Share

Bab 5

Penulis: Alya Feliz
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-13 06:06:51

"Kamu kenapa? Makanannya nggak enak? Apa perlu kita pindah restoran?" tanya Sofia dengan wajah khawatir.

Luna buru-buru menggeleng. Tidak mungkin dia sangat tidak tahu diri meminta Sofia untuk pindah ke restoran lain, sedangkan restoran ini sudah yang paling mewah dan mahal.

"Enak kok. Seharusnya kamu nggak perlu membawaku ke tempat ini, Sof. Jangan buang-buang banyak uang cuma buat makan. Apalagi buat...aku," ucapnya lirih di akhir kalimat.

Sofia tentu saja menatapnya tak suka. Wanita itu sangat membenci responnya yang seperti itu.

"Bisa nggak sih kamu berhenti merendahkan diri kamu sendiri? Memangnya kenapa kalau aku buang-buang duit buat kamu? Bukan karena kamu sekarang yatim piatu. Dulu waktu Pak Sakur masih hidup, aku tetap beliin kamu ini itu kan? Itu nggak seberapa dibandingkan dengan kebaikan ibu kamu mendonorkan hati dan paru-parunya buat mama setelah meninggal."

Luna menggenggam tangan Sofia yang matanya mulai berkaca-kaca. Ibunya memang sebaik itu. Sebelum meninggal dalam tidurnya, entah kenapa wanita itu berpesan padanya dan Sofia untuk mendonorkan organnya pada Bu Citra, ibu Sofia, setelah dia meninggal.

Saat itu Luna marah-marah karena menganggap bahwa ibunya tengah melantur dan sedang bercanda. Tak disangkanya bahwa ternyata seminggu kemudian, wanita itu meninggal dalam tidurnya ketika Luna baru pulang dari sekolah SMA.

"Sudah-sudah! Kok malah jadi melankolis gini sih?" Sofia mengibaskan tangan dan tertawa kecil. "Padahal aku penasaran sama apa yang sedang kamu pikirkan sampai kerutan di antara alismu dalam banget."

Luna bingung harus bagaimana. Apakah sebaiknya dia jujur? Perasaannya mengatakan bahwa ucapan Irfan tidak main-main dan tersirat ancaman di dalamnya.

"Tadi Irfan ngomong sesuatu. Agak aneh sih menurutku. Dia bilang aku harus cepat sembuh dan bisa berjalan, terus segera pergi jauh dari keluarga Wisnuwardhana. Eh, tapi kayaknya cuma perasaanku aja. Jelas maksudnya karena aku nggak setara sama Mas Lingga, kan?"

Sofia menatapnya dengan kening berkerut dalam. Terlihat sekali tidak setuju dengan kalimat terakhirnya.

"Kayaknya bukan it...Eh! Lun! Ada suami kamu sama cewek lain barusan masuk ke sini. Jangan noleh!" bisik Sofia heboh.

"Masa sih? Di mana?"

Sofia buru-buru mengulurkan tangan dan menahan wajahnya agar tidak menoleh dengan mata melotot, lalu berbisik. "Diam!"

Terpaksa Luna menuruti perintah Sofia, meskipun hatinya penasaran setengah mati. Dadanya bergemuruh karena rasa cemburu. Kenapa Kalingga bersama dengan perempuan lain? Sedang apa di sini? Kenapa suaminya membawa perempuan lain ke restoran mewah dan bertaraf internasional?

"Aku nggak ngerti kenapa kamu nggak kunjung bercerai. Toh bapaknya sudah nggak ada kan? Jadi kamu nggak perlu meneruskan wasiat laki-laki miskin itu. Nggak ada yang menuntut kamu."

Luna dan Sofia saling pandang mendengar suara wanita yang bersama Kalingga. Mereka menunggu jawaban dari Kalingga, tapi pria itu tidak bersuara. Luna yang sangat penasaran dengan reaksi suaminya harus menahan diri untuk tidak menoleh ke belakang.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara beberapa pria yang menyapa Kalingga.

"Wuih, masih lengket aja sama Renata. Kapan kalian nikah?"

Tubuh Luna membeku mendengar nama perempuan itu disebut. Renata? Jadi itu perempuan yang selalu disebut oleh Kalingga setiap kali mereka bercinta? Tangannya menggenggam sendok dengan erat.

Dari suaranya, Renata pastilah sangat cantik sampai-sampai Kalingga terus terbayang-bayang. Wanita itu sudah pasti dari kalangan atas seperti Kalingga.

"Sebentar lagi. Doain aja ya guys. Kalian harus datang ke pesta pernikahan kami," jawab Renata dengan lembut.

"Pastilah. Udah nggak sabar lihat kalian bersanding di pelaminan. Kalian ini kenapa bisa putus dua tahun yang lalu? Kalingga masih sendirian tuh selama kamu tinggal pergi."

Wajah Luna sudah keruh bukan main. Ternyata Kalingga menyembunyikan pernikahan mereka. Pantas saja dia tidak pernah diajak kemana-mana. Bahkan ke acara keluarga sekalipun.

"Lingga pengen fokus mengembangkan perusahaan, Dik. Jadi aku nggak mau menghambat dia. Lagian aku dulu ada kerjaan di luar kota," jawab Renata.

"Ck, wanita idaman banget. Nggak rugi kamu jadiin dia sebagai istri. Pengertian banget."

Luna heran kenapa Kalingga sejak tadi hanya diam saja. Dia menunggu respon dari pria itu.

"Eh, boleh gabung nggak? Mumpung lagi free. Kita-kita kan susah kalau mau kumpul-kumpul sekarang gara-gara kerjaan," tanya salah satu dari mereka.

"Boleh-boleh. Aku malah seneng makan rame-rame," jawab Renata dengan antusias.

Mereka mengobrol seru sekali dan Renata selalu ikut dalam obrolan itu. Tertawa-tawa bahagia. Luna hanya bisa menatap makanan di hadapannya yang tidak lagi menarik minat.

Apakah wanita seperti itu yang disukai Kalingga? Bisa berbaur dengan teman-temannya. Sedangkan Luna, dia hanya dari kalangan bawah yang sudah pasti tidak cocok bergabung dengan mereka yang level atas. Dia mendengar dari Peni kalau teman-teman Kalingga itu anak konglomerat semua.

"Eh, aku ke toilet dulu ya," pamit Renata.

Tak lama kemudian, seorang wanita berpakaian seksi dan ketat melewati meja Luna dan Sofia. Mereka berdua langsung menoleh dan melihat Renata. Cantik dan seksi seperti artis papan atas. Luna langsung minder.

"Lun," bisik Sofia sambil meraih tangannya. Sahabatnya itu menatapnya dengan sorot mata menguatkan.

"Bro, kok kamu nggak bilang sama Renata kalau udah nikah sama Luna?"

"Dia udah tahu," jawab Kalingga.

"Hah? Gila! Dia tahu dan dia masih mau balikan sama kamu? Kok bisa?"

"Dia nggak mempermasalahkan soal itu."

"Terus-terus, kamu udah bobok bareng dong sama Luna? Kalau dilihat-lihat, dia menarik kok."

Kalingga hanya diam, dan itu menimbulkan kehebohan teman-temannya.

"Memang b*ngsat si Kalingga. Bilangnya nggak mau, tapi diembat juga."

"Dia istriku, jadi aku berhak meniduri dia sepuasku. Toh dia udah kubayar tiap bulannya," jawab Kalingga tak berperasaan.

Luna yang mendengar kalimat itu dengan jelas langsung meneteskan air mata, namun buru-buru mengusapnya. Ternyata perkataan itu masih semenyakitkan itu meskipun dia sudah mendengarnya tadi pagi.

"Bro, jangan gitulah. Kena karma baru tahu rasa. Jangan menganggap dia seperti pelacur. Aku lihat, dia nggak pernah neko-neko selama menjadi istri kamu. Nggak pernah nuntut ini itu juga."

"Ya wajar sih kalau Lingga begitu. Eh tapi kamu nggak jijik tidur sama perempuan lumpuh?"

"Aku selalu membayangkan Renata setiap kali tidur sama dia."

Luna langsung berdiri dan melangkah dengan perlahan menuju ke toilet. Sofia buru-buru mengikutinya dan memapahnya karena dia memang belum lancar berjalan.

"Jadi itu yang kamu dengar tadi pagi? Kenapa kamu nggak bilang sama aku, Lun?"

Luna tidak menjawab. Pandangannya buram karena air mata terus mengalir deras bersamaan dengan sakit yang luar biasa di dada kirinya. Sekarang mereka tahu apa Luna bagi Kalingga. Hanya pelacur.

"Aku bisa bilang ke papaku untuk ngasih pelajaran sama dia," kata Sofia menggebu-gebu.

Luna menggeleng. Dia mendekati wastafel dan mencuci wajahnya yang baru saja perawatan di salon bersama Sofia tadi. Wajahnya sekarang memerah.

"Bawa aku keluar dari sini, Sof," pintanya dengan suara bergetar.

"Kamu pulang ke rumahku aja ya Lun."

Tiba-tiba pintu toilet terbuka dan Renata keluar dari sana. Luna dan Renata saling pandang lewat cermin, sama-sama dengan tubuh membeku.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 6

    "Eh, sorry aku nggak sengaja denger percakapan kalian," ucap Renata.Luna langsung menunduk dan mencuci tangannya, tidak ingin melihat wanita itu lagi. Pantas saja Kalingga ingin cepat-cepat bercerai darinya. Renata benar-benar cantik karena make-up mahal dan perawatan tubuh yang pastinya juga mahal."It's okay," jawab Sofia dengan wajah datar.Mereka hanya diam ketika Renata pergi dari toilet."Cih! Yang kayak gitu digilai sama Kalingga? Tipe-tipe cewek terlalu friendly sama semua cowok. Kok mau sih suami kamu sama WC umum kayak dia?" cibir Sofia."Hush, jangan gitu, Sof. Aku memang nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan dia," ujar Luna. "Kita keluar dari sini ya. Aku mau istirahat di rumah. Kakiku masih belum bisa lama-lama berdiri."Sofia memutar matanya. "Dibandingkan dengan kamu, jelas lebih cantik kamu lah. Cantiknya Renata itu biasa aja, ketolong make-up mahal. Kamu nggak pake make-up aja udah cantik."Luna tidak mempedulikan ocehan Sofia. Dia menarik tangan wanita itu agar s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 7

    "Bu, kok perasaan saya nggak enak ya?" kata Peni ketika mereka sampai di mansion keluarga Wisnuwardhana.Mansion yang dihuni oleh 3 pasang suami istri beserta anak-anaknya dan 1 kepala keluarga yang memimpin, kakek Ageng Wisnuwardhana."Nggak usah mikir yang aneh-aneh deh, Mbak," balas Luna dengan sikap tenang, padahal hatinya gelisah bukan main.Ada dua mobil yang terparkir di halaman mansion yang luas, mobil Kalingga dan entah mobil siapa lagi. Mungkin tamu. Tapi Luna tidak peduli. Tujuannya ke sini adalah untuk menemui suaminya.Peni mendorong kursi rodanya memasuki halaman mansion sampai akhirnya tiba di teras yang luas. Kedua paman Kalingga sedang berbincang di kursi dengan serius, sampai mereka menyadari kehadiran Luna.Om Anton dan Om Danu terlihat gugup dan salah tingkah. Mereka saling lirik sebelum akhirnya tersenyum pada Luna. Kedua pria itu memang tidak ikut campur dengan pernikahan keponakannya. Berbeda dengan istri-istri mereka."Eh, Luna? Tumben kamu datang ke sini, Nak?

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 8

    Sudah jam 12 malam, tapi Luna belum bisa memejamkan mata. Dia sudah mondar-mandir untuk membunuh waktu sekaligus melatih kedua kakinya agar terbiasa berjalan, namun Kalingga tetap saja belum pulang.Dia teringat dengan adegan yang dilihatnya sebelum keluar dari mansion dengan hati hancur dan air mata berderai.Kalingga memeluk Renata dan mereka berciuman. Dia masih sangat ingat bagaimana tangan wanita itu mencengkeram lengan suaminya, sementara tangan lainnya mencengkeram rambut Kalingga.Bayangan bibir mereka saling melumat membuat hatinya perih bukan main. Dia menghentikan langkah sambil berpegangan pada sandaran sofa. Ternyata rasanya sesakit ini. Pantas saja banyak istri yang lepas kendali ketika mengetahui suami mereka berselingkuh.Apakah mereka sengaja pamer kemesraan di depannya? Apakah Kalingga sengaja ingin menunjukkan padanya bahwa wanita yang pria itu inginkan adalah Renata? Bahwa Luna hanyalah pengganggu bagi hubungan mereka dan seharusnya pergi?"Bu, kenapa belum tidur j

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 9

    Tubuh Luna langsung membeku. Teringat dengan pertemuan mereka di toilet restoran yang ada di Palace Hotel. Renata yang melihat reaksinya langsung tersenyum miring."Bagaimana jika Kalingga tahu kalau kamu berpura-pura lumpuh, padahal sebenarnya kamu udah bisa jalan?" Renata menatapnya dengan tatapan mencemooh, lalu berdecak. "Nggak nyangka ya, ternyata gadis miskin kayak kamu tuh aslinya licik. Aku jadi curiga kamu sama ayahmu udah merencanakan ini semua biar bisa masuk ke keluarga Kalingga.""Jaga mulut kamu, dasar jalang!" teriak Luna marah.Ingin sekali dia merobek mulut perempuan itu dan meninju wajah penuh make-up itu berkali-kali, tapi tentu saja akan membuatnya berada dalam masalah di kemudian hari."What? Kamu manggil aku jalang?" Renata pura-pura terkesiap sambil menutup mulut. "Nggak kebalik ya?"Kedua tangan Luna terkepal."Perlu aku ingatkan lagi siapa yang masuk ke dalam hubunganku dan Kalingga di sini? Siapa yang tiba-tiba datang dan merusak hubungan kami? Seharusnya aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 10

    Sudah 10 menit Luna duduk di hadapan dokter Irfan, namun pria itu hanya menatapnya dengan pandangan seperti menganalisis. Luna sendiri tidak bereaksi seperti sebelumnya ketika dia masih kukuh mempertahankan Kalingga dengan alasan cinta."Sepertinya kamu udah siap untuk meninggalkan keluarga Wisnuwardhana," ucap Irfan akhirnya.Luna tidak menanggapi. Dia hanya fokus pada kesembuhannya. Kedatangan Renata dan ketidakpulangan Kalingga membuat hatinya begitu sakit sekaligus marah.Dia akan membuktikan pada mereka bahwa dia bukanlah Luna yang bodoh hanya karena mencintai Kalingga. Dia tidak akan lagi mengemis-ngemis cinta pria itu. Jika Kalingga tidak menginginkannya, maka dia akan mengabulkannya. Meskipun hatinya masih perih karena rasa cinta itu masih tertanam di hatinya, dia tidak akan kalah. Dia bisa hidup tanpa bergantung pada Kalingga."Renata sering menginap di mansion. Sepertinya pernikahan itu memang akan terjadi.""Bisakah anda hanya fokus membahas tentang perkembangan kaki saya?

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 11

    Luna tidak tahu kenapa Ajeng dan wanita yang dipanggil "Mami" itu terkejut bukan main begitu dia menyebutkan nama ibu mertuanya. Dia mendongak untuk meminta penjelasan pada Elang yang bersikap biasa saja."Mi, kok aku kayaknya pernah denger nama itu ya?" tanya Ajeng bingung."Ck, Devi temennya Widya. Masa kamu lupa sih? Dulu pasti dia ikut-ikutan jelek-jelekin kamu kan karena hasutan Widya?" jawab wanita itu, Dahlia Braun, ibu mertua Ajeng.Sementara mereka sibuk mengobrol, Luna memilih untuk duduk di sofa karena kakinya terasa capek. Baru seperti ini aja sudah lelah, bagaimana bisa Irfan memaksanya untuk pergi jauh dari kota ini?"Sebentar, maksudnya gimana kok Devi bisa dipanggil ibu mertua?" Bu Dahlia menatap Luna yang sedang memijit kakinya. Wanita itu menyipitkan mata."Luna ini kan menantunya, Mi.""Yang bener kamu? Berarti istrinya Kalingga dong? Kok bisa?" tanya Bu Dahlia tak percaya, lalu kembali menatap Luna. "Bukannya Kalingga baru mau menikah ya? Tadi aja aku ketemu Devi s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 12

    "Mas, maaf aku udah ngerepotin kamu," kata Luna sambil menyembunyikan wajahnya di leher Elang.Tentu saja mereka menjadi pusat perhatian di sepanjang lorong rumah sakit."Ck, kayak sama siapa aja. Kamu ini udah dibilangin ke rumah sakit jangan sendirian, kenapa masih ngeyel sih? Begini kan jadinya?" omel Elang.Mereka sampai di tempat parkir yang lumayan ramai. Elang membawa Luna ke sebuah mobil mewah milih majikannya dan mendudukkannya di kursi depan, setelah itu memutari mobil untuk masuk ke kursi pengemudi."Aku nggak mau ngerepotin Mbak Peni. Dia seharusnya fokus dengan pekerjaan rumah, bukan malah nganterin aku kemana-mana," ujarnya.Elang membuka kaca jendela mobil dan melihat kerumunan orang yang masih belum pergi dari tempat parkir. Mungkin mereka adalah pengunjung atau ada yang kecelakaan."Jadi, kamu udah positif mau cerai dari Kalingga? Udah nggak ngemis-ngemis cinta lagi ke dia?"Luna tidak menghiraukan nada sarkas pria itu. Dia menatap pemandangan di luar jendela dengan p

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 13

    "Beneran nggak perlu diantar sampai depan pintu, Mbak?" tanya ajudan Pak Erwin, jenderal yang sudah resmi menjadi ayah angkatnya setelah pengadilan mengabulkan permohonan adopsi.Luna menatap rumah yang baginya besar dan mewah, namun bagi keluarga Wisnuwardhana adalah gubuk kecil yang jelek."Nggak usah, Mas. Udah di depan rumah kok," tolak Luna."Mbak Luna beruntung sekali diadopsi oleh Pak Erwin. Beliau kelihatan sekali menyayangi Mbak seperti menyayangi Sofia. Kalian memang sedekat itu ya?" tanya ajudan itu, Fajar, dengan wajah penasaran."Ya, kami memang sedekat itu." Luna tersenyum. Mengingat kebaikan Pak Erwin dan Bu Citra sejak dia kecil, padahal status sosial keluarga mereka berbeda jauh. "Ayah Erwin memang sangat baik orangnya. Begitu juga dengan Ibu Citra."Luna tidak peduli mereka mengadopsinya sebagai bentuk balas budi atas pengorbanan ibunya yang mendonorkan organnya pada Bu Citra. Toh, tanpa ibunya mendonorkan organnya pun, Bu Citra sudah berjanji pada ibunya untuk menja

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26

Bab terbaru

  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 121

    "Buk, saya udah nggak kuat. Saya keluar aja ya," mohon Kalingga dengan wajah pucat.Penampilannya berantakan karena menjadi sasaran Luna selama masa pembukaan jalan lahir. Rambutnya acak-acakan, lengannya ada bekas cakaran, dan kaosnya kusut bukan main. Dia lebih mirip seperti korban angin putih beliung ketimbang pemilik perusahaan makanan di Surabaya dan beberapa Indomei di kota Malang dan Batu."Hush! Iki yo bojomu dewe. Masa nemenin istri sendiri kok nggak kuat?" tegur Bu Sekar yang memegangi kaki Luna di sebelah kanan, sedangkan Kalingga memegangi kaki sebelah kiri."Saya nggak tega, Bu," jawab Kalingga dengan wajah memelas.Keringat dingin terus membasahi pelipis dan dahinya, sedangkan wajahnya semakin pucat. Dia sudah pernah melihat orang berdarah-darah sebelumnya. Jangan lupakan bahwa dia pernah mengalaminya juga waktu dihajar oleh Alek dan anak buahnya. Belum lagi melihat video Grigori dihajar.Tapi ini beda kasus. Dia menyesal kenapa penasaran melihat jalan lahir Luna saat is

  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 120

    5 Bulan kemudian..."Mas, aku pengen makan mie level. Yang baru aja buka di Jalan Galunggung itu loh. Kayaknya enak makanya rame," pinta Luna sambil membayangkan nikmatnya makanan yang satu itu.Air liurnya bahkan hampir menetes saking inginnya merasakan mie yang digemari oleh para kaum muda tersebut."Jangan makan mie begituan. Kamu sebentar lagi melahirkan. Nanti kalau kenapa-napa gimana?" Kalingga menatapnya dengan wajah datar.Luna langsung cemberut. "Ya nggak usah pedes-pedes lah. Sambelnya sedikit aja. Nggak bakalan ngaruh ke bayi."Kalingga bergeming. Sama sekali tidak terpengaruh oleh kedua mata Luna yang berkaca-kaca dan bibir cemberut. Biasanya, pria itu akan langsung luluh karena gemas dengan keimutan wajah Luna yang sedang merajuk."Nanti dedek bayi ngiler loh kalau nggak diturutin.""Itu cuma mitos," jawab Kalingga datar.Nafas Luna langsung keluar masuk dengan cepat. Tiba-tiba ingin menangis dan tantrum layaknya anak kecil yang tidak dituruti keinginannya. Bibirnya semak

  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 119

    Kalingga menatap Luna yang masih terlelap, lalu menatap Alek yang masih memperhatikannya."Kenapa kamu melakukan ini?"Kening pria itu berkerut. "Pardon?""Perhatianmu pada Luna membuatku was-was. Kamu nggak ada maksud lain, kan?"Alek menatapnya seolah-olah dia gila. "Dia adikku."Kalingga mendengkus. "Aku tahu pergaulan orang barat. Nggak peduli pada aturan apapun, kalian bisa berhubungan dengan saudara sendiri.""Are you serious?" Alek menghampirinya dan mencengkeram kerah kaosnya dengan wajah memerah. "Jangan menggeneralisasi perbuatan rendahan itu seolah-olah kami semua juga melakukannya, you a**hole! Aku yakin di negaramu juga ada yang berbuat demikian. Bahkan ada kaum-kaum menyimpang lainnya, meskipun negaramu dikenal sebagai negara beragama. Jangan membuatku marah di rumahku sendiri."Kalingga langsung mengangkat kedua tangannya sebagai tanda menyerah, menyesal karena tidak berpikir dulu sebelum berkata."Maaf, Bro. Aku hanya takut kamu...merusak istriku. Dia gadis yang baik d

  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 118

    "Gila! Ini benar-benar gila!" gumam Kalingga ketika bangunan tua di hadapan mereka saat ini meledak, sesaat setelah Ethan dan Lena sibuk menceritakan tentang masa lalu.Untung mobil mereka cukup jauh dari lokasi, jadi mereka tidak begitu terdampak. Banyak anak buah Dimitri dan Alek yang sudah pergi terlebih dulu sebelum bangunan itu meledak. Menyisakan mobil-mobil yang dikendarai oleh Angelica beserta anak buahnya.Kalingga melihat ke sekitarnya. Beberapa mobil yang melintas mulai berhenti. Para penumpang di dalamnya mengeluarkan ponsel untuk merekam kejadian itu."Guys, kita pergi dari sini. Suasananya nggak kondusif!" teriaknya, mencoba memberi peringatan.Dalam hati dia merasa jengkel karena tiga manusia itu justru sibuk dengan drama masa lalu di saat-saat seperti ini. Kenapa tidak sebelum-sebelumnya saja? Atau menunggu nanti ketika pergi dari lokasi ini?Belum sempat Kalingga masuk ke dalam mobil, tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti di hadapannya. Seorang pria bule turun dengan

  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 117

    "Aku memanggilmu ke sini bukan untuk membahas tentang pekerjaan, Noah. Melainkan untuk meminta penjelasan."Tidak biasanya presiden berbicara secara langsung tanpa basa-basi dulu seperti ini. Perasaan Noah Wilson mendadak tidak enak. Dia kira, presiden memanggilnya karena kasus penembakan massal yang kerap terjadi di berbagai negara bagian."Penjelasan tentang apa, Mr. Presiden?" jawab Noah dengan tenang, namun sebenarnya jantungnya berdegup tak karuan. Kedua tangannya berkeringat.Mr. Presiden melepaskan kacamata bacanya, lalu menyesap kopi dengan tenang. Pria itu memutar laptop ke arah Noah setelah meletakkan cangkir di atas tatakan."Baca semuanya." Mr. Presiden memberi kode pada ajudannya untuk menyerahkan laptop itu pada Noah."Baik, Mr. Presiden," jawab Noah dengan tegas.Laptop itu terasa berat dan panas di pangkuannya. Darah seperti meninggalkan wajahnya ketika kata demi kata di barisan paling atas dokumen yang tertera di layar laptop terserap ke dalam otaknya.[DAFTAR SKANDAL

  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 116

    Percakapan antara Alek dan Anastasia berlangsung cukup lama, namun Luna sama sekali tidak paham karena menggunakan bahasa Rusia. Ada satu orang lagi di sana, seorang pria. Mungkin Grigori seperti yang tadi disebutkan oleh Alek.Tapi setelah suara seperti dari telepon yang di-loudspeaker itu terdengar, Luna akhirnya mengerti duduk permasalahannya.Ternyata, Grigori bukanlah kakeknya, melainkan adik tiri dari kakeknya. Kakeknya yang asli bernama Boris kalau tadi dia tidak salah dengar. Jadi, sumber permasalahan sebenarnya kalau menurut Luna bukanlah Boris yang memperkosa Irina, sang nenek. Melainkan Grigori.Anak yang lahir di luar pernikahan tidaklah bersalah. Jadi, kejadian yang menimpa Luna dan ibu kandungnya bukanlah karena Lena anak haram. Banyak anak lahir di luar pernikahan, tapi tidak mengalami nasib seperti Lena yang terus-menerus hidup dalam ancaman pembunuhan, dan putrinya dibuang ke negara orang.Kesimpulannya, semua masalah yang terjadi di keluarganya adalah karena kedengki

  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 115

    Luna langsung melepaskan tangannya dari tubuh Anastasia dan berpura-pura jatuh."Aduh! Nyonya! Saya salah apa? Padahal saya hanya ingin berkenalan dengan anda dan bertanya di mana Alek. Kenapa anda menampar saya?" pekik Luna sambil memegang pipinya dengan kedua mata berkaca-kaca.Dia mendongak dengan sorot mata terluka, menatap Anastasia yang menganga dengan kedua mata melotot."Apa-apaan...""Apa yang terjadi?" Suara Alek terdengar dingin.Luna langsung menoleh dan berdiri dengan susah payah. Air matanya berlinang. Dia menghampiri Alek dan langsung memeluk pria itu dengan erat."Kak, Ibu itu tiba-tiba aja nampar aku. Aku nggak tahu salahku apa. Tapi tadi dia bilang, aku cuma parasit yang mengganggu. Katanya aku sengaja masuk ke mansion ini buat mengeruk harta kamu dengan alasan anak dalam kandunganku. Dia juga bilang, kamu pasti sebentar lagi bakalan nendang aku dari sini dan nggak mau bertanggungjawab atas kehamilan aku."Anastasia terengah dengan wajah tak percaya. "Apa? Aku tidak

  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 114

    Luna membuka mata dan melihat langit-langit ruangan yang terlihat asing. Terlalu mewah. Di mana dia? Otaknya memutar kejadian-kejadian sebelum ini, sampai pada kejadian penembakan di bandara yang hampir merenggut nyawanya.Dia menghela nafas panjang. Sejak kecelakaan yang merenggut nyawa ayah angkatnya, hidup Luna benar-benar berubah 180°. Tidak ada lagi kehidupan yang tenang dan sederhana. Dia rindu kehidupannya yang dulu. Saat dia hanya memiliki Sofia sebagai sahabatnya, satu-satunya orang kaya dan berpengaruh yang mau berteman dengannya.Tapi sekarang, semuanya begitu rumit. Masuknya ia ke dalam keluarga Wisnuwardhana, mengantarkannya pada bahaya demi bahaya yang terus mengancam nyawanya. Hingga akhirnya dia mengetahui fakta yang membuatnya tidak bisa lagi kembali ke kehidupannya yang dulu."Mas Kalingga lagi ngapain ya sekarang? Dia kangen nggak sama aku?" Tangannya refleks mengelus perutnya yang membesar. Tiba-tiba merasakan tendangan yang mulai biasa ia dapatkan. "Kamu juga kang

  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 113

    Nathan menatap datar perempuan tua yang seharusnya dia hormati. Perempuan yang melahirkan ibunya, tapi selalu menorehkan luka hingga sang ibu sering menangis secara diam-diam hingga terbawa ke dalam mimpi.Sejak berusia 5 tahun, Nathan sudah tahu ada yang salah dengan keluarganya. Meskipun dia masih belum bisa memahami apa yang dia lihat, dia masih ingat betul setiap momen yang terjadi di depan matanya. Hingga akhirnya dia paham begitu menginjak remaja.Ibunya tidak diinginkan oleh orangtuanya sendiri, dan sang ayah berkali-kali ingin melenyapkan sang ibu. How twisted is that?Tak ada yang tahu apa yang selama ini disimpan oleh Nathan. Dia bergerak dalam diam dan terus memupuk rasa marah, kecewa, tidak terima, kesal, dan putus asa. Hingga akhirnya hatinya menjadi dingin."Kau!" Nathan menodongkan sepucuk Desert Eagle ke arah pria muda yang masih memegang erat pistolnya dengan tangan gemetar. "Di mana ayah bajinganmu itu? Dialah sumber masalah di keluargaku. Aku harus menghentikannya."

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status