Tatapan Golda dipenuhi ketakutan. Ketika melihat sorot mata Afkar, Golda merasa dirinya sedang telanjang bulat. Afkar seolah-olah bisa melihat semua yang ada dalam dirinya. Perasaan seperti ini sungguh mengerikan!"Oke, oke. Tentu saja boleh. Perusahaan pasti akan melindungi privasi karyawan. Ini juga keputusan yang bijaksana. Asal kamu tahu, perusahaan akan mendapat pesanan besar dalam waktu dekat ini.""Keuntungannya setidaknya mencapai ratusan miliar. Sebagai petinggi, kamu bakal mendapat bonus besar. Jadi, nggak usah pikir yang aneh-aneh. Bekerja saja dengan baik." Afkar mengangguk sambil tersenyum polos.Afkar sangat pintar memainkan metode ini. Dengan memegang aib seseorang, kerja sama ini akan menjadi makin kuat.Pintu ruang kantor dibuka. Golda berjalan keluar dengan wajah pucat. Kini, dia tidak terlihat arogan seperti sebelumnya lagi."Pak Samson, giliranmu," ujar Golda kepada seorang pria."Bu Golda, kamu sudah selesai mengurus prosedurmu?" tanya seseorang."A ... aku nggak j
Sekelompok orang yang awalnya bersikap angkuh dan semena-mena, seketika menjadi sopan dan berwaspada. Mereka juga menyatakan ketulusan mereka kepada Felicia.Pada akhirnya, setelah manajer departemen pemasaran keluar, kekacauan pun berakhir. Semuanya kembali bekerja dengan baik.Felicia mengembuskan napas panjang. Wajah cantiknya menunjukkan senyuman lega dan manis. Presdir wanita yang selalu mandiri dan mendominasi ini seketika merasa jauh lebih rileks.Ternyata ketika dirinya bertemu masalah, ada yang bersedia membantunya, bahkan membalikkan keadaan untuknya. Perasaan ini sungguh menyenangkan!Tiba-tiba, Felicia tak kuasa melirik Dara yang berdiri di sebelahnya. Sebagai sekretaris pribadi Felicia, Dara benar-benar tulus dan setia. Dia merasa senang untuk Felicia. "Bu, syukurlah! Sudah kubilang, Pak Afkar pasti bisa mengatasinya!"Ketika melihat Dara begitu gembira, Felicia hanya tersenyum dan tidak bicara lagi.Sementara itu, di sebuah vila, Renhad sekeluarga sedang menunggu kabar. M
Setelah menghubungi orang terakhir, wajah Renhad menjadi sangat suram. Semua bawahan lamanya ini memilih untuk tetap bekerja di Safira Farma. Bahkan, ada yang tidak menjawab panggilannya."Sayang, apa yang terjadi? Apa ada masalah?" tanya Jesslyn dengan gugup."Ini semua gara-gara Afkar! Mereka semua berubah pikiran setelah mengobrol dengan Afkar!" seru Renhad dengan ekspresi galak."Hah? Maksudmu pecundang yang mengikuti Felicia? Kok bisa? Dia cuma pecundang. Memangnya bisa apa?" Viola memelotot dengan tidak percaya."Siapa tahu? Lucunya, dia bilang Safira Farma akan mendapat pesanan senilai ratusan miliar dalam waktu dekat ini. Apa mungkin karena ini? Semua bawahan bodohku itu percaya padanya?" Ekspresi Renhad terlihat tak karuan sejak tadi.Para petinggi itu tentu tidak akan membocorkan aib masing-masing. Jadi, mereka memanfaatkan bujukan Afkar sebagai alasan."Hah? Ratusan miliar? Afkar ini memang badut. Beraninya dia bicara begitu. Apa para petinggi itu bodoh? Masa main percaya be
"Oh, aku lupa, di sini cuma ada kita berdua." Afkar mengelus hidungnya, lalu bertanya dengan canggung, "Bu, kalau nggak ada urusan lagi, aku pergi ya?"Begitu mendengarnya, Felicia yang merasa kesal sekaligus senang, sontak terlihat dingin. Dia pun memelotot dan membalas, "Pergi sana. Kalau melihatmu, aku tambah kesal!"Afkar berkeringat melihatnya. Sepertinya emosi wanita ini tidak stabil? Wanita memang sulit untuk dipahami!Setelah meninggalkan perusahaan, Afkar pergi membeli sejumlah besar bahan obat. Karena sudah bertekad akan membantu Felicia, dia harus mulai mengambil tindakan.Afkar memilih empat formula dan akan mengembangkannya. Formula untuk menghilangkan bekas luka dan menumbuhkan rambut, serta formula untuk hemostasis dan penyembuhan leukemia. Dia akan mengurangi khasiat pada dua resep pertama.Afkar mengganti beberapa bahan obat mahal dengan yang lebih murah. Dengan begitu, modalnya tidak akan terlalu besar dan bisa diproduksi banyak.Tentunya, meskipun khasiatnya berkuran
Setelah panggilan berakhir, Daru mengernyit dengan ekspresi kecewa. Gwen mencebik sambil berkata, "Kukira dia memang pria hebat, tapi rupanya punya motif lain. Kalian baru kenal, tapi dia sudah minta bantuanmu untuk menghasilkan uang. Mengecewakan sekali."Gwen menggeleng dan terdengar meremehkan Afkar. Kesan Daru terhadap Afkar menjadi buruk. "Hais ... aku juga nggak nyangka dia ingin memanfaatkanku untuk memperluas obat hemostatik.""Ayah, jangan bantu dia! Huh!" Gwen memanyunkan bibirnya dengan kesal."Kita lihat saja nanti. Dia bilang akan memberiku sampel, 'kan? Kalau hasilnya biasa-biasa saja, aku bakal langsung tolak. Kalau hasilnya bagus, aku bakal bantu sedikit," sahut Daru dengan murung."Ya, kita bahas lagi nanti. Aku nggak percaya obat buatannya lebih hebat daripada obat yang ada di kemiliteran." Nada bicara Gwen dipenuhi ketidakpercayaan.Di sisi lain, Afkar bisa merasakan perubahan sikap Daru. Dia mengedikkan bahu sambil bergumam dengan tidak acuh, "Ternyata budi makin ng
Baik itu ilmu medis ataupun ilmu bela diri, semua membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum mencapai kesuksesan. Afkar masih muda, tetapi ilmu medisnya begitu hebat. Dia pasti fokus belajar ilmu medis selama ini, jadi tidak mungkin sempat belajar ilmu lain.Ketika melihat ekspresi Karen yang meremehkannya, Afkar tidak peduli dan hanya tersenyum. Entah apa yang dipikirkan Karen. Wajahnya tiba-tiba merona.Setelah ragu-ragu sejenak, Karen mencoba bertanya, "Oh ya, Afkar, ilmu medismu begitu hebat. Apa kamu bisa ... mengobati itu?""Mengobati apa?" tanya Afkar dengan heran."Itu lho! Aduh ...." Karen malu hingga mengentakkan kakinya.Afkar menatapnya dengan bingung. Kemudian, dia berkata, "Kamu sangat sehat. Kamu nggak punya penyakit seksual.""Bukan aku! Bukan penyakit seksual juga! Aku punya kakak sepupu. Dulu itunya pernah cedera saat kecil. Kamu ... bisa mengobatinya nggak?" tanya Karen sambil menggigit bibirnya dengan malu."Begitu ya. Seharusnya bukan masalah," sahut Afkar."Oke. Nan
Rico memegang wajahnya sambil bangkit dari lantai. Tubuhnya sempoyongan. Tamparan Afkar membuat kepalanya pusing. Setengah wajahnya bahkan bengkak.Seketika, tatapan Rico dipenuhi kekesalan dan kebencian. Para bawahannya yang berdiri di sebelah pun tercengang melihat situasi ini. Siapa sangka, di seluruh Kota Nubes, ada seseorang yang berani menyerang bos mereka!"Hajar dia! Lumpuhkan dia!" pekik Rico."Baik!" Para bawahan segera mengiakan dan menyerbu ke arah Afkar. Tanpa berbasa-basi, mereka langsung menyerang dengan ganas."Apa yang kalian lakukan?" Karen sontak maju untuk mengadang di hadapan Afkar. Afkar kemari karena dipanggil Karen, juga terkena masalah karena dirinya. Karen tidak mungkin berpangku tangan.Detik berikutnya, terjadi pertarungan antara seorang wanita cantik yang terlihat lembut dengan sekelompok pria kekar."Hajar! Hajar mereka berdua!" Ketika melihat Karen melindungi Afkar, Rico tidak peduli lagi. Dia langsung berteriak kepada bawahannya. Lagi pula, di matanya, w
Afkar menyipitkan matanya dan senyum nakal di wajahnya semakin lebar. Dalam sekejap, dia menarik Karen yang sedang bertarung. "Biar aku yang tangani, kamu istirahat dulu.""Apa yang kamu lakukan? Jangan main-main! Cepat lari!" Karen yang sedang sibuk bertarung, hampir saja kehilangan keseimbangan saat Afkar menariknya. Dia langsung membentak dengan kesal.Mendengar gunjingan dari orang di sekitar, Karen mulai kesal dengan Afkar. Jika bukan karena Afkar yang telah menyembuhkan luka kakeknya, Karen pasti sudah mengabaikannya.Melihat Karen sedang lengah, seorang pria kekar langsung melayangkan pukulannya ke arahnya. Tinju itu hampir saja mengenai tubuh Karen.Plak!Namun dalam sekejap, sebuah bayangan melintas dan pria kekar itu terlempar jauh. Adegan berikutnya membuat Karen dan semua orang yang ada di sana ternganga.Plak! Plak! Plak ....Afkar menarik Karen ke belakangnya dan mulai menyerang. Berbeda dengan pertarungan sengit sebelumnya, kali ini Afkar menampar para pria kekar itu sat
Gedung TV adalah bangunan tertinggi di sekitar kawasan itu, di mana menjulang puluhan meter ke udara. Di atasnya, beberapa helikopter tempur berputar-putar mengawasi situasi dengan siaga penuh.Di dalam helikopter, beberapa penembak jitu terbaik sudah mengarahkan bidikan mereka ke arah atap, tepat pada sosok Hantu Senyap yang duduk di sana.Mereka telah menerima perintah dari Daru, yaitu tembak dan bunuh target begitu ada kesempatan. Namun bagi para penembak jitu, mereka merasa tak perlu menunggu kesempatan lagi.Target mereka sama sekali tidak bersembunyi ataupun mencari perlindungan, bahkan tidak menyandera siapa pun sebagai tameng. Dari posisi mereka, kepala pria itu bisa ditembak kapan pun."Mungkin ini pertama kalinya dia melakukan aksi kriminal? Sama sekali nggak punya pengalaman menghadapi penembak jitu. Gampang sekali menembaknya," gumam salah satu penembak jitu dengan nada meremehkan. Tanpa ragu, dia langsung menarik pelatuk.Dor!Suara tembakan menggema di udara. Peluru memel
Hantu Senyap berucap, "Afkar, kamu pasti mengenali siapa yang ada di tanganku, 'kan? Kalau nggak mau istri dan anakmu mati, segera datang ke gedung stasiun TV. Aku kasih kamu waktu tiga jam. Kalau kamu nggak muncul setelah itu, aku akan bunuh mereka berdua!""Dasar pengecut! Kamu pikir dengan bersembunyi dan membuatku nggak bisa menemukanmu, aku akan melepaskanmu begitu saja? Kalau kamu memang punya nyali, jangan keluar! Aku akan mempersembahkan istri dan anakmu sebagai tumbal untuk muridku! Hahaha ...." Hantu Senyap memanfaatkan stasiun TV untuk mengancam Afkar secara langsung.Saat ini di seluruh penjuru kota, dari jalanan hingga gang-gang kecil, banyak layar publik menayangkan siaran langsung ancaman Hantu Senyap. Kejadian ini langsung menimbulkan kehebohan dan membuat seluruh kota gempar!"Apa yang terjadi?""Siapa pria itu? Berani sekali bertindak terang-terangan begini! Dia nggak takut polisi turun tangan?""Orang bernama Afkar itu benar-benar pengecut! Istri dan anaknya sudah di
Di dalam studio siaran langsung, penanggung jawab yang melihat rekannya mati dengan darah mengalir dari tubuhnya, terlihat sangat ketakutan. Tanpa berani membantah, dia mengangguk berulang kali dan menuruti perintah Hantu Senyap, "Oke! Oke ... tolong jangan gegabah ...."Para staf lainnya juga langsung kembali ke posisi mereka. Tidak ada satu pun yang berani menentang Hantu Senyap.....Di sebuah jalanan Kota Nubes, di dalam sebuah mobil bisnis berlapis kaca film hitam, seorang pria dengan ekspresi tegang sedang duduk diam. Dia adalah David. Di sekelilingnya, ada beberapa anak buahnya.Hingga kini, mereka masih belum bisa sepenuhnya tenang. Raut wajah mereka menunjukkan sisa ketakutan yang mendalam. Setelah mengatur napasnya, David menggertakkan giginya lalu menghubungi Noah melalui telepon."Gimana? Kamu sudah bunuh anaknya Afkar? Kapan kamu akan membawakan Felicia untukku? Hmm?" Suara Noah terdengar dari ujung telepon. Nada bicaranya dipenuhi kegelisahan dan harapan besar, seolah-ola
Saat tetes terakhir dari air spiritual berubah menjadi energi spiritual dan sepenuhnya diserap oleh Afkar, akhirnya dia membuka matanya dan menghentikan jalannya Mantra Roh Naga.Dalam kondisi pengamatan internal, Afkar bisa merasakan bahwa di dalam perutnya, pusat energi miliknya kini telah mendekati bentuk padat.Jika pusat energi pada tingkat pembangunan fondasi tahap menengah diibaratkan seperti bola air yang berubah menjadi merkuri, kini pusat energinya sudah seperti merkuri yang makin kental dan berubah menjadi zat seperti pasta kental. Itu sudah hampir mencapai bentuk padat.Tidak hanya itu, tubuh Afkar juga mengalami peningkatan kekuatan yang luar biasa. Meridian di dalam tubuhnya kini melebar secara signifikan, bahkan menjadi lebih kuat dan fleksibel.Di dalam meridiannya, aliran energi sejati yang berputar terasa makin padat dan bertenaga. Energinya mengalir deras seperti gelombang sungai yang tak terbendung.Mata Afkar berkilat tajam. Di dalam tubuhnya, dia bisa merasakan en
Felicia berpikir dalam hatinya, andai saja Afkar yang berengsek itu bisa sesederhana anaknya.Saat itu, Shafa tiba-tiba teringat pada ayahnya. Tatapannya dipenuhi kecemasan ketika bertanya, "Mama Felicia, apa ... apakah Papa benar-benar nggak menginginkan Shafa lagi?"Felicia mengusap lembut kepala bocah itu. Dia berbicara sambil tersenyum menenangkan, "Mana mungkin? Itu cuma omong kosong dari orang jahat. Papamu pasti akan segera kembali! Nggak peduli apa yang terjadi, satu hal yang pasti adalah dia nggak akan pernah meninggalkan anak kesayangannya.""Ayo pergi, kita harus keluar dari sini!" Sambil berkata begitu, Felicia menggenggam tangan mungil Shafa dan bersiap untuk segera meninggalkan tempat tersebut. Bagaimanapun juga, bangunan terbengkalai ini bukan tempat yang aman untuk mereka tinggali lebih lama.Terlebih lagi, Jimat Pencabut Nyawa milik Shafa sudah digunakan. Setelah menyaksikan sendiri betapa luar biasanya kekuatan benda itu, Felicia justru merasa sedikit menyesal.Sebelu
Suara benturan keras menggema di udara. Kata "mati" yang seolah memiliki wujud nyata menghantam tubuh Serigala Liar dengan kekuatan luar biasa.Tubuh Serigala Liar yang merupakan seorang ahli tingkat revolusi itu langsung terlempar ke belakang dengan kecepatan tinggi, bagaikan anak panah yang memelesat.Brak!Serigala Liar menabrak dan menembus sebuah dinding sebelum akhirnya jatuh ke tanah dengan keras.Begitu tubuhnya menyentuh tanah, ahli yang telah dibayar 400 miliar oleh David untuk menjadi pembunuh bayaran ini langsung memuntahkan darah yang bercampur dengan potongan organ dalamnya.Saat berikutnya, tubuh Serigala Liar menegang dan kakinya menendang ke atas sekali, lalu dia pun mengembuskan napas terakhirnya. Nyawanya sudah melayang!David yang menyaksikan kejadian itu langsung membelalakkan matanya. Anak buahnya pun sama terkejutnya.Dalam sekejap, sekelompok pria bersenjata itu mundur dengan panik. Mereka segera menjauh dari Felicia dan Shafa. Apa-apaan ini? Seorang ahli tingka
Shafa berdiri di sana. Tubuh mungilnya terlihat begitu kesepian dan terlantar. Sepasang mata besarnya yang biasanya begitu cerah, kini seolah kehilangan sinarnya dan benar-benar redup.Di dalam mata Shafa, kabut air mulai menggenang. Saat berikutnya, air matanya yang berukuran besar mulai berjatuhan dan menetes satu per satu. Tadi saat menghadapi orang-orang jahat ini, saat berhadapan dengan moncong pistol, Shafa sama sekali tidak menangis.Namun sekarang, saat melihat ibunya meninggalkannya tanpa sedikit pun rasa belas kasihan, untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang masih belia, Shafa memahami apa itu kesedihan yang sesungguhnya.Ayahnya sudah menghilang dan sekarang ibunya juga tidak menginginkannya lagi. Apakah itu berarti Shafa kini menjadi anak yang tidak diinginkan oleh siapa pun?Melihat Shafa yang menangis begitu pilu, hati Felicia terasa nyeri dengan cara yang sulit diungkapkan.Di sisi lain, seseorang malah berbicara, "Eh? Kamu menangis? Aduh, kasihan banget. Tenang saja.
Menurut David, sebenarnya dia tidak perlu sampai membunuh Freya untuk membungkamnya. Bagaimanapun, Freya sendiri ikut terlibat dalam semua kejahatan ini.David yakin bahwa wanita itu tidak akan sembarangan membuka mulut. Lagi pula, riwayat Afkar pasti sudah tamat kali ini. Apa yang masih perlu ditakutkan?David sudah memutuskan bahwa setelah semuanya beres, dia pasti akan mendapatkan Freya dan bersenang-senang dengannya. Kini, Afkar si Bajingan itu menghilang entah ke mana. Tidak jelas apakah dia sudah dibunuh orang atau sedang bersembunyi karena ketakutan.Meskipun David tidak bisa membalas dendam langsung pada Afkar, bisa bermain-main dengan mantan istrinya saja sudah cukup memuaskan baginya."Apa? David, ka ... kalian benaran ingin membunuh anakku?" tanya Freya dengan raut wajah penuh kebingungan dan ketidakpastian setelah mendengar percakapan tersebut.David menyeringai sambil balik bertanya, "Menurutmu?"Wajah Freya berkedut beberapa kali. Dia bertanya dengan nada cemas dan penuh
Ekspresi Felicia langsung berubah. Tanpa ragu, dia merobek tali yang mengikat tangan dan kakinya, lalu menerjang ke arah pengawal bersenjata!Orang-orang Fadly sudah dihabisi. Dia tahu tidak ada lagi yang bisa diharapkan! Dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri!Setelah menjalani pelatihan dasar selama beberapa waktu, tubuh Felicia jauh lebih kuat dari orang biasa, setara dengan seorang petarung fisik.Jelas sekali, David dan anak buahnya sama sekali tidak menyangka bahwa wanita cantik dan anggun seperti Felicia ternyata memiliki kekuatan seperti itu.Makanya, mereka hanya mengikatnya dengan tali biasa. Bagi Felicia, merobek tali semacam itu bukanlah masalah!Dor! Felicia menabrak pengawal bersenjata dengan keras. Hampir bersamaan, suara tembakan terdengar!Karena tubuhnya kehilangan keseimbangan, peluru itu melesat ke langit-langit rumah, menyebabkan pecahan semen dan debu berjatuhan.Saat itu, Shafa menatap Freya yang berdiri melindunginya, lalu menoleh ke arah Felicia yang beran