"Apa? Orangnya sudah siuman? Dia baik-baik saja?" Di rumah sakit kota, sopir Felicia Safira berseru dengan takjub."Pasien nggak terluka parah. Dilihat dari kondisinya sekarang, mungkin cuma luka luar," jawab dokter berjubah putih."Mana mungkin? Setelah tertabrak, jelas-jelas lukanya kelihatan parah sekali. Darahnya juga banyak sekali," balas sopir itu dengan ekspresi tidak percaya."Kamu sendiri juga sudah bilang cuma kelihatannya, 'kan?" balas dokter.Tebersit kecurigaan di mata Felicia yang indah. Setelah memastikan bahwa dokter itu tidak sedang bercanda, dia baru berkata dengan tenang, "Kalau begitu coba kulihat kondisinya."Saat membuka pintu ruang pasien, Felicia melihat seorang pria yang duduk termenung di atas ranjang. Bahkan Afkar sendiri juga tidak percaya bahwa dia tidak meninggal. Selain itu, sepertinya kondisi tubuhnya terasa agak aneh!Dalam benaknya, tiba-tiba muncul serangkaian informasi yang berantakan. Mantra Roh Naga? Kitab Kaisar Naga? Jurus Mata Naga? Apa sebenarn
Kendra membelalakkan matanya dengan kaget. Perawat di sampingnya juga memelotot dengan tak percaya. Mana mungkin? Kenapa bisa tiba-tiba hidup kembali?"Papa ... Apa itu kamu? Jangan pergi, Papa!" Tiba-tiba Shafa membuka matanya perlahan-lahan. Sebelumnya, Shafa merasa gelisah saat melihat Afkar pergi untuk mengumpulkan uang. Dia hanya ingin ditemani ayahnya untuk terakhir kalinya."Shafa, kamu benar-benar sudah sadar! Papa di sini. Papa selalu temani Shafa, nggak akan ke mana-mana lagi!" Air mata berderai membasahi wajah Afkar. Aliran panas itu kembali mengalir deras ke tubuh Shafa.Akhirnya Shafa sadar! Ternyata aliran panas ini benar-benar berefek! Shafa benar-benar hidup kembali.Afkar begitu bersemangat hingga sekujur tubuhnya gemetaran. Kegembiraan yang mendadak ini membuat pria sejati sepertinya tak kuasa menahan tangisan.Dia menggenggam tangan Shafa dengan erat, seakan-akan seluruh dunia telah berada dalam genggamannya. Dia takut jika dia melepaskannya, semuanya akan berubah me
"Aku benar-benar harus berterima kasih padamu!" ujar Afkar dengan serius setelah berada di luar kamar pasien."Nggak masalah, sekarang kamu sudah milikku," balas Felicia dengan datar."Hm ...." Ekspresi Afkar terlihat agak aneh. Kecantikan Felicia bisa dibilang sangat luar biasa. Mendengar wanita secantik dan sekaya Felicia mengklaim dirinya, Afkar merasa sangat ... aneh.Detik berikutnya, Felicia sepertinya menyadari bahwa ucapannya ini sangat ambigu. Oleh karena itu, dia langsung mengalihkan pembicaraan, "Oh ya, kamu bisa ilmu kedokteran? Putrimu menderita leukimia?"Sebelumnya, Felicia mendengar dengan jelas dari luar ruangan bahwa putri Afkar sepertinya sudah kehilangan tanda-tanda kehidupan. Namun, tiba-tiba saja dia bisa diselamatkan dan sekarang kondisinya terlihat sangat baik! Ini benar-benar sesuatu yang luar biasaFelicia tiba-tiba mendapat ide."Sedikit," jawab Afkar dengan ragu-ragu sebelum mengangguk."Kalau begitu, urus dulu putrimu, lalu ikut aku. Aku butuh bantuanmu unt
"Omong kosong! Nyawamu yang dalam bahaya!" bentak Sutopo yang marah besar.Dokter yang berada di sampingnya juga berkata sambil tersenyum dingin, "Rumah sakit kami merawat Tuan Lowel dengan baik. Penyakit yang dideritanya adalah leukemia mielositik kronis. Saat ini masih dalam fase kronis, mana mungkin tiba-tiba bisa dalam bahaya?""Nak, kamu datang untuk cari masalah ya?" lanjut dokter itu."Aku nggak bilang bahayanya karena penyakit leukimia. Anak ini keracunan!" jelas Afkar. Pada saat ini, Afkar menggunakan Jurus Mata Naga sehingga bisa melihat tubuh Lowel dengan jelas. Terlihat racun berwarna kehitaman yang menyebar di seluruh tubuhnya.Tidak lama lagi, racun itu akan menyerang ke hatinya!"Nak, apa maksudmu? Memangnya rumah sakit kami ini akan meracuni pasien?" bentak dokter itu dengan semakin emosi sambil menunjuk Afkar."Bukan itu maksudku! Ada beberapa jenis makanan yang nggak boleh dikonsumsi secara bersamaan. Makanan itu sendiri memang nggak beracun, tapi kalau digabungkan de
Tit! Tit! Tit!Sepuluh menit kemudian, suara mesin yang terpasang di tubuh Lowel mulai stabil. Darah yang dikeluarkan dari jempol kaki kanan Lowel terlihat berwarna kebiruan. Setelah meminum darah ayam, kondisi Lowel juga mendadak mulai normal."Syukurlah!" Sutopo menangis saking terharunya.Dokter menyeka keringat dingin di tubuhnya dan menghela napas panjang. Tekanan yang dialaminya tadi benar-benar luar biasa! Jika sampai terjadi sesuatu pada putra Sutopo, rumah sakit mereka akan langsung gulung tikar dan nasibnya juga akan celaka!"Dokter, sepertinya Lowel memang keracunan?" tanya Felicia.Sutopo memelototi dokter itu dengan marah, "Kantin rumah sakit kalian meracuni pasien?""Nggak! Mana mungkin? Mana mungkin kami meracuni pasien?"Wajah dokter tampak pucat pasi. Sedetik kemudian, sudut matanya melirik ke sebuah termos yang terletak di samping meja. Di dalamnya ternyata adalah sup ular yang tersisa!"Dari mana sup ular ini?" tanya dokter tiba-tiba dengan kaget."Ini masakan istrik
Dalam waktu kurang dari setengah jam, Afkar telah tiba di pasar pagi bagian barat kota. Di pinggir jalan dekat pintu masuk pasar, ada sebuah warung yang menjual roti goreng. Afkar sengaja datang ke tempat ini karena dia tahu bahwa warung ini menggunakan minyak berkualitas bagus."Bos, beri aku satu ... eh, dua. Nggak, lima kilogram roti goreng, deh .... Sama dua mangkuk kembang tahu, dibawa pulang!" ujar Afkar kepada bos warung.Bos warung itu menatap Afkar dengan aneh. "Nak, kamu bukan mau mengacau, 'kan?"Afkar menggeleng dengan tak berdaya. "Kalau nggak, aku bayar duluan!"Energi naga yang terus-menerus mengalir dari ginjal kirinya memperkuat tubuh Afkar dan membuatnya perutnya terasa seperti lubang tanpa dasar yang membutuhkan banyak nutrisi.Dia bahkan lebih lapar daripada Shafa sekarang! Afkar bahkan merasa dirinya seolah-olah bisa menghabiskan seekor sapi sendirian!Mendengar bahwa Afkar ingin membayar lebih dulu, penjual itu pun akhirnya merasa tenang. Dia menunjuk ke tumpukan
Farel segera berlutut dan menyelipkan beberapa pil darurat untuk penyakit jantung ke mulut kakeknya. Namun, kondisi kakeknya tidak membaik sedikit pun. Malah, ekspresi wajahnya semakin menunjukkan rasa sakit yang mendalam. Dalam sekejap, wajahnya menjadi pucat pasi!"Kakek! Kakek!" teriak Farel dengan panik.Jika terjadi sesuatu pada kakeknya, bagaimana dia bisa menjelaskannya saat pulang nanti? Keluarga Subroto tidak akan mampu menanggung kabar buruk itu. Seisi Kota Nubes juga mungkin akan gempar!Sementara itu, Barra buru-buru mengeluarkan ponselnya dan menelepon 118. Di sekitar mereka, para pejalan kaki dan pengunjung warung mulai berbisik-bisik membicarakan situasi tersebut."Ada apa ini?""Sepertinya ada yang kena serangan jantung!""Jangan-jangan, roti goreng di warung ini bermasalah?"Dalam kepanikannya, Farel mencoba memijat titik di antara hidung dan bibir kakeknya. Namun saat tangannya menyentuh filtrum kakeknya, ekspresinya berubah drastis. Ternyata, pernapasan kakeknya suda
Freya berdandan dengan sangat mencolok dan seksi. Pinggulnya yang ramping bergoyang dengan gemulai saat dia berjalan, membuatnya terlihat menawan. Harus diakui, wanita ini memang memesona!Dulunya, Afkar lumayan kaya. Selama bertahun-tahun, Freya menghabiskan uang Afkar untuk merawat dirinya sendiri dan membuat dirinya tampak sangat muda dan segar. Dari penampilannya, sama sekali tidak terlihat bahwa dia pernah melahirkan anak!Menatap mantan istrinya yang sedang dipeluk oleh orang lain, hati Afkar terasa perih."Aku bukan datang untuk minjam uang darimu! Aku sudah dapat uang untuk mengobati penyakit Shafa!" pungkas Afkar dengan nada dingin."Kalau bukan untuk minjam uang, lalu kenapa kamu mengikutiku? Jangan-jangan kamu masih berharap padaku? Kusarankan sebaiknya kamu nggak usah mimpi!" Freya mengangkat alis sembari menatap Afkar dengan sinis."Dasar miskin, kamu masih berani berharap sama Freya? Coba becermin saja dulu! Freya nggak mungkin akan balikan sama kamu. Menyerahlah. Haha ..
Shafa tertegun sejenak, lalu menoleh ke arah yang ditunjuk oleh ayahnya."Itu Lyra dan Bibi Aruna?" seru Shafa dengan wajah penuh kejutan. Kemudian, dia berlari ke arah mereka dengan penuh semangat.Sambil berlari, dia berseru dengan suara jernih dan ceria, "Kak Lyra! Bibi Aruna! Kalian juga di sini?"Di sana tidak lain adalah Aruna, putri Keluarga Subroto, bersama dengan Lyra, cicit dari Bayu.Hari ini, Aruna juga membawa Lyra untuk bermain. Kebetulan, mereka juga memilih restoran ini untuk makan siang. Namun, mereka datang lebih awal sehingga sudah mulai menikmati makanan.Melihat Shafa berlari ke arah mereka, Afkar ragu sejenak, lalu akhirnya mengikuti. Pertemuan terakhir di rumah Keluarga Subroto memang tidak berjalan dengan baik. Namun, karena sudah bertemu di sini, Afkar merasa setidaknya harus menyapa mereka."Shafa? Kamu juga di sini?" Lyra juga tampak terkejut dan senang. Dia langsung meletakkan sendoknya, lalu melompat turun dari kursi.Namun, begitu melihat Afkar, tatapannya
"Ah! Papa, mobil di belakang jatuh!" Shafa menempelkan tubuhnya di kursi belakang. Wajahnya penuh dengan keterkejutan.Afkar terkekeh-kekeh, lalu perlahan menghentikan mobil di pinggir jalan. "Sayang, tunggu di dalam mobil. Papa mau lihat sebentar.""Oh! Perlu telepon ambulans untuk bantu mereka nggak?" tanya Shafa dengan ekspresi baik hati, tetapi matanya yang besar itu tampak nakal.Dari caranya berbicara, dia lebih mirip bocah kecil yang menikmati kemalangan orang lain. Mobil di belakang itu terus mengklakson mereka, jadi Shafa merasa mereka sangat menyebalkan.Afkar turun dari mobil dan berjalan ke tepi pagar pembatas. Dia melihat air sungai beriak beberapa kali sebelum akhirnya dua kepala muncul ke permukaan.Tatapan Afkar menyipit sedikit saat melihat Oloan. Dia langsung mengenali pria itu! Bukankah ini salah satu pembunuh bayaran yang terakhir kali disewa oleh Renhad untuk membunuh Jovian?Selain itu, ada juga seorang pemuda asing yang belum pernah dia lihat sebelumnya.Afkar me
"Bunyikan klakson! Bunyikan klakson!" teriak Raijin dengan marah, lalu mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil. Kemudian, dia memekik lagi, "Berhenti! Aku suruh kamu berhenti!"Tuut! Tuut! Tuut!Afkar mendengar suara klakson dari belakang. Dari kaca spion, dia melihat seorang pemuda mengeluarkan kepala dan meneriakkan sesuatu ke arahnya.Afkar lantas merasa bingung. 'Dari mana orang aneh ini datang? Kamu ingin membunuhku, tapi malah menekan klakson untuk menyuruhku berhenti?''Kamu anggap aku bodoh atau memang otakmu rusak? Dasar idiot! Aku mau mengajak putriku bermain, nggak ada waktu untuk meladeni orang sepertimu,' batin Afkar sambil memutar mata.Tuut! Tuut! Tuut!Tuut! Tuut!Namun, suara klakson itu semakin mendesak."Papa, mobil di belakang sepertinya mengklakson kita, 'kan? Berisik sekali!" tanya Shafa dengan bingung. Dia juga merasa ada yang tidak beres."Ah, klakson mereka rusak, nggak ada urusannya dengan kita!" timpal Afkar dengan santai."Benaran? Tapi, Papa, kenapa kamu
Saat mengawal Adry dan rombongannya sebelumnya, Afkar bukan hanya berbincang santai dengan Marcel dan yang lainnya di dalam mobil. Sepanjang perjalanan, dia juga diajari banyak keterampilan militer.Kini, Afkar memiliki daya ingat yang luar biasa. Banyak hal yang bisa dia pelajari dengan cepat. Jika kemampuan militer yang profesional, dia tentu masih jauh di bawah tentara elite atau pasukan khusus. Namun, hal-hal dasar tidak sulit baginya.Raijin memasang bom waktu yang sebenarnya cukup sederhana. Bom itu hanya menggunakan beberapa kawat yang menghubungkan alat pengatur waktu. Di dalam negeri, pengawasan sangat ketat, jadi sulit mendapatkan teknologi canggih.Untuk jenis bom waktu yang sederhana seperti itu, Marcel dan para tentara dari pasukan garnisun telah mengajarkan Afkar cara membongkarnya. Jadi, setelah Afkar menemukannya, dia menonaktifkan bom itu dengan mudah."Ada yang ingin membunuhku?" Setelah masuk ke mobil, Afkar melemparkan bom yang sudah dibongkar ke dalam laci mobil. W
"Aku mau ke taman hiburan, naik kuda besar, naik kapal bajak laut!" seru Shafa dengan penuh harapan."Oke, kita pergi ke taman hiburan!" Afkar mengangkat putrinya dengan senyuman lebar."Hore! Ke taman hiburan!" Shafa langsung bersorak gembira, terus bertepuk tangan dengan riang.Pukul 7 pagi, Afkar mengendarai mobilnya ke Funworld yang ada di Kota Nubes bersama Shafa.Setelah meninggalkan Vila Emperor dan melewati jembatan layang, sebuah mobil Jeep diam-diam mengikuti di belakang mereka.Mereka menyelip di antara lalu lintas dan mengikuti mobil Afkar tanpa jejak, dengan teknik penguntitan yang sangat canggih. Jelas, mereka terlatih secara profesional.Di dalam mobil Jeep, seorang pemuda yang duduk di kursi depan menatap dengan ekspresi dingin sambil bertanya kepada pria yang mengemudi, "Oloan, kamu yakin mobil di depan itu target kita, 'kan?"Oloan mengangguk. "Aku sudah menyelidiki selama beberapa hari. Target memang mengendarai mobil itu. Ketua, apa kita harus membunuhnya?"Pemuda i
Malam itu, Afkar duduk bersila di tengah halaman. Di sekelilingnya, beberapa giok spiritual melayang di udara.Seiring dengan berjalannya Mantra Roh Naga, sejumlah besar energi spiritual tersedot keluar dari giok-giok itu dan mengalir masuk ke tubuhnya melalui setiap tarikan dan embusan napas.Di dalam pusat energi, energi sejati dalam bentuk cair semakin penuh dan terkonsolidasi. Energi sejati dalam tubuh Afkar berbeda dari para kultivator biasa. Energinya berasal dari penyempurnaan energi spiritual langit dan bumi yang bercampur dengan energi naga yang mengalir dari ginjal naga.Energi campuran ini jauh lebih kuat dan lebih dahsyat dibandingkan energi sejati para kultivator biasa!Ditambah lagi, fisik Afkar telah mengalami penguatan dan rekonstruksi oleh energi naga, membuatnya jauh lebih tangguh dibandingkan para ahli di tingkat yang sama.Inilah alasan mengapa dalam level yang sama, Afkar benar-benar mengungguli semua lawannya.Energi sejati campuran ini diberi nama khusus oleh Afk
Edbert menatap dengan tatapan yang berkilat beberapa kali, lalu melambaikan tangannya dan memberi isyarat kepada yang lain untuk tidak bergerak.Saat ini, Afkar menunjuk Gustav, lalu berkata kepada Gael dengan kesal, "Aku menyelamatkan tuan mudamu, tapi kamu bukan hanya nggak menepati janjimu, malah membawa orang tua ini untuk menekanku!""Kalau kamu cuma takut melawan perintah keluarga, setidaknya kamu bisa mencoba menengahi sedikit, bukan malah ikut memaksaku bersama orang tua ini! Dengan demikian, aku mungkin masih bisa memaafkanmu!""Tapi, kamu sama sekali nggak menunjukkan sedikit pun rasa bersalah saat itu! Barusan, kamu bahkan ingin menyuruh kepala keluargamu menghabisiku! Kalau aku nggak membunuhmu, orang lain akan menganggapku mudah diinjak!"Saat mengucapkan itu, mata Afkar bersinar tajam. Kemudian, dia mengayunkan telapak tangannya ke arah Gael.Bam! Krak! Dengan satu pukulan yang mengenai ubun-ubun Gael, tulang tengkoraknya langsung remuk. Dia pun meregang nyawa seketika."
Sepengetahuan Edbert, keluarga dan sekte tersembunyi sering mengirim generasi muda mereka keluar untuk berlatih di dunia luar secara diam-diam. Para junior ini dilarang mengungkapkan asal-usul keluarga mereka.Hanya mereka yang berhasil tumbuh dengan kekuatan sendiri yang berhak mendapatkan status dalam keluarga mereka. Afkar sangat mungkin termasuk dalam kategori ini!Jika tidak memiliki latar belakang kuat, bagaimana mungkin dia bisa membuat begitu banyak pil, bahkan beberapa di antaranya merupakan pil berkualitas tinggi?Jika ada yang mengatakan bahwa anak ini hanyalah seorang ahli biasa dari dunia fana, Edbert tidak akan memercayainya meskipun nyawanya dipertaruhkan!"Pak Afkar, sebenarnya kamu berasal dari keluarga mana? Bisa berbagi sedikit informasi?" Edbert mencoba menelusuri lebih jauh, ingin mengetahui lebih dalam tentang latar belakang Afkar.Namun, begitu ucapan itu dilontarkan, Afkar langsung mengerutkan alis dan mendengus dengan dingin."Sudah kubilang, aku nggak punya la
Edbert secara refleks menangkap botol kaca itu. Setelah tertegun sejenak, dia menatap Afkar lekat-lekat. "Apa ini?"Di dalam botol kaca itu, tampak beberapa pil berbentuk bulat. Saat ini, Gustav menyipitkan mata sambil melangkah maju dengan cepat. "Pak, biar aku yang lihat."Edbert mengangguk dan menyerahkan botol itu kepadanya. Gustav membukanya, lalu menghirup aromanya. Kemudian, dia menuangkan beberapa pil dan mengamati dengan saksama."Ini semua ... pil obat?" tanya Gustav dengan ekspresi penuh keterkejutan.Afkar mengangguk. "Benar! Yang berwarna hijau adalah Pil Pembuka Meridian, yang biru adalah Pil Pemulih Energi, sedangkan yang merah adalah Pil Pemulih Cedera ...."Afkar menjelaskan efek dari masing-masing pil secara singkat. Setelah mendengarnya, para anggota Keluarga Samoa yang hadir pun menunjukkan ekspresi terkejut."Pil-pil ini ... semua kamu yang buat?" Gustav menatap Afkar dengan tatapan tajam.Beberapa alkemis Keluarga Samoa memang bisa membuat pil, tetapi hanya mampu