Share

Bab 26 Peluk Aku

Penulis: Simbaradiffa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-06 00:20:22

William memajukan rodanya agar lebih dekat dengan Fiona yang masih berbaring di ranjang. “Kau demam. Aku akan panggil dokter.”

Namun, sebelum dia bisa bergerak untuk mengambil ponsel, tangan lemah Fiona meraih lengan William. "Jangan ... jangan panggil dokter," ucapnya lirih.

William terdiam, "Kau harus diperiksa. Agar besok bisa pergi melamar kerja ke kantorku lagi.”

Wajah Fiona seketika cemberut dengan perkataan William yang kembali mengulang perkataannya. “Maksudku, agar kau cepat sembuh, jadi kau harus diperiksa.”

Fiona menggeleng lemah, masih memegang lengan William yang terasa hangat bagi Fiona. "Aku tidak butuh dokter. Aku ... aku hanya ingin kau di sini."

William mengernyit, tak mengerti. "Apa maksudmu?"

Fiona menarik napas pelan. “Peluk aku, William… Aku kedinginan.” Kata-kata itu membuat William tertegun. Permintaan Fiona yang membuat William merasa tak percaya.

"Aku akan memanggil dokter dulu, selain demam wajahmu begitu hancur seperti orang yang habis di pukuli," kata Wi
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 27 Dua Gunung Kembar

    William mengangkat alisnya sedikit, menatap Max yang terlihat putus asa."Apa hubunganmu dengan Fiona?" tanya William tiba-tiba.Pertanyaan itu membuat Max tersentak. Dia mengerutkan dahi, tidak mengerti arah pembicaraan William. "Apa maksud Anda, Tuan?""Ada hubungan apa antara kau dan Fiona? Kenapa dia ingin menghubungimu?" Suara William terdengar lebih dingin dari biasanya. William terlihat seperti seorang suami yang sedang cemburu pada istrinya, namun dia tidak menyadari suasana hatinya sendiri. Max terdiam sesaat, berusaha mencerna pertanyaan itu. "Tuan, saya tidak punya hubungan apapun dengan Nona Fiona," jawab Max cepat. "Saya hanya mengantarnya ke rumah sakit saja kemari, seperti tugas saya. Saya benar-benar tidak ada hubungan apa pun dengannya."William memandangi Max dengan tatapan yang tidak bisa dibaca, seolah mencoba menilai kejujuran asisten setianya itu. "Jadi, kenapa Fiona ingin menghubungimu semalam?" tanya William lagi, kali ini dengan nada tajam.Max kebingungan,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 28 Perdebatan Kecil

    Fiona terjatuh tepat di pangkuan William. Dia terdiam sejenak, merasa terkejut. William, yang matanya tanpa sengaja melihat bagian yang seharusnya tidak dilihatnya dengan sorot mata yang tak terbaca. Fiona yang baru saja menyadari tatapan William, segera memperbaiki bajunya yang sudah setengah terbuka, mencoba menutup tubuhnya dengan tergesa-gesa.“William, tutup matamu!” Fiona memekik, panik. Dia segera mengulurkan tangan untuk menutup mata William, namun pria itu dengan tenang memegang tangan lembut Fiona, menghentikan gerakannya.William mendekatkan wajahnya ke telinga Fiona dan berbisik, “Aku sudah melihatnya.” Dengan senyum jahil yang tercetak jelas di bibirnya membuat wajah Fiona semakin memerah karena malu.“William, kau sangat menyebalkan!” Fiona berseru dengan marah, wajahnya memerah karena malu bercampur kesal. Dia segera berdiri dan turun dari atas pangkuan William, menjauh secepat mungkin. Bajunya yang rusak segera dia peluk oleh kedua tangannya sambil membelakangi Willia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 29 Memeluknya

    Saat pagi datang, Fiona menaiki bus yang sudah disediakan oleh sekolah bersama murid lain. Bus tersebut dipenuhi suara riuh dari percakapan para siswa yang begitu semangat membahas tentang perkemahan. Fiona, bersama Adel dan Maya, duduk di tengah bus sambil mengobrol. Mereka tidak banyak tahu tentang tempat itu, selain mengetahui bahwa dulunya tempat tersebut merupakan peninggalan zaman penjajahan yang kini dialihfungsikan sebagai kawasan berkemah.Setelah perjalanan yang cukup panjang dan berliku, bus akhirnya tiba di tempat perkemahan. Mereka disambut oleh suasana yang benar-benar berbeda dari hiruk-pikuk kota. Udara segar pegunungan mengalir dengan lembut, dan di sekitar mereka, pohon-pohon venus dan tanaman lainnya berdiri kokoh, menciptakan kesan hutan yang lebat dan misterius. Suasana dingin mulai meresap ke dalam tubuh Fiona, membuatnya merapatkan jaket yang dia kenakan.Fiona berdiri sejenak di depan bus, memandangi pemandangan indah namun terasa agak menyeramkan di tempat i

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 30 Rasa Panik dan Takut

    Akhirnya, tiba giliran Fiona. Dengan sedikit gelisah, dia maju kedepan, mata Fiona dan Alvaro saling bertemu untuk sejenak, sebelum meraih salah satu gulungan kertas dari wadah kaca itu. Saat dia membuka gulungan kertas tersebut, bibirnya yang semakin cemberut."Kelompok A," baca Fiona pelan, dan tatapannya langsung beralih ke arah Alvaro.Ternyata, Alvaro adalah ketua kelompok A. Fiona masih saja cemberut. Bukan karena dia tidak suka satu kelompok dengan Alvaro, tapi karena dia ingin satu kelompok dengan kedua temannya. Apalagi sekarang, Fiona harus berada dalam kelompok yang mungkin dia sendiri anggota wanita satu-satunya yang ada di kelompok A. Dengan kesal, dia melirik ke arah sahabat-sahabatnya yang memasang wajah sedih.“Alvaro, apa kita bisa bertukar kelompok?” tanya Fiona.Alvaro, yang mendengar keluhan kecil Fiona, hanya menatapnya dingin. "Ini sudah diatur secara acak, Fiona. Kerjasama tim lebih penting daripada siapa yang berada dalam satu kelompok."Fiona hanya mendengus

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 31 Menyelimuti dirinya

    Sementara itu, Alvaro kembali ke area perkemahan dengan langkah cepat. Sesampainya di sana, wajah para guru langsung berubah penuh kekhawatiran ketika mereka diberitahu oleh Alvaro.Alvaro menghela napas dalam-dalam, berusaha menjaga ketenangannya. "Fiona tersesat di hutan. Kami sudah mencarinya, tapi belum menemukannya.” Semua orang begitu heboh membicarakan hilangnya Fiona. Adel dan Maya berlari mendekati Alvaro dengan air mata yang sudah mengalir di wajah mereka. Adel menatap Alvaro dengan marah, wajahnya memerah emosi. "Bagaimana bisa kamu kehilangan Fiona?! Kau ketua kelompok! Kamu seharusnya menjaganya!" teriak Adel dengan penuh kemarahan dan mencoba mendorong-dorong dada bidang Alvaro.Maya juga tidak bisa menahan amarahnya. "Fiona satu-satunya perempuan di kelompokmu! Bagaimana mungkin kau tidak memperhatikannya?"Alvaro hanya berdiri diam, menerima semua makian yang dilontarkan padanya. Dia tahu, tidak ada gunanya membantah. Tanggung jawab sepenuhnya ada di pundaknya sebag

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 32 Dia Menciumku

    Fiona terkejut saat seseorang membuka pintu dengan keras. Matanya bertemu dengan mata tajam William yang berada di ambang pintu, wajahnya terlihat datar "Wi... William," gumam Fiona, seperti tak percaya bahwa pria itu sudah berada di ruangannya.Tanpa banyak bicara, William memajukan kursi rodanya ke hadapan Fiona. Dia mendekat dan tanpa aba-aba, tangannya mengangkat dagu Fiona, meneliti wajahnya dengan teliti. Matanya tajam menyusuri setiap inci kulitnya, mencari tanda luka. Ketika pandangannya turun ke kaki Fiona yang bengkak, tangannya mengepal erat.“Apa mereka menyakitimu?” tanya William dengan suara dingin, menggenggam pergelangan kaki Fiona dengan hati-hati.Fiona menggelengkan kepalanya. “Tidak, William. Mereka justru menolongku. Aku terjatuh saat berkemah.”William terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang,“Kita pergi dari sini sekarang,” katanya tegas. Fiona menganggukkan kepalanya lalu merentangkan kedua tangannya saat William akan menaikan Fiona ke atas pangkuannya, te

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 33 Kedua Tangan di Pundak

    William, yang baru selesai mandi, terlihat segar dengan rambutnya yang masih basah. Dia menggerakkan kursi rodanya ke tengah kamar, lalu berkata dengan nada dingin seperti biasanya, “Bersiaplah. Kita akan pergi hari ini.”Fiona memandangnya dengan wajah cemberut. “Tapi kakiku masih bengkak.”William menghela napas panjang, dia mendorong kursi rodanya ke arah Fiona, lalu dengan mudah mengangkat tubuhnya ke atas pangkuannya. Fiona terkesiap, tetapi tak mampu melawan selain mengalungkan kedua tangannya di pundak William.“William, aku bisa mencoba berjalan sendiri,” protes Fiona dengan suara kecil.“Terlalu lama,” ja

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 34 Kau Sudah Menikah

    Keesokan harinya, setelah pulang sekolah Fiona tiba di kantor William untuk memulai pekerjaannya sebagai asisten pribadi. Dia merasa enggan, tetapi tidak punya pilihan lain. Ketika memasuki ruangan William, pria itu sedang sibuk dengan beberapa dokumen di mejanya. “Kau terlambat,” kata William tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas di depannya. “Aku baru beberapa menit terlambat,” balas Fiona, berusaha membela diri. “Tepat waktu adalah sebuah kedisiplinan bagi semua pekerja, Fiona,” ujar William dengan nada datar. “William, jangan samakan aku dengan mereka. Aku masih sekolah—ada banyak kegiatan sebelum datang kamari,” ucap Fiona. Fiona menatap sekilas ke arah William yang tak menjawab lagi perkataannya. Dia segera berjalan ke arah sofa, duduk sambil memainkan ponsel barunya dengan sebelah kakinya yang sengaja ditumpangkan ke kaki satunya lagi. “Akhir tahun nanti, aku ingin pulang melihat ibuku,” gumam Fiona yang masih terdengar jelas di telinga William. “Kau, bel

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22

Bab terbaru

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 62 Sosok Yang Familiar

    Fiona mengemudi menuju sebuah restoran paling mewah dan terkenal di kota, tempat ia berencana mentraktir teman-temannya untuk merayakan kemenangannya di acara sekolah. Restoran itu terkenal dengan suasana elegan dan hidangannya yang memanjakan lidah, tempat yang sempurna untuk merayakan momen istimewa. Namun, pikirannya terganggu oleh kejadian di tengah jalan.Saat mobilnya berhenti di lampu merah, Fiona secara tak sengaja melihat sosok yang familiar di sebelah mobilnya. Ia melihat Azalea yang sudah lama menghilang. Azalea bersama seorang wanita yang Fiona tidak kenal, tetapi wajahnya tampak familiar. Fiona mengingat wanita itu beberapa kali terlihat bersama William dalam berbagai acara penting.Fiona meremas setir mobilnya, dadanya terasa sesak. Pikiran-pikiran yang tak terhitung mulai memenuhi kepalanya. ‘Apakah William tahu Azalea sudah kembali? Jika William tahu, kenapa dia tidak mengatakan apa-apa padaku?’Ketika lampu berubah hijau, Fiona menarik napas dalam-dalam, berusaha m

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 61 Bibirnya Tetap Terkunci

    Namun, tepat saat itu, pintu aula terbuka, dan Fiona muncul dengan anggun.Dengan mengenakan dress putih yang memancarkan keanggunannya, Fiona berjalan perlahan menuju panggung, membawa gitar pink miliknya, ia ambil dari rumah ayahnya.Semua mata kini tertuju padanya, termasuk teman-teman sekelasnya yang langsung bersorak gembira.“Dia datang!” seru Azka merasa lega, disambut dengan tepuk tangan dari Adel dan Maya di ikuti yang lainnya.Fiona naik ke atas panggung, duduk di kursi yang telah disediakan. Ia menggantungkan gitar di bahunya dan mengambil napas dalam-dalam. Sebelum memulai, ia mengangkat pandangannya ke arah penonton. “Lagu ini … aku persembahkan untuk seseorang,” katanya dengan suara lembut, pada saat itu juga pandangannya terkunci pada sosok yang tidak disangkanya akan hadir di acaranya—William. Pria itu duduk di barisan paling depan dengan kursi rodanya, mengenakan jas hitam yang rapi. Mata mereka bertemu sesaat.Fiona terkejut, tetapi ia segera memalingkan wajahnya. I

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 60 Erangan Yang Lembut

    Erangan yang lembut terdengar mengalun dalam ruangan, membiarkan perasaan mereka berbicara lebih dari kata-kata. Meski belum ada kata cinta yang terucap langsung di antara mereka. Namun dalam hati mereka sudah memperlihatkan bahwa mereka saling mencintai. Ketika semuanya berakhir, William membaringkan tubuh Fiona di lengannya, membiarkannya bersandar dengan nyaman. Ia mengecup kening istrinya dengan lembut. “Tidurlah,” ucap William pelan, suaranya nyaris seperti bisikan.Fiona tidak menjawab. Ia hanya memejamkan matanya, tetapi senyum kecil terlihat di bibirnya. Dalam hati, ia merasa ada sesuatu yang berubah di antara mereka. Setelah beberapa saat hening, tiba-tiba Fiona membuka matanya perlahan, mendongak menatap William yang masih memeluknya dengan erat. “William, jadi mulai sekarang aku tidak boleh keluar dari rumah ini?” tanyanya dengan nada datar, tetapi rasa ingin tahu menjalar di pikirannya.William terdiam sejenak, menatap wajah Fiona dengan pandangan lembut yang jarang i

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 59 Memberikan Sensasi Hangat

    William melepaskan tautannya, menatap wajah Fiona yang semerah tomat. Ia tersenyum sambil mengusap bibir Fiona dengan lembut.Fiona tidak mengerti dengan dirinya sendiri, kenapa ia tidak menolaknya. Akhirnya ia memilih menyandarkan kepalanya di bahu William untuk menyembunyikan rasa malunya, sementara pria itu mempererat pelukannya.Angin yang berhembus lembut seolah menjadi saksi bisu dari kebersamaan mereka, menciptakan kenangan yang tidak akan mudah dilupakan.****Hari ini Fiona ingin pergi menemui teman-temannya. Ia sudah bersiap dengan pakaian kasual yang rapi.Fiona melangkah menuju pintu keluar rumah, tetapi langkah kakinya melambat keti

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 58 Ciuman Kembali Menyatukan

    Dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah cantik Fiona yang terlihat damai.Ketika Fiona mengerjapkan matanya, William tetap menatapnya, menunggu reaksi pertama yang akan dilihatnya.Fiona membuka matanya perlahan, dan pandangan mereka bertemu. Seketika, rasa terkejut melintas di wajah Fiona.“William … apa yang kau lakukan?” tanya Fiona dengan suara terkejut, mencoba menjauh.Matanya perlahan melihat dada bidang William yang tidak memakai baju. Fiona mengedipkan matanya beberapa kali, membuat William yang melihatnya merasa gemas.Saat ia menyadari dirinya juga tidak mengenakan apa pun di bawah selimut, Fiona langsung berteriak, “Ahh! Bajuku &h

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 57 Menindih Tubuhnya

    Sudah satu jam berlalu, tetapi Fiona tidak juga keluar dari kamar mandi. William merasa cemas. Akhirnya, ia memutuskan untuk memeriksa keadaannya.Saat membuka pintu kamar mandi, William tertegun. Wajah Fiona tampak pucat, dan air di dalam bak penuh dengan potongan es.Fiona sempat meminta pelayan untuk menambahkan es ke dalam bak mandinya.“Fiona!” seru William, langsung melangkah maju. Ia mengangkat tubuh Fiona dari dalam bak dengan cepat.Fiona membuka matanya sedikit, menatap William dengan lemah. “William … tubuhku masih panas. Meski sudah berendam di air es, aku tetap merasa tidak nyaman. Tapi di dekatmu … aku merasa sedikit lebih baik,” gumamnya sambil menggesekkan pi

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 56 Lebih Baik Mati daripada Kau Menyentuhku

    “Aku tidak butuh bantuanmu!” Fiona berusaha berjalan menjauh, tetapi tubuhnya hampir terjatuh. Tom dengan cepat menangkapnya, memegang kedua pundaknya dengan erat.“Lihat? Aku benar-benar hanya ingin membantumu berjalan dengan benar,” katanya dengan nada pura-pura ramah. Namun, senyum di wajahnya menunjukkan niat lain.Fiona merasa sedikit nyaman dengan pegangan Tom, tetapi pikirannya tetap waspada. Ia tahu ada sesuatu yang tidak beres dengan tubuhnya yang beraksi seperti itu.“Lepaskan aku,” desaknya sambil berusaha mendorong tubuh Tom.Namun, Tom tidak menyerah. Ia terus membujuk Fiona dengan suara lembut, mencoba membuatnya tetap di tempat.

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 55 Apa Yang Terjadi Dengan Tubuhku

    Fiona memasuki rumah mewah yang sudah cukup lama ditempatinya, ia baru saja pulang dari rumah Adel. Fiona mendudukkan dirinya di ruang tamu sambil memandangi televisi yang menyala. Tiba-tiba dia terkejut dengan kedatangan William, Fiona segera bangkit dan tersenyum padanya. William terlihat begitu datar, seakan tak menganggap Fiona ada di sana.“William, apa kau ingin aku membuatkan teh?” tanyanya dengan nada ceria.“Tidak perlu,” jawab William tanpa ekspresi.Fiona menghela napas, lalu mencoba berjalan ke arahnya. “Kau tahu, hari ini Adel bilang aku terlihat semakin cantik. Apa kau–” belum selesai Fiona berucap, William sudah memotongnya. “Jika kau sudah selesai bicara, aku ingin istirahat.” William berhenti sejenak, menatap Fiona dengan tatapan datar.Fiona terdiam. Kata-kata William terasa seperti tamparan baginya. Ia merasa tidak ada gunanya lagi mencoba berbicara dengan pria itu. Dengan langkah pelan, ia kembali ke kamarnya.Saat Fiona duduk di depan cermin, ia memandangi ba

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 54 Menahan Rasa Kecewa

    Fiona merasa ada sesuatu yang salah. Namun, ia tetap mendekati William dengan senyum manis. Ia duduk di atas pangkuan pria itu, melingkarkan kedua tangannya di pundaknya.“William,” ucapnya lembut. “Aku membutuhkan bantuanmu.”William menatap Fiona tajam. “Sudah kuduga. Setiap kali kau bersikap manis, pasti ada sesuatu yang kau inginkan.” Nada suaranya terdengar sinis, membuat Fiona terkejut.“Apa maksudmu?” tanya Fiona bingung.William menyingkirkan tangan Fiona dari pundaknya. “Aku sibuk. Kalau kau butuh bantuan, mintalah pada kekasihmu,” ucapnya dengan dingin.Kata-kata itu membuat Fiona terdiam, sekaligus bingung. Seketika bibirnya tersenyum lebar dan mengira William cemburu padanya. “William, apa kau mulai cemburu padaku?” tanyanya mencoba menggoda.William tidak menjawab. Ia mengangkat tubuh Fiona dari pangkuannya dan menurunkannya ke atas ranjang sedikit kasar. “Aku tidak punya waktu untuk membahas yang tidak penting,” ucapnya sebelum berjalan keluar dari kamar.Fiona hanya bi

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status