Share

Bab 2

Penulis: Russel
"Apa? Orangnya sudah siuman? Dia baik-baik saja?" Di rumah sakit kota, sopir Felicia Safira berseru dengan takjub.

"Pasien nggak terluka parah. Dilihat dari kondisinya sekarang, mungkin cuma luka luar," jawab dokter berjubah putih.

"Mana mungkin? Setelah tertabrak, jelas-jelas lukanya kelihatan parah sekali. Darahnya juga banyak sekali," balas sopir itu dengan ekspresi tidak percaya.

"Kamu sendiri juga sudah bilang cuma kelihatannya, 'kan?" balas dokter.

Tebersit kecurigaan di mata Felicia yang indah. Setelah memastikan bahwa dokter itu tidak sedang bercanda, dia baru berkata dengan tenang, "Kalau begitu coba kulihat kondisinya."

Saat membuka pintu ruang pasien, Felicia melihat seorang pria yang duduk termenung di atas ranjang. Bahkan Afkar sendiri juga tidak percaya bahwa dia tidak meninggal. Selain itu, sepertinya kondisi tubuhnya terasa agak aneh!

Dalam benaknya, tiba-tiba muncul serangkaian informasi yang berantakan. Mantra Roh Naga? Kitab Kaisar Naga? Jurus Mata Naga? Apa sebenarnya semua ini?

Selain itu, rasa sakit yang sebelumnya dia rasakan di sekitar ginjal kirinya, kini digantikan oleh aliran hangat yang menyebar ke seluruh tubuhnya dan memberikan rasa nyaman yang luar biasa. Saat dia hendak memeriksa lebih lanjut apa yang terjadi, Felicia telah masuk ke ruangan.

Afkar mengangkat kepalanya dan terlihat seberkas kekaguman terpancar dari matanya.

Cantik sekali! Dibandingkan dengan wanita cantik di hadapannya ini, Freya yang dulu membuatnya tergila-gila, tampak tidak ada apa-apanya!

"Kamu ini ..." tanya Afkar dengan ragu-ragu.

Felicia tidak menjawab, melainkan bertanya kembali sambil menatap Afkar, "Kamu mau nipu uang ya?"

Afkar tertegun sejenak setelah menyadari maksud ucapannya. Tadi dia memang menerjang langsung ke mobil wanita ini. Bukankah itu memang terlihat seperti sengaja mau menipu uang?

"Bukan ..." jawab Afkar sambil menggeleng dan tertawa getir.

"Oh, kalau begitu memang sudah bosan hidup?" tanya Felicia dengan tenang.

"Ya ...." Afkar mengangguk.

"Tapi kamu nggak jadi meninggal, gimana dong? Mau coba bunuh diri lagi?" Mata Felicia berkilat, entah apa maksudnya menanyakan hal itu. Setelah ditanya seperti itu, Afkar hanya duduk terdiam.

Felicia menatap Afkar dengan dingin, tetapi tiba-tiba menanyakan sesuatu yang membuat Afkar terperanjat. "Gimana kalau kita menikah?"

Begitu ucapan itu dilontarkan, Afkar langsung membelalakkan matanya menatap Felicia dengan kaget.

"Apa? Apa kamu bilang tadi?" tanyanya lagi.

"Aku bilang, ayo kita menikah!" ucap Felicia mengulangi perkataannya dengan ekspresi datar.

Afkar merasa bingung, bahkan mulai meragukan apakah yang sebenarnya tertabrak mobil tadi adalah wanita cantik di depannya ini. Jika tidak, bagaimana mungkin dia mengatakan hal seperti itu?

"Jangan menatapku seperti itu! Aku ini waras!" Menyadari tatapan Afkar, Felicia mengerutkan alisnya.

Afkar berdeham sejenak, lalu bertanya, "Tapi kenapa? Kenapa kamu begitu menghargaiku?"

Felicia menggelengkan kepalanya dengan ekspresi serius. "Nggak! Justru sebaliknya, aku memilihmu karena meremehkanmu! Simpelnya, aku butuh seseorang yang nggak takut mati untuk jadi tunanganku."

"Karena kamu memang sudah mau bunuh diri, jadi kamu adalah kandidat yang paling cocok. Lagi pula, kamu sendiri sudah nggak sayang nyawa, lebih baik biarkan aku memanfaatkannya. Tentu saja, aku akan berikan imbalan yang setimpal!"

Begitu mendengar ucapan itu, mata Afkar langsung berbinar. Dari penampilannya saja, Felicia tampak seperti orang kaya.

"Oke! Asalkan kamu beri aku 400 juta. Nggak, beri aku 1,6 miliar untuk tolong putriku. Aku akan lakukan apa pun!"

Biaya perawatan di ICU setiap harinya membutuhkan biaya yang sangat besar. Jika mereka benar-benar menemukan sumsum tulang yang cocok, entah berapa banyak lagi uang yang harus dikeluarkan.

Bagaimanapun, wanita ini tampaknya tidak kekurangan uang. Jadi, Afkar memutuskan untuk meminta lebih banyak. Lagi pula, kemungkinan besar dia akan menawar.

Mendengar hal ini, Felicia mengangkat alisnya dengan elegan dan berkata, "Kutegaskan dulu sebelumnya, statusmu sebagai tunangan hanya pura-pura. Aku nggak akan jalani hubungan yang sebenarnya denganmu!"

"Nggak masalah. Asalkan kamu berikan 1,6 miliar untuk menyelamatkan putriku, aku akan melakukan apa saja!" Afkar menegaskan.

"Kamu perlu tinggal di rumahku dan kemungkinan besar akan hadapi banyak kesulitan. Nggak ada yang akan menghargaimu di rumahku. Singkatnya, kamu hanya akan menjadi alat!" Felicia ingin menyampaikan semua kemungkinan terburuk sejak awal.

"Beri aku 1,6 miliar untuk menolong putriku! Aku akan lakukan apa pun!" Afkar mengulangi dengan tegas.

"Baiklah ...." Felicia akhirnya berhenti berbicara. Dia mulai menyadari bahwa pria di depannya ini akan melakukan apa saja demi menolong putrinya. Pria ini rela mengorbankan nyawanya, bahkan lebih dari itu, dia tidak peduli dengan harga dirinya.

....

Di dalam kamar ICU, dokter Shafa yang bernama Kendra, memeriksa bola mata gadis kecil itu, lalu melihat alat yang berada di sampingnya.

"Nggak bisa diselamatkan lagi. Lakukan persiapan!"

"Baik, Dokter!" sahut perawat sambil mengeluarkan sehelai kain putih untuk menutupi jasad pasien. Pada saat ini, Shafa terbaring di ranjang dengan mata terpejam tanpa bergerak sedikit pun.

Nyawa yang begitu rapuh ini tampaknya telah mencapai ajalnya. Kendra melirik gadis itu sekilas dengan tatapan yang dingin, tanpa ada rasa kasihan atau bersalah sedikit pun.

"Bahkan biaya pengobatan aja nggak bisa bayar. Kalau nggak, masih bisa bertahan selama beberapa hari dengan obat impor. Orang miskin cuma bisa nunggu mati!" gumam Kendra menggerutu.

Pada saat ini, tiba-tiba muncul sebuah sosok yang bergegas dari luar. Melihat kain putih di tangan perawat, nada bicara Afkar langsung berubah, "Hentikan! Apa yang kalian lakukan?"

"Pasien sudah meninggal ..." jawab perawat dengan kaget.

"Nggak! Nggak mungkin! Shafa! Shafa!" Mendengar ucapan perawat, Afkar merasa syok dan langsung berlari ke samping ranjang.

Melihat putrinya yang memejamkan mata dan tidak bernapas lagi, Afkar menggenggam erat tangan Shafa dan menggoyangkannya dengan perlahan.

"Shafa, cepat bangun! Buka matamu, lihatlah Papa! Shafa! Shafa, putriku!"

Kendra berkata dengan tidak sabar, "Untuk apa kamu teriak-teriak di rumah sakit? Pasien sudah meninggal, biarkan perawat membawanya pergi!"

"Nggak, Shafa nggak akan meninggal! Mana mungkin putriku meninggal secepat ini? Kalian sudah beri dia obat khusus belum? Mana mungkin dia bisa meninggal secepat ini kalau pakai obat khusus?" tanya Afkar dengan mata memerah.

Kendra mendengus, lalu menyindirnya, "Kamu sudah utang biaya pengobatan, masih mau pakai obat khusus? Kamu kira rumah sakit kita organisasi amal?"

"Berengsek! Dokter sialan! Kenapa nggak beri obat pada anakku? Kenapa? Bukannya sudah kubilang, berikan dulu obatnya pada anakku, aku akan cari uangnya?"

"Kenapa kalian tega membiarkan anakku meninggal begitu saja? Kenapa kalian bisa setega itu?" tanya Afkar dengan putus asa.

"Apa gunanya kamu bilang begitu? Kamu kira kamu siapa? Putrimu sudah meninggal, cepat biarkan perawat bawa pergi jasadnya! Kamar ICU ini dibayar per jam. Kalau punya uang, silakan saja terus buat onar di sini!" desak Kendra sambil tersenyum dingin.

"Nggak, putriku belum meninggal! Belum meninggal!" teriak Afkar sambil memegang erat tangan Shafa.

Detik berikutnya, terasa sebuah aliran hangat dari tangan Afkar hingga memasuki tubuh Shafa.

"Orangnya sudah meninggal, apa gunanya lagi kamu pegang tangannya? Kalau nggak, kamu gendong pulang saja. Jangan buat masalah di sini!" teriak Kendra.

"Nggak! Putriku belum meninggal! Dia pasti masih bisa hidup!"

Afkar terus-menerus mengalirkan aliran hangat dari dalam tubuhnya ke tubuh Shafa. Sensasi panas di sekitar ginjal kirinya, serta informasi baru yang muncul di pikirannya, membuat Afkar sadar bahwa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya.

Meskipun belum sepenuhnya memahami atau menguasai sensasi panas ini, Afkar tahu bahwa ini adalah sesuatu yang baru. Meski demikian, Afkar tidak akan menyerah selama ada secercah harapan. Dia bertekad memasukkan aliran panas tersebut ke dalam tubuh Shafa dan berharap bisa terjadi keajaiban.

"Masih bisa hidup? Kamu sudah gila ya? Semua tanda-tanda kehidupannya sudah hilang, kamu masih berharap dia bisa hidup kembali?"

"Kalau putrimu benar-benar bisa hidup kembali, aku akan berjalan mundur seumur hidupku!" kata Kendra dengan sinis. Sementara itu, perawat di sebelahnya juga tertawa mengejek.

Namun pada saat itu, alat yang masih terpasang pada tubuh Shafa tiba-tiba berbunyi.

Tak lama kemudian, detak jantung yang sebelumnya menunjukkan garis lurus di layar monitor, tiba-tiba menunjukkan gelombang. Selain itu, gelombang itu berangsur-angsur semakin kuat dan teratur!
Komen (18)
goodnovel comment avatar
John Tolla
bagus ceriteranya
goodnovel comment avatar
Arie Siswanto
seru ceritanya
goodnovel comment avatar
Rahma Amalia
semangat lanjut guys
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 3

    Kendra membelalakkan matanya dengan kaget. Perawat di sampingnya juga memelotot dengan tak percaya. Mana mungkin? Kenapa bisa tiba-tiba hidup kembali?"Papa ... Apa itu kamu? Jangan pergi, Papa!" Tiba-tiba Shafa membuka matanya perlahan-lahan. Sebelumnya, Shafa merasa gelisah saat melihat Afkar pergi untuk mengumpulkan uang. Dia hanya ingin ditemani ayahnya untuk terakhir kalinya."Shafa, kamu benar-benar sudah sadar! Papa di sini. Papa selalu temani Shafa, nggak akan ke mana-mana lagi!" Air mata berderai membasahi wajah Afkar. Aliran panas itu kembali mengalir deras ke tubuh Shafa.Akhirnya Shafa sadar! Ternyata aliran panas ini benar-benar berefek! Shafa benar-benar hidup kembali.Afkar begitu bersemangat hingga sekujur tubuhnya gemetaran. Kegembiraan yang mendadak ini membuat pria sejati sepertinya tak kuasa menahan tangisan.Dia menggenggam tangan Shafa dengan erat, seakan-akan seluruh dunia telah berada dalam genggamannya. Dia takut jika dia melepaskannya, semuanya akan berubah me

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 4

    "Aku benar-benar harus berterima kasih padamu!" ujar Afkar dengan serius setelah berada di luar kamar pasien."Nggak masalah, sekarang kamu sudah milikku," balas Felicia dengan datar."Hm ...." Ekspresi Afkar terlihat agak aneh. Kecantikan Felicia bisa dibilang sangat luar biasa. Mendengar wanita secantik dan sekaya Felicia mengklaim dirinya, Afkar merasa sangat ... aneh.Detik berikutnya, Felicia sepertinya menyadari bahwa ucapannya ini sangat ambigu. Oleh karena itu, dia langsung mengalihkan pembicaraan, "Oh ya, kamu bisa ilmu kedokteran? Putrimu menderita leukimia?"Sebelumnya, Felicia mendengar dengan jelas dari luar ruangan bahwa putri Afkar sepertinya sudah kehilangan tanda-tanda kehidupan. Namun, tiba-tiba saja dia bisa diselamatkan dan sekarang kondisinya terlihat sangat baik! Ini benar-benar sesuatu yang luar biasaFelicia tiba-tiba mendapat ide."Sedikit," jawab Afkar dengan ragu-ragu sebelum mengangguk."Kalau begitu, urus dulu putrimu, lalu ikut aku. Aku butuh bantuanmu unt

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 5

    "Omong kosong! Nyawamu yang dalam bahaya!" bentak Sutopo yang marah besar.Dokter yang berada di sampingnya juga berkata sambil tersenyum dingin, "Rumah sakit kami merawat Tuan Lowel dengan baik. Penyakit yang dideritanya adalah leukemia mielositik kronis. Saat ini masih dalam fase kronis, mana mungkin tiba-tiba bisa dalam bahaya?""Nak, kamu datang untuk cari masalah ya?" lanjut dokter itu."Aku nggak bilang bahayanya karena penyakit leukimia. Anak ini keracunan!" jelas Afkar. Pada saat ini, Afkar menggunakan Jurus Mata Naga sehingga bisa melihat tubuh Lowel dengan jelas. Terlihat racun berwarna kehitaman yang menyebar di seluruh tubuhnya.Tidak lama lagi, racun itu akan menyerang ke hatinya!"Nak, apa maksudmu? Memangnya rumah sakit kami ini akan meracuni pasien?" bentak dokter itu dengan semakin emosi sambil menunjuk Afkar."Bukan itu maksudku! Ada beberapa jenis makanan yang nggak boleh dikonsumsi secara bersamaan. Makanan itu sendiri memang nggak beracun, tapi kalau digabungkan de

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 6

    Tit! Tit! Tit!Sepuluh menit kemudian, suara mesin yang terpasang di tubuh Lowel mulai stabil. Darah yang dikeluarkan dari jempol kaki kanan Lowel terlihat berwarna kebiruan. Setelah meminum darah ayam, kondisi Lowel juga mendadak mulai normal."Syukurlah!" Sutopo menangis saking terharunya.Dokter menyeka keringat dingin di tubuhnya dan menghela napas panjang. Tekanan yang dialaminya tadi benar-benar luar biasa! Jika sampai terjadi sesuatu pada putra Sutopo, rumah sakit mereka akan langsung gulung tikar dan nasibnya juga akan celaka!"Dokter, sepertinya Lowel memang keracunan?" tanya Felicia.Sutopo memelototi dokter itu dengan marah, "Kantin rumah sakit kalian meracuni pasien?""Nggak! Mana mungkin? Mana mungkin kami meracuni pasien?"Wajah dokter tampak pucat pasi. Sedetik kemudian, sudut matanya melirik ke sebuah termos yang terletak di samping meja. Di dalamnya ternyata adalah sup ular yang tersisa!"Dari mana sup ular ini?" tanya dokter tiba-tiba dengan kaget."Ini masakan istrik

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 7

    Dalam waktu kurang dari setengah jam, Afkar telah tiba di pasar pagi bagian barat kota. Di pinggir jalan dekat pintu masuk pasar, ada sebuah warung yang menjual roti goreng. Afkar sengaja datang ke tempat ini karena dia tahu bahwa warung ini menggunakan minyak berkualitas bagus."Bos, beri aku satu ... eh, dua. Nggak, lima kilogram roti goreng, deh .... Sama dua mangkuk kembang tahu, dibawa pulang!" ujar Afkar kepada bos warung.Bos warung itu menatap Afkar dengan aneh. "Nak, kamu bukan mau mengacau, 'kan?"Afkar menggeleng dengan tak berdaya. "Kalau nggak, aku bayar duluan!"Energi naga yang terus-menerus mengalir dari ginjal kirinya memperkuat tubuh Afkar dan membuatnya perutnya terasa seperti lubang tanpa dasar yang membutuhkan banyak nutrisi.Dia bahkan lebih lapar daripada Shafa sekarang! Afkar bahkan merasa dirinya seolah-olah bisa menghabiskan seekor sapi sendirian!Mendengar bahwa Afkar ingin membayar lebih dulu, penjual itu pun akhirnya merasa tenang. Dia menunjuk ke tumpukan

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 8

    Farel segera berlutut dan menyelipkan beberapa pil darurat untuk penyakit jantung ke mulut kakeknya. Namun, kondisi kakeknya tidak membaik sedikit pun. Malah, ekspresi wajahnya semakin menunjukkan rasa sakit yang mendalam. Dalam sekejap, wajahnya menjadi pucat pasi!"Kakek! Kakek!" teriak Farel dengan panik.Jika terjadi sesuatu pada kakeknya, bagaimana dia bisa menjelaskannya saat pulang nanti? Keluarga Subroto tidak akan mampu menanggung kabar buruk itu. Seisi Kota Nubes juga mungkin akan gempar!Sementara itu, Barra buru-buru mengeluarkan ponselnya dan menelepon 118. Di sekitar mereka, para pejalan kaki dan pengunjung warung mulai berbisik-bisik membicarakan situasi tersebut."Ada apa ini?""Sepertinya ada yang kena serangan jantung!""Jangan-jangan, roti goreng di warung ini bermasalah?"Dalam kepanikannya, Farel mencoba memijat titik di antara hidung dan bibir kakeknya. Namun saat tangannya menyentuh filtrum kakeknya, ekspresinya berubah drastis. Ternyata, pernapasan kakeknya suda

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 9

    Freya berdandan dengan sangat mencolok dan seksi. Pinggulnya yang ramping bergoyang dengan gemulai saat dia berjalan, membuatnya terlihat menawan. Harus diakui, wanita ini memang memesona!Dulunya, Afkar lumayan kaya. Selama bertahun-tahun, Freya menghabiskan uang Afkar untuk merawat dirinya sendiri dan membuat dirinya tampak sangat muda dan segar. Dari penampilannya, sama sekali tidak terlihat bahwa dia pernah melahirkan anak!Menatap mantan istrinya yang sedang dipeluk oleh orang lain, hati Afkar terasa perih."Aku bukan datang untuk minjam uang darimu! Aku sudah dapat uang untuk mengobati penyakit Shafa!" pungkas Afkar dengan nada dingin."Kalau bukan untuk minjam uang, lalu kenapa kamu mengikutiku? Jangan-jangan kamu masih berharap padaku? Kusarankan sebaiknya kamu nggak usah mimpi!" Freya mengangkat alis sembari menatap Afkar dengan sinis."Dasar miskin, kamu masih berani berharap sama Freya? Coba becermin saja dulu! Freya nggak mungkin akan balikan sama kamu. Menyerahlah. Haha ..

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 10

    Afkar akhirnya mengerti mengapa Felicia mencarinya lagi. Dia mau menebus kesalahannya karena insiden kemarin? Kelihatannya, anak Sutopo memang benar-benar keracunan kemarin! Dengan demikian, Felicia merasa sangat tidak rasional dan malu karena mengusir Afkar.Menghadapi pertanyaan Felicia yang mendesaknya, Afkar hanya tersenyum hambar. Kedua matanya menatap Felicia dan berkata, "Sepertinya anak Pak Sutopo memang keracunan kemarin? Kalau tebakanku nggak salah, anaknya nggak mati dan kamu merasa sangat berterima kasih padaku sekarang. Benar begitu?""Karena itu, kerja samamu dengannya kemungkinan besar akan berhasil. Dengan kata lain, aku sudah membantumu kemarin, tapi kamu malah mengusirku, 'kan? Jadi, hari ini kebenarannya sudah terungkap. Kalau aku menamparmu sekali, bukankah itu seharusnya dan wajar?"Meskipun nada bicara Afkar terdengar tenang, setiap kata yang dia ucapkan penuh dengan logika dan alasan yang kuat.Setelah kata-kata itu dilontarkan, Felicia sontak tertegun. Matanya y

Bab terbaru

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 584

    Felicia berpikir dalam hatinya, andai saja Afkar yang berengsek itu bisa sesederhana anaknya.Saat itu, Shafa tiba-tiba teringat pada ayahnya. Tatapannya dipenuhi kecemasan ketika bertanya, "Mama Felicia, apa ... apakah Papa benar-benar nggak menginginkan Shafa lagi?"Felicia mengusap lembut kepala bocah itu. Dia berbicara sambil tersenyum menenangkan, "Mana mungkin? Itu cuma omong kosong dari orang jahat. Papamu pasti akan segera kembali! Nggak peduli apa yang terjadi, satu hal yang pasti adalah dia nggak akan pernah meninggalkan anak kesayangannya.""Ayo pergi, kita harus keluar dari sini!" Sambil berkata begitu, Felicia menggenggam tangan mungil Shafa dan bersiap untuk segera meninggalkan tempat tersebut. Bagaimanapun juga, bangunan terbengkalai ini bukan tempat yang aman untuk mereka tinggali lebih lama.Terlebih lagi, Jimat Pencabut Nyawa milik Shafa sudah digunakan. Setelah menyaksikan sendiri betapa luar biasanya kekuatan benda itu, Felicia justru merasa sedikit menyesal.Sebelu

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 583

    Suara benturan keras menggema di udara. Kata "mati" yang seolah memiliki wujud nyata menghantam tubuh Serigala Liar dengan kekuatan luar biasa.Tubuh Serigala Liar yang merupakan seorang ahli tingkat revolusi itu langsung terlempar ke belakang dengan kecepatan tinggi, bagaikan anak panah yang memelesat.Brak!Serigala Liar menabrak dan menembus sebuah dinding sebelum akhirnya jatuh ke tanah dengan keras.Begitu tubuhnya menyentuh tanah, ahli yang telah dibayar 400 miliar oleh David untuk menjadi pembunuh bayaran ini langsung memuntahkan darah yang bercampur dengan potongan organ dalamnya.Saat berikutnya, tubuh Serigala Liar menegang dan kakinya menendang ke atas sekali, lalu dia pun mengembuskan napas terakhirnya. Nyawanya sudah melayang!David yang menyaksikan kejadian itu langsung membelalakkan matanya. Anak buahnya pun sama terkejutnya.Dalam sekejap, sekelompok pria bersenjata itu mundur dengan panik. Mereka segera menjauh dari Felicia dan Shafa. Apa-apaan ini? Seorang ahli tingka

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 582

    Shafa berdiri di sana. Tubuh mungilnya terlihat begitu kesepian dan terlantar. Sepasang mata besarnya yang biasanya begitu cerah, kini seolah kehilangan sinarnya dan benar-benar redup.Di dalam mata Shafa, kabut air mulai menggenang. Saat berikutnya, air matanya yang berukuran besar mulai berjatuhan dan menetes satu per satu. Tadi saat menghadapi orang-orang jahat ini, saat berhadapan dengan moncong pistol, Shafa sama sekali tidak menangis.Namun sekarang, saat melihat ibunya meninggalkannya tanpa sedikit pun rasa belas kasihan, untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang masih belia, Shafa memahami apa itu kesedihan yang sesungguhnya.Ayahnya sudah menghilang dan sekarang ibunya juga tidak menginginkannya lagi. Apakah itu berarti Shafa kini menjadi anak yang tidak diinginkan oleh siapa pun?Melihat Shafa yang menangis begitu pilu, hati Felicia terasa nyeri dengan cara yang sulit diungkapkan.Di sisi lain, seseorang malah berbicara, "Eh? Kamu menangis? Aduh, kasihan banget. Tenang saja.

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 581

    Menurut David, sebenarnya dia tidak perlu sampai membunuh Freya untuk membungkamnya. Bagaimanapun, Freya sendiri ikut terlibat dalam semua kejahatan ini.David yakin bahwa wanita itu tidak akan sembarangan membuka mulut. Lagi pula, riwayat Afkar pasti sudah tamat kali ini. Apa yang masih perlu ditakutkan?David sudah memutuskan bahwa setelah semuanya beres, dia pasti akan mendapatkan Freya dan bersenang-senang dengannya. Kini, Afkar si Bajingan itu menghilang entah ke mana. Tidak jelas apakah dia sudah dibunuh orang atau sedang bersembunyi karena ketakutan.Meskipun David tidak bisa membalas dendam langsung pada Afkar, bisa bermain-main dengan mantan istrinya saja sudah cukup memuaskan baginya."Apa? David, ka ... kalian benaran ingin membunuh anakku?" tanya Freya dengan raut wajah penuh kebingungan dan ketidakpastian setelah mendengar percakapan tersebut.David menyeringai sambil balik bertanya, "Menurutmu?"Wajah Freya berkedut beberapa kali. Dia bertanya dengan nada cemas dan penuh

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 580

    Ekspresi Felicia langsung berubah. Tanpa ragu, dia merobek tali yang mengikat tangan dan kakinya, lalu menerjang ke arah pengawal bersenjata!Orang-orang Fadly sudah dihabisi. Dia tahu tidak ada lagi yang bisa diharapkan! Dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri!Setelah menjalani pelatihan dasar selama beberapa waktu, tubuh Felicia jauh lebih kuat dari orang biasa, setara dengan seorang petarung fisik.Jelas sekali, David dan anak buahnya sama sekali tidak menyangka bahwa wanita cantik dan anggun seperti Felicia ternyata memiliki kekuatan seperti itu.Makanya, mereka hanya mengikatnya dengan tali biasa. Bagi Felicia, merobek tali semacam itu bukanlah masalah!Dor! Felicia menabrak pengawal bersenjata dengan keras. Hampir bersamaan, suara tembakan terdengar!Karena tubuhnya kehilangan keseimbangan, peluru itu melesat ke langit-langit rumah, menyebabkan pecahan semen dan debu berjatuhan.Saat itu, Shafa menatap Freya yang berdiri melindunginya, lalu menoleh ke arah Felicia yang beran

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 579

    Di dalam sebuah bangunan terbengkalai, Felicia, Shafa, dan Freya dibawa masuk ke sebuah rumah yang masih dalam tahap pembangunan. Kain yang sebelumnya menyumpal mulut mereka akhirnya dilepas."Hahaha! Silakan teriak! Kalau kalian mau teriak, sekarang kalian bisa teriak sepuasnya!" Pemimpin penculik itu menatap ketiga wanita itu sambil tertawa mengejek."Siapa kalian? Apa yang kalian inginkan? Kalau ada masalah, hadapi aku! Lepaskan anakku!" Begitu bisa bicara, Freya langsung berteriak kepada para pria itu, menunjukkan sikap seorang ibu yang rela berkorban demi putrinya."Mama ...." Shafa menatap Freya dengan mata yang berkaca-kaca, terlihat sangat tersentuh."Melepaskan anakmu dan menghadapimu? Hahaha! Justru target utama kami hari ini adalah Shafa dan Felicia! Kamu siapa?" cela pemimpin itu sambil tersenyum sinis.Mendengar itu, mata indah Felicia sedikit menyipit. Dengan suara dingin, dia bertanya, "Apa tujuan kalian?"Pria itu menatapnya dengan penuh ejekan. "Sampai sekarang pun kam

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 578

    Mesin SUV menderu kencang. Kecepatannya meningkat tajam, lalu melaju dengan cepat ke arah mobil yang menghalangi jalan di depan.Bam!Namun, tepat pada saat itu, sebuah sosok tiba-tiba keluar dari dalam mobil itu. Kemudian, sosok itu langsung menyerbu ke arah SUV dengan arogan.Bruk!Dalam sekejap, sosok itu menendang bagian depan mobil. SUV yang dikendarai Jarel dan anak buahnya langsung terpental dan terguling di udara. Kap depan mobil pun penyok parah dan mesinnya mulai mengeluarkan asap tebal!Mobil itu terguling beberapa kali sebelum akhirnya berhenti. Jarel dan beberapa anak buahnya bergegas keluar dengan cara menghancurkan jendela mobil.Saat ini, para anak buah Jarel terlihat sangat berantakan. Wajah dan tubuh mereka dipenuhi luka dan darah.Jarel tampaknya tidak mengalami cedera serius. Sebagai seorang ahli tingkat gulita, ekspresinya kini penuh dengan keterkejutan dan ketegangan."Ahli tingkat revolusi?""Haha, lumayan juga penglihatanmu! Ingat nama ini baik-baik, aku adalah

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 577

    Di sisi lain.Tujuh hari telah berlalu. Hari ini, Hantu Senyap kembali datang ke Kota Nubes dengan penuh niat membunuh.Awalnya, dia mengira Afkar bersembunyi di Keluarga Samoa selama beberapa hari terakhir untuk mencari perlindungan. Makanya, dia pertama-tama pergi ke rumah Keluarga Samoa untuk mencarinya.Namun, setelah pihak Keluarga Samoa mengatakan Afkar tidak ada di sana, Hantu Senyap langsung pergi ke Vila Emperor dan mengawasinya sepanjang hari. Pada saat yang sama, dia juga meminta Qaila dan Reno mencari informasi tentang keberadaan Afkar.Alhasil, dia tidak menemukan apa-apa dan hanya membuat Manda jatuh pingsan. Bahkan, Qaila dan Reno pun tidak dapat menemukan Afkar. Mereka malah memberinya berita buruk, yaitu Afkar telah menghilang dari Kota Nubes selama 2 atau 3 hari."Berengsek! Bocah itu kabur? Hmph!" Setelah mendengar berita itu, Hantu Senyap tampak murka.Malam itu, dia kembali mendatangi Keluarga Samoa. "Senior, kenapa kemari lagi?"Di ruang tamu, Edbert menatap Hantu

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 576

    Freya menatap dengan mata berkilat beberapa kali, lalu mempercepat langkahnya dan berdiri di depan Felicia dan Shafa untuk menghalangi jalan mereka.Kemudian, Freya tertawa mengejek. "Oh, suamimu? Memangnya kamu belum melihat fo ...."Saat mengatakan ini, Freya tiba-tiba berhenti bicara, menyadari bahwa ada sesuatu yang seharusnya tidak dia katakan. Sial! Hampir saja keceplosan!Semuanya gara-gara wanita penggoda ini masih berani memanggil Afkar sebagai suaminya di depan dirinya, membuatnya nyaris kehilangan kendali karena emosi.Saat itu, Felicia yang cerdas menangkap keanehan dalam kata-kata Freya. "Aku belum melihat apa?" tanya Felicia yang menatap tajam ke arah Freya."Bukan apa-apa!" Freya melambaikan tangannya, lalu berkata dengan pura-pura tulus, "Terima kasih sudah menjaga putriku. Tapi, aku sudah lama nggak bertemu dengannya. Malam ini aku ingin makan malam bersama anakku. Apa boleh? Tolong lepaskan dia ya."Ketika mendengar pertanyaan itu, wajah Felicia langsung menunjukkan s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status