Beranda / Romansa / BENIH PRESDIR LUMPUH / Bab 12 Saya Istrinya

Share

Bab 12 Saya Istrinya

Penulis: Simbaradiffa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-20 18:00:30

Dengan wajah merengut kesal, Fiona mencoba menghubungi William untuk menjemputnya pulang. Namun, pria itu sama sekali tidak mengangkat teleponnya dan bahkan ada beberapa kali panggilan yang di rijeknya.

‘Punya suami terasa tidak punya. Dia tidak bisa diandalkan,’ gerutu Fiona di dalam hati tanpa sadar telah mengakui William sebagai suaminya. Dia melangkah menjauhi mobilnya untuk mencari kedua temannya.

Ketika baru beberapa langkah, Fiona menghentikan langkahnya mengingat Adel dan Maya tidak membawa mobil, bahkan mereka baru saja pulang.

Fiona menghela napasnya, melihat sekeliling parkiran mencoba melihat orang yang telah berani bermain-main dengannya, sampai matanya melihat Juwita dari jarak yang sedikit jauh darinya. Gadis itu sedang tertawa lepas bersama beberapa teman satu kelasnya, Fiona yang di landa kesal karena ban mobilnya yang bocor hendak berjalan menghampirinya. Namun, tak sengaja dia menabrak Alvaro yang hendak melewatinya sam
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
fiona2 km tuh g kira2 yah bisa2nya mp ngelupain hp sama dompet di taksi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 13 Kemarahan Fiona

    Langit mulai gelap dan suasana di sekitar kantor menjadi semakin sepi. Fiona duduk di sana, merasa seperti anak yang terbuang, tanpa ada tempat untuk pulang dan tanpa siapa pun yang peduli. Bahkan mobil taksi tidak ada satu pun yang lewat, membuat Fiona benar-benar tak berdaya. Dia terus menunggu di depan gedung kantornya. Matahari telah lama tenggelam, dan malam semakin larut. Fiona tidak tahu bahwa William telah pergi sejak siang untuk mengecek beberapa pekerjaannya di luar kantor setelah selesai rapat. Kantor mulai sepi, satu per satu lampu di dalam gedung padam, menandakan bahwa tempat itu sudah tutup. Fiona tetap berada di sana, berharap William akan keluar dan menemukannya. Namun, harapan itu ternyata tidak sesuai dengan harapannya. Tiba-tiba, satpam mendekati Fiona. Pria itu berhenti di depannya, memandang Fiona dengan ekspresi datar. “Nona, Tuan William sudah tidak ada di kantor. Dia telah pergi sejak siang tadi.”Fiona menatap satpam itu dengan kaget, matanya yang tadinya

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 14 Lingerie Berbahan Satin

    Alvaro berdiri dari kursinya dengan kasar tanpa sepatah kata lagi, Alvaro meninggalkan meja dengan langkah cepat, membuat seluruh kantin bertanya-tanya. Fiona terdiam, dia masih terkejut dengan kemarahan Alvaro. Juwita, yang awalnya merasa kesal hanya tersenyum sinis. Dia memandangi Fiona sejenak sebelum ikut pergi dengan sikap sombong. Anggota OSIS lainnya mengikuti langkah Juwita, meninggalkan meja yang sekarang kosong.Fiona masih berdiri di tempatnya, menatap uang yang ada di atas meja. “Fiona, duduklah! Kamu telah berhasil membuat mereka pergi,” ujar Maya yang duduk terlebih dahulu di bangku tersebut.“Ngapain kalian lihat-lihat!? Mau aku keluarkan mata kalian,” teriak Fiona dengan keras, menatap ke semua siswa yang melihat ke arahnya. Fiona menghela napas lalu ikut duduk dengan kesal, mengabaikan kejadian sebelumnya. Mereka memesan makanan.Saat mereka sedang asyik makan sambil berbicara, tiba-tiba Sintia berjalan mendekati meja mereka dengan gugup tetapi memiliki keberanian

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-11
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 15 Jangan Sentuh Aku

    Semua orang terkejut dan kagum saat melihat seorang wanita keluar dari mobil dengan rok rempel berbahan kulit berwarna hitam yang panjangnya tepat di atas lutut, dipadukan dengan jaket crop yang membuatnya begitu menarik perhatian semua orang di sana.Fiona dengan percaya diri menutup pintu mobilnya yang berwarna biru. Dia memasang wajah angkuh, berjalan ke arah Alvaro, meninggalkan Adel dan Maya yang baru keluar dari mobil dengan kaki gemetar dan rambut yang berantakan karena Fiona membawanya melakukan drift. “Gadis sialan!” teriak Maya dengan berjalan terhuyung-huyung sampai menyentuh bagian mobil Fiona sebagai pegangannya. “Fiona … bisa-bisanya dia melakukan hal gila seperti tadi, membuat kakiku gemetar,” keluh Adel. Fiona mengabaikan perkataan kedua temannya dan terus berjalan mendekati Alvaro. Alvaro duduk di bagian depan mobilnya, melipat kedua tangan di depan. Beberapa temannya mulai mendekat, membuat Fiona yang ingin mendekati Alvaro harus terhalang oleh mereka. Fiona den

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-12
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 16 Pakaian Seksi

    Setelah melihat Max yang keluar dari ruang VIP yang di tempati William. Dengan penuh percaya diri, Fiona mendorong pintu ruang VIP yang tidak terkunci itu, membukanya dengan keras hingga mengejutkan William dan wanita tersebut. Ruangan itu hanya diisi oleh mereka berdua, membuat Fiona merasa kesal, dia melangkah masuk dengan tatapan marah."Baby! Oh, jadi kau berbohong padaku demi bersama dengannya? Sangat luar biasa sekali," teriak Fiona dengan nada sinis, berjalan mendekati William dan tanpa ragu duduk di atas pangkuannya. William terkejut dengan ulah Fiona, namun dia memilih diam dan tidak melarangnya. Sementara itu, wanita yang duduk di hadapan mereka tampak bingung dengan apa yang terjadi.Fiona menatap tajam ke arah wanita tersebut, melihat penampilan wanita itu dengan tatapan meremehkan, dia berkata, “Hei, kau! Kenapa menggoda suami orang lain? Apa kau sedang kesepian?” ucapnya dengan nada yang terkesan mengejek. Wanita itu hanya tersenyum tipis, tampak kebingungan. "Apa mak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 17 Memeluknya

    Setelah berpikir sejenak, dia akhirnya mengangguk pelan. “Baiklah, aku setuju,” gumamnya dengan nada enggan. “Kau bisa mengatur semuanya.”Namun, Fiona kembali terkejut saat William kembali berkata, “Kau harus melamar pekerjaan itu secara resmi. Seperti orang lain yang melamar pekerjaan di kantorku. Kau juga harus melewati wawancara.”“Apa? Tidak mau, aku tidak mau, William! Kau tidak serius, kan? Aku ini istrimu!” Fiona menekankan kata ‘istri’ agar William menarik perkataannya itu. Namun, William tetap pada pendiriannya. Dengan suara tegas dia berkata, “Aku tidak main-main, Fiona. Jika kau benar-benar ingin aku membeli sekolah itu, kau harus melewati semua prosedur. Termasuk wawancara.”Fiona menggigit bibir bawahnya, terdiam sejenak, dan berpikir keras untuk bisa membujuk William agar mempermudahnya. Dengan mata yang menatap ke arah William, dia tiba-tiba berjalan untuk menghampirinya. “Jangan mendekat,” seru William menghentikan langkah kaki Fiona yang ingin mendekatinya. Dia cuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 18 Menarik Pinggangnya

    Fiona yang takut dan panik karena tidak mau terlambat, dia tanpa sengaja mendorong seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam lift. "Aduh! Apa yang kau lakukan?" seru wanita itu marah.Wanita itu mengenakan pakaian yang lebih formal dari pelamar kerja lainnya, karena dia seorang karyawan tetap di kantor William, dan Fiona tidak menyadarinya. "Berani-beraninya kau mendorongku!" ucapnya dengan nada sinis.Fiona dengan cepat membela diri, "Kami semua sudah menunggu lama, kau baru datang dan langsung masuk begitu saja!" protes Fiona. “Apa kau tidak tahu siapa aku? Dibandingkan kalian aku lebih lama bekerja disini!”“Aku tidak peduli kamu senior atau bukan, tapi kita harus mematuhi aturan.” Fiona dengan percaya diri membicarakan tentang peraturan untuk membela dirinya. Dua orang wanita yang ada di samping Fiona, tiba-tiba mendorong Fiona dengan kasar, hingga jatuh ke lantai dan salah satu lututnya terluka.Wanita yang didorong Fiona sebelumnya tersenyum puas, melihat ada orang yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 19 Merayu

    Dengan penuh semangat Fiona menyetir mobilnya menuju kantor William. Di kursi sampingnya, tergeletak sebuah bekal makanan yang telah dibuatnya susah payah. Fiona tersenyum sendiri saat memandang bekal tersebut, membayangkan betapa terkesannya William nanti ketika mencicipi masakannya. Dan dia pun mempermudahnya untuk menjadi asistennya, tanpa harus berulang kali melakukan wawancara. Fiona berharap, dengan cara ini, dia bisa mempermudah dirinya bekerja di kantor tersebut dan membalas dendam pada wanita yang menolaknya kemarin. Rasa malu dan harga diri Fiona terasa terinjak-injak, dan dia tidak bisa membiarkan hal itu berlalu begitu saja.Setibanya di kantor William, Fiona merasa aneh ketika melihat beberapa orang menatapnya dengan tatapan heran. Dia menepis keanehan mereka dan berjalan cepat menuju meja resepsionis. "Saya datang untuk menemui William Stefanus Thene. Apakah dia ada di ruangannya?" tanyanya dengan penuh percaya diri.Resepsionis tampak sedikit terkejut namun langsung me

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 20 Pelukan Gadis Itu

    Saat air mata masih mengalir, Fiona merasakan kehadiran seseorang yang memperhatikannya. Dia mencoba mendongak dan melihat ke kanan dan kiri sampai dia terkejut mendapati William yang berada di luar gerbang rumahnya sambil duduk di dalam mobil, menatap ke arahnya dengan tajam. Fiona menarik napas, mencoba menenangkan dirinya. Dia tidak ingin terlihat lemah dihadapan William. Fiona mengusap air matanya dengan cepat, meskipun tahu bahwa William pasti sudah melihatnya menangis. Tanpa berkata apa pun, dia bangkit dan berjalan menuju mobil William yang berhenti tak jauh dari depan rumahnya. Fiona tidak menyangka jika William akan mencarinya. Ada rasa senang yang membuat perasaannya sedikit membaik. Dia segera berjalan ke arah mobil William, seakan semua terlihat baik-baik saja. Begitu masuk ke dalam mobil, suasana di dalam terasa sunyi. Hingga akhirnya, William memecah keheningan dengan nada datar."Kau ingin melarikan diri?" tanya William tiba-tiba.Fiona menoleh, menatap wajah William

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20

Bab terbaru

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 92 Gerakan Tubuhnya

    Di sisi kiri area taman kampus, tiga mahasiswi berdiri memperhatikan Nessa. Tatapan mereka tajam, menilai dengan sinis. Salah satunya bahkan melipat tangan di dada sambil menyipitkan mata.Nessa melihat mereka. Tapi seperti biasa, dia tidak peduli. Dia hanya berjalan melewati mereka dengan kepala tegak.Sampai satu kalimat bernada racun terdengar jelas di telinganya.“Dari mana lagi kalau bukan hasil jual diri?”Langkah Nessa berhenti. Ia berbalik perlahan dan menatap ketiganya dengan tatapan tajam.Mulutnya sudah hampir terbuka, ingin membalas perkataannya. Namun, suara orang yang memanggilnya membuat Nessa mengurungkan niatnya.“Nessa!"Suaranya nyaring, seorang gadis berambut panjang bergelombang menghampiri Nessa sambil melambaikan tangan.Wajahnya terlihat manis, dia adalah Evelyn—sahabatnya sejak semester pertama kuliah. Nessa segera menoleh dan menyambut Evelyn dengan senyum. Evelyn meraih tangannya dan menariknya menjauh dari tiga gadis tadi tanpa menoleh sekalipun.“Jangan

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 91 Jangan Main-main

    Air menyambutnya dingin, tapi ia tidak peduli. Matanya menyorot ke dasar kolam, tapi sebelum ia bisa meraih tubuh Nessa. Tawa gadis itu pecah di dekatnya.Nessa muncul ke permukaan, tertawa terbahak-bahak. “HAH! Kena kau!”Dawson terengah, dan menyadari Nessa berenang ke sisinya sambil terkekeh. “Kolamnya dangkal, bodoh! Lihat, aku bisa berdiri!”Wajah Dawson menyatu antara lega, marah, dan malu.“Kau pura-pura tenggelam?” suaranya datar, nyaris tak percaya.“Lihat siapa yang panik!” Nessa masih tertawa, lalu menyiramkan air ke wajah Dawson.Dawson menyeka air dari wajahnya dan menatap Nessa dengan tajam. “Kau pikir ini lucu?”“Lucu sekali,” jawab Nessa santai, menjauh darinya.Dawson menyusul. “Kau pikir kau bisa main-main denganku?”“Aku cuma membalas ciuman tadi,” sahutnya, senyum lebar di wajah Nessa.Tanpa peringatan, Dawson menarik tangannya. Nessa hampir jatuh lagi, tapi Dawson menahannya. Kini mereka kembali dekat, napasnya bersinggungan.“Kau suka bermain-main ternyata, baga

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 90 Pria Mesum

    Pada sore hari, Nessa baru saja pulang dari kampus. Sudah beberapa hari ia tidak mengikuti mata kuliah, membuat beberapa tugasnya tertinggal. Biasanya ia tidak terlalu peduli dengan hal semacam itu, tapi kali ini Nessa tidak ingin menyia-nyiakan waktunya. Ia ingin fokus belajar kembali. Ia tidak ingin uang pamannya yang telah membiayai sekolahnya terbuang sia-sia.Sejak kemarin, ia sudah diperbolehkan kembali ke rumahnya setelah Nick memberitahunya bahwa Dawson mengizinkannya pulang. Meski begitu, ia belum juga bertemu dengan pria itu—bahkan hingga sekarang."Ahh!" Nessa berteriak kaget ketika mendapati seseorang sedang duduk santai di dalam kamarnya, membaca buku diary miliknya."Kau?! Kenapa kau ada di sini!" tanyanya panik sambil berjalan cepat mendekat dan menyambar buku dari tangan Dawson.Dawson hanya mendengus kecil. Dengan cepat, ia menarik pergelangan tangan Nessa hingga gadis itu terduduk di atas pangkuannya."Hei! Lepaskan! Apa yang kau lakukan di sini?" serunya, mencoba me

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 89 Menariknya keatas Ranjang

    Dawson semakin mendekat, Nessa menjerit kecil lalu berlari tergesa ke dalam kamar mandi dan mengunci pintu. Jantungnya masih berpacu cepat. Ia menyandarkan tubuhnya di balik pintu kayu, mencoba menenangkan diri dari rasa takut dan marah yang bercampur aduk.Di luar, Dawson hanya tersenyum tipis. Dia membiarkan gadis itu bersembunyi dan kembali merebahkan tubuhnya ke ranjang. Pundaknya terasa berat setelah semalaman membereskan beberapa masalah. Tak butuh waktu lama akhirnya ia kembali tertidur, napasnya perlahan menjadi teratur.Waktu berlalu. Nessa baru keluar dari kamar mandi setelah merasa aman. Ia berjalan pelan, lalu berhenti di sisi ranjang saat melihat Dawson tertidur dengan pulas, memperhatikan pria itu yang tidur tanpa beban seolah dunia ini hanya miliknya seorang.‘Tampan, tetapi menjengkelkan,’ pikir Nessa dalam hati.Dengan pelan, ia melangkah ke arah pintu dan mencoba membukanya—namun pintu itu terkunci. Nessa mengerutkan kening. Ia memutar kenopnya beberapa kali, tapi t

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 88 Tertarik Menidurimu

    Nessa duduk di tepi ranjang, gaun pengantinnya belum ia lepas. Ia menatap kosong ke luar jendela, berharap ada keajaiban yang datang. Namun yang ia dapatkan hanyalah kesunyian.Pintu kamar terbuka. Dawson masuk, menatap Nessa sekilas. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, ia membuka lemari, mengambil jaket, lalu berjalan keluar kamar."Kau mau ke mana?" tanya Nessa dengan suara pelan lalu menggigit bibirnya menyesali perkataannya.Dawson tersenyum tipis, menoleh sebentar. "Ada urusan,” lanjut berkata. “Kenapa? Apa kau sudah tidak sabar ingin aku menidurimu.” Nessa tertawa begitu keras sambil berkata, “Buang jauh-jauh pikiran kotormu itu. Sampai kapanpun, aku tidak akan sudi tidur denganmu.”“Kita lihat saja nanti,” ucap Dawson sebelum pergi. Dawson memacu mobil sport hitamnya menembus jalanan malam. Tak butuh waktu lama hingga ia tiba di depan sebuah rumah mewah yang berdiri megah di tengah pekarangan luas yang dijaga ketat. Begitu mobilnya berhenti, dua orang penjaga segera menghampir

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 87 Begitu Keras Menolak

    Dawson menarik tubuhnya menjauh dan segera berdiri sambil beranjak pergi dari ruangan itu tanpa berkata apapun, napasnya masih berat. Ia berjalan menuju sebuah ruangan. Tak lama kemudian, salah satu anak buahnya masuk.“Tuan, apa Anda yakin?” pria itu bertanya, suaranya terdengar ragu. Ia tak percaya bahwa tuannya ingin menikahi gadis yang baru saja di temuinya.“Apa kau tidak mendengar apa kataku Nick! Cepat, lakukan saja. Kau atur pernikahanku dengannya. Jangan sampai ada orang lain yang tahu tentang ini selain kau,” ucapnya dengan nada tegas. “Baik, Tuan.” ****Nessa duduk terdiam di atas ranjang, menggenggam erat handuk yang kembali melilit tubuhnya. Napasnya masih tak beraturan, dan jantungnya berdebar kencang.Air matanya menggenang. Ia benar-benar tak menyukai pria yang baru saja keluar dari ruangnya. “Aku harus membawa paman pergi dari sini,” gumam Nessa sambil memikirkan cara untuk melarikan diri. “Tapi, kemana mereka membawanya?” Nessa kembali bergumam. Beberapa menit b

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 86 Berusaha Menciumnya

    Langkahnya semakin dekat.Tubuh Nessa menegang saat pria itu berhenti tepat di belakangnya. Ia bisa merasakan kehadirannya yang begitu mendominasi. Napasnya tercekat ketika jemari pria itu terulur, hendak menyentuh pundaknya.Tanpa berpikir panjang, Nessa meraih pot bunga kecil yang ada di dekatnya dan melemparkannya ke arah pria itu.Pria itu bereaksi dengan cepat. Ia memiringkan tubuhnya ke samping, menghindari pot bunga yang nyaris mengenainya. Pot itu jatuh ke lantai dengan suara pecahan yang tajam, menyisakan tanah yang berserakan.Nessa tidak menunggu lebih lama. Ia segera menjauh, mengambil jarak sejauh mungkin. Tubuhnya masih gemetar, tetapi tatapan matanya menunjukkan ketakutan yang begitu nyata.Pria itu tetap berdiri tegap, tidak terlihat marah atau terkejut. Bahkan, ada sedikit lengkungan di sudut bibirnya, seolah menikmati ketakutan Nessa."Apa yang ingin kau lakukan?" suara Nessa terdengar tegas namun ada ketakutan di dalamnya.Pria itu tidak segera menjawab. Matanya mem

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 85 CANDU TUBUHMU [Ezra]

    Nessa Griselda mengerjap-ngerjapkan matanya yang baru saja terbebas dari kain hitam yang menutup wajahnya. Cahaya remang dari lampu di ruangan itu membuatnya menyipit, mencoba menyesuaikan penglihatannya dengan kondisi sekitar. Punggungnya terasa nyeri akibat lemparan kasar yang baru saja dialaminya. Di sebelahnya, seorang pria paruh baya terkulai dengan wajah sedikit berdarah di sudut bibirnya. "Tuan, maafkan saya. Saya tidak bermaksud mencuri uang Anda!" Suara pria itu gemetar, tangannya terikat, tubuhnya bergetar dengan tatapan penuh ketakutan.Nessa menoleh, menatap pria paruh baya itu—pamannya, satu-satunya keluarga yang ia miliki. Tubuh pria itu terguncang saat salah satu anak buah pria yang duduk di sofa menendangnya hingga ia tersungkur.“Ahh… Paman!” teriak Nessa.“Apa yang kalian lakukan—Emmm…” Nessa tidak dapat melanjutkan perkataannya. Salah satu anak buah pria itu segera membungkam mulutnya karena dianggap terlalu berisik.Nessa hanya bisa menangisi pamannya dengan mulu

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 84 Kenangan yang Tertinggal

    Setelah insiden tragis yang merenggut nyawa Azalea, suasana di rumah Lauren menjadi begitu hening dan penuh duka. Aroma samar bunga melati yang dipasang di sudut ruangan memenuhi udara, membuat kesedihan semakin terasa mendalam. Lauren duduk di sofa dengan tatapan kosong, menggenggam foto Azalea di tangannya. Fiona yang duduk di sampingnya berusaha menenangkan sang ibu, tetapi hatinya sendiri dipenuhi kesedihan.William berdiri di dekat jendela, memperhatikan Fiona dan Lauren dalam keheningan. Ezra, yang masih terlalu kecil untuk memahami arti kehilangan, duduk di pangkuan Fiona dengan wajah polosnya. Sesekali ia menatap ibunya dan neneknya, seakan bertanya mengapa mereka begitu sedih.“Mama… kenapa nenek menangis?” tanya Ezra dengan suara lembut, membuat Fiona menggigit bibirnya, menahan tangis.Fiona mengusap kepala Ezra dan tersenyum lemah. “Karena nenek kehilangan seseorang yang sangat ia sayangi, sayang.”Ezra menatap Fiona dengan bingung. “Seperti saat aku kehilangan mainanku?”

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status