa yang digunakannya. Felicia mengerlingkan mata, merasa dirinya seperti menjadi bawahan Afkar.Namun, Felicia tidak akan meragukan Afkar karena telah memilih untuk memercayainya. Dia pun memberi isyarat mata kepada Dara. Keduanya keluar, lalu memanggil wanita paruh baya memesona itu, "Bu Golda, masuklah.""Hah? Maksudnya?" Golda tampak kebingungan. Felicia jelas-jelas keluar. Untuk apa dirinya masuk?"Kamu ingin mengundurkan diri, 'kan? Urus prosedurnya di dalam," timpal Felicia dengan ekspresi datar. Kemudian, dia duduk di kursi koridor, bersikap seolah-olah tidak peduli.Meskipun memercayai Afkar, faktanya Felicia tidak menaruh harapan tinggi. Dia pasrah dengan apa yang akan terjadi.'Oke, mari kita lihat trik apa yang dimainkan Bu Felicia ini,' batin Golda. Meskipun kebingungan, dia tetap membuka pintu da
Tatapan Golda dipenuhi ketakutan. Ketika melihat sorot mata Afkar, Golda merasa dirinya sedang telanjang bulat. Afkar seolah-olah bisa melihat semua yang ada dalam dirinya. Perasaan seperti ini sungguh mengerikan!"Oke, oke. Tentu saja boleh. Perusahaan pasti akan melindungi privasi karyawan. Ini juga keputusan yang bijaksana. Asal kamu tahu, perusahaan akan mendapat pesanan besar dalam waktu dekat ini.""Keuntungannya setidaknya mencapai ratusan miliar. Sebagai petinggi, kamu bakal mendapat bonus besar. Jadi, nggak usah pikir yang aneh-aneh. Bekerja saja dengan baik." Afkar mengangguk sambil tersenyum polos.Afkar sangat pintar memainkan metode ini. Dengan memegang aib seseorang, kerja sama ini akan menjadi makin kuat.Pintu ruang kantor dibuka. Golda berjalan keluar dengan wajah pucat. Kini, dia tidak terlihat arogan seperti sebelumnya lagi."Pak Samson, giliranmu," ujar Golda kepada seorang pria."Bu Golda, kamu sudah selesai mengurus prosedurmu?" tanya seseorang."A ... aku nggak j
Sekelompok orang yang awalnya bersikap angkuh dan semena-mena, seketika menjadi sopan dan berwaspada. Mereka juga menyatakan ketulusan mereka kepada Felicia.Pada akhirnya, setelah manajer departemen pemasaran keluar, kekacauan pun berakhir. Semuanya kembali bekerja dengan baik.Felicia mengembuskan napas panjang. Wajah cantiknya menunjukkan senyuman lega dan manis. Presdir wanita yang selalu mandiri dan mendominasi ini seketika merasa jauh lebih rileks.Ternyata ketika dirinya bertemu masalah, ada yang bersedia membantunya, bahkan membalikkan keadaan untuknya. Perasaan ini sungguh menyenangkan!Tiba-tiba, Felicia tak kuasa melirik Dara yang berdiri di sebelahnya. Sebagai sekretaris pribadi Felicia, Dara benar-benar tulus dan setia. Dia merasa senang untuk Felicia. "Bu, syukurlah! Sudah kubilang, Pak Afkar pasti bisa mengatasinya!"Ketika melihat Dara begitu gembira, Felicia hanya tersenyum dan tidak bicara lagi.Sementara itu, di sebuah vila, Renhad sekeluarga sedang menunggu kabar. M
Setelah menghubungi orang terakhir, wajah Renhad menjadi sangat suram. Semua bawahan lamanya ini memilih untuk tetap bekerja di Safira Farma. Bahkan, ada yang tidak menjawab panggilannya."Sayang, apa yang terjadi? Apa ada masalah?" tanya Jesslyn dengan gugup."Ini semua gara-gara Afkar! Mereka semua berubah pikiran setelah mengobrol dengan Afkar!" seru Renhad dengan ekspresi galak."Hah? Maksudmu pecundang yang mengikuti Felicia? Kok bisa? Dia cuma pecundang. Memangnya bisa apa?" Viola memelotot dengan tidak percaya."Siapa tahu? Lucunya, dia bilang Safira Farma akan mendapat pesanan senilai ratusan miliar dalam waktu dekat ini. Apa mungkin karena ini? Semua bawahan bodohku itu percaya padanya?" Ekspresi Renhad terlihat tak karuan sejak tadi.Para petinggi itu tentu tidak akan membocorkan aib masing-masing. Jadi, mereka memanfaatkan bujukan Afkar sebagai alasan."Hah? Ratusan miliar? Afkar ini memang badut. Beraninya dia bicara begitu. Apa para petinggi itu bodoh? Masa main percaya be
"Oh, aku lupa, di sini cuma ada kita berdua." Afkar mengelus hidungnya, lalu bertanya dengan canggung, "Bu, kalau nggak ada urusan lagi, aku pergi ya?"Begitu mendengarnya, Felicia yang merasa kesal sekaligus senang, sontak terlihat dingin. Dia pun memelotot dan membalas, "Pergi sana. Kalau melihatmu, aku tambah kesal!"Afkar berkeringat melihatnya. Sepertinya emosi wanita ini tidak stabil? Wanita memang sulit untuk dipahami!Setelah meninggalkan perusahaan, Afkar pergi membeli sejumlah besar bahan obat. Karena sudah bertekad akan membantu Felicia, dia harus mulai mengambil tindakan.Afkar memilih empat formula dan akan mengembangkannya. Formula untuk menghilangkan bekas luka dan menumbuhkan rambut, serta formula untuk hemostasis dan penyembuhan leukemia. Dia akan mengurangi khasiat pada dua resep pertama.Afkar mengganti beberapa bahan obat mahal dengan yang lebih murah. Dengan begitu, modalnya tidak akan terlalu besar dan bisa diproduksi banyak.Tentunya, meskipun khasiatnya berkuran
Setelah panggilan berakhir, Daru mengernyit dengan ekspresi kecewa. Gwen mencebik sambil berkata, "Kukira dia memang pria hebat, tapi rupanya punya motif lain. Kalian baru kenal, tapi dia sudah minta bantuanmu untuk menghasilkan uang. Mengecewakan sekali."Gwen menggeleng dan terdengar meremehkan Afkar. Kesan Daru terhadap Afkar menjadi buruk. "Hais ... aku juga nggak nyangka dia ingin memanfaatkanku untuk memperluas obat hemostatik.""Ayah, jangan bantu dia! Huh!" Gwen memanyunkan bibirnya dengan kesal."Kita lihat saja nanti. Dia bilang akan memberiku sampel, 'kan? Kalau hasilnya biasa-biasa saja, aku bakal langsung tolak. Kalau hasilnya bagus, aku bakal bantu sedikit," sahut Daru dengan murung."Ya, kita bahas lagi nanti. Aku nggak percaya obat buatannya lebih hebat daripada obat yang ada di kemiliteran." Nada bicara Gwen dipenuhi ketidakpercayaan.Di sisi lain, Afkar bisa merasakan perubahan sikap Daru. Dia mengedikkan bahu sambil bergumam dengan tidak acuh, "Ternyata budi makin ng
Baik itu ilmu medis ataupun ilmu bela diri, semua membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum mencapai kesuksesan. Afkar masih muda, tetapi ilmu medisnya begitu hebat. Dia pasti fokus belajar ilmu medis selama ini, jadi tidak mungkin sempat belajar ilmu lain.Ketika melihat ekspresi Karen yang meremehkannya, Afkar tidak peduli dan hanya tersenyum. Entah apa yang dipikirkan Karen. Wajahnya tiba-tiba merona.Setelah ragu-ragu sejenak, Karen mencoba bertanya, "Oh ya, Afkar, ilmu medismu begitu hebat. Apa kamu bisa ... mengobati itu?""Mengobati apa?" tanya Afkar dengan heran."Itu lho! Aduh ...." Karen malu hingga mengentakkan kakinya.Afkar menatapnya dengan bingung. Kemudian, dia berkata, "Kamu sangat sehat. Kamu nggak punya penyakit seksual.""Bukan aku! Bukan penyakit seksual juga! Aku punya kakak sepupu. Dulu itunya pernah cedera saat kecil. Kamu ... bisa mengobatinya nggak?" tanya Karen sambil menggigit bibirnya dengan malu."Begitu ya. Seharusnya bukan masalah," sahut Afkar."Oke. Nan
Pertempuran sengit di depan mata, tetapi pelukan Afkar terasa seperti dunia lain. Keluar dari pelukan ini sama dengan memasuki neraka! Di dalam pelukan ini seperti rumah yang tenang!Entah berapa lama kemudian, akhirnya sekeliling menjadi tenang. Felicia merasa dirinya telah diturunkan. Seketika, kedua matanya terbuka. Semua orang yang berada di sisi lain juga menunjukkan ekspresi terkejut dan ngeri.Terlihat semua petarung berpakaian hitam itu kini telah menjadi mayat! Cara mati mereka hampir sama!Lutut mereka remuk, kaki mereka tertekuk ke belakang, sebuah pedang tertancap di atas kepala mereka! Dengan sekilas pandang, terlihat banyak mayat berlutut dengan pedang tertancap di tubuh mereka!Semua orang tercengang. Devi, Jeremy, kru film, bahkan orang-orang dari butik, semuanya merinding!Selain Devi yang masih membenci Afkar, semua wanita di sana memandang sosok tegap di kejauhan itu dengan rasa hormat dan kagum."Inilah yang disebut petarung sejati!""Entah kenapa, pemandangan ini n
Melihat pemandangan itu, semua orang yang ada di lokasi langsung menarik napas panjang dengan tubuh gemetar.Gerakan Afkar yang cepat, bersih, dan penuh kejam membuat semua orang merasa terkejut sekaligus ngeri. Bahkan, ekspresi Felicia yang berdiri di belakangnya sempat berubah saat melihat aksi tersebut.Saat berikutnya, para petarung berbaju hitam yang akhirnya tersadar dari keterkejutan, mulai berteriak penuh amarah dalam bahasa Sakura yang tidak dimengerti. Dengan ekspresi penuh kebencian, mereka menyerang Afkar serentak.Masing-masing dari mereka memancarkan aura membunuh yang begitu mengerikan. Suhu udara di sekitar bahkan langsung turun drastis."Tanah ini sudah sejak lama bukan lagi milik kalian. Orang-orang Sakura seperti kalian nggak boleh bertindak sewenang-wenang! Matilah!" Afkar mengucapkan kalimat itu dengan dingin. Wajahnya yang tegas dan berkarisma terlihat makin serius dan memancarkan aura mematikan.Setelah teriakan penuh kekuatan itu, Afkar segera menggendong Felici
Dalam sekejap, kilatan tajam dari bilah pedang bersinar terang. Para tamu tak diundang itu serempak menghunus pedang mereka dan mengeluarkan suara yang menusuk telinga. Saat berikutnya, suasana penuh dengan niat membunuh yang mencekam."Semua orang, angkat tangan dan berlutut di tanah! Kalau nggak, kalian akan mati!" Pemimpin para petarung itu berseru dengan suara kasar menggunakan bahasa Yanura yang terdengar sangat kaku.Kerumunan saling memandang dengan ekspresi ketakutan. Hanya saja saat mereka masih ragu dan panik, kilatan pedang yang mematikan memelesat dengan cepat.Dengan satu tebasan, pemimpin petarung itu menebas kepala salah satu anggota kru hingga terlepas dari tubuhnya. Darah menyembur ke segala arah dalam pemandangan yang mengerikan."Aaarghhh!""Mereka membunuh orang!"Jeritan langsung memenuhi udara dan menggema di seluruh area. Barulah semua orang sadar, pedang yang mereka bawa bukanlah properti palsu. Itu adalah senjata mematikan yang bisa membunuh manusia."Diam! Lak
Para pengawal Devi mulai bergerak. Wajah mereka menunjukkan niat tidak baik. Mereka perlahan mengepung Afkar dari berbagai arah.Jeremy baru saja tersadar dari keterkejutannya. Dia menatap Afkar dengan pandangan penuh niat buruk. Auranya langsung berubah dan memancarkan tekanan yang tajam.Selama ini, Jeremy selalu mengaku dirinya adalah ahli seni bela diri sejati. Itu memang tidak sepenuhnya salah. Namun, kekuatannya hanya sebatas pada tingkat kausa tahap akhir.Meski begitu, Jeremy merasa mampu mengalahkan orang biasa dengan kemampuannya, bahkan pasukan khusus standar. Itu sebabnya, dia sangat percaya diri dan menganggap dirinya seorang ahli sejati.Devi yang licik memerintahkan para pengawalnya, "Kalian semua mundur. Biar Jeremy saja yang membantuku kasih dia pelajaran!"Kemudian, Devi menatap Jeremy dengan penuh keyakinan sambil berucap, "Jeremy, kamu harus bantu aku melumpuhkannya!"Harus diakui, Devi adalah wanita yang licik. Jika pengawalnya yang bertindak dan Afkar sampai terlu
Jeremy tertawa dingin sambil berbicara, "Devi adalah artis kesayangan Pak Cello. Kalian sebaiknya jangan cari masalah!"Meskipun terpesona oleh kecantikan Felicia, Jeremy tetap setia kepada Devi. Kebetulan dia juga sedang mengejarnya belakangan ini. Jika bisa menjalin hubungan dengan Devi, nama Jeremy pasti akan makin populer berkat perhatian yang didapatkan dari artis terkenal itu.Andri melambaikan tangannya dengan tidak sabar. Dia mengusir dengan suara makin keras, "Cukup! Latar belakang Nona Devi bukanlah sesuatu yang bisa kalian lawan. Cepat pergi, jangan bikin masalah di sini!"Pada saat itu, pemilik butik gaun pengantin mendekati mereka. Dia coba membujuk dengan nada penuh kekhawatiran, "Pak Afkar, Nona Felicia, gimana kalau ... kita pergi saja?"Devi yang melihat itu pun tersenyum sinis. Dengan sikap arogan, dia mengangkat dagunya ke arah Felicia lalu mengejek, "Hmph! Kalau pintar, cepat pergi! Jangan kira karena kamu sedikit cantik, semua orang akan menuruti keinginanmu!"Seba
Mereka bilang waktu mereka sangat berharga, tetapi pada akhirnya hanya untuk menghadiri makan siang biasa?Sementara itu, Felicia sedang sangat sibuk mengurus masalah perusahaan dan akhirnya berhasil menyisihkan waktu untuk sesi foto pre-wedding. Kenapa mereka yang harus mengalah? Apakah waktu orang lain tidak berharga?Mendengar ucapan Afkar, semua orang langsung menoleh ke arahnya. Pihak butik gaun pengantin jelas merasa canggung. Sementara itu, kru produksi dan Andri dari kawasan wisata memandang Afkar dengan tatapan tidak ramah.Andri sontak mengernyit. Nada bicaranya tegas dan dingin ketika bertanya, "Pak, apa kamu nggak kenal Nona Devi? Dia adalah salah satu bintang papan atas di negeri ini! Dia nggak punya banyak waktu untuk menunggu, jadi kami harap kamu bisa bekerja sama!"Devi adalah seorang aktris yang dalam beberapa tahun terakhir melejit namanya. Dengan wajahnya yang memiliki kecantikan klasik serta dipadukan dengan riasan dan gaya pakaian yang tepat, penampilannya di laya
Ketika Afkar dan Felicia tiba, staf dari butik pengantin juga sudah berada di lokasi. Setelah berkomunikasi dengan petugas kawasan wisata dan membayar biayanya, rombongan mereka menuju ke sebuah danau di dalam kawasan itu untuk melakukan pemotretan di tepiannya.Staf butik pengantin mendirikan sebuah tenda sementara menggunakan kain layar, untuk memudahkan Afkar dan Felicia berganti pakaian serta dirias.Tak lama kemudian, Felicia keluar dari tenda dengan mengenakan gaun putih yang terbuka di bagian punggung. Gaun itu membalut tubuhnya dengan sempurna, menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah dan menggoda.Pinggangnya yang ramping, lengkungan tubuhnya yang luar biasa, dan kakinya yang jenjang semuanya terlihat begitu menawan.Felicia yang biasanya tampil alami dan hanya menggunakan produk perawatan seperti tabir surya, kini tampil dengan riasan elegan yang membuat kecantikannya semakin memukau.Afkar menatap Felicia dengan mata terpaku dan tidak bisa mengalihkan pandangannya sama sekali
Saat Afkar, Felicia, dan Harun keluar dari kediaman lama keluarga, mereka melihat Jesslyn berjalan masuk bersama paman ketiga, paman keempat, dan bibi Felicia."Kak Harun, Felicia? Untuk apa kalian datang ke sini?" tanya bibi Felicia begitu melihat mereka.Sebelum Harun dan Felicia sempat menjawab, Jesslyn sudah mendengus dingin dan berkata, "Kalian nggak tahu, ya? Mereka bawa Afkar untuk mengobati Ibu. Apa ini bukan berniat buruk namanya?""Aku dan suamiku sudah panggil Dokter Jovian yang terkenal itu, tapi apa yang terjadi? Afkar bilang dia bisa mengobati, lalu Dokter Jovian pergi karena marah dan menyerahkan Ibu untuk diobati sama Afkar.""Hari ini semua sudah lihat sendiri, 'kan? Kalau nanti terjadi sesuatu sama Ibu, itu pasti karena Afkar yang mengobatinya. Hmph!"Mendengar hal ini, paman ketiga, paman keempat, dan bibi Felicia langsung mengerutkan alis mereka"Dokter Jovian? Maksudmu Dokter Jovian, ahli pengobatan tradisional yang terkenal itu? Afkar bisa lebih hebat daripada Dok
"Hehehe .... Begitu Afkar melakukan perawatan, dia hanya akan mempercepat kematian Nyonya Erlin. Pada hari ketujuh, Nyonya Erlin pasti akan meninggal! Saat itu, bukan lagi soal Afkar dan Felicia yang membuat Nyonya Erlin marah sampai meninggal, tapi Afkar yang secara langsung menyebabkan kematiannya!""Kalau kalian mengatur ini dengan baik, kalian bahkan mungkin bisa membuatnya masuk penjara! Hahaha ...."Awalnya, Jovian tidak ingin menerima pekerjaan ini. Namun, setelah mengetahui bahwa keluarga Renhad ingin menjebak Afkar dan Felicia, dia setuju. Kejadian saat dia gagal menyembuhkan penyakit aneh Randy di Keluarga Suryo dan bahkan harus berlutut memohon bantuan Afkar, menjadi aib besar baginya.Jovian bersumpah untuk membalas dendam atas penghinaan tersebut.Mendengar hal ini, Jesslyn yang tadinya cemas dan marah, langsung merasa lega. Wajahnya menunjukkan ekspresi kejam dan penuh ejekan."Ternyata begitu! Jovian memang luar biasa! Kali ini, kita harus memastikan bocah itu dapat gan