Share

Bab 5 Geng Trio FAM Alliance

Sintia yang dipanggil Adel dengan sebutan Sitong segera menggelengkan kepalanya. Dia ingin mengelak membela dirinya tetapi tatapan Maya membuat Sintia kembali menundukkan kepalanya.

Maya adalah orang yang sengaja menggunakan kakinya saat Sintia akan melewati bangku Fiona agar Sintia menumpahkan minuman tersebut ke baju Fiona.

"Adel, apa aku tadi tidak salah dengar, kamu menyebut namanya Sitong? Astaga, nama macam apa itu! Haha..." ejek Fiona sambil tertawa.

Maya ikut tertawa puas mendengar perkataan Fiona, tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Kamu tidak salah dengar, Fiona," jawab Adel.

Mereka bertiga menertawakannya, di saat Sintia memilih untuk pergi dari hadapan ketiga orang itu, Fiona memegangi tangannya.

"Mau kemana kamu, Sitong? Enak aja, mau pergi tanpa bertanggung jawab! Lihat ini, baju seragamku kotor dan baju ini dibuat khusus dari Italia," Fiona berbicara dengan nada suara yang terdengar bangga dan angkuh.

"Maaf! Aku akan membersihkan seragammu, apa kamu membawa baju seragam lain?" jawabnya.

"Untuk apa aku membawa seragam cadangan? Ini hari pertama aku masuk ke sekolah baru, tapi kau sudah mengotori bajuku!” Fiona mendengus sambil menarik tangannya dari genggaman Sintia dengan kasar.

Sintia merasa terpojok, tak tahu harus berbuat apa. Tatapan sinis dari Maya dan Adel membuatnya semakin gugup.

"Sudahlah, Sitong. Kamu benar-benar ceroboh. Kamu harus bertanggung jawab atas ini!" kata Maya.

"Aku akan membersihkannya sekarang juga," Sintia berusaha untuk bertanggung jawab.

"Bagaimana caranya? Kita sedang di sekolah, dan di sini tidak ada mesin cuci," Fiona berucap dengan nada tinggi.

"Aku bisa mencoba membersihkannya di kamar mandi. Aku punya tisu basah di tas," Sintia menjawab dengan pelan, dia tidak sepenuhnya yakin.

Fiona memutar matanya, tapi akhirnya dia menyetujui, "Baiklah, tapi jika tidak bisa bersih, kamu harus mengganti baju ini! Mengerti?"

Sintia mengangguk cepat. Mereka berempat segera menuju kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, Fiona melepaskan seragamnya, memberikannya pada Sintia. Sehingga hanya menyisakan baju hitam yang dipakainya sebagai dalam kedua.

Sintia terus berusaha membersihkan seragam Fiona, air matanya jatuh tanpa disadari. Perlahan, dia mulai menghapus noda itu, berharap bisa menghilang.

Setelah beberapa menit yang terasa seperti berjam-jam, Sintia akhirnya menyadari bahwa noda di seragam Fiona tidak sepenuhnya bisa hilang. Dengan tangan gemetar, dia keluar dari kamar mandi dan mendapati Fiona, Maya, dan Adel masih menunggunya dengan kedua tangan mereka yang melipat di dada.

"Aku... aku tidak bisa membersihkannya sepenuhnya," kata Sintia pelan, suaranya hampir hilang ditelan rasa takut dan malu.

Fiona mendengus kesal. "Kalau begitu, kita tukar saja. Kamu pakai seragam kotor ini, dan aku pakai seragam mu,”

Sintia tertegun. "Tapi... tapi itu tidak adil. Aku akan kotor sepanjang hari."

"Itu bukan urusanku!” Fiona menyeringai. "Jika kamu tidak mau, aku bisa pastikan kamu mendapat masalah lebih besar lagi."

Sintia tahu dia tidak punya pilihan. Dengan tangan gemetar, dia mulai membuka seragamnya dan menyerahkannya kepada Fiona.

“Sitong, apa ketiakmu bau?” tanya Fiona.

Maya dan Adel dengan keras tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Fiona.

Sintia hanya bisa menundukkan kepalanya, merasa sangat terhina, tanpa berbicara sepatah katapun. Dia berusaha menahan air mata yang sudah menggenang di matanya.

Dengan hati yang berat, Sintia berjalan menjauh, merasakan tatapan dan tawa sinis mereka di belakangnya.

Fiona dengan cepat mengenakan seragam Sintia yang bersih.

Setelah Sintia pergi dengan langkah gontai dan hati yang hancur, Maya dan Adel saling bertukar pandang. Maya memberikan tatapan penuh makna kepada Adel, menunjukkan bahwa Fiona memang layak menjadi bagian dari geng mereka, "Trio FAM Alliance."

"Dia cocok, kan?" bisik Maya kepada Adel dengan nada setengah senyum.

Adel mengangguk setuju. "Dia memang sempurna untuk menggantikan Fianka. Sudah lama kita tidak menemukan seseorang yang punya sikap dan keberanian seperti itu."

Fiona, yang masih sibuk merapikan seragam Sintia yang kini dia kenakan, mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar. "Apa yang kalian bicarakan?" tanyanya dengan nada penuh percaya diri.

Adel melangkah mendekat. "Kami pikir, kamu punya semua yang diperlukan untuk bergabung dengan kami, Trio FAM Alliance. Apa kamu tertarik?"

Fiona mengangkat alisnya, berpikir sejenak. "Jadi, kalian memiliki geng, dan ingin aku bergabung dengan geng kalian? Apa keuntungannya bagiku?"

Maya tersenyum lebar. "Keuntungannya? Kamu akan mendapatkan kepopuleran dan teman yang setia, kekuatan. Tidak ada yang akan berani mengganggumu. Dan tentu saja, kita akan bersenang-senang bersama, mengendalikan sekolah ini."

Fiona tersenyum, tampak puas dengan penawaran itu. "Baiklah, aku tertarik. Apa yang harus aku lakukan untuk resmi bergabung?"

Adel dan Maya saling pandang, lalu Adel menjawab, "Kamu baru saja menunjukkan keberanian dan sikap yang kita cari. Mulai sekarang, kamu adalah bagian dari Trio FAM Alliance.”

“Aku sangat senang bisa bergabung dengan kalian, tapi apa artinya FAM?” Fiona terlihat penasaran dengan tiga huruf tersebut.

“Sebelumnya, nama geng ini dibuat bersama dengan Fianka, tapi kedua orang tuanya telah jatuh miskin, sehingga dia meninggalkan sekolah ini! Dan nama FAM adalah singkatan nama depan kita bertiga, Fianka, Adel, dan Maya, tetapi sekarang nama Fianka telah menjadi nama Fiona, lebih segalanya dibandingkan gadis itu.” Maya dengan panjang lebar menjelaskan nama geng tersebut.

“Apa kau keberatan, Fiona?” tanya Adel.

“Tentu saja tidak!” Fiona merangkul kedua temannya itu dan keluar dari kamar dalam kamar mandi.

Adel dan Maya tersenyum penuh kemenangan. Dengan kehadiran Fiona, mereka merasa geng mereka akan menjadi lebih kuat dan berpengaruh di sekolah.

****

Sepulang sekolah, Fiona dengan penuh semangat mengajak Maya dan Adel menuju sebuah mal besar di pusat kota. Mereka bertiga menuju pintu masuk utama dengan langkah percaya diri, menikmati pandangan iri dari orang-orang di sekitar mereka.

"Kalian berdua bisa memilih apa yang kalian inginkan, aku akan mentraktir kalian sebagai perayaan bergabungnya aku dengan geng Trio FAM Alliance," ucap Fiona dengan senyum cerah.

"Ahh... Terima kasih, Fiona," ucap Adel dan Maya bersamaan dengan nada yang terdengar manja.

"Let's go!" Fiona menarik tangan Adel dan Maya, menuju ke dalam mal dengan semangat.

Mereka mengunjungi butik-butik mewah, mencoba berbagai pakaian, sepatu, dan aksesori. Suasana penuh tawa dan kebahagiaan terasa di antara mereka. Setelah berbelanja cukup banyak, mereka menuju ke lantai atas untuk makan siang di restoran mewah.

Saat Fiona sedang asyik berbincang dengan Maya dan Adel, dia tidak sengaja menabrak seorang pria yang sedang berjalan dari arah berlawanan. Barang-barang belanjaannya jatuh berserakan di lantai.

"Ah, maaf!" ucap Fiona, sedikit kesal tapi berusaha tetap tenang.

Pria itu membantu mengumpulkan barang-barang Fiona. "Tidak apa-apa," katanya sambil menyerahkan tas belanjaan Fiona.

Saat Fiona melihat wajahnya, dia tertegun sejenak. Pria itu sangat tampan, dengan mata yang tajam. Dia mengenakan seragam sekolah yang sama dengan mereka. Pria itu pergi begitu saja dari hadapan Fiona tanpa bicara apa pun lagi.

Fiona menoleh pada Maya dan Adel dengan penasaran. "Siapa dia?" bisiknya.

Adel tersenyum tipis lalu menjawab, "Itu Alvaro Kristian, dia ketua OSIS di sekolah kita dan dia mantan kekasih Fianka. Semenjak kepergian Fianka, Alvaro terlihat dingin pada siapa pun."

Fiona menatap punggungnya yang menjauh dengan mata berbinar. "Menarik," gumamnya pelan, tersirat rasa penasaran yang mendalam di dalamnya.

****

Jam tujuh malam, Fiona baru kembali ke kediaman Stefanus Thene dengan beberapa belanjaannya. Tatapan tajam dari seseorang menyambut kedatangannya.

"Dari mana saja kamu, Fiona!" William terlihat seperti seorang ayah yang sedang menunggu kedatangan putrinya dan bersiap untuk memarahinya.

"Tentu saja menghabiskan uangmu," jawab Fiona sambil menunjukkan beberapa belanjaannya.

Fiona menoleh ke samping kanan, melihat beberapa pembantu yang berdiri tak jauh darinya.

"Kalian kenapa diam saja! Ambil ini dan bawa ke kamarku. Aku harus memanjakan suamiku terlebih dahulu," ucap Fiona dengan penuh percaya diri sambil berjalan mendekati William.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status