Share

Pemberontakan Akbar

"Akbar mau makan apa? Roti bakar? Bubur kacang hijau? Atau martabak? Nanti tante belikan," ucapku seraya menjatuhkan bobot di atas ranjang, tepat di sebelahnya.

Aku ingin mengikis tembok yang ia bangun. Aku ingin dia kembali tersenyum dan tertawa seperti dulu, saat Mas Rohmad dan Mbak Lia masih ada. Namun keinginanku tak akan mudah terwujud.

"Aku tidak mau dekat-dekat dengan seorang pembunuh!"

DEG!

Seakan batu besar menimpa tubuhku hingga remuk tak berbentuk. Kenapa anak sekecil itu bisa mengatakan aku seorang pembunuh?

"Keluar! Aku benci tante! Kalau tidak mengantar Diana. Semua keluargaku pasti masih hidup! Aku benci tante dan Diana. Aku benci!" Akbar menjerit histeris, air mata membanjiri pipi tembemnya.

Ya Allah, apa yang harus ku lakukan?

Aku harus bagaimana?

Dengan derai air mata ku tinggalkan kamar Akbar. Mungkin dia ingin sendiri. Biarlah ku beri ruang untuk dia bebas mengeluarkan isi hati. Percuma ku jelaskan sekarang. Dia tidak akan percaya.

***

Adzan subuh sudah berku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status