Beranda / Romansa / BENIH PRESDIR LUMPUH / Bab 34 Kau Sudah Menikah

Share

Bab 34 Kau Sudah Menikah

Penulis: Simbaradiffa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-22 23:07:59

Keesokan harinya, setelah pulang sekolah Fiona tiba di kantor William untuk memulai pekerjaannya sebagai asisten pribadi. Dia merasa enggan, tetapi tidak punya pilihan lain. Ketika memasuki ruangan William, pria itu sedang sibuk dengan beberapa dokumen di mejanya.

“Kau terlambat,” kata William tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas di depannya.

“Aku baru beberapa menit terlambat,” balas Fiona, berusaha membela diri.

“Tepat waktu adalah sebuah kedisiplinan bagi semua pekerja, Fiona,” ujar William dengan nada datar.

“William, jangan samakan aku dengan mereka. Aku masih sekolah—ada banyak kegiatan sebelum datang kamari,” ucap Fiona.

Fiona menatap sekilas ke arah William yang tak menjawab lagi perkataannya. Dia segera berjalan ke arah sofa, duduk sambil memainkan ponsel barunya dengan sebelah kakinya yang sengaja ditumpangkan ke kaki satunya lagi.

“Akhir tahun nanti, aku ingin pulang melihat ibuku,” gumam Fiona yang masih terdengar jelas di telinga William.

“Kau, bel
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 35 Wanita Simpanan

    Ketika Fiona sampai di ruang foto copy, beberapa karyawan yang sedang bekerja di sana langsung memperhatikannya. Bagaimana tidak? Fiona masih mengenakan seragam sekolah, membuatnya tampak mencolok dibandingkan para pegawai yang berpakaian formal."Bukankah gadis itu, istri simpanannya Pak William," bisik salah satu karyawan perempuan. Mereka hanya tahu bahwa Azalea yang menjadi istri William. Meski sudah cukup lama mereka tidak pernah melihatnya datang ke kantor lagi. "Ternyata, dia masih sekolah. Bagaimana bisa menikah dengan bos kita?” “Apa dengan cara merangkak ke atas tempat tidurnya." tambah yang lain, berusaha merendahkan suaranya meski masih cukup terdengar oleh Fiona.Fiona menghentikan langkahnya, menatap tajam ke arah kerumunan karyawan itu. "Ada yang ingin kalian katakan langsung kepadaku?" tanyanya lantang, membuat semua karyawan di sana terdiam dan menunduk pura-pura sibuk.Dengan penuh percaya diri, Fiona mendekati salah satu karyawan laki-laki yang sedang berdiri di

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 36 Membungkam Bibirnya

    Ketika dia sampai di kelas, dua temannya, Adel dan Maya, menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. Mereka tampak ragu-ragu, tapi jelas ada sesuatu yang ingin mereka sampaikan."Apa yang kalian lihat?" tanya Fiona, menatap mereka tajam. "Apa ada yang salah dengan wajahku? Kenapa semua orang memandangku seperti itu?"Adel dan Maya saling pandang, lalu Adel menyerahkan ponselnya kepada Fiona tanpa berkata apa-apa. Fiona mengambil ponsel itu dengan alis terangkat, lalu membaca layar dengan cepat.Di sana, terpampang sebuah artikel dengan judul besar:"Seorang Siswi Menjadi Istri Simpanan Pengusaha Kaya William Stefanus Thene!"Mata Fiona membelalak, napasnya tercekat. Foto dirinya dan William yang diambil malam sebelumnya terpampang jelas di bawah judul itu. Gambar itu menunjukkan Fiona mendorong kursi roda William dengan ekspresi yang terlihat tersenyum. Artikel tersebut penuh dengan tindakan mencari keuntungan dengan menggunakan kata-kata murahan tentang hubungan mereka, menguat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 37 Hubungan Kita

    Dia membisikkan kata-kata di telinga Fiona dengan suara yang rendah dan mengerikan, "Sampai kapan pun, hubungan kita tidak akan berakhir kecuali aku yang mengakhirinya atau aku akan menghancurkan keluargamu.”Fiona merasa darahnya berdesir dengan bisikan itu. Senyum miris terukir di bibirnya. "William, apa kau lupa bahwa keluargaku sudah hancur?" katanya dengan suara pelan, penuh kepahitan. "Kehidupanku juga sudah hancur karena perjanjian ini. Dan bagaimana jika orang-orang tahu hubunganmu dengan Kakakku? Mereka akan menganggap aku merebut suami dari kakakku."Setiap kata yang keluar dari mulut Fiona menambah api kemarahan dalam diri William. Dia mencengkram pipi Fiona membalikkan ke arahnya, menatap Fiona dengan tatapan tajam. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia segera melepaskan cengkeramannya dengan kasar membawa Fiona ke sebuah ruangan di dalam kantornya.Fiona berusaha untuk turun dari kursi rodanya, tetapi dengan cepat William menempatkannya di atas tempat tidur dengan keras. Tubuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 38 Mendesah Pelan

    William dengan refleks berdiri dari kursi rodanya seperti orang yang hendak berjalan, menangkap tubuh Fiona yang hampir jatuh ke lantai. Namun, karena tubuh William yang tidak stabil, membuatnya ikut terjatuh secara bersamaan. Dengan cepat, dia menggunakan tangannya untuk menahan kepala Fiona agar tidak terbentur lantai.Sejenak William menatap Fiona yang terpejam. “Fiona!” panggil William panik, mengguncang tubuhnya yang lemas. Dia mencoba membangunkan Fiona, tapi wanita itu tidak merespons. Wajah cantiknya begitu pucat.Rasa bersalah menyelimuti hati William. Dia memeluk Fiona erat, mencoba menenangkan dirinya yang mulai diliputi kepanikan. Dengan tangan gemetar, dia merogoh sakunya dan menelepon Max.Tidak butuh waktu lama, Max datang membantu William membawa Fiona keluar dari ruangan itu. Mereka segera membawanya ke mobil dan meluncur ke rumah sakit terdekat.Di perjalanan, William terus memegang tangan Fiona yang dingin. Tatapannya penuh rasa bersalah. Untuk pertama kalinya dalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 39 Terbakar Api Cemburu

    Fiona dengan wajah ceria mengikutinya tanpa diminta, duduk di sebelah Alvaro di ruangan rapat yang dipenuhi anggota OSIS. Ia bahkan bersandar pada bahu Alvaro beberapa kali, membuat suasana menjadi canggung.Juwita yang hatinya sudah hampir gosong karena terbakar api cemburu terus memperhatikan tingkah Fiona dengan mata menyipit. Kesal dengan sikap Fiona yang seakan sengaja membuatnya cemburu, Juwita akhirnya angkat bicara.“Bisakah orang yang tidak berkepentingan di sini keluar saja?” katanya dengan nada sinis.Fiona menatap Juwita dengan senyuman. “Aku hanya menemani Alvaro. Lagipula, aku tidak mengganggu, kan?”Juwita mendengus, jelas tidak terima dengan jawaban Fiona. “Kau mungkin tidak merasa mengganggu, tapi kami yang di sini merasa tidak nyaman.”“Oh, ya… Mungkin hanya kau saja yang terganggu,” ucap Fiona dengan nada seakan sedang mengejek. Alvaro, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Fiona, lebih baik kau pergi dan tunggu saja di kantin.”Mendengar itu, Fiona meras

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 40 Tak Menemukannya

    Setelah sampai di rumah, Fiona turun dari motor tanpa mengucapkan sepatah kata. Alvaro hanya meliriknya sekilas sebelum pergi, meninggalkan Fiona yang berdiri di depan pagar mewah yang telah di buka.Begitu masuk, ia mendapati rumah yang terasa sepi seperti biasa. Dia berjalan menuju kamarnya, setelah tiba dia menatap sekeliling kamar dan tak menemukan William di kamarnya. Dia meletakkan tasnya di sofa kamar dan menghela napas panjang. “Mungkin dia sedang sibuk,” gumam Fiona pelan saat pikirannya tiba-tiba teringat pada William yang tak pernah terlihat berada di rumah.Fiona melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Di bawah pancuran air hangat, ia merenungkan apa yang terjadi hari ini.Hubungannya dengan Alvaro hanyalah pura-pura, tapi mengapa ia merasa tidak nyaman dengan ucapan Alvaro di kafe? Bukankah seharusnya ia tidak peduli?Tanpa sadar Fiona sedang merasa takut, seolah-olah dia sedang berselingkuh dan melakukan kesalahan di belakang suaminya.Setelah selesai mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 41 Mencium Alvaro

    ‘Oh, jadi dia akhirnya peduli padaku,’ batin Fiona. Fiona menoleh ke arah Alvaro yang masih berdiri di sampingnya.“Aku harus pergi,” katanya sambil tersenyum tipis. “Jangan merindukanku, ya.”Alvaro hanya menatap Fiona tanpa berkata apa-apa. Fiona mengisyaratkan salah satu pria tadi untuk membawa mobilnya, sementara ia berjalan menuju kendaraan lain yang telah disiapkan.Saat Fiona melangkah pergi, Alvaro tetap berdiri di tempatnya. Matanya mengikuti setiap gerakan gadis itu, meskipun ia berusaha untuk tidak terlihat peduli.Dalam hatinya, Alvaro merasa ada sesuatu yang mengganggunya. Ia tidak rela Fiona pergi begitu saja, tetapi ia juga tidak ingin mengakuinya. Kepergian Fiona meninggalkan rasa aneh yang tidak bisa dijelaskan dalam diri Alvaro karena tingkah Fiona sedikit mirip dengan Fianka. Meski Alvaro juga sadar bahwa mereka dua orang yang berbeda dan tak bisa disamakan. Alvaro masih menatap ke arah mobil Fiona yang menjauh. Ia menghela napasnya, mungkin rasa itu masih ada d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 42 Rasa Rindu

    Sudah beberapa minggu berlalu, dan bayangan William terus menghantui pikiran Fiona. Dia merasa frustrasi karena tidak tahu keberadaan pria itu. Fiona telah mencoba menghubungi Max, bahkan datang langsung ke kantor William. Namun, setiap kali dia melangkah masuk ke ruangan kantornya, ruangan itu selalu tampak rapi, tidak ada siapa pun di sana. Hari ini, rasa penasaran Fiona sudah mencapai puncaknya. Dia ingin tahu di mana William berada. Dia memutuskan untuk menemui Max lagi, berharap kali ini akan mendapatkan jawaban.Ketika dia tiba di kantor William, Fiona langsung memasuki ruang kerjanya. Max tiba-tiba muncul di belakangnya, memandang Fiona dengan ekspresi bingung. "Nona Fiona, ada perlu apa Anda mencari saya?" tanyanya sopan.Fiona yang sedang duduk di sofa berwarna abu-abu segera berdiri. Tanpa basa-basi dia berkata, "Di mana William? Aku sudah lama tidak melihatnya. Bahkan dia juga tidak meminta maaf padaku. Apa dia sengaja menghindariku karena tidak ingin meminta maaf?" Suara

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14

Bab terbaru

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 62 Sosok Yang Familiar

    Fiona mengemudi menuju sebuah restoran paling mewah dan terkenal di kota, tempat ia berencana mentraktir teman-temannya untuk merayakan kemenangannya di acara sekolah. Restoran itu terkenal dengan suasana elegan dan hidangannya yang memanjakan lidah, tempat yang sempurna untuk merayakan momen istimewa. Namun, pikirannya terganggu oleh kejadian di tengah jalan.Saat mobilnya berhenti di lampu merah, Fiona secara tak sengaja melihat sosok yang familiar di sebelah mobilnya. Ia melihat Azalea yang sudah lama menghilang. Azalea bersama seorang wanita yang Fiona tidak kenal, tetapi wajahnya tampak familiar. Fiona mengingat wanita itu beberapa kali terlihat bersama William dalam berbagai acara penting.Fiona meremas setir mobilnya, dadanya terasa sesak. Pikiran-pikiran yang tak terhitung mulai memenuhi kepalanya. ‘Apakah William tahu Azalea sudah kembali? Jika William tahu, kenapa dia tidak mengatakan apa-apa padaku?’Ketika lampu berubah hijau, Fiona menarik napas dalam-dalam, berusaha m

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 61 Bibirnya Tetap Terkunci

    Namun, tepat saat itu, pintu aula terbuka, dan Fiona muncul dengan anggun.Dengan mengenakan dress putih yang memancarkan keanggunannya, Fiona berjalan perlahan menuju panggung, membawa gitar pink miliknya, ia ambil dari rumah ayahnya.Semua mata kini tertuju padanya, termasuk teman-teman sekelasnya yang langsung bersorak gembira.“Dia datang!” seru Azka merasa lega, disambut dengan tepuk tangan dari Adel dan Maya di ikuti yang lainnya.Fiona naik ke atas panggung, duduk di kursi yang telah disediakan. Ia menggantungkan gitar di bahunya dan mengambil napas dalam-dalam. Sebelum memulai, ia mengangkat pandangannya ke arah penonton. “Lagu ini … aku persembahkan untuk seseorang,” katanya dengan suara lembut, pada saat itu juga pandangannya terkunci pada sosok yang tidak disangkanya akan hadir di acaranya—William. Pria itu duduk di barisan paling depan dengan kursi rodanya, mengenakan jas hitam yang rapi. Mata mereka bertemu sesaat.Fiona terkejut, tetapi ia segera memalingkan wajahnya. I

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 60 Erangan Yang Lembut

    Erangan yang lembut terdengar mengalun dalam ruangan, membiarkan perasaan mereka berbicara lebih dari kata-kata. Meski belum ada kata cinta yang terucap langsung di antara mereka. Namun dalam hati mereka sudah memperlihatkan bahwa mereka saling mencintai. Ketika semuanya berakhir, William membaringkan tubuh Fiona di lengannya, membiarkannya bersandar dengan nyaman. Ia mengecup kening istrinya dengan lembut. “Tidurlah,” ucap William pelan, suaranya nyaris seperti bisikan.Fiona tidak menjawab. Ia hanya memejamkan matanya, tetapi senyum kecil terlihat di bibirnya. Dalam hati, ia merasa ada sesuatu yang berubah di antara mereka. Setelah beberapa saat hening, tiba-tiba Fiona membuka matanya perlahan, mendongak menatap William yang masih memeluknya dengan erat. “William, jadi mulai sekarang aku tidak boleh keluar dari rumah ini?” tanyanya dengan nada datar, tetapi rasa ingin tahu menjalar di pikirannya.William terdiam sejenak, menatap wajah Fiona dengan pandangan lembut yang jarang i

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 59 Memberikan Sensasi Hangat

    William melepaskan tautannya, menatap wajah Fiona yang semerah tomat. Ia tersenyum sambil mengusap bibir Fiona dengan lembut.Fiona tidak mengerti dengan dirinya sendiri, kenapa ia tidak menolaknya. Akhirnya ia memilih menyandarkan kepalanya di bahu William untuk menyembunyikan rasa malunya, sementara pria itu mempererat pelukannya.Angin yang berhembus lembut seolah menjadi saksi bisu dari kebersamaan mereka, menciptakan kenangan yang tidak akan mudah dilupakan.****Hari ini Fiona ingin pergi menemui teman-temannya. Ia sudah bersiap dengan pakaian kasual yang rapi.Fiona melangkah menuju pintu keluar rumah, tetapi langkah kakinya melambat keti

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 58 Ciuman Kembali Menyatukan

    Dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah cantik Fiona yang terlihat damai.Ketika Fiona mengerjapkan matanya, William tetap menatapnya, menunggu reaksi pertama yang akan dilihatnya.Fiona membuka matanya perlahan, dan pandangan mereka bertemu. Seketika, rasa terkejut melintas di wajah Fiona.“William … apa yang kau lakukan?” tanya Fiona dengan suara terkejut, mencoba menjauh.Matanya perlahan melihat dada bidang William yang tidak memakai baju. Fiona mengedipkan matanya beberapa kali, membuat William yang melihatnya merasa gemas.Saat ia menyadari dirinya juga tidak mengenakan apa pun di bawah selimut, Fiona langsung berteriak, “Ahh! Bajuku &h

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 57 Menindih Tubuhnya

    Sudah satu jam berlalu, tetapi Fiona tidak juga keluar dari kamar mandi. William merasa cemas. Akhirnya, ia memutuskan untuk memeriksa keadaannya.Saat membuka pintu kamar mandi, William tertegun. Wajah Fiona tampak pucat, dan air di dalam bak penuh dengan potongan es.Fiona sempat meminta pelayan untuk menambahkan es ke dalam bak mandinya.“Fiona!” seru William, langsung melangkah maju. Ia mengangkat tubuh Fiona dari dalam bak dengan cepat.Fiona membuka matanya sedikit, menatap William dengan lemah. “William … tubuhku masih panas. Meski sudah berendam di air es, aku tetap merasa tidak nyaman. Tapi di dekatmu … aku merasa sedikit lebih baik,” gumamnya sambil menggesekkan pi

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 56 Lebih Baik Mati daripada Kau Menyentuhku

    “Aku tidak butuh bantuanmu!” Fiona berusaha berjalan menjauh, tetapi tubuhnya hampir terjatuh. Tom dengan cepat menangkapnya, memegang kedua pundaknya dengan erat.“Lihat? Aku benar-benar hanya ingin membantumu berjalan dengan benar,” katanya dengan nada pura-pura ramah. Namun, senyum di wajahnya menunjukkan niat lain.Fiona merasa sedikit nyaman dengan pegangan Tom, tetapi pikirannya tetap waspada. Ia tahu ada sesuatu yang tidak beres dengan tubuhnya yang beraksi seperti itu.“Lepaskan aku,” desaknya sambil berusaha mendorong tubuh Tom.Namun, Tom tidak menyerah. Ia terus membujuk Fiona dengan suara lembut, mencoba membuatnya tetap di tempat.

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 55 Apa Yang Terjadi Dengan Tubuhku

    Fiona memasuki rumah mewah yang sudah cukup lama ditempatinya, ia baru saja pulang dari rumah Adel. Fiona mendudukkan dirinya di ruang tamu sambil memandangi televisi yang menyala. Tiba-tiba dia terkejut dengan kedatangan William, Fiona segera bangkit dan tersenyum padanya. William terlihat begitu datar, seakan tak menganggap Fiona ada di sana.“William, apa kau ingin aku membuatkan teh?” tanyanya dengan nada ceria.“Tidak perlu,” jawab William tanpa ekspresi.Fiona menghela napas, lalu mencoba berjalan ke arahnya. “Kau tahu, hari ini Adel bilang aku terlihat semakin cantik. Apa kau–” belum selesai Fiona berucap, William sudah memotongnya. “Jika kau sudah selesai bicara, aku ingin istirahat.” William berhenti sejenak, menatap Fiona dengan tatapan datar.Fiona terdiam. Kata-kata William terasa seperti tamparan baginya. Ia merasa tidak ada gunanya lagi mencoba berbicara dengan pria itu. Dengan langkah pelan, ia kembali ke kamarnya.Saat Fiona duduk di depan cermin, ia memandangi ba

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 54 Menahan Rasa Kecewa

    Fiona merasa ada sesuatu yang salah. Namun, ia tetap mendekati William dengan senyum manis. Ia duduk di atas pangkuan pria itu, melingkarkan kedua tangannya di pundaknya.“William,” ucapnya lembut. “Aku membutuhkan bantuanmu.”William menatap Fiona tajam. “Sudah kuduga. Setiap kali kau bersikap manis, pasti ada sesuatu yang kau inginkan.” Nada suaranya terdengar sinis, membuat Fiona terkejut.“Apa maksudmu?” tanya Fiona bingung.William menyingkirkan tangan Fiona dari pundaknya. “Aku sibuk. Kalau kau butuh bantuan, mintalah pada kekasihmu,” ucapnya dengan dingin.Kata-kata itu membuat Fiona terdiam, sekaligus bingung. Seketika bibirnya tersenyum lebar dan mengira William cemburu padanya. “William, apa kau mulai cemburu padaku?” tanyanya mencoba menggoda.William tidak menjawab. Ia mengangkat tubuh Fiona dari pangkuannya dan menurunkannya ke atas ranjang sedikit kasar. “Aku tidak punya waktu untuk membahas yang tidak penting,” ucapnya sebelum berjalan keluar dari kamar.Fiona hanya bi

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status