Ekspresi Renhad berubah-ubah. Setelah mendengus dingin, pada akhirnya dia menurunkan tangannya. Dia sadar bahwa dirinya tidak akan bisa menang melawan Afkar. Jika benar-benar terjadi konflik, sudah pasti mereka yang akan dirugikan."Felicia, kami sudah sampaikan pesan nenekmu! Kamu cuma punya dua pilihan, antara usir pria simpanan itu atau tunggu diusir saja dari Keluarga Safira!" ujar Renhad sambil melempar pandangan dingin ke arah Afkar.Dalam pikirannya, Felicia tidak mungkin meningkatkan keuntungan Safira Farma 10 kali lipat hanya dalam waktu dua bulan. Jadi, dia percaya Felicia hanya memiliki dua pilihan.Mata Felicia menunjukkan keputusasaan dan kebingungan. Di balik sikapnya yang kuat, Felicia hanyalah seorang wanita lemah. Keluarga Safira sangat mematuhi perintah neneknya dan sekarang bahkan neneknya sendiri telah memberikan ultimatum terakhir. Apa yang bisa dia lakukan? Siapa yang bisa dia andalkan?Orang tuanya? Mereka tidak datang secara langsung untuk mendesaknya saja sudah
Renhad mendengus dengan tatapan galak. "Kamu mau buat keuntungan Safira Farma naik 10 kali lipat dalam 2 bulan? Jangan mimpi di siang bolong deh! Felicia, kamu bukan cuma bakal gagal, tapi perusahaan bakal rugi besar!"Kemudian, Renhad menghubungi sebuah nomor. Patut diketahui bahwa dulu orang yang mengurus Safira Farma adalah Renhad.Sebagai keturunan resmi generasi kedua yang telah mengelola perusahaan selama bertahun-tahun, tentu banyak staf yang mendengar instruksinya. Apalagi, Renhad melakukan semua ini atas nama Nyonya Tua Keluarga Safira. Demi melawan Felicia, dia tidak peduli pada keuntungan Safira Farma.Sementara itu, Afkar mengemudikan mobil mengantar Felicia ke perusahaan. Di tengah jalan, Felicia ditelepon Dara.Begitu menjawab panggilan, ekspresi Felicia menjadi sangat masam. Pagi ini, banyak petinggi perusahaan tiba-tiba mengundurkan diri atau meminta cuti dengan berbagai alasan. Dia tahu ini adalah perbuatan paman keduanya."Ada apa?" tanya Afkar. Ketika melihat ekspres
Felicia membuka matanya. Tebersit senyuman mencela pada ekspresinya. Dia merasa makin gusar."Kamu mau bicara dengan mereka? Mereka semua bawahan paman keduaku. Mereka saja menolak mendengarku, apalagi kamu. Kamu kira kamu siapa? Sudahlah, jangan memperkeruh suasana, Afkar," ucap Felicia dengan kesal.Karena suasana hatinya sedang sangat buruk, Felicia tak kuasa melampiaskan amarahnya pada Afkar. Ketika bicara, air matanya pun mengalir.Afkar terkekeh-kekeh, lalu menggenggam tangan Felicia dengan makin erat dan bertanya, "Percaya padaku ya?"Afkar bisa memahami suasana hati Felicia, makanya tidak bersikap perhitungan padanya. Di sisi lain, entah mengapa, Felicia merasa lebih tenang melihat senyuman lembut Afkar.Felicia melampiaskan amarahnya pada Afkar bukan karena dia meremehkan Afkar, melainkan karena benar-benar butuh pelampiasan.Setelah suasana hatinya stabil, Felicia cukup terkejut dengan sikapnya tadi. Selama ini, Felicia selalu bersikap dingin dan tenang. Tidak peduli semarah
"Serahkan saja semua kepadaku. Kalian keluar dulu. Suruh Bu Golda masuk," ucap Afkar sambil melambaikan tangan setelah melihat data sesaat.Afkar tidak ingin Felicia melihat cara apa yang digunakannya. Felicia mengerlingkan mata, merasa dirinya seperti menjadi bawahan Afkar.Namun, Felicia tidak akan meragukan Afkar karena telah memilih untuk memercayainya. Dia pun memberi isyarat mata kepada Dara. Keduanya keluar, lalu memanggil wanita paruh baya memesona itu, "Bu Golda, masuklah.""Hah? Maksudnya?" Golda tampak kebingungan. Felicia jelas-jelas keluar. Untuk apa dirinya masuk?"Kamu ingin mengundurkan diri, 'kan? Urus prosedurnya di dalam," timpal Felicia dengan ekspresi datar. Kemudian, dia duduk di kursi koridor, bersikap seolah-olah tidak peduli.Meskipun memercayai Afkar, faktanya Felicia tidak menaruh harapan tinggi. Dia pasrah dengan apa yang akan terjadi.'Oke, mari kita lihat trik apa yang dimainkan Bu Felicia ini,' batin Golda. Meskipun kebingungan, dia tetap membuka pintu da
Tatapan Golda dipenuhi ketakutan. Ketika melihat sorot mata Afkar, Golda merasa dirinya sedang telanjang bulat. Afkar seolah-olah bisa melihat semua yang ada dalam dirinya. Perasaan seperti ini sungguh mengerikan!"Oke, oke. Tentu saja boleh. Perusahaan pasti akan melindungi privasi karyawan. Ini juga keputusan yang bijaksana. Asal kamu tahu, perusahaan akan mendapat pesanan besar dalam waktu dekat ini.""Keuntungannya setidaknya mencapai ratusan miliar. Sebagai petinggi, kamu bakal mendapat bonus besar. Jadi, nggak usah pikir yang aneh-aneh. Bekerja saja dengan baik." Afkar mengangguk sambil tersenyum polos.Afkar sangat pintar memainkan metode ini. Dengan memegang aib seseorang, kerja sama ini akan menjadi makin kuat.Pintu ruang kantor dibuka. Golda berjalan keluar dengan wajah pucat. Kini, dia tidak terlihat arogan seperti sebelumnya lagi."Pak Samson, giliranmu," ujar Golda kepada seorang pria."Bu Golda, kamu sudah selesai mengurus prosedurmu?" tanya seseorang."A ... aku nggak j
Sekelompok orang yang awalnya bersikap angkuh dan semena-mena, seketika menjadi sopan dan berwaspada. Mereka juga menyatakan ketulusan mereka kepada Felicia.Pada akhirnya, setelah manajer departemen pemasaran keluar, kekacauan pun berakhir. Semuanya kembali bekerja dengan baik.Felicia mengembuskan napas panjang. Wajah cantiknya menunjukkan senyuman lega dan manis. Presdir wanita yang selalu mandiri dan mendominasi ini seketika merasa jauh lebih rileks.Ternyata ketika dirinya bertemu masalah, ada yang bersedia membantunya, bahkan membalikkan keadaan untuknya. Perasaan ini sungguh menyenangkan!Tiba-tiba, Felicia tak kuasa melirik Dara yang berdiri di sebelahnya. Sebagai sekretaris pribadi Felicia, Dara benar-benar tulus dan setia. Dia merasa senang untuk Felicia. "Bu, syukurlah! Sudah kubilang, Pak Afkar pasti bisa mengatasinya!"Ketika melihat Dara begitu gembira, Felicia hanya tersenyum dan tidak bicara lagi.Sementara itu, di sebuah vila, Renhad sekeluarga sedang menunggu kabar. M
Setelah menghubungi orang terakhir, wajah Renhad menjadi sangat suram. Semua bawahan lamanya ini memilih untuk tetap bekerja di Safira Farma. Bahkan, ada yang tidak menjawab panggilannya."Sayang, apa yang terjadi? Apa ada masalah?" tanya Jesslyn dengan gugup."Ini semua gara-gara Afkar! Mereka semua berubah pikiran setelah mengobrol dengan Afkar!" seru Renhad dengan ekspresi galak."Hah? Maksudmu pecundang yang mengikuti Felicia? Kok bisa? Dia cuma pecundang. Memangnya bisa apa?" Viola memelotot dengan tidak percaya."Siapa tahu? Lucunya, dia bilang Safira Farma akan mendapat pesanan senilai ratusan miliar dalam waktu dekat ini. Apa mungkin karena ini? Semua bawahan bodohku itu percaya padanya?" Ekspresi Renhad terlihat tak karuan sejak tadi.Para petinggi itu tentu tidak akan membocorkan aib masing-masing. Jadi, mereka memanfaatkan bujukan Afkar sebagai alasan."Hah? Ratusan miliar? Afkar ini memang badut. Beraninya dia bicara begitu. Apa para petinggi itu bodoh? Masa main percaya be
"Oh, aku lupa, di sini cuma ada kita berdua." Afkar mengelus hidungnya, lalu bertanya dengan canggung, "Bu, kalau nggak ada urusan lagi, aku pergi ya?"Begitu mendengarnya, Felicia yang merasa kesal sekaligus senang, sontak terlihat dingin. Dia pun memelotot dan membalas, "Pergi sana. Kalau melihatmu, aku tambah kesal!"Afkar berkeringat melihatnya. Sepertinya emosi wanita ini tidak stabil? Wanita memang sulit untuk dipahami!Setelah meninggalkan perusahaan, Afkar pergi membeli sejumlah besar bahan obat. Karena sudah bertekad akan membantu Felicia, dia harus mulai mengambil tindakan.Afkar memilih empat formula dan akan mengembangkannya. Formula untuk menghilangkan bekas luka dan menumbuhkan rambut, serta formula untuk hemostasis dan penyembuhan leukemia. Dia akan mengurangi khasiat pada dua resep pertama.Afkar mengganti beberapa bahan obat mahal dengan yang lebih murah. Dengan begitu, modalnya tidak akan terlalu besar dan bisa diproduksi banyak.Tentunya, meskipun khasiatnya berkuran
Adapun untuk peserta yang tidak berhasil masuk peringkat lima besar, tidak ada hadiah tambahan yang disediakan.Saat ini, Rose berdiri di sebelah Afkar. Dia diam-diam bergumam, "Pokoknya aku harus masuk peringkat tiga besar! Aku harus bergabung dengan Sekte Langga!"Sebagai seorang gadis genius dari Keluarga Samoa, Rose sangat memahami situasinya. Walaupun dalam turnamen kali ini keluarganya berhasil mempertahankan status sebagai keluarga bangsawan, tidak ada jaminan bahwa keberuntungan itu akan terus berlangsung di Turnamen Chartreuse mendatang.Terutama jika suatu saat nanti Turnamen Chartreuse diselenggarakan oleh Keluarga Pakusa dari dunia misterius, Keluarga Samoa bisa berada dalam bahaya besar.Namun kalau dirinya berhasil masuk Sekte Langga dan menjadi murid resmi, itu berarti Keluarga Samoa bisa berlindung di bawah naungan sekte dunia misterius ini.Dengan begitu, baik Keluarga Pakusa dari dunia misterius maupun Keluarga Pakusa dari dunia seni bela diri kuno biasa, mereka pasti
Pada pukul 8 pagi, semua orang yang seharusnya hadir sudah berkumpul. Saat ini di atas panggung utama, Zinia bersama perwakilan-perwakilan dari berbagai organisasi dunia misterius yang menjadi juri, sudah berdiri rapi di tempatnya.Di samping Zinia, juga berdiri seorang wanita anggun dan memikat luar biasa. Dia tak lain adalah ketua muda cantik dari Sekte Langga, Arisa.Hari ini, Arisa mengenakan pakaian tempur yang pas badan. Di punggungnya, ada sebilah pedang panjang. Seluruh tubuhnya memancarkan aura yang tajam dan tegas."Dalam uji coba peringkat individu hari ini, Arisa dari sekte kami juga akan ikut serta. Tapi selama nggak terlalu mendesak, dia nggak akan mengancam nyawa peserta lain." Zinia menyampaikan pengumuman itu dengan tenang.Begitu mendengar ini, raut wajah para peserta uji coba hari ini perlahan berubah menjadi agak tegang. Terutama Lukas dari Sekte Pedang Emas dan Felix dari Keluarga Saloka. Wajah mereka langsung terlihat kurang senang.Keduanya memiliki kekuatan di t
Meskipun tempat ini dipenuhi oleh energi spiritual yang padat, semalaman penuh ini, Afkar tetap belum bisa menembus puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi. Dia hanya merasa seperti terjebak di titik itu dan tidak bisa maju sedikit pun.Meski sudah hampir sepenuhnya mengeras dan berubah menjadi bentuk padat, pusat energi yang berada di perut bagian bawahnya tetap saja belum bisa mencapai bentuk sempurna.Secara sederhana, tingkat kepadatan energi spiritual yang berhasil diserap Afkar belum cukup memenuhi syarat. Ibarat ingin menancapkan paku ke dalam sebatang pohon besar, tetapi malah menabrak benjolan keras di dalam kayunya.Kalau tenaga tidak cukup, mau dipukul 1.000 kali pun paku itu tidak akan masuk. Satu-satunya cara adalah menghantamnya dengan kekuatan besar dalam satu kali pukulan, baru kemungkinan bisa menembus benjolan itu."Huft ...." Saat merasakan cahaya matahari pagi mulai menyinari tubuhnya, Afkar akhirnya membuka mata lalu diam-diam menghela napas.Afkar bergumam
Di Vila Emperor.Felicia, Fadly, dan Gauri sedang duduk di ruang tamu dengan ekspresi serius dan tegang. Wajah cantik Felicia terlihat menyimpan sedikit rasa bersalah. Ucapan terakhir dari Erlin tadi membuatnya teringat sesuatu.Pantas saja nama Organisasi NC terasa tidak asing di telinganya. Waktu itu saat mereka ditangkap oleh David, Shafa menggunakan Jimat Pencabut Nyawa untuk menghabisi seorang pesilat tingkat revolusi.Orang itu sepertinya mengaku berasal dari Organisasi NC. Dengan kata lain, semua kekacauan ini memang berawal dari keluarga kecilnya sendiri?Saat itulah, ponsel Fadly bergetar. Begitu melihat pesan yang masuk, ekspresinya langsung berubah menjadi marah.Fadly memberi tahu, "Kak, kamu nggak perlu merasa bersalah. Ini bukan salahmu. Aku sudah menyuruh orang untuk menyelidikinya.""Sekarang, semuanya sudah jelas. Dulu, Paman Renhad pernah bersekongkol sama orang dari Organisasi NC dan berencana untuk meledakkan pabrik barumu. Tapi, malah pabriknya sendiri yang meledak
"Jadi, cukup sampai di sini saja. Kalian boleh pergi!" Nada bicara Erlin terdengar dingin dan tak terbantahkan.Gauri langsung menunjukkan ekspresi penuh amarah. Dia menunjuk ke arah Erlin dengan emosi yang sedikit tak terbendung, lalu membentak, "Nenek Lampir, sebenarnya kamu ini maunya apa? Sebenarnya apa tujuanmu memancing Harun ke sini? Di mana dia? Di mana Harun? Serahkan dia padaku sekarang juga!"Erlin membentak dengan dingin, "Kurang ajar! Gauri, kamu masih punya rasa hormat pada orang tua nggak? Aku bilang, Harun nggak datang ke sini! Aku nggak lihat dia! Kalau dia nyasar di jalan atau terjadi sesuatu padanya, itu bukan urusanku!"Nada suara Erlin begitu dingin. Tatapan matanya mulai berubah mengancam saat memandang ke arah Fadly. Dia menunjuk ke arah para anak buah yang dibawa cucunya itu, lalu bertanya, "Fad, kamu ini mau ngajak perang sama keluarga sendiri ya?""Aku nggak bermaksud begitu. Kami cuma mau cari ayahku!" jawab Fadly."Kalau nggak ada maksud begitu, suruh orang-
Felicia sempat ragu sejenak, lalu berpesan beberapa hal pada Shafa. Dia memintanya untuk diam di rumah dan menunggu dengan patuh sebelum akhirnya pergi keluar.Shafa memiliki Jimat Pencabut Nyawa pemberian Afkar, jadi kini dia juga mempunyai sedikit kemampuan untuk menjaga dirinya sendiri.Ditambah lagi, tingkat keamanan di Vila Emperor juga sangat tinggi sehingga Felicia merasa tak perlu terlalu khawatir. Yang lebih Felicia cemaskan sekarang adalah keselamatan ayahnya. Dua puluh menit kemudian, di depan rumah Keluarga Safira.Beberapa mobil SUV berhenti. Bersama beberapa orang kepercayaannya, Fadly tiba dengan tergesa-gesa bersama Gauri.Pada saat yang sama, sebuah Maserati juga datang. Felicia pun tiba dalam kondisi terburu-buru. Begitu melihat putrinya, Gauri langsung bertanya, "Feli, kamu juga datang? Di mana Afkar?""Afkar ada urusan. Dia lagi keluar kota selama beberapa hari," jawab Felicia singkat, lalu menoleh ke Fadly. Dia bertanya, "Fad, sekarang gimana?"Fadly menggertakkan
"Semoga saja begitu ...," ucap Renhad. Masalahnya, sekarang mereka juga tidak memiliki pilihan lain.Sementara itu, di sisi lain. Setelah berhasil kabur dari Hotel Safira, Fadly merasa hatinya benar-benar dipenuhi oleh amarah dan rasa tidak percaya. Dia sungguh tidak menyangka, Erlin benar-benar tega ingin mencelakai cucunya sendiri.Fadly memang belum tahu pasti apa tujuan Jonas mencoba menangkapnya, tetapi dia yakin itu jelas bukan untuk hal baik.Sambil menyetir, tiba-tiba Fadly teringat sesuatu dan segera menelepon ibunya. Sebelumnya saat Erlin mengundangnya, dia secara khusus berpesan agar Fadly tidak memberi tahu orang tua dan kakaknya.Kini setelah mengingat itu, Fadly langsung curiga. Jangan-jangan, Erlin juga ingin mencelakai orang tua dan kakaknya.Begitu telepon tersambung, Fadly langsung bertanya tanpa basa-basi. Nada suaranya terdengar agak tergesa ketika bertanya, "Bu, kalian lagi di mana?"Di ujung sana, Gauri menjawab dengan nada agak kesal, "Ibu ada di rumah. Ayahmu pe
Setelah melihat Harun sudah pingsan di lantai, Kobra menoleh dan berucap sambil menyeringai dingin ke arah Erlin, "Tua Bangka, untung kamu nggak berani main-main sama kami. Kalau begitu, kapan Fadly akan dikirim ke sini? Biar sekalian kubawa pulang. Hahaha ...."Erlin melirik jam sebentar, lalu memberi isyarat mata kepada Renhad. Anaknya itu langsung menghubungi Jonas lewat telepon.Renhad bertanya, "Jonas, gimana keadaan di sana?"Saat itu di dalam Hotel Safira, tangan kanan Jonas sedikit gemetar. Dengan ekspresi penuh ketidakrelaan, dia hanya bisa menatap Fadly yang sudah kabur keluar dari ruang VIP.Jonas membalas, "Pak Renhad, aku gagal. Fadly ternyata sudah menjadi ahli tingkat gulita. Aku nggak berhasil menangkapnya."Sebenarnya, Jonas juga seorang ahli tingkat gulita. Namun kalau soal kemampuan, dia memang masih lebih unggul daripada Fadly.Bagaimanapun Jonas naik tingkat dari latihan keras tahap demi tahap, sedangkan Fadly baru mencapai tingkat gulita belum lama ini. Itu sebabn
"Maafkan aku, Pak Fadly! Demi keselamatan Bu Erlin dan Pak Renhad, aku terpaksa menyulitkanmu!" Usai berkata demikian, Jonas tiba-tiba melancarkan serangan. Kelima jarinya mencengkeram ke arah bahu Fadly. Dia berniat untuk menangkap dan menahan Fadly.Raut wajah Fadly langsung berubah. Begitu melihat gerakan itu, dia segera mengayunkan tinjunya untuk melawan.Bunyi benturan yang dalam terdengar saat tinju dan cakar saling beradu, disusul dengan suara nyaring tulang jari yang patah.Kemudian, Jonas berteriak kesakitan. Ekspresinya langsung berubah penuh rasa sakit dan terkejut. Dia mundur beberapa langkah secara refleks.Sebenarnya serangan Jonas tadi bukan bermaksud untuk mencelakai Fadly hingga kehilangan nyawa, melainkan hanya untuk menangkap dan menahannya saja.Ditambah lagi bagi Jonas, Fadly hanyalah orang biasa. Jadi, dia hanya mengerahkan 20% kekuatannya. Menurutnya, itu sudah cukup untuk mengendalikan Fadly.Namun tidak disangka, pukulan spontan Fadly tadi ternyata sangat kuat