Beranda / Romansa / BENIH PRESDIR LUMPUH / Bab 20 Pelukan Gadis Itu

Share

Bab 20 Pelukan Gadis Itu

Penulis: Simbaradiffa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-20 22:59:32

Saat air mata masih mengalir, Fiona merasakan kehadiran seseorang yang memperhatikannya. Dia mencoba mendongak dan melihat ke kanan dan kiri sampai dia terkejut mendapati William yang berada di luar gerbang rumahnya sambil duduk di dalam mobil, menatap ke arahnya dengan tajam.

Fiona menarik napas, mencoba menenangkan dirinya. Dia tidak ingin terlihat lemah dihadapan William. Fiona mengusap air matanya dengan cepat, meskipun tahu bahwa William pasti sudah melihatnya menangis. Tanpa berkata apa pun, dia bangkit dan berjalan menuju mobil William yang berhenti tak jauh dari depan rumahnya.

Fiona tidak menyangka jika William akan mencarinya. Ada rasa senang yang membuat perasaannya sedikit membaik. Dia segera berjalan ke arah mobil William, seakan semua terlihat baik-baik saja.

Begitu masuk ke dalam mobil, suasana di dalam terasa sunyi. Hingga akhirnya, William memecah keheningan dengan nada datar.

"Kau ingin melarikan diri?" tanya William tiba-tiba.

Fiona menoleh, menatap wajah William
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 21 Berada di atas Pangkuannya

    Adel yang telah mendengar bisikan Fiona sedikit meragukannya. “Fiona apa rencana ini akan berhasil? Dan, bagaimana jika kita dikeluarkan dari sekolah ini, karena rencanamu sedikit kelewatan.”“Apanya yang sedikit ke lawatan? Menurutku itu masih batas wajar, kita hanya mengurungnya di gudang sekolah bukan menjualnya pada pria hidung belang,” ujar Maya yang terlihat sangat setuju dengan rencana Fiona. Setelah sejenak merasa ragi, Adel akhirnya setuju dengan rencana Fiona. Setelah jam sekolah selesai, saat para siswa sudah mulai pulang, Fiona, Adel, dan Maya masih berada di sekolah. Dengan langkah hati-hati, mereka mengamati gerak-gerik Juwita dari kejauhan. Mereka melihat Juwita yang baru saja keluar dari kelasnya, memastikan dia sendirian. Mereka menunggu hingga Juwita terpisah dari kerumunan teman-temannya dan tidak ada yang memperhatikannya.Saat Juwita hendak ke ruangan OSIS–Sintia yang di suruh Maya untuk memberitahu Juwita, bahwa seseorang telah memberikannya surat dan juga seb

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 22 Telah Melakukan

    William membiarkan Fiona dengan posisi yang jelas membuatnya tidak nyaman.Sejenak, William menatap Fiona yang terlihat sangat rapuh. Dalam kebingungan William ingin memindahkan Fiona ke tempat tidur, tapi dengan keadaannya yang lumpuh, hal itu membuatnya merasa kesal. Ada keinginan yang tiba-tiba tubuh di hatinya. Dia tidak ingin meminta bantuan siapa pun, namun dia sendiri kesulitan.Saat William tengah berpikir, tiba-tiba Fiona membuka matanya sedikit, menatapnya dengan pandangan sayu. "William, aku ingin bicara," ucap Fiona dengan suara pelan namun terdengar jelas.William menghela napas, mendengus ringan. Sejak tadi Fiona mengatakan ingin berbicara padanya."Apa yang ingin kau bicarakan?" tanyanya dengan nada serius, sedikit penasaran dengan apa yang hendak diungkapkan oleh gadis di depannya itu.Fiona terdiam sejenak, lalu tersenyum seperti gadis bodoh dan menjawab, "William, setelah aku pikir-pikir aku hanya ingin mengatakan, kenapa kamu tampan sekali?"Kata-kata Fiona membua

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 23 Mendesah

    William mendesah pelan, dia terlihat tidak senang. “Ya, kau mabuk. Dan tentu saja ada urusannya denganku, kau telah membuat kekacauan,” jelasnya dengan nada dingin. "Sekarang kau malah menuduhku macam-macam?""Tapi … kita tidur bersama begitu dekat! Kau memelukku erat! Apa yang terjadi di antara kita?" Wajahnya semakin memerah karena malu.William mendengus, matanya menatap Fiona tajam. "Kau benar-benar tidak sadar dengan apa yang terjadi semalam? Atau sedang berpura-pura,” tanyanya tegas lalu kembali berkata. "Aku ini pria lumpuh. Apa yang bisa kulakukan padamu? Malah kau yang semalam bersikap seenaknya padaku. Bahkan kau lebih liar dari seekor kucing.” Fiona menelan ludah, merasa terpojok."Aku–liar? Apa maksudmu?" tanyanya dengan bingung. "Lihat ini." William menunjuk lehernya, memperlihatkan tanda merah yang sedikit samar, tidak terlalu jelas seperti semalam.Mata Fiona membelalak lebar. “William, lehermu?” Suara yang terdengar terkejut , tidak percaya dengan apa yang dilihatnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 24 Luka di sudut bibirnya

    Pak Herman melangkah maju, napasnya memburu. Dia tiba-tiba mengayunkan tangannya dan memukul Fiona dengan keras, membuatnya terjatuh ke lantai. Pak Herman merasa tidak terima dengan perkataan Fiona yang mendadak berubah dan tidak takut padanya. “Shit!” umpat Fiona pelan.“Fiona … “ Adel dan Maya begitu terkejut secara bersamaan memanggil nama Fiona yang terjatuh, mereka mencoba untuk membangunkannya. Maya, kini tidak tinggal diam karena Pak Herman telah bermain kasar pada mereka. Dia berdiri tegak dan berkata, "Pak, ini semua salah Juwita! Dia yang memulai masalah dengan kami! Jadi, Anda tidak bisa menyalahkan kami sepenuhnya dan bersikap kasar pada kami!"Tapi kata-kata itu justru membuat kemarahan Pak Herman memuncak. Wajahnya berubah semakin gelap, dan dengan cepat, dia melayangkan tamparan keras pada Maya. *PLAK!* Maya terhuyung, membuat kepala membentur tembok begitu keras. Tubuhnya tiba-tiba jatuh dan terkulai lemas, matanya perlahan-lahan menutup tak sadarkan diri.“Maya …”

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 25 Kemarahan

    Selama perjalanan, hanya ada keheningan di antara mereka. Max beberapa kali melirik Fiona melalui kaca spion.Setelah beberapa saat mereka sampai di rumah. Fiona membuka pintu mobil tanpa sepatah kata pun pada Max, lalu berjalan masuk ke rumah dengan langkah gontai. Max memandangnya sejenak sebelum akhirnya menghela napas panjang, karena sebentar lagi dia harus pulang ke kantor William dan menjelaskan apa yang terjadi pada Fiona. Di kantor, Max duduk dengan sedikit tegang dan bingung untuk menyusun kata-kata yang harus disampaikan nya pada William yang kini menatapnya dengan penuh pertanyaan. Setelah kejadian di rumah sakit dan menyaksikan wajah Fiona yang penuh dengan beberapa luka, Max tahu ini bukan masalah yang spele, meskipun William terlihat tenang, namun dia tidak akan tinggal diam jika sesuatu terjadi pada orang-orang terdekatnya terutama istrinya itu. William memang terkadang tidak memperdulikannya, tetapi Max cukup yakin jika tuannya itu telah tertarik pada gadis seperti

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 26 Peluk Aku

    William memajukan rodanya agar lebih dekat dengan Fiona yang masih berbaring di ranjang. “Kau demam. Aku akan panggil dokter.”Namun, sebelum dia bisa bergerak untuk mengambil ponsel, tangan lemah Fiona meraih lengan William. "Jangan ... jangan panggil dokter," ucapnya lirih.William terdiam, "Kau harus diperiksa. Agar besok bisa pergi melamar kerja ke kantorku lagi.”Wajah Fiona seketika cemberut dengan perkataan William yang kembali mengulang perkataannya. “Maksudku, agar kau cepat sembuh, jadi kau harus diperiksa.” Fiona menggeleng lemah, masih memegang lengan William yang terasa hangat bagi Fiona. "Aku tidak butuh dokter. Aku ... aku hanya ingin kau di sini."William mengernyit, tak mengerti. "Apa maksudmu?"Fiona menarik napas pelan. “Peluk aku, William… Aku kedinginan.” Kata-kata itu membuat William tertegun. Permintaan Fiona yang membuat William merasa tak percaya. "Aku akan memanggil dokter dulu, selain demam wajahmu begitu hancur seperti orang yang habis di pukuli," kata Wi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 27 Dua Gunung Kembar

    William mengangkat alisnya sedikit, menatap Max yang terlihat putus asa."Apa hubunganmu dengan Fiona?" tanya William tiba-tiba.Pertanyaan itu membuat Max tersentak. Dia mengerutkan dahi, tidak mengerti arah pembicaraan William. "Apa maksud Anda, Tuan?""Ada hubungan apa antara kau dan Fiona? Kenapa dia ingin menghubungimu?" Suara William terdengar lebih dingin dari biasanya. William terlihat seperti seorang suami yang sedang cemburu pada istrinya, namun dia tidak menyadari suasana hatinya sendiri. Max terdiam sesaat, berusaha mencerna pertanyaan itu. "Tuan, saya tidak punya hubungan apapun dengan Nona Fiona," jawab Max cepat. "Saya hanya mengantarnya ke rumah sakit saja kemari, seperti tugas saya. Saya benar-benar tidak ada hubungan apa pun dengannya."William memandangi Max dengan tatapan yang tidak bisa dibaca, seolah mencoba menilai kejujuran asisten setianya itu. "Jadi, kenapa Fiona ingin menghubungimu semalam?" tanya William lagi, kali ini dengan nada tajam.Max kebingungan,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 28 Perdebatan Kecil

    Fiona terjatuh tepat di pangkuan William. Dia terdiam sejenak, merasa terkejut. William, yang matanya tanpa sengaja melihat bagian yang seharusnya tidak dilihatnya dengan sorot mata yang tak terbaca. Fiona yang baru saja menyadari tatapan William, segera memperbaiki bajunya yang sudah setengah terbuka, mencoba menutup tubuhnya dengan tergesa-gesa.“William, tutup matamu!” Fiona memekik, panik. Dia segera mengulurkan tangan untuk menutup mata William, namun pria itu dengan tenang memegang tangan lembut Fiona, menghentikan gerakannya.William mendekatkan wajahnya ke telinga Fiona dan berbisik, “Aku sudah melihatnya.” Dengan senyum jahil yang tercetak jelas di bibirnya membuat wajah Fiona semakin memerah karena malu.“William, kau sangat menyebalkan!” Fiona berseru dengan marah, wajahnya memerah karena malu bercampur kesal. Dia segera berdiri dan turun dari atas pangkuan William, menjauh secepat mungkin. Bajunya yang rusak segera dia peluk oleh kedua tangannya sambil membelakangi Willia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09

Bab terbaru

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 62 Sosok Yang Familiar

    Fiona mengemudi menuju sebuah restoran paling mewah dan terkenal di kota, tempat ia berencana mentraktir teman-temannya untuk merayakan kemenangannya di acara sekolah. Restoran itu terkenal dengan suasana elegan dan hidangannya yang memanjakan lidah, tempat yang sempurna untuk merayakan momen istimewa. Namun, pikirannya terganggu oleh kejadian di tengah jalan.Saat mobilnya berhenti di lampu merah, Fiona secara tak sengaja melihat sosok yang familiar di sebelah mobilnya. Ia melihat Azalea yang sudah lama menghilang. Azalea bersama seorang wanita yang Fiona tidak kenal, tetapi wajahnya tampak familiar. Fiona mengingat wanita itu beberapa kali terlihat bersama William dalam berbagai acara penting.Fiona meremas setir mobilnya, dadanya terasa sesak. Pikiran-pikiran yang tak terhitung mulai memenuhi kepalanya. ‘Apakah William tahu Azalea sudah kembali? Jika William tahu, kenapa dia tidak mengatakan apa-apa padaku?’Ketika lampu berubah hijau, Fiona menarik napas dalam-dalam, berusaha m

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 61 Bibirnya Tetap Terkunci

    Namun, tepat saat itu, pintu aula terbuka, dan Fiona muncul dengan anggun.Dengan mengenakan dress putih yang memancarkan keanggunannya, Fiona berjalan perlahan menuju panggung, membawa gitar pink miliknya, ia ambil dari rumah ayahnya.Semua mata kini tertuju padanya, termasuk teman-teman sekelasnya yang langsung bersorak gembira.“Dia datang!” seru Azka merasa lega, disambut dengan tepuk tangan dari Adel dan Maya di ikuti yang lainnya.Fiona naik ke atas panggung, duduk di kursi yang telah disediakan. Ia menggantungkan gitar di bahunya dan mengambil napas dalam-dalam. Sebelum memulai, ia mengangkat pandangannya ke arah penonton. “Lagu ini … aku persembahkan untuk seseorang,” katanya dengan suara lembut, pada saat itu juga pandangannya terkunci pada sosok yang tidak disangkanya akan hadir di acaranya—William. Pria itu duduk di barisan paling depan dengan kursi rodanya, mengenakan jas hitam yang rapi. Mata mereka bertemu sesaat.Fiona terkejut, tetapi ia segera memalingkan wajahnya. I

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 60 Erangan Yang Lembut

    Erangan yang lembut terdengar mengalun dalam ruangan, membiarkan perasaan mereka berbicara lebih dari kata-kata. Meski belum ada kata cinta yang terucap langsung di antara mereka. Namun dalam hati mereka sudah memperlihatkan bahwa mereka saling mencintai. Ketika semuanya berakhir, William membaringkan tubuh Fiona di lengannya, membiarkannya bersandar dengan nyaman. Ia mengecup kening istrinya dengan lembut. “Tidurlah,” ucap William pelan, suaranya nyaris seperti bisikan.Fiona tidak menjawab. Ia hanya memejamkan matanya, tetapi senyum kecil terlihat di bibirnya. Dalam hati, ia merasa ada sesuatu yang berubah di antara mereka. Setelah beberapa saat hening, tiba-tiba Fiona membuka matanya perlahan, mendongak menatap William yang masih memeluknya dengan erat. “William, jadi mulai sekarang aku tidak boleh keluar dari rumah ini?” tanyanya dengan nada datar, tetapi rasa ingin tahu menjalar di pikirannya.William terdiam sejenak, menatap wajah Fiona dengan pandangan lembut yang jarang i

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 59 Memberikan Sensasi Hangat

    William melepaskan tautannya, menatap wajah Fiona yang semerah tomat. Ia tersenyum sambil mengusap bibir Fiona dengan lembut.Fiona tidak mengerti dengan dirinya sendiri, kenapa ia tidak menolaknya. Akhirnya ia memilih menyandarkan kepalanya di bahu William untuk menyembunyikan rasa malunya, sementara pria itu mempererat pelukannya.Angin yang berhembus lembut seolah menjadi saksi bisu dari kebersamaan mereka, menciptakan kenangan yang tidak akan mudah dilupakan.****Hari ini Fiona ingin pergi menemui teman-temannya. Ia sudah bersiap dengan pakaian kasual yang rapi.Fiona melangkah menuju pintu keluar rumah, tetapi langkah kakinya melambat keti

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 58 Ciuman Kembali Menyatukan

    Dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah cantik Fiona yang terlihat damai.Ketika Fiona mengerjapkan matanya, William tetap menatapnya, menunggu reaksi pertama yang akan dilihatnya.Fiona membuka matanya perlahan, dan pandangan mereka bertemu. Seketika, rasa terkejut melintas di wajah Fiona.“William … apa yang kau lakukan?” tanya Fiona dengan suara terkejut, mencoba menjauh.Matanya perlahan melihat dada bidang William yang tidak memakai baju. Fiona mengedipkan matanya beberapa kali, membuat William yang melihatnya merasa gemas.Saat ia menyadari dirinya juga tidak mengenakan apa pun di bawah selimut, Fiona langsung berteriak, “Ahh! Bajuku &h

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 57 Menindih Tubuhnya

    Sudah satu jam berlalu, tetapi Fiona tidak juga keluar dari kamar mandi. William merasa cemas. Akhirnya, ia memutuskan untuk memeriksa keadaannya.Saat membuka pintu kamar mandi, William tertegun. Wajah Fiona tampak pucat, dan air di dalam bak penuh dengan potongan es.Fiona sempat meminta pelayan untuk menambahkan es ke dalam bak mandinya.“Fiona!” seru William, langsung melangkah maju. Ia mengangkat tubuh Fiona dari dalam bak dengan cepat.Fiona membuka matanya sedikit, menatap William dengan lemah. “William … tubuhku masih panas. Meski sudah berendam di air es, aku tetap merasa tidak nyaman. Tapi di dekatmu … aku merasa sedikit lebih baik,” gumamnya sambil menggesekkan pi

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 56 Lebih Baik Mati daripada Kau Menyentuhku

    “Aku tidak butuh bantuanmu!” Fiona berusaha berjalan menjauh, tetapi tubuhnya hampir terjatuh. Tom dengan cepat menangkapnya, memegang kedua pundaknya dengan erat.“Lihat? Aku benar-benar hanya ingin membantumu berjalan dengan benar,” katanya dengan nada pura-pura ramah. Namun, senyum di wajahnya menunjukkan niat lain.Fiona merasa sedikit nyaman dengan pegangan Tom, tetapi pikirannya tetap waspada. Ia tahu ada sesuatu yang tidak beres dengan tubuhnya yang beraksi seperti itu.“Lepaskan aku,” desaknya sambil berusaha mendorong tubuh Tom.Namun, Tom tidak menyerah. Ia terus membujuk Fiona dengan suara lembut, mencoba membuatnya tetap di tempat.

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 55 Apa Yang Terjadi Dengan Tubuhku

    Fiona memasuki rumah mewah yang sudah cukup lama ditempatinya, ia baru saja pulang dari rumah Adel. Fiona mendudukkan dirinya di ruang tamu sambil memandangi televisi yang menyala. Tiba-tiba dia terkejut dengan kedatangan William, Fiona segera bangkit dan tersenyum padanya. William terlihat begitu datar, seakan tak menganggap Fiona ada di sana.“William, apa kau ingin aku membuatkan teh?” tanyanya dengan nada ceria.“Tidak perlu,” jawab William tanpa ekspresi.Fiona menghela napas, lalu mencoba berjalan ke arahnya. “Kau tahu, hari ini Adel bilang aku terlihat semakin cantik. Apa kau–” belum selesai Fiona berucap, William sudah memotongnya. “Jika kau sudah selesai bicara, aku ingin istirahat.” William berhenti sejenak, menatap Fiona dengan tatapan datar.Fiona terdiam. Kata-kata William terasa seperti tamparan baginya. Ia merasa tidak ada gunanya lagi mencoba berbicara dengan pria itu. Dengan langkah pelan, ia kembali ke kamarnya.Saat Fiona duduk di depan cermin, ia memandangi ba

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 54 Menahan Rasa Kecewa

    Fiona merasa ada sesuatu yang salah. Namun, ia tetap mendekati William dengan senyum manis. Ia duduk di atas pangkuan pria itu, melingkarkan kedua tangannya di pundaknya.“William,” ucapnya lembut. “Aku membutuhkan bantuanmu.”William menatap Fiona tajam. “Sudah kuduga. Setiap kali kau bersikap manis, pasti ada sesuatu yang kau inginkan.” Nada suaranya terdengar sinis, membuat Fiona terkejut.“Apa maksudmu?” tanya Fiona bingung.William menyingkirkan tangan Fiona dari pundaknya. “Aku sibuk. Kalau kau butuh bantuan, mintalah pada kekasihmu,” ucapnya dengan dingin.Kata-kata itu membuat Fiona terdiam, sekaligus bingung. Seketika bibirnya tersenyum lebar dan mengira William cemburu padanya. “William, apa kau mulai cemburu padaku?” tanyanya mencoba menggoda.William tidak menjawab. Ia mengangkat tubuh Fiona dari pangkuannya dan menurunkannya ke atas ranjang sedikit kasar. “Aku tidak punya waktu untuk membahas yang tidak penting,” ucapnya sebelum berjalan keluar dari kamar.Fiona hanya bi

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status