Reyhan terperanjat mendengar teriakan Keyra. Mulutnya terkatup beberapa saat hingga akhirnya ia buka suara, "Keluar dari ruangan saya, nanti kita bicarakan lagi!" kandasnya memberi perintah.
Keyra dengan emosi menggebu-gebu segera keluar dari ruangan CEO. Menyisakan Reyhan yang menatapnya tajam di kursi kerja. Reyhan tak habis pikir. Menurutnya selama ini, Keyra adalah sosok yang sepemikiran dengannya. Mereka adalah rekan yang berada salam satu kapal. Visi dan misi serta problem solving mereka akan suatu hal relatif sama. Reyhan tak habis pikir dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Sejak Keyra menjadi bawahannya 4 tahun yang lalu mereka tidak pernah terlibat cekcok apapun. Ini pertama kalinya mereka adu mulut.***Empat tahun silam.Keyra yang baru berumur 23 tahun langsung mencari kerja saat ijazah S2 sudah mendarat di tangannya. Dengan kemampuan komunikasi yang cakap disertai dengan lisensi kuat yang ia punya, membuat gadis sebatang kara itu dengan mudahnya menjadi karyawan di G.RIO Cooperation sebagai staff pemasaran. Satu tahun bekerja dilalui Keyra dengan tenang, layaknya pekerja kantoran lainnya. Berangkat kerja jam 7 pagi dan pulang jam 6 malam setiap hari dari Senin sampai Jumat, lantas di akhir pekan ia bebas melakukan apapun sesukanya. Kehidupan normal ini kandas seketika saat Keyra memasuki usia 24 tahun.Pagi ini, seluruh karyawan G.RIO Cooperation dihebohkan dengan Seminar Internasional yang diadakan di salah satu Pulau Kecil di Indonesia, namanya pulau Lombok. Keyra dengan langkah santainya melewati area lobi perusahaan. Ia tak bergeming sama sekali dengan perilaku beberapa karyawan yang mondar mandir pagi itu. Kakinya melangkah santai menuju lift perusahaan.Keyra tahu betul, setiap tahun selalu ada beberapa event besar skala internasional yang diadakan oleh G.RIO Cooperation. Kondisi perusahaan semakin memanas ketika mengetahui bahwa hari itu merupakan hari dimana pengganti CEO utama yang meninggal satu bulan yang lalu akan mulai menjabat pekan ini. Maka tak heran segala hal dibuat menjadi begitu sempurna. Tapi, di tengah kegaduhan itu Keyra tak bergeming sedikitpun. It's not my business, ucap Keyra dalam hati."Pagi pak," sapa Keyra sembari sedikit menunduk ke arah Pak Gibran saat pintu lift terbuka.Pak Gibran hanya mengangguk pelan sebagai bentuk balasan sapaan dari Keyra. Pria paruh baya itu meruapakan pimpinan lantai 4 yang merupakan pimpinan Keyra langsung, sekaligus ketua pelaksana event skala Internasional yang saat ini sedang menjadi pusat perhatian perusahaan. Pak Gibran terlihat gusar. Tangannya terus mengecek ponsel di tangannya. Hingga akhirnya ia mengerling ke arah Keyra."Key, kamu kuliah S2 di luar negeri bukan? Australia?" tanya Pak Gibran."Iya, benar." jawab Keyra singkat."Yesss! Kalau begitu kamu saja!""Huh?"Ting! Pintu lift terbuka. Pak Gibran menarik tangan Keyra keluar. Keyra dibawa ke bagian personalia untuk mengurus surat perizinan kerja di luar kantor."Segera siapkan barang-barangmu, hari ini dan besok kamu akan bekerja di luar. Kita akan berangkat ke Pulau Lombok siang ini! "Keyra masih diam mematung. Otaknya berpikir keras mencerna apa yang sebenarnya terjadi."Kamu akan menjadi pengganti salah satu translator di acara ENF," ucap Pak Gibran menyambung kalimat sebelumnya.ENF atau Executive Nexus Forum yang diselenggarakan oleh G.RIO Cooperation meruapakan salah satu agenda akbar skala internasional yang mempertemukan para pemimpin perusahaan, khususnya yang bergelut di bidang bisnis. Untuk ENF tahun ini diselenggarakan di sebuah pulau kecil yang bernama Lombok, pulau dengan wisata eksotis yang memanjakan mata. Kabarnya CEO baru juga akan membuka sambutan pertama di acara tersebut."Tunggu pak, saya tidak bisa! Saya tidak memiliki kompetensi itu," Keyra menarik lengan kemeja Pak Gibran."Tidak ada penolakan. Lakukan atau kamu saya pecat!" seru Pak Gibran memberi perintah.***Mata Keyra menilik ke segala penjuru arah. Gadis itu berdecak kagum. Ia pikir acaranya akan berjalan formal. Tak ia sangka bahwa acara ENF dilakukan secara outdoor di salah satu hotel bintang lima yang halamannya berhadapan langsung dengan pantai. Acaranya begitu megah namun terlihat casual. Lokasi utama terlihat seperti tribun bioskop. Di samping kiri terdapat lokasi informal yang dilengkapi berbagai makanan dan view langsung ke pantai yang memanjakan mata dengan butiran pasir pantai yang berwarna putih, sungguh begitu indah. Di samping kanan tribun terdapat beberapa tenda, mulai dari tenda panitia atau karyawan G. RIO Cooperation, tamu undangan, dan beberapa tenda khusus para pemimpin perusahaan."Keyra, kamu layani CEO Dex Company dari Singapura!" titah koordinator acara pada keyra yang kini sudah berbaur rapi di antara para translator yang lain.Keyra membuka daftar tamu undangan, "Dirga Wei Hang, " ucapnya pelan saat membaca nama CEO Dex Company.Keyra berdiri dengan tegak di gerbang utama. Satu persatu para pimpinan perusahaan datang ke lokasi ENF. Semua translator dengan cekatan memandu mereka ke tenda, memberi wirstband, menjelaskan aturan acara, lantas melayani setiap kebutuhan para CEO tersebut.Mata Keyra melibas semua tanda pengenal para CEO yang berdatangan. tanda pengenal tersebut diberikan setelah registrasi di halaman depan, sekaligus pengecekan keamanan."Mr. Dirga, Mr. Dirga, kenapa dari tadi tidak ada ya? Apa beliau memang belum datang? " gumam Keyra gelisah. Ditatapnya rekan-rekan translator lain yang sudah bersama klien mereka."Ah, Mr. Dirga!" seru Keyra saat matanya menangkap nama Dirga."Kamu yang bertugas mendampingiku?" suara berat pria dengan name tag Dirga itu tertuju pada Keyra. Keyra mengangguk cepat. Keyra yakin itu orangnya. Wajah pria itu sangat khas dan tegas. Wajahnya seperti blasteran asia dan Eropa."Wah, tampannya." kata Keyra tanpa sadar."Kamu mengatakan sesuatu? " tanya Dirga dalam bahasa Inggris. Sejak bertemu beberapa detik yang lalu mereka memang menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi.Keyra dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Mari saya antarkan ke stand pak," ucap Keyra sopan.Keyra berjalan di belakang Mr. Dirga. Gadis itu dengan cekatan menjelaskan situasi di lokasi. Dari Tata tertib hingga bagian yang boleh tersentuh dan bagian yang tidak boleh. Tak lupa dia menambahkan beberapa kisah unik dari lokasi ENF saat ini, bagaimana lokasi itu bisa terpilih sebagai pusat ENF tahun ini, dan bagaimana G.RIO Cooperation begitu menghargai semua pimpinan perusahaan yang hadir. Jadi penjelasan Keyra tidak monoton pada satu titik tapi terdengar fresh di telinga Mr. Dirga.Satu jam berlalu dari pertemua mereka. Keyra membuntuti Mr. Dirga yang memasuki rest area, dia memastikan Mr. Dirga merasa aman dan nyaman bersua dengan para pimpinan yang lain.Sepertinya orang ini sangat populer, batin Keyra.Sedari tadi, setiap mereka berjalan selalu saja ada CEO yang ingin berbicara dengannya. Kalau ini sebuah sinetron atau drama maka dapat Keyra pastikan bahwa orang tersebut pastilah tokoh utamanya.Sesaat kemudian sebuah suara tak asing masuk ke HT yang dikemas dalam bentuk jam tangan yang melingkar indah di pergelangan tangan Keyra. Gadis itu menekan earphone di telinganya untuk mendengar lebih jelas suara tersebut."Keyra kamu dimana! Mr. Dirga Wei Hang baru saja sampai dan tidak punya pemandu di gerbang depan!" suara Pak Gibran terdengar marah di sebrang sana."Maaf Pak, saya sudah bersama Mr. Dirga sekarang." balas Keyra."Dirga pala mu! Ini Mr. Hang sudah di depan mata saya, siapa yang mau kamu bohongi?" tanya Pak Gibran dengan nada yang semakin menggebu-gebu."Iya, Mr. Dirga," jawab Keyra sekali lagi. Hingga akhirnya iya menyadari satu kebenaran, gadis itu lupa kalau acara ENF adalah event skala internasional. Maka name tag yang akan digunakan adalah nama belakang dari orang yang bersangkutan. Kenapa dia bisa melupakan hal dasar seperti ini? Dasar bodoh!"Berarti seharusnya Mr. Hang? Bukan Mr. Dirga," gumam Keyra pelan.Keyra melirik pelan ke arah Mr. Dirga. Lantas siapa orang itu? Jika memang tertukar bukankah seharusnya dari tadi sudah ada yang konfirmasi. Mengapa setelah satu jam berlalu tak ada satupun orang yang berkomentar. Apakah dia bukan tamu undangan? Tidak mungkin juga, sebab banyak sekali para CEO yang berbondong-bondong ingin berbincang dengannya.Siapa kamu sebenarnya? tanya Keyra membatin."Maaf Pak, ini kelalaian saya. Saya akan segera ke gerbang utama. Izinkan saya menjelaskan dulu situasi ini ke Mr. Dirga," Keyra memang tidak tahu siapa orang yang sudah ia pandu selama satu jam lamanya. Siapapun dia. Ia yakin dia juga merupakan salah satu CEO, orang penting yang tidak boleh Keyra perlakukan seenaknya. Jadi meninggalkan Mr. Dirga dan pergi ke gerbang utama juga harus melakukan izin. "Sebentar, Mr. Siapa katamu? Mr. Dirga?""Iya,""Bagaimana Ciri-cirinya?""Tampan. Eh, saya rasa dia masih muda, umurnya mungkin sekitar 30 tahun? Tingginya sekitar 185 cm. Fitur wajahnya tegas. Terkesan seperti blasteran asia dan eropa. Dia ju-""Apakah dia memakai setelan jas abu-abu?" tanya Pak Gibran. "Iya benar,""OMG!" teriak Pak Gibran dari sebrang. Keyra tersentak dan dengan spontan langsung melepas earphone-nya. Suara menggelegar Pak Gibran hampir memecah gedang telinganya. Setelah tenang, Keyra memasang kembali earphone yang sempat ia lepas paksa beberapa detik yang lalu. "Ke
"Akhirnya, hidup kembali seperti biasanya," ucap Keyra lega. Setelah melewati kisah rumit di Pulau Lombok ia langsung diterbangkan pulang ke Jakarta. Sayang sekali, padahal itu kali pertama ia menginjakkan kakinya ke Pulau Surgawi itu, tetapi ke sana hanya untuk pekerjaan bisnis tanpa bisa berwisata. Tapi beruntungnya, setelah ditekan mati-matian, Pak Gibran menghadiahkan amplop kepada Keyra atas pertolongannya yang berjasa. setidaknya Pak Gibran tahu balas budi, batin Keyra senang. "Hmmm, Aku tak akan bertemu dengannya lagi kan?" tanya Keyra pada diri sendiri. Beberapa kali terlintas dipikirannya kalau seandainya mereka bertemu lagi apa yang harus dia katakan. Hidup Keyra akan langsung tamat jika bertemu dengan Reyhan lagi. Kabarnya Reyhan sangat suka memecat karyawan. Satu kesalahan kecil saja bisa menjadi alasan pemecatan. Termasuk dua translator yang bermasalah saat ENF kemarin dipecat Reyhan hari itu juga. Inilah yang membuat Keyra enggan bertemu lagi. Jika perlu, tidak usah
Kembali ke kehidupan sekarang. Setelah berdebat dengan Keyra masalah undangan pernikahan tadi pagi. Izin atas permintaan Keyra untuk menghadiri undangan pernikahan itu tidak juga diberikan Reyhan. "Pak Reyhan tidak mengizinkanmu pergi ya?" terka Nadine saat melihat raut wajah kesal Keyra yang melekat di atas meja. Keyra mengangkat kepalanya dari atas meja. "Apakah aku terlalu penurut selama empat tahun ini?" Keyra bertanya-tanya kenapa Reyhan tidak mau menerima izinnya. Gadis itu mulai menilik empat tahun Kehidupannya. Ia menyadari bahwa selama ini ia jarang atau bahkan tidak pernah meminta sesuatu kepada Reyhan. "Kurasa kamu perlu sedikit memberontak," saran Nadine. "Benar, Pak Reyhan menjadi seenaknya gara-gara kamu terlalu penurut," celetuk Surya. "Tapi bukankah Pak Reyhan memang suka seenaknya. Aku rasa walaupun Keyra memberontak dia akan tetap begitu, berlaku seenaknya." ucap Naumi."Tapi tidak ada salahnya mencoba untuk memberontak," sahut Rivaldi. Nadine, Naumi, Surya,
Suasana hati Keyra dalam kondisi buruk sejak bertemu Asila beberapa menit yang lalu. Sepanjang perjalanan kembali ke perusahaan dia tidak berbicara barang sepatah katapun pada Reyhan atau Yudha. Suasana di dalam mobil cukup hening. Yudha yang menyetir mobil di depan beberapa kali mengintip ke kursi belakang. Keyra dan Reyhan sama-sama diam, meski sebenarnya terpancar jelas dari raut wajah Reyhan yang penasaran dengan sikap diam Keyra. Dia begitu kaku, batin Yudha. Yudha menggelengkan kepalanya. Dia tahu betul gelagat Reyhan yang saat ini dalam kondisi penasaran kenapa Keyra diam-diam saja. Dua jam perjalanan ke perusahaan tidak ada pembahasan apapun. Mau bilang apa lagi. Sepanjang hidupnya Reyhan tidak pernah penasaran dengan emosi orang lain. Jadi pria itu tidak tahu cara bertanya. Bahkan mungkin ia sendiri tidak menyadari bahwa sebenarnya ia sedang dalam kondisi penasaran. "Minumlah vitamin sebelum berangkat ke bandara, suara Bapak terdengar serak dari tadi pagi," ujar Keyra. Akh
"Ayo lakukan Key!" ucap Keyra pada diri sendiri. Keyra melangkah keluar saat pintu lift terbuka lebar. Sudah empat tahun lebih sejak Keyra terakhir kali menghadiri undangan pernikahan temannya. Bisa dibilang Keyra sangat awam untuk masalah undangan pesta. Sebenarnya ada satu alasan kuat mengapa Keyra memutuskan tetap datang ke pernikahan mantan dan sahabatnya itu. Meski tujuan utamanya adalah ingin balas dendam. Akan tetapi jauh di lubuk hati Keyra terdalam ia masih berharap semua bisa membaik. Walaupun marah setengah mati kepada mereka, ada bagian kecil hatinya yang berharap bisa hidup bahagia dengan mereka lagi. Sejak kecil Keyra terbiasa sendirian, sehingga keberadaan Bisma dan Asila semasa mudanya menjadi cukup berarti. Sangat disayangkan jika hubungan mereka berakhir semengenaskan itu. Maka pesta hari ini akan menentukan bagaimana sikap Keyra selanjutnya. Ia ingin melihat apakah canvas yang sudah retak itu bisa disambung kembali. Atau itu hanya akan menjadi khayalan Keyra saja
"Aku sangat menyukainya,"Asila yang awalnya tersenyum puas langsung menurunkan dua sudut bibirnya, heran kenapa Keyra merespon seperti itu. Bukankah seharusnya gadis itu tertekan dan ketakutan. "Tentu saja aku datang di hari bahagiamu. Aku bahkan membawakan hadiah kesukaanmu loh," ucap Keyra lantang. Tangannya menyodorkan sebuah goodybag pada Asila. Mereka mulai berkerumun di dekat Keyra dan Asila. Tak terkecuali Bisma yang tadinya membaur dengan para tetua di sebelah kanan aula pernikahan kini sudah beralih ke bagian kiri ruangan. Tangan Asila meraih pelan hadiah pernikahan dari Keyra. "Kamu tidak perlu bersusah payah memberikanku hadiah, pasti sulit ya, Aku tidak akan berkomentar jika hadiahmu hanya barang biasa. Itu bukan masalah besar. Aku bahkan tidak akan marah kalau kamu tidak membawa apapun, jangan memaksakan diri hanya untuk terlihat loyal disini," ucap Asila sembari membuka hadiah yang Keyra berikan. "Wah, kotak hadiahnya terlihat mahal, kamu benar-benar berusaha keras
Tujuh jam sebelum Reyhan kembali Ke Indonesia. Reyhan yang baru saja selesaikan bernegosiasi kini tergeletak lelah di atas ranjang hotel. "Pak Rey, saya menemukan sesuatu." kata Yudha sembari menyodorkan sebuah surat. Reyhan langsung terbangun dari posisinya saat membaca isi surat itu. "Darimana kamu mendapatkan ini?""Tas besar berisi dokumen yang disiapkan oleh sekretaris Key. Surat itu terselip di antara tumpukan dokumen lain. Sepertinya dia hanya iseng saja." jawab Yudha. Surat pengunduran diri, itulah isi secarik kertas yang Reyhan pegang. Pria itu menggeleng pelan. Keyra bukan orang yang iseng menulis hal seperti itu. Ada yang tidak beres dengan Keyra. "Kita ada agenda apalagi di sini?" "Tidak ada,""Setelah kita kembali ke Indonesia, apa saya ada agenda?""Ada banyak, tapi saya sudah mengundur semuanya. Anda perlu beristirahat setiba di Indonesia. Pak Husein dan beberapa orang dari LG Group sepakat untuk mengundur jadwal.""Baguslah,""Tapi ada satu surat undangan pernikah
Reyhan mematung sejenak mendengar ucapan Keyra. Ternyata benar, Keyra bukan iseng semata menulis surat pengunduran dirinya. Jauh di lubuk hati gadis itu ia ingin mengundurkan diri. Tapi kenapa? "Tenangkan dirimu, jangan bicara omong kosong.""Bapak kira ini omong kosong?" tanya Keyra. Keyra seminggu terakhir berpikir keras perihal pengunduran dirinya. Ia menyadari betul bahwa ia tidak merasa bahagia. Ia ingin menemukan kebahagian itu. Akan tetapi, jika terus menjabat sebagai sekretaris, Ia tidak akan punya waktu untuk mencari kebahagiaannya. Sebab itulah Keyra menulis rancangan surat pengunduran diri. Siapa sangka surat itu akan ikut serta dengan berkas-berkas yang Ia siapkan untuk dinas Reyhan ke Hongkong. "Keyra kamu kenapa? Kamu bukan orang yang akan berhenti bekerja hanya karena hal sepele seperti ini." "Bapak mulai lagi, saya bukan orang yang sama dengan Bapak. Pak Reyhan gila kerja, saya tidak. Selama ini saya hanya bekerja sesuai apa yang dikehendaki hanya agar saya tidak d