Home / Romansa / BENIH PRESDIR LUMPUH / Bab 89 Menariknya keatas Ranjang

Share

Bab 89 Menariknya keatas Ranjang

Author: Simbaradiffa
last update Last Updated: 2025-04-09 22:06:36

Dawson semakin mendekat, Nessa menjerit kecil lalu berlari tergesa ke dalam kamar mandi dan mengunci pintu. Jantungnya masih berpacu cepat. Ia menyandarkan tubuhnya di balik pintu kayu, mencoba menenangkan diri dari rasa takut dan marah yang bercampur aduk.

Di luar, Dawson hanya tersenyum tipis. Dia membiarkan gadis itu bersembunyi dan kembali merebahkan tubuhnya ke ranjang. Pundaknya terasa berat setelah semalaman membereskan beberapa masalah.

Tak butuh waktu lama akhirnya ia kembali tertidur, napasnya perlahan menjadi teratur.

Waktu berlalu. Nessa baru keluar dari kamar mandi setelah merasa aman. Ia berjalan pelan, lalu berhenti di sisi ranjang saat melihat Dawson tertidur dengan pulas, memperhatikan pria itu yang tidur tanpa beban seolah dunia ini hanya miliknya seorang.

‘Tampan, tetapi menjengkelkan,’ pikir Nessa dalam hati.

Dengan pelan, ia melangkah ke arah pintu dan mencoba membukanya—namun pintu itu terkunci. Nessa mengerutkan kening. Ia memutar kenopnya beberapa kali, tapi t
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nindry Ayangcrut
g nyambung critanya atau ak yg g paham
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 1 Tidak Ingin Melakukannya

    Crack! Pranggg!Pecahan kaca berhamburan di lantai."Fiona, hentikan!" ucap pria paruh baya dengan nada tegas."Aku tidak akan menghentikan semua ini sampai Ayah menarik kembali apa yang Ayah katakan. Kau tahu, Ayah! Aku tidak suka dengan leluconmu ini!" teriak seorang gadis yang masih berusia 18 tahun. Dia terlihat sangat marah. Jelas saja, dia begitu marah ketika baru saja bangun tidur dari mimpi indahnya semalam. Namun, saat bangun, dia harus mengalami mimpi buruk.Masa depan yang Fiona bayangkan akan begitu indah setelah lulus sekolah ternyata sia-sia. Dia harus menikah dengan seorang pria yang terpaut umur jauh lebih tua darinya. Bahkan Fiona tidak mengenal pria itu."Ayah tidak bisa menarik apa yang Ayah katakan sebelumnya. Kamu memang telah resmi menikah dengan Tuan William Stefanus Thene. Ayah telah menikahkan kalian berdua semalam. Sekarang, kau pergilah ke rumahnya dan tinggal di sana menjadi istrinya," ucap Fawzi Sanjaya, ayah Fiona, dengan tegas.“Bagaimana bisa Ayah menik

    Last Updated : 2024-06-22
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 2 Mencoba Menggodanya

    Fiona yang sedang berada di lantai dua, tiba-tiba dikejutkan oleh suara seseorang yang ada di belakangnya."Apa kau sedang menyebar pesona?" kata William, membuat Fiona terkejut."Hah! Kau membuatku terkejut! Bagaimana jika aku terjatuh dari atas balkon ini?!" teriak Fiona dengan suara nyaring.Gadis itu benar-benar terkejut setengah mati karena dia sedang berusaha untuk meraih salah satu buah anggur yang menjalar di atas balkon. Tubuhnya tidak bisa menggapainya, sehingga Fiona mencoba naik ke atas kursi demi meraih buah anggur kesukaannya. Meskipun Fiona sudah memakan beberapa buah anggur itu langsung dari pohonnya, dia ingin meraih buah yang lebih tinggi dan lebih besar.William sama sekali tidak peduli dengan kata-kata Fiona. "Turun!" perintahnya, menyuruh Fiona untuk turun dari atas kursi.William, yang sebelumnya memperhatikan Fiona dari balik CCTV, sangat dikejutkan dengan tingkah istrinya yang seperti anak kecil. Meskipun William tahu bahwa istrinya masih sangat muda, ia khawat

    Last Updated : 2024-06-22
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 3 I’m Sorry Baby

    "Hah! Tidak, aku tidak mau memandikanmu. Kamu bukan bayi, untuk apa aku memandikanmu? Kamu juga bukan mayat!" seru Fiona sambil langsung membekap mulutnya, memandang ke arah William yang memperlihatkan wajah tidak senang."Ups!"'Astaga, Fiona, kenapa kamu menyebutnya mayat? Lihatlah tatapannya seperti ingin menerkammu,' pikir Fiona dalam hatinya."Kamu bicara apa tadi? Kemari!" ujar William sambil menggerakkan tangannya, menyuruh Fiona mendekat."Euh… tidak ada, aku tidak bicara apapun! Jika kamu ingin mandi, aku akan memanggil salah satu pembantumu," Fiona hendak berjalan untuk memanggil pembantunya, tetapi William menghentikan langkah kakinya."Cepat kemari!" Suara William mulai terdengar marah."I'm sorry, baby! Perutku tidak dapat dikondisikan untuk saat ini, aku lapar dan harus segera pergi untuk makan," ucap Fiona berbohong, demi menghindari William, karena bagaimana mungkin dia memandikan pria itu.Fiona dibuat gelisah, dia sama sekali tidak menginginkan semua itu terjadi, aka

    Last Updated : 2024-06-22
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 4 Meminta Pada Suami Orang

    Fiona masih belum menyadari bahwa keenam pria itu sedang menyapanya karena dia tidak mengenal mereka.“Astaga… Siapa yang kalian sebut 'Nyonya muda'? Aku belum menikah, tidak pantas disebut seperti itu,” tanya Maya.“Aku juga belum,” ucap Adel.Mata keenam pria itu tertuju pada Fiona, yang menatap balik dengan tatapan tajam. Sekarang Fiona menyadari bahwa kedatangan mereka adalah untuk menjemputnya.“Sepertinya kalian keliru, seharusnya memanggilku 'Nona muda', paham?” Fiona ingin memastikan kedua temannya tidak salah paham, sehingga dia segera memperbaiki perkataan keenam anak buah William yang sengaja diperintahkan untuk menjemput Fiona saat jam istirahat. “Maaf, Nona muda. Tuan-” belum selesai salah satu dari mereka berbicara, Fiona segera menghentikan perkataannya.“Stop! Kalian tak perlu mengucapkan apapun lagi, pergilah! Aku akan menyusul kalian nanti,” Fiona menyuruh mereka untuk pergi.“Aku harus pergi, kita akan melanjutkan cerita nanti!” tanpa menunggu jawaban dari Maya dan

    Last Updated : 2024-06-22
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 5 Geng Trio FAM Alliance

    Sintia yang dipanggil Adel dengan sebutan Sitong segera menggelengkan kepalanya. Dia ingin mengelak membela dirinya tetapi tatapan Maya membuat Sintia kembali menundukkan kepalanya.Maya adalah orang yang sengaja menggunakan kakinya saat Sintia akan melewati bangku Fiona agar Sintia menumpahkan minuman tersebut ke baju Fiona."Adel, apa aku tadi tidak salah dengar, kamu menyebut namanya Sitong? Astaga, nama macam apa itu! Haha..." ejek Fiona sambil tertawa.Maya ikut tertawa puas mendengar perkataan Fiona, tanpa rasa bersalah sedikitpun."Kamu tidak salah dengar, Fiona," jawab Adel.Mereka bertiga menertawakannya, di saat Sintia memilih untuk pergi dari hadapan ketiga orang itu, Fiona memegangi tangannya."Mau kemana kamu, Sitong? Enak aja, mau pergi tanpa bertanggung jawab! Lihat ini, baju seragamku kotor dan baju ini dibuat khusus dari Italia," Fiona berbicara dengan nada suara yang terdengar bangga dan angkuh."Maaf! Aku akan membersihkan seragammu, apa kamu membawa baju seragam la

    Last Updated : 2024-06-22
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 6 Menggoda

    Fiona berdiri tepat di hadapan William yang melihatnya dengan tatapan datar. Fiona menundukkan setengah badannya agar sejajar dengan William yang duduk di kursi roda, sambil memainkan dasi merah yang dipakainya."Apakah kamu marah padaku?" tanyanya dengan suara lembut.Hening, tak ada jawaban yang keluar dari mulut William. Dia hanya diam memperhatikan gerak gerik Fiona.Dengan sentuhan lembut, Fiona meraba jas hitam William lalu merubah tangannya menjadi menunjuk tepat di arah detak jantung William.“William, apa kamu masih ingat perkataanku kemarin? Jika lupa, aku akan ingatkan sekali lagi, bahwa kau tidak punya hak untuk melarang apapun yang aku lakukan karena aku tidak suka dilarang, termasuk oleh suamiku sendiri. Apalagi pernikahan kita-" Fiona belum menyelesaikan ucapannya, William telah memotong pembicaraannya."Kau tidak perlu membahasnya lagi! Aku sama sekali tidak tertarik dengan urusanmu," potong William dengan suara dingin, matanya menatap kosong ke arah lain.Fiona terdia

    Last Updated : 2024-08-13
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 7 Balapan Liar

    "Satu ... dua ... tiga!" Teriakan itu menggema di malam yang tenang, disambut dengan deru mesin yang meraung keras. Mobil-mobil melaju dengan cepat, meninggalkan jejak debu dan asap di jalanan aspal yang gelap. Seorang pria tampan berada di depan kemudi, memacu mobilnya dengan penuh percaya diri, matanya fokus pada jalan di depan. Cahaya lampu jalanan dan sorot lampu mobil-mobil lainnya memantulkan bayangan wajahnya yang tegang namun penuh determinasi. Di pinggir lintasan, Fiona baru saja tiba di lokasi. Dia memandang pemandangan di depannya dengan tenang, matanya menyapu kerumunan orang yang bersorak-sorai menyemangati para pembalap. Di sampingnya, Maya dan Adel berdiri dengan antusias, mengikuti setiap gerakan mobil-mobil yang berpacu di lintasan. "Wow, lihat dia! Mobilnya benar-benar melaju kencang," seru Maya, matanya berbinar penuh semangat. "Siapa orang yang di dalamnya itu? Dia begitu lihai," tanya Adel dengan nada penasaran, sambil menunjuk ke arah mobil yang mem

    Last Updated : 2024-08-14
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 8 Memeluk Tubuhnya

    William hanya bisa melihat istrinya yang sedang berjongkok seperti anak kecil yang kehilangan induknya melalui CCTV yang terpasang di dalam lift dan terhubung dengan ponselnya. Sebelumnya, saat William baru selesai mengerjakan beberapa dokumen pekerjaannya. Dia mendapati banyak panggilan yang tak terjawab dari nomor dengan nama F, hanya satu huruf singkat dan itu adalah nomor ponsel Fiona. William mengabaikan teleponnya, baru saja dia menyimpan ponselnya kembali ke atas meja, seorang pembantu memberitahu bahwa Fiona terjebak di dalam lift. Sampai beberapa saat pintu lift berhasil dibuka, tetapi Fiona masih berjongkok dengan pikirannya. William mencoba mendekati Fiona dengan kursi rodanya. “Apa kau akan terus berjongkok disini?” ucap William, tetapi tidak ada respon darinya. “Ehmmm...” William berdehem cukup keras, Fiona masih saja tak bergeming. Dengan ragu-ragu, William menarik beberapa helai rambut Fiona cukup kencang lalu berpura-pura seolah-olah dia tidak melakukannya.

    Last Updated : 2024-08-14

Latest chapter

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 89 Menariknya keatas Ranjang

    Dawson semakin mendekat, Nessa menjerit kecil lalu berlari tergesa ke dalam kamar mandi dan mengunci pintu. Jantungnya masih berpacu cepat. Ia menyandarkan tubuhnya di balik pintu kayu, mencoba menenangkan diri dari rasa takut dan marah yang bercampur aduk.Di luar, Dawson hanya tersenyum tipis. Dia membiarkan gadis itu bersembunyi dan kembali merebahkan tubuhnya ke ranjang. Pundaknya terasa berat setelah semalaman membereskan beberapa masalah. Tak butuh waktu lama akhirnya ia kembali tertidur, napasnya perlahan menjadi teratur.Waktu berlalu. Nessa baru keluar dari kamar mandi setelah merasa aman. Ia berjalan pelan, lalu berhenti di sisi ranjang saat melihat Dawson tertidur dengan pulas, memperhatikan pria itu yang tidur tanpa beban seolah dunia ini hanya miliknya seorang.‘Tampan, tetapi menjengkelkan,’ pikir Nessa dalam hati.Dengan pelan, ia melangkah ke arah pintu dan mencoba membukanya—namun pintu itu terkunci. Nessa mengerutkan kening. Ia memutar kenopnya beberapa kali, tapi t

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 88 Tertarik Menidurimu

    Nessa duduk di tepi ranjang, gaun pengantinnya belum ia lepas. Ia menatap kosong ke luar jendela, berharap ada keajaiban yang datang. Namun yang ia dapatkan hanyalah kesunyian.Pintu kamar terbuka. Dawson masuk, menatap Nessa sekilas. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, ia membuka lemari, mengambil jaket, lalu berjalan keluar kamar."Kau mau ke mana?" tanya Nessa dengan suara pelan lalu menggigit bibirnya menyesali perkataannya.Dawson tersenyum tipis, menoleh sebentar. "Ada urusan,” lanjut berkata. “Kenapa? Apa kau sudah tidak sabar ingin aku menidurimu.” Nessa tertawa begitu keras sambil berkata, “Buang jauh-jauh pikiran kotormu itu. Sampai kapanpun, aku tidak akan sudi tidur denganmu.”“Kita lihat saja nanti,” ucap Dawson sebelum pergi. Dawson memacu mobil sport hitamnya menembus jalanan malam. Tak butuh waktu lama hingga ia tiba di depan sebuah rumah mewah yang berdiri megah di tengah pekarangan luas yang dijaga ketat. Begitu mobilnya berhenti, dua orang penjaga segera menghampir

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 87 Begitu Keras Menolak

    Dawson menarik tubuhnya menjauh dan segera berdiri sambil beranjak pergi dari ruangan itu tanpa berkata apapun, napasnya masih berat. Ia berjalan menuju sebuah ruangan. Tak lama kemudian, salah satu anak buahnya masuk.“Tuan, apa Anda yakin?” pria itu bertanya, suaranya terdengar ragu. Ia tak percaya bahwa tuannya ingin menikahi gadis yang baru saja di temuinya.“Apa kau tidak mendengar apa kataku Nick! Cepat, lakukan saja. Kau atur pernikahanku dengannya. Jangan sampai ada orang lain yang tahu tentang ini selain kau,” ucapnya dengan nada tegas. “Baik, Tuan.” ****Nessa duduk terdiam di atas ranjang, menggenggam erat handuk yang kembali melilit tubuhnya. Napasnya masih tak beraturan, dan jantungnya berdebar kencang.Air matanya menggenang. Ia benar-benar tak menyukai pria yang baru saja keluar dari ruangnya. “Aku harus membawa paman pergi dari sini,” gumam Nessa sambil memikirkan cara untuk melarikan diri. “Tapi, kemana mereka membawanya?” Nessa kembali bergumam. Beberapa menit b

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 86 Berusaha Menciumnya

    Langkahnya semakin dekat.Tubuh Nessa menegang saat pria itu berhenti tepat di belakangnya. Ia bisa merasakan kehadirannya yang begitu mendominasi. Napasnya tercekat ketika jemari pria itu terulur, hendak menyentuh pundaknya.Tanpa berpikir panjang, Nessa meraih pot bunga kecil yang ada di dekatnya dan melemparkannya ke arah pria itu.Pria itu bereaksi dengan cepat. Ia memiringkan tubuhnya ke samping, menghindari pot bunga yang nyaris mengenainya. Pot itu jatuh ke lantai dengan suara pecahan yang tajam, menyisakan tanah yang berserakan.Nessa tidak menunggu lebih lama. Ia segera menjauh, mengambil jarak sejauh mungkin. Tubuhnya masih gemetar, tetapi tatapan matanya menunjukkan ketakutan yang begitu nyata.Pria itu tetap berdiri tegap, tidak terlihat marah atau terkejut. Bahkan, ada sedikit lengkungan di sudut bibirnya, seolah menikmati ketakutan Nessa."Apa yang ingin kau lakukan?" suara Nessa terdengar tegas namun ada ketakutan di dalamnya.Pria itu tidak segera menjawab. Matanya mem

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 85 CANDU TUBUHMU [Ezra]

    Nessa Griselda mengerjap-ngerjapkan matanya yang baru saja terbebas dari kain hitam yang menutup wajahnya. Cahaya remang dari lampu di ruangan itu membuatnya menyipit, mencoba menyesuaikan penglihatannya dengan kondisi sekitar. Punggungnya terasa nyeri akibat lemparan kasar yang baru saja dialaminya. Di sebelahnya, seorang pria paruh baya terkulai dengan wajah sedikit berdarah di sudut bibirnya. "Tuan, maafkan saya. Saya tidak bermaksud mencuri uang Anda!" Suara pria itu gemetar, tangannya terikat, tubuhnya bergetar dengan tatapan penuh ketakutan.Nessa menoleh, menatap pria paruh baya itu—pamannya, satu-satunya keluarga yang ia miliki. Tubuh pria itu terguncang saat salah satu anak buah pria yang duduk di sofa menendangnya hingga ia tersungkur.“Ahh… Paman!” teriak Nessa.“Apa yang kalian lakukan—Emmm…” Nessa tidak dapat melanjutkan perkataannya. Salah satu anak buah pria itu segera membungkam mulutnya karena dianggap terlalu berisik.Nessa hanya bisa menangisi pamannya dengan mulu

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 84 Kenangan yang Tertinggal

    Setelah insiden tragis yang merenggut nyawa Azalea, suasana di rumah Lauren menjadi begitu hening dan penuh duka. Aroma samar bunga melati yang dipasang di sudut ruangan memenuhi udara, membuat kesedihan semakin terasa mendalam. Lauren duduk di sofa dengan tatapan kosong, menggenggam foto Azalea di tangannya. Fiona yang duduk di sampingnya berusaha menenangkan sang ibu, tetapi hatinya sendiri dipenuhi kesedihan.William berdiri di dekat jendela, memperhatikan Fiona dan Lauren dalam keheningan. Ezra, yang masih terlalu kecil untuk memahami arti kehilangan, duduk di pangkuan Fiona dengan wajah polosnya. Sesekali ia menatap ibunya dan neneknya, seakan bertanya mengapa mereka begitu sedih.“Mama… kenapa nenek menangis?” tanya Ezra dengan suara lembut, membuat Fiona menggigit bibirnya, menahan tangis.Fiona mengusap kepala Ezra dan tersenyum lemah. “Karena nenek kehilangan seseorang yang sangat ia sayangi, sayang.”Ezra menatap Fiona dengan bingung. “Seperti saat aku kehilangan mainanku?”

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 83 Menyelimuti Mereka

    Lauren yang masih terkejut dengan pengakuan Fiona menunjuk ke dalam rumah. "Dia ada di kamarnya."Tanpa membuang waktu, Fiona segera menarik tangan William dan membawanya masuk. Mereka berjalan dengan cepat melewati ruang tamu menuju kamar Ezra. Fiona merasa jantungnya berdebar kencang, dia ingin segera mempertemukan William dengan anaknya.Namun, ketika Fiona membuka pintu kamar Ezra, matanya langsung membesar. Ruangan itu kosong.Tidak ada Ezra di tempat tidur, tidak ada tanda-tanda kehadirannya. Selimut yang biasanya tersusun rapi kini berantakan, dan jendela kamar terbuka sedikit."Ezra?" Fiona memanggil panik.William yang berdiri di belakangnya merasa ada sesuatu yang janggal. Namun, sebelum dia bisa ikut mencari, tangannya terangkat dan menggenggam pergelangan tangan Fiona, menghentikan gerakannya."Fiona, apa maksudmu tadi?" William bertanya dengan nada tajam. "Bukankah pria yang bernama Ezra adalah kekasihmu? Lalu sekarang kau bilang dia anakku?"Fiona menutup matanya, berusa

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 82 Membalas Ciuman Itu

    Fiona menutup matanya dan menyentuhkan bibirnya pada bibir William. Seketika William membalas ciuman itu semakin dalam. William merengkuh pinggang Fiona, mendekapnya erat seakan tak ingin melepaskannya lagi. Tangan pria itu meraba punggung Fiona, merasakan kehangatan tubuh istrinya yang begitu ia rindukan."Aku juga mencintaimu, William,” gumam Fiona di sela ciuman mereka. Pengakuan itu membuat William semakin kehilangan kendali. Ia menindihnya dengan penuh hasrat.Fiona yang semula masih menolak, kini tidak bisa menahan diri lagi. Dia membiarkan William menyentuhnya, membiarkan pria itu mengklaimnya kembali. Mereka larut dalam gairah, seakan ingin melupakan segala masalah yang ada di antara mereka. ****Di tempat lain, di sebuah kios es krim, Lauren duduk dengan gelisah. Ia sesekali melirik ke arah jam tangan, lalu melihat Ezra yang duduk di sampingnya dengan ekspresi bosan. Anak itu menggoyangkan kakinya dengan tidak sabar."Nenek, kenapa Ibu belum datang juga? Aku ingin pulang,"

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 81 Melepas Rindu

    Ciuman itu begitu menuntut, seolah William ingin menyalurkan semua emosi yang telah lama ia pendam. Rindu yang bertahun-tahun tertahan, kemarahan karena kepergian Fiona, dan cinta yang tak pernah benar-benar hilang—semuanya meledak dalam satu ciuman yang membius.Fiona mulai kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. Jemarinya yang awalnya ingin mendorong William kini justru mencengkeram kemeja pria itu, gemetar di antara genggamannya. Namun, saat pikirannya mulai hanyut dalam perasaan yang bercampur aduk, kesadarannya kembali.Dengan sekuat tenaga, Fiona memukul dada William, memaksa pria itu untuk melepaskan ciumannya."Jangan!" serunya dengan napas memburu.William akhirnya melepaskan Fiona, tetapi tangannya tetap menahan pinggang wanita itu, seakan tidak rela berpisah. Mata mereka bertemu dalam keheningan yang mendebarkan."Dasar mesum," bisik Fiona, matanya berkaca-kaca.William tersenyum miring, jari-jarinya menyentuh bibirnya sendiri, merasakan jejak ciuman mereka. "Benarkah?" t

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status