Semua orang terkejut dan kagum saat melihat seorang wanita keluar dari mobil dengan rok rempel berbahan kulit berwarna hitam yang panjangnya tepat di atas lutut, dipadukan dengan jaket crop yang membuatnya begitu menarik perhatian semua orang di sana.Fiona dengan percaya diri menutup pintu mobilnya yang berwarna biru. Dia memasang wajah angkuh, berjalan ke arah Alvaro, meninggalkan Adel dan Maya yang baru keluar dari mobil dengan kaki gemetar dan rambut yang berantakan karena Fiona membawanya melakukan drift. “Gadis sialan!” teriak Maya dengan berjalan terhuyung-huyung sampai menyentuh bagian mobil Fiona sebagai pegangannya. “Fiona … bisa-bisanya dia melakukan hal gila seperti tadi, membuat kakiku gemetar,” keluh Adel. Fiona mengabaikan perkataan kedua temannya dan terus berjalan mendekati Alvaro. Alvaro duduk di bagian depan mobilnya, melipat kedua tangan di depan. Beberapa temannya mulai mendekat, membuat Fiona yang ingin mendekati Alvaro harus terhalang oleh mereka. Fiona den
Setelah melihat Max yang keluar dari ruang VIP yang di tempati William. Dengan penuh percaya diri, Fiona mendorong pintu ruang VIP yang tidak terkunci itu, membukanya dengan keras hingga mengejutkan William dan wanita tersebut. Ruangan itu hanya diisi oleh mereka berdua, membuat Fiona merasa kesal, dia melangkah masuk dengan tatapan marah."Baby! Oh, jadi kau berbohong padaku demi bersama dengannya? Sangat luar biasa sekali," teriak Fiona dengan nada sinis, berjalan mendekati William dan tanpa ragu duduk di atas pangkuannya. William terkejut dengan ulah Fiona, namun dia memilih diam dan tidak melarangnya. Sementara itu, wanita yang duduk di hadapan mereka tampak bingung dengan apa yang terjadi.Fiona menatap tajam ke arah wanita tersebut, melihat penampilan wanita itu dengan tatapan meremehkan, dia berkata, “Hei, kau! Kenapa menggoda suami orang lain? Apa kau sedang kesepian?” ucapnya dengan nada yang terkesan mengejek. Wanita itu hanya tersenyum tipis, tampak kebingungan. "Apa mak
Setelah berpikir sejenak, dia akhirnya mengangguk pelan. “Baiklah, aku setuju,” gumamnya dengan nada enggan. “Kau bisa mengatur semuanya.”Namun, Fiona kembali terkejut saat William kembali berkata, “Kau harus melamar pekerjaan itu secara resmi. Seperti orang lain yang melamar pekerjaan di kantorku. Kau juga harus melewati wawancara.”“Apa? Tidak mau, aku tidak mau, William! Kau tidak serius, kan? Aku ini istrimu!” Fiona menekankan kata ‘istri’ agar William menarik perkataannya itu. Namun, William tetap pada pendiriannya. Dengan suara tegas dia berkata, “Aku tidak main-main, Fiona. Jika kau benar-benar ingin aku membeli sekolah itu, kau harus melewati semua prosedur. Termasuk wawancara.”Fiona menggigit bibir bawahnya, terdiam sejenak, dan berpikir keras untuk bisa membujuk William agar mempermudahnya. Dengan mata yang menatap ke arah William, dia tiba-tiba berjalan untuk menghampirinya. “Jangan mendekat,” seru William menghentikan langkah kaki Fiona yang ingin mendekatinya. Dia cuk
Fiona yang takut dan panik karena tidak mau terlambat, dia tanpa sengaja mendorong seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam lift. "Aduh! Apa yang kau lakukan?" seru wanita itu marah.Wanita itu mengenakan pakaian yang lebih formal dari pelamar kerja lainnya, karena dia seorang karyawan tetap di kantor William, dan Fiona tidak menyadarinya. "Berani-beraninya kau mendorongku!" ucapnya dengan nada sinis.Fiona dengan cepat membela diri, "Kami semua sudah menunggu lama, kau baru datang dan langsung masuk begitu saja!" protes Fiona. “Apa kau tidak tahu siapa aku? Dibandingkan kalian aku lebih lama bekerja disini!”“Aku tidak peduli kamu senior atau bukan, tapi kita harus mematuhi aturan.” Fiona dengan percaya diri membicarakan tentang peraturan untuk membela dirinya. Dua orang wanita yang ada di samping Fiona, tiba-tiba mendorong Fiona dengan kasar, hingga jatuh ke lantai dan salah satu lututnya terluka.Wanita yang didorong Fiona sebelumnya tersenyum puas, melihat ada orang yang
Dengan penuh semangat Fiona menyetir mobilnya menuju kantor William. Di kursi sampingnya, tergeletak sebuah bekal makanan yang telah dibuatnya susah payah. Fiona tersenyum sendiri saat memandang bekal tersebut, membayangkan betapa terkesannya William nanti ketika mencicipi masakannya. Dan dia pun mempermudahnya untuk menjadi asistennya, tanpa harus berulang kali melakukan wawancara. Fiona berharap, dengan cara ini, dia bisa mempermudah dirinya bekerja di kantor tersebut dan membalas dendam pada wanita yang menolaknya kemarin. Rasa malu dan harga diri Fiona terasa terinjak-injak, dan dia tidak bisa membiarkan hal itu berlalu begitu saja.Setibanya di kantor William, Fiona merasa aneh ketika melihat beberapa orang menatapnya dengan tatapan heran. Dia menepis keanehan mereka dan berjalan cepat menuju meja resepsionis. "Saya datang untuk menemui William Stefanus Thene. Apakah dia ada di ruangannya?" tanyanya dengan penuh percaya diri.Resepsionis tampak sedikit terkejut namun langsung me
Crack! Pranggg!Pecahan kaca berhamburan di lantai."Fiona, hentikan!" ucap pria paruh baya dengan nada tegas."Aku tidak akan menghentikan semua ini sampai Ayah menarik kembali apa yang Ayah katakan. Kau tahu, Ayah! Aku tidak suka dengan leluconmu ini!" teriak seorang gadis yang masih berusia 18 tahun. Dia terlihat sangat marah. Jelas saja, dia begitu marah ketika baru saja bangun tidur dari mimpi indahnya semalam. Namun, saat bangun, dia harus mengalami mimpi buruk.Masa depan yang Fiona bayangkan akan begitu indah setelah lulus sekolah ternyata sia-sia. Dia harus menikah dengan seorang pria yang terpaut umur jauh lebih tua darinya. Bahkan Fiona tidak mengenal pria itu."Ayah tidak bisa menarik apa yang Ayah katakan sebelumnya. Kamu memang telah resmi menikah dengan Tuan William Stefanus Thene. Ayah telah menikahkan kalian berdua semalam. Sekarang, kau pergilah ke rumahnya dan tinggal di sana menjadi istrinya," ucap Fawzi Sanjaya, ayah Fiona, dengan tegas.“Bagaimana bisa Ayah menik
Fiona yang sedang berada di lantai dua, tiba-tiba dikejutkan oleh suara seseorang yang ada di belakangnya."Apa kau sedang menyebar pesona?" kata William, membuat Fiona terkejut."Hah! Kau membuatku terkejut! Bagaimana jika aku terjatuh dari atas balkon ini?!" teriak Fiona dengan suara nyaring.Gadis itu benar-benar terkejut setengah mati karena dia sedang berusaha untuk meraih salah satu buah anggur yang menjalar di atas balkon. Tubuhnya tidak bisa menggapainya, sehingga Fiona mencoba naik ke atas kursi demi meraih buah anggur kesukaannya. Meskipun Fiona sudah memakan beberapa buah anggur itu langsung dari pohonnya, dia ingin meraih buah yang lebih tinggi dan lebih besar.William sama sekali tidak peduli dengan kata-kata Fiona. "Turun!" perintahnya, menyuruh Fiona untuk turun dari atas kursi.William, yang sebelumnya memperhatikan Fiona dari balik CCTV, sangat dikejutkan dengan tingkah istrinya yang seperti anak kecil. Meskipun William tahu bahwa istrinya masih sangat muda, ia khawat
"Hah! Tidak, aku tidak mau memandikanmu. Kamu bukan bayi, untuk apa aku memandikanmu? Kamu juga bukan mayat!" seru Fiona sambil langsung membekap mulutnya, memandang ke arah William yang memperlihatkan wajah tidak senang."Ups!"'Astaga, Fiona, kenapa kamu menyebutnya mayat? Lihatlah tatapannya seperti ingin menerkammu,' pikir Fiona dalam hatinya."Kamu bicara apa tadi? Kemari!" ujar William sambil menggerakkan tangannya, menyuruh Fiona mendekat."Euh… tidak ada, aku tidak bicara apapun! Jika kamu ingin mandi, aku akan memanggil salah satu pembantumu," Fiona hendak berjalan untuk memanggil pembantunya, tetapi William menghentikan langkah kakinya."Cepat kemari!" Suara William mulai terdengar marah."I'm sorry, baby! Perutku tidak dapat dikondisikan untuk saat ini, aku lapar dan harus segera pergi untuk makan," ucap Fiona berbohong, demi menghindari William, karena bagaimana mungkin dia memandikan pria itu.Fiona dibuat gelisah, dia sama sekali tidak menginginkan semua itu terjadi, aka