Share

Bab 2 Mencoba Menggodanya

Fiona yang sedang berada di lantai dua, tiba-tiba dikejutkan oleh suara seseorang yang ada di belakangnya.

"Apa kau sedang menyebar pesona?" kata William, membuat Fiona terkejut.

"Hah! Kau membuatku terkejut! Bagaimana jika aku terjatuh dari atas balkon ini?!" teriak Fiona dengan suara nyaring.

Gadis itu benar-benar terkejut setengah mati karena dia sedang berusaha untuk meraih salah satu buah anggur yang menjalar di atas balkon. Tubuhnya tidak bisa menggapainya, sehingga Fiona mencoba naik ke atas kursi demi meraih buah anggur kesukaannya. Meskipun Fiona sudah memakan beberapa buah anggur itu langsung dari pohonnya, dia ingin meraih buah yang lebih tinggi dan lebih besar.

William sama sekali tidak peduli dengan kata-kata Fiona. "Turun!" perintahnya, menyuruh Fiona untuk turun dari atas kursi.

William, yang sebelumnya memperhatikan Fiona dari balik CCTV, sangat dikejutkan dengan tingkah istrinya yang seperti anak kecil. Meskipun William tahu bahwa istrinya masih sangat muda, ia khawatir gadis itu akan terjatuh. Sebelumnya, Fiona mencoba mengendap-endap seperti pencuri untuk mencuri buah anggur dan memakannya langsung dari pohon tanpa memperdulikan risiko jatuh dari balkon.

Belum lagi pakaian seksi Fiona yang bisa saja terlihat dari lantai bawah oleh penjaga yang ada di sekeliling rumah Stefanus Thene. Hal itu membuat William datang untuk menyuruhnya turun.

William bisa saja menyuruh pembantunya untuk menegur Fiona, tetapi pria itu lebih tertarik untuk menyuruhnya turun dengan caranya sendiri.

Fiona dengan wajah cemberut, menatap ke arah buah anggur yang hampir saja bisa dimakan olehnya jika tidak dikejutkan William. Dengan terpaksa, Fiona hendak turun dari atas balkon. Matanya membulat saat melihat ketinggian dari atas, membuat kakinya gemetar dan kehilangan keseimbangan.

"Ah…" Fiona teriak dengan mata terpejam dan bersiap untuk merasakan tubuhnya yang akan terjatuh.

Pluk!

Fiona terjatuh ke dalam pangkuan William yang duduk di kursi roda.

Gadis itu masih saja terpejam dengan detak jantung yang berdebar kencang, merasakan seperti ada sesuatu yang aneh saat terjatuh dari ketinggian. Fiona mengira jika dirinya terjatuh, tetapi tidak merasakan sakit sedikitpun.

"Berapa lama lagi kamu akan terus berada di atas pangkuanku?" bisik William di telinga Fiona.

Tubuh Fiona menegang, dan dia membuka matanya melihat tubuhnya sendiri yang ternyata tidak terjatuh ke bawah melainkan ke atas pangkuan William. Dengan refleks, Fiona hendak berdiri, tetapi karena kakinya belum benar-benar tertatah dengan benar, Fiona malah kembali terduduk di atas pangkuan William.

Mata William menyipit saat tubuhnya harus tertimpa dengan begitu keras oleh tubuh Fiona.

"Ah! Maaf-maaf, aku tidak sengaja," kata Fiona lalu kembali berdiri dari atas tubuh William.

Wajah William tampak tidak bersahabat, menatap Fiona dengan tajam. "Masuk!" William menyuruh Fiona untuk masuk.

"Untuk apa aku masuk? Apa kau sudah tidak sabar untuk melakukan malam pertama kita?" Fiona berucap dengan nada suara yang berubah. Suaranya seperti dibuat-buat agar terdengar lembut layaknya wanita murahan yang sedang berusaha menggoda mangsanya.

"Berbicaralah dengan benar!" William menyuruh Fiona berbicara dengan nada yang sebenarnya. Saat Fiona meminta maaf, suaranya begitu lembut dan mampu menggetarkan hati William. Selain wajahnya yang cantik, suaranya pun begitu enak untuk didengar, tidak seperti yang digunakan saat ini.

"Kau menyukai suaraku?" Fiona berucap dengan suara aslinya sambil berjalan mendekati William. Saat langkah kakinya hanya tinggal dua langkah lagi, Fiona memutar tubuhnya sambil tersenyum.

William berdecak melihat tingkah Fiona yang terus berusaha menggoda dirinya. Fiona terus berputar sampai kepalanya terasa pusing. Fiona berniat menggoda William dengan gerakan yang biasanya dilakukannya saat berolahraga, seperti gerakan pole dance. Namun, karena tidak ada tiang yang biasa digunakannya, dia hanya berputar seperti orang yang sedang menari.

Akibat beberapa kali berputar dengan gaya menggairahkan, Fiona kehilangan keseimbangan tubuhnya, menyebabkan tubuhnya terhuyung ke depan.

"Ah!"

Brughh…

Fiona terjatuh dan berlutut tepat di kaki William yang berada di depannya, membuat setengah tubuh Fiona berada di kursi roda yang diduduki William. Wajah Fiona hampir saja menyentuh bagian lain jika pria itu tidak menahan pundak Fiona.

Fiona mendongak sambil tersenyum memperlihatkan gigi putihnya. "Hehe! Maaf-maaf, aku tidak sengaja, lantainya sangat licin!" Fiona berucap sambil hendak berdiri. Saat tangannya berusaha menahan kursi, kursi roda yang diduduki William sedikit bergeser. Fiona lagi-lagi menjatuhkan tubuhnya.

William berdecak kesal dan langsung mengangkat tubuh Fiona ke atas kursi rodanya. William begitu mudahnya mengangkat Fiona, walaupun duduk di kursi roda. Tangan William begitu kuat mengangkat Fiona, membuat gadis itu cukup terkejut dengan tindakan William yang membawanya masuk ke dalam kamarnya.

"Ah!" Fiona terkejut saat tubuhnya tiba-tiba dilempar ke atas ranjang.

"Kau, jangan kurang ajar, ya!" ucap Fiona sambil menunjuk William, dengan satu tangan lagi menutupi tubuhnya.

William mengabaikan perkataan Fiona, padahal dia sendiri yang sejak tadi terus bersikap menggoda. "Ganti bajumu."

"Hah! Untuk apa aku mengganti bajuku? Apa kau ingin aku…” Fiona menatap William dengan gaya duduk dalam pose tunduk, sengaja dibuat-buat untuk mencoba menggoda William. Fiona tersenyum dengan begitu imut. Mungkin jika William tidak lumpuh dan tidak duduk di kursi roda, tingkah Fiona yang seperti ini akan membuatnya diterkam langsung oleh William, yang kini sedang meremas kedua tangannya, mulai kesal dengan tingkah Fiona yang terus berusaha menggodanya.

'Ck, gadis ini benar-benar minta diberi hukuman!’ William berucap dalam hati.

"Kau tidak perlu repot-repot menggodaku, karena aku sama sekali tidak tertarik!" William berkata dengan datar, lalu kembali berbicara. "Ganti bajumu, walaupun aku tidak tertarik padamu, jangan merendahkan dirimu sendiri!" William berucap dengan begitu dingin lalu segera pergi dari hadapan Fiona.

"Sial! Mana mungkin dia tidak tertarik padaku? Tapi ini cukup bagus untukku.” Fiona berbicara sendirian. Fiona segera berdiri untuk mengganti pakaiannya, dan masuk ke dalam kamar mandi untuk berendam di air hangat.

Setengah jam kemudian, Fiona baru saja selesai keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang telah lengkap. Fiona mengenakan jeans pendek dan t-shirt.

William, yang sedang mengerjakan beberapa pekerjaannya di atas meja kerjanya, tak sengaja melihat Fiona yang melintasinya begitu saja. William langsung menutup dokumennya.

"Siapkan air hangat untukku," kata William sambil melihat ke arah Fiona yang kini menoleh ke arahnya.

"Hah! Apa?" Fiona berpura-pura tidak mendengar dengan jelas perkataan William.

"Kau harus memandikan suamimu ini!" ucap William dengan datar.

Dengan kedua matanya yang terbelalak, Fiona tampak tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Pria itu baru saja memintanya untuk memandikannya, membuat Fiona cukup terkejut.

"Apa kau sudah tidak waras? Aku tidak mau melakukannya," jawab Fiona dengan nada tegas, menolak permintaan William tanpa ragu.

“Kamu harus memandikanku! Kau istriku sekarang,” balas William.

Fiona memutar kedua bola matanya. "Ya, aku tahu, sekarang aku telah menjadi istrimu! Tetapi menikah denganmu tidak berarti aku harus menuruti pada keinginan anehmu itu," katanya dengan sinis.

"Ini bukan tentang keinginan aneh, ini tentang tanggung jawabmu sebagai istriku! Sekarang siapkan air hangat,” desaknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status