Share

Bab 3 I’m Sorry Baby

"Hah! Tidak, aku tidak mau memandikanmu. Kamu bukan bayi, untuk apa aku memandikanmu? Kamu juga bukan mayat!" seru Fiona sambil langsung membekap mulutnya, memandang ke arah William yang memperlihatkan wajah tidak senang.

"Ups!"

'Astaga, Fiona, kenapa kamu menyebutnya mayat? Lihatlah tatapannya seperti ingin menerkammu,' pikir Fiona dalam hatinya.

"Kamu bicara apa tadi? Kemari!" ujar William sambil menggerakkan tangannya, menyuruh Fiona mendekat.

"Euh… tidak ada, aku tidak bicara apapun! Jika kamu ingin mandi, aku akan memanggil salah satu pembantumu," Fiona hendak berjalan untuk memanggil pembantunya, tetapi William menghentikan langkah kakinya.

"Cepat kemari!" Suara William mulai terdengar marah.

"I'm sorry, baby! Perutku tidak dapat dikondisikan untuk saat ini, aku lapar dan harus segera pergi untuk makan," ucap Fiona berbohong, demi menghindari William, karena bagaimana mungkin dia memandikan pria itu.

Fiona dibuat gelisah, dia sama sekali tidak menginginkan semua itu terjadi, akan sangat menggelikan jika dia melakukannya.

Fiona memilih untuk pergi dari kamar William, namun suara yang begitu keras membuatnya terperanjat kaget.

"Fiona!" Panggil William dengan begitu keras, saat melihat Fiona hendak pergi keluar.

Fiona tidak menyangka, William akan secepat itu mengetahui namanya.

Fiona yang sudah membelakangi William, meremas tangannya dengan begitu erat sambil menghela nafasnya, lalu membalikkan badan dengan senyum yang terpaksa di bibirnya sampai terlihat gigi putihnya itu.

"Ya, ada apa? Rupanya kamu sudah tahu namaku," ucap Fiona mencoba berjalan satu langkah maju ke depan William.

“Cepat kemari, atau dalam hitungan menit perusahaan ayahmu akan mengalami kerugian!” ancam William. Fiona merengutkan wajah cemberut dengan ancaman William.

“Oh, baby, kenapa kamu sangat kejam sekali dengan ayah mertua sendiri! Kamu tidak perlu melakukannya, aku akan segera menghampirimu.” Fiona kembali menambah beberapa langkah untuk mendekati William, sampai jarak Fiona hanya tersisa beberapa langkah lagi dengan William yang ada di hadapannya.

William berdecak kesal, dengan gerakan cepat pria itu telah berhasil menarik Fiona ke dalam pangkuannya, walaupun dia menggunakan kursi roda. Tangan William yang panjang, cukup mudah menarik Fiona yang hanya terhalang beberapa langkah darinya.

“Hei… Apa yang kamu lakukan?” Fiona mencoba berontak, apalagi posisi mereka begitu dekat.

“Melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh para pengantin baru,” bisik William membuat tubuh Fiona menegang seketika.

“Tidak-tidak! Aku-, aku belum siap melakukannya sekarang! Bagaimana jika lain kali saja,” Fiona mendadak gelagapan karena perkataan William.

“Bukannya sejak tadi kamu menggodaku? Aku pikir kamu memang telah menginginkannya, jadi aku akan melakukannya padamu sebelum aku mandi. Sedikit olahraga sebelum mandi akan lebih baik untuk menambah kesehatan kakiku,” perkataan William membuat mata Fiona membulat.

Fiona berpikir sangat keras untuk mencoba menolak permintaan William secara halus. Dia tetap bersikap tenang, tanpa memperlihatkan bahwa dirinya sedang ketakutan.

‘Pria itu lumpuh, Fiona, jadi tenanglah, dia tidak akan mungkin melakukannya padamu,’ Fiona berbicara pada dirinya sendiri.

“Aku menggodamu bukan berarti aku menginginkannya. Lagi pula, saat ini aku sedang datang bulan, memangnya aku tidak boleh menggoda suamiku sendiri? Kalau memang tidak boleh, aku akan mencari pria lain. Lagi pula, pernikahan ini bukan keinginanku, aku masih kecil dan tidak seharusnya berbicara seperti itu padaku. Sekarang lepaskan tanganmu.” kata-kata yang diucapkan Fiona sungguh berani. Dia tidak peduli dengan perubahan mimik wajah William.

Fiona segera berdiri dari atas pangkuannya.

William terdiam mendengar perkataan Fiona dan melepaskan tubuhnya begitu saja.

Fiona menoleh ke belakang sebelum beranjak pergi, “Kamu harus ingat baik-baik! Pernikahan ini bukan keinginanku, aku harap kamu mengerti, dan mulai besok aku ingin pergi ke sekolah. Kamu harus mengurus semua keperluanku, dan satu hal lagi, kamu tidak boleh banyak melarangku untuk apapun. Aku tidak suka banyak dilarang oleh siapapun, termasuk kamu, suamiku. Jika kamu tidak suka, maka ceraikan aku saja! Lagipula aku bukan wanita yang kamu inginkan,” ucap Fiona segera pergi.

****

Fiona baru saja turun dari lantai atas dengan pakaian lengkap, memakai seragam SMA.

William benar-benar menuruti apa yang Fiona katakan kemarin. Dia telah mengurus perpindahan sekolah Fiona ke sekolah barunya.

Fiona melihat sekeliling ruang makan, tak ada sosok William di sana.

“Pagi, Nyonya,” sapa beberapa pembantu dengan kepala menunduk. Fiona hanya diam tanpa menjawab sapaan pembantu tersebut, dan melewatinya begitu saja. Hingga mereka berbisik diam-diam di belakang Fiona.

“Kalian, hobby sekali membicarakan orang lain!” Perkataan Fiona membuat para pembantu itu segera meminta maaf padanya.

****

Di sekolah, saat Fiona baru keluar dari mobilnya, beberapa pasang mata terus tertuju pada Fiona yang membawa mobil keluaran terbaru.

Sebelumnya, William telah menyiapkan mobil beserta sopir pribadi untuk Fiona, namun Fiona memilih membawa mobil itu sendirian.

Gadis itu berjalan dengan percaya diri di koridor sekolah. Ada banyak pasang mata yang menatap kecantikannya. Fiona memakai pakaian cukup pas di badannya. Belum lagi rok sekolah yang terlihat sangat pendek dipakai, padahal sebelumnya William telah memerintahkan asistennya untuk membelikan baju yang sedikit kebesaran untuk istrinya itu. Namun, Fiona menyuruh pembantu untuk membelikan yang baru.

Brugh!

Seseorang yang sedang berlari dikejar salah satu temannya tidak sengaja menyenggol pundak Fiona, hingga gadis itu terduduk di lantai.

“Maaf! Tidak sengaja,” ucapnya.

Fiona menatap uluran tangan dari suara yang telah meminta maaf padanya. Namun, Fiona memilih berdiri sendiri dan pergi begitu saja melewatinya.

Setelah insiden tidak sengaja di koridor, Fiona merapikan pakaiannya dan melangkah dengan percaya diri menuju kelas barunya. Saat dia memasuki ruang kelas, semua mata tertuju padanya.

Dengan percaya diri dan penuh keberanian, Fiona berdiri di depan kelas.

“Silakan perkenalkan dirimu pada teman-teman baru,” kata Pak Guru, meminta Fiona untuk memperkenalkan dirinya sebagai murid baru di depan kelas.

“Namaku Fiona Isabella Fawzi, panggil saja Fiona,” ucapnya dengan suara yang terdengar angkuh.

Beberapa siswa merespon sambutannya dengan anggukan, sementara yang lain terlihat penasaran dan berbisik-bisik dengan sinis memperhatikan penampilan Fiona yang memakai perlengkapan sekolah yang bermerek mahal, dari mulai jam tangan, tas, hingga sepatu yang dipakainya bukanlah barang biasa, melainkan barang limited edition.

Fiona, silakan duduk di sebelah Adelia!” Pak Guru menunjuk ke bangku kosong di samping seorang gadis yang terlihat senang dengan kehadiran Fiona.

Saat Fiona duduk di bangku kosong tersebut, beberapa teman barunya mulai mendekat dan memperkenalkan diri satu per satu.

“Namaku Adelia Kristiana Putri, panggil saja Adel,” kata Adelia.

“Sudah tahu!” jawab Fiona, lalu membalas uluran tangan dari salah satu orang yang duduk di bangku depan.

“Aku Maya Sadega, panggil aku May atau Maya juga boleh!” ucap Maya sambil kembali berbicara, “Dan ini Azka, panggil saja Zaskia, haha…”

Azka menoyor kepala Maya yang sedang menertawakannya.

“Aw… Sakit, tahu!” kata Maya sambil mencoba membalas perbuatan Azka.

Fiona hanya menggeleng kecil melihat tingkah laku teman-teman barunya, tiba-tiba ponselnya bergetar sedikit mengejutkannya.

Fiona menautkan dahinya saat melihat pesan dari nomor yang tidak dikenal.

“Jam istirahat, seseorang akan menjemputmu,” pesan tersebut membuat Fiona terkejut. Namun, sebelum ia bisa merespons pesan tersebut, Adel, teman sebangkunya, menyenggol tangannya.

“Jangan main ponsel di jam pelajaran, nanti ponselmu akan diambil guru,” bisik Adel, memberitahu Fiona tentang peraturan sekolah.

****

Saat jam istirahat tiba, beberapa pria berpakaian serba hitam dan mengenakan kacamata hitam yang menutupi mata mereka tiba di sekolah, menimbulkan rasa penasaran di seluruh sekolah terhadap keenam orang yang berjalan di koridor menuju kelas baru Fiona.

Beberapa siswa dari kelas lain diam-diam mengikuti mereka dari belakang sambil berbisik-bisik.

Di dalam kelas, Fiona yang sedang mendengarkan cerita dari Maya bersama Adel, terkejut melihat kedatangan keenam pria yang berbaris rapi di sebelah bangku Fiona.

Maya dan Adel terlihat ketakutan melihat para pria tersebut, terutama karena tubuh mereka terlihat besar dan gagah.

“Selamat siang, Nyonya muda,” ucap salah satu dari keenam pria tersebut pada Fiona.

"What?!" serentak gadis-gadis itu berseru sambil saling melempar tatapan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status