"Aku sangat menyukainya,"
Asila yang awalnya tersenyum puas langsung menurunkan dua sudut bibirnya, heran kenapa Keyra merespon seperti itu. Bukankah seharusnya gadis itu tertekan dan ketakutan."Tentu saja aku datang di hari bahagiamu. Aku bahkan membawakan hadiah kesukaanmu loh," ucap Keyra lantang. Tangannya menyodorkan sebuah goodybag pada Asila.Mereka mulai berkerumun di dekat Keyra dan Asila. Tak terkecuali Bisma yang tadinya membaur dengan para tetua di sebelah kanan aula pernikahan kini sudah beralih ke bagian kiri ruangan.Tangan Asila meraih pelan hadiah pernikahan dari Keyra. "Kamu tidak perlu bersusah payah memberikanku hadiah, pasti sulit ya, Aku tidak akan berkomentar jika hadiahmu hanya barang biasa. Itu bukan masalah besar. Aku bahkan tidak akan marah kalau kamu tidak membawa apapun, jangan memaksakan diri hanya untuk terlihat loyal disini," ucap Asila sembari membuka hadiah yang Keyra berikan."Wah, kotak hadiahnya terlihat mahal, kamu benar-benar berusaha keras ya untuk hari ini," kali Ini Bisma yang menimpali. Kedua mempelai ini sangat kompak dalam hal merendahkan orang lain.Keyra sudah tidak peduli lagi. Berapa puluh kali ia mendengar cibiran seperti itu. Entah pakaiannya yang mewah nan elegan bak seorang konglomerat. Atau tas bermerk yang ia jinjing kesana. Dan sekarang masalah kado pernikahan pun ikut dikomentari. Sungguh melarat hidup Keyra dahulu sampai penampilan yang berubah sedikit rapi langsung menuai banyak cibiran."Aarrggh!" terik Asila saat membuka kotak hadiah itu.Tangan kanannya dengan refleks membungkam mulutnya yang hampir membentuk huruf O sempurna. Sementara tangan kirinya masih memegang kotak itu dengan getar. Asila bertukar tatap dengan Bisma. Bagaimana bisa orang seperti Keyra memberi Asila sebuah kalung berlian edisi terbatas. Apa itu mungkin?"Itu asli kok, kamu bisa mengeceknya kalau tidak percaya."Keyra langsung buka suara saat melihat Asila yang hendak mengatakan sesuatu. Seakan tahun Asila akan mempertanyakan berlia itu. Keyra langsung menjawabnya dengan pasti. Sebuah kalung berlian yang Asila inginkan belakangan ini. Ia bahkan meminta Bisma membelikannya untuk ia gunakan di pesta pernikahan ini. Takdir malah membuat Keyra yang membawakan kalung impian itu ke tangannya."Hebat sekali, dia bahkan beli berlian sebagai hadiah pernikahan Asila. Berapa banyak pria hidung belang yang ia layani sampai bisa memebeli barang itu?""Terserah kalian mau bilang apa," sahut Keyra dengan labtang. Kali ini gadis itu tidak mau bungkam."Demi nama baikku dan nama baik perusahaanku. Aku tegaskan kalau aku tidak melakukan pekerjaan kotor seperti yang kalian rumorkan. Uang yang membiayai kehidupanku sekarang adalah jerih payah selama bekerja di G.RIO Cooperation." jelas Keyra."Berapa banyak uang yang bisa didapatkan karyawan biasa sepertimu. Kamu bahkan sampai membelikan Asila kalung berlian? Apa itu mungkin dengan gaji kecilmu?" sahut yang lain.Mereka seperti tak peduli dengan klarifikasi yang Keyra lontarkan. Mereka hanya percaya dengan rumor yang mereka dengar. Mereka sunggu naif. Seperti gerombolan semut yang mencari gula. Mereka menyerang Keyra seperti mangsa yang enak untuk disantap."Kata siapa aku seorang karyawan biasa?" tanya Keyra sinis."Hahaha, kamu bercanda. Memangnya kamu siapa? Manajer? Kamu menjabat sebagai apa?" perempuan dengan gaun merah menyala yang sedari tadi ikut bergosio itu kali ini ikut mencibir Keyra."Tentu saja jabatan yang lebih tinggi dari suamimu,"Keyra sebenarnya tidak tahu, posisi apa yang ditempati suami wanita bergaun merah itu. Tapi Keyra yakin, Satu-satunya orang yang jabatannya lebih tinggi dari dia hanyalah Reyhan, CEO utama G.RIO Cooperation."Hahaha," wanita bergaun merah itu terkekeh. Kini semua orang tertawa mendengar jawaban Keyra."Suamiku itu, Wakil Ketua tim di lantai dua. Kamu di lantai berapa, huh? Aku akan mengadukanmu pada suamiku. Karyawan yang bodoh sepertimu hanya mencemari G.RIO Cooperation!""Wakil ketua tim? Lalu?" tanya Keyra dengan nada meremehkan."Wah, kamu bahkan tidak takut sama sekali ya? Suamiku bisa saja mengadukanmu. Siap-siap saja kehilangan pekerjaan.""Yang memecat pegawai itu CEO. Suamimu bisa apa?""Kamu meremehkan suamiku? Asal kamu tahu, suamiku sangat dekat dengan CEO G.RIO Cooperation. Siapa namanya? Pak Rey! Iya suamiku teman baiknya." balas wanita itu dengan angkuh."Hahaha," Keyra tertawa keras. Suara gadis itu membuat kerumunan itu diam seketika.Keyra tahu betul latar belakang Reyhan. Jangankan teman dekat Reyhan, Keyra bahkan tahu siapa saja keluarga dari kolega-kolega Reyhan. Berani sekali dia mengaku seperti itu, lucu sekali."Kalau begitu minta suamimu menghubungi Pak Reyhan sekarang dan minta dia kesini. Kalau memang berteman baik, beliau pasti mau datang bukan?" Keyra menantang."Omong-omong, dimana suamimu?" tanya Keyra lagi. Dari tadi wanita itu membanggakan suaminya yang bahkan tidak hadir di pesta tersebut. Keyra sangat penasaran, jika memang suaminya adalah pekerja di G.RIO Cooperation sudah pasti dia akan mengenali Keyra bukan.Perusahaan G.RIO Cooperation memang sangat tertutup dalam hal informasi para petingginya. Jika orang awam mencari di internet siapa sekretaris utama di perusahaan tersebut maka tidak akan ada laman yang tersedia. Pihak G.RIO Cooperation bahkan menolak wawancara dengan media terkait hal-hal seperti ini. Akan tetapi, selama dia adalah pekerja di G.RIO Cooperation maka dapat dipastikan mereka tahu siapa itu Keyra."Suamiku sangat sibuk, dia orang penting, bahkan di akhir pekan dia harus bekerja jadi tidak bisa datang hari ini.""Bukankah katamu tadi dia akan datang terlambat karena sedang meeting dengan klien penting?" tanya seseorang yang berdiri di samping wanita bergaun merah itu."Eh, iya, itu. Dia demi aku istrinya akan datang kesini setelah selesai dengan urusannya.""Benarkah? Kamu yakin suamimu sedang bekerja? Bukan melakukan hal yang lain?"Debat mulut antara Keyra dan wanita bergaun merah itu semakin memanas. Pihak lain tidak bisa menengahi karena mereka saling menyahuti tanpa jeda."Apa maksudmu? Jangan seenaknya berasumsi.""Kenapa? Kamu seenaknya berasumsi kalau saysaya melakukan pekerjaan kotor. Kenapa saya tidak boleh melakukan hal yang sama?""Sialan!" teriak wanita bergaun merah itu. Tangannya terangkat hendak menampar Keyra.Brak!"Hentikan!" teriak Asila setelah menjatuhkan hadiah pernikahan yang diberikan Keyra dengan sengaja. Membuat kalung berlian itu jatuh berserak di lantai.Asila tampak begitu kesal. Ia mengundang Keyra dengan sengaja untuk membuat gadis itu dipermalukan. Tetapi yang terjadi adalah pertengkaran seperti itu. Keyra malah tidak terlihat tertekan sama sekali. Itu sangat mengganggu Asila."Aku mengundang kalian bukan untuk merusak acara pernikahanku. Kau, hubungi saja suamimu dan suruh secepatnya kemari!" seru Asila pada wanita dengan gaun merah yang menjadi rival Keyra adu mulut.Wanita bergaun merah itu menggerutu. Dia mau tidak mau menelpon suaminya lantas memaksanya untuk datang. Mau bagaimana lagi, harga dirinya dipertaruhkan di acara itu."Dan Keyra, apa kamu datang untuk menghancurkan pernikahanku? Kenapa kamu mengacau seperti ini? Kamu bahkan membawa kalung berlian palsu hanya untuk merendahkanku. Kamu sungguh keterlaluan!"Keyra tak habis pikir dengan jalan pikiran Asila. Bahkan sampai detik itu ia tetap menyalahkan dan menyudutkan Keyra."Hah," Keyra mendengus kesal."Setelah ini kamu akan menjadi istri. Punya keluarga sendiri. Kenapa kamu masih bertingkah seperti bocah?" tanya Keyra kesal.Asila semakin naik darah dengan ucapan Keyra, "Keyra kamu bahkan tidak bisa menjaga mulutmu di depan seorang pengantin?""Hah, memang tidak berguna berdebat dengan orang bodoh sepertimu. Sebelum anakmu lahir nanti belajarlah sopan santun dulu, aku kasihan jika anakmu juga akan jadi sebodoh dirimu."Asila yang tersulut emosi meraih satu gelas wine yang berada di atas meja sebelah kanannya. Gadis itu dengan amarah menggebu-gebu menumpahkan wine itu ke arah Keyra. Gerakan kilat itu membuat Keyra refleks menutup matanya. Kedua tangan Keyra dengan sigap membentuk silang untuk menutup wajahnya sendiri.Sreg! Naas sebuah tangan kekar menangkal gelas itu dan malah berbalik ke arah Asila sendiri. Gaun putih pengantin itu kini terkotori wine."Ah, sialan!" maki Asila saat gaunnya berlumuran wine. Keyra yang sempat menutup mata karena aksi Asila tadi perlahan membuka matanya karena menyadari tak ada setitik wine yang menghujaninya. Mata Keyra membulat saat melihat sosok pria kekar di sampingnya yang tengah menahan tangan Asila."Pak Reyhan," ucapnya pelan."Maaf datang terlambat," kata Reyhan pada Keyra.Tujuh jam sebelum Reyhan kembali Ke Indonesia. Reyhan yang baru saja selesaikan bernegosiasi kini tergeletak lelah di atas ranjang hotel. "Pak Rey, saya menemukan sesuatu." kata Yudha sembari menyodorkan sebuah surat. Reyhan langsung terbangun dari posisinya saat membaca isi surat itu. "Darimana kamu mendapatkan ini?""Tas besar berisi dokumen yang disiapkan oleh sekretaris Key. Surat itu terselip di antara tumpukan dokumen lain. Sepertinya dia hanya iseng saja." jawab Yudha. Surat pengunduran diri, itulah isi secarik kertas yang Reyhan pegang. Pria itu menggeleng pelan. Keyra bukan orang yang iseng menulis hal seperti itu. Ada yang tidak beres dengan Keyra. "Kita ada agenda apalagi di sini?" "Tidak ada,""Setelah kita kembali ke Indonesia, apa saya ada agenda?""Ada banyak, tapi saya sudah mengundur semuanya. Anda perlu beristirahat setiba di Indonesia. Pak Husein dan beberapa orang dari LG Group sepakat untuk mengundur jadwal.""Baguslah,""Tapi ada satu surat undangan pernikah
Reyhan mematung sejenak mendengar ucapan Keyra. Ternyata benar, Keyra bukan iseng semata menulis surat pengunduran dirinya. Jauh di lubuk hati gadis itu ia ingin mengundurkan diri. Tapi kenapa? "Tenangkan dirimu, jangan bicara omong kosong.""Bapak kira ini omong kosong?" tanya Keyra. Keyra seminggu terakhir berpikir keras perihal pengunduran dirinya. Ia menyadari betul bahwa ia tidak merasa bahagia. Ia ingin menemukan kebahagian itu. Akan tetapi, jika terus menjabat sebagai sekretaris, Ia tidak akan punya waktu untuk mencari kebahagiaannya. Sebab itulah Keyra menulis rancangan surat pengunduran diri. Siapa sangka surat itu akan ikut serta dengan berkas-berkas yang Ia siapkan untuk dinas Reyhan ke Hongkong. "Keyra kamu kenapa? Kamu bukan orang yang akan berhenti bekerja hanya karena hal sepele seperti ini." "Bapak mulai lagi, saya bukan orang yang sama dengan Bapak. Pak Reyhan gila kerja, saya tidak. Selama ini saya hanya bekerja sesuai apa yang dikehendaki hanya agar saya tidak d
Setelah pertemuan dengan CEO LG Group Reyhan kembali ke ruangan kerja. Pria itu kini tengah mondar-mandir di depan meja kerjanya. Yudha yang melihat tingkah aneh Reyhan hanya bisa diam seribu bahasa. Pasalnya, dalam posisi seperti ini satu-satunya yang bisa menghentikan tingkah aneh Reyhan hanyalah Keyra. "Saya tidak ada agenda penting sekarang?" tanya Reyhan tiba-tiba. " Iya," jawab Yudha singkat. Hari ini Keyra absen kerja. Hal inilah yang membuat Yudha menjadi sekretaris dadakan lagi seperti dinas ke Hongkong kemarin. Mengatur dan mengurus jadwal kerja Reyhan. "Kamu tahu apartemen Keyra nomer berapa?" tanya Reyhan tiba-tiba. Reyhan baru menyadari satu hal. Selama empat tahun mereka bekerjasama sebagai atasan dan bawahan, ia sama sekali tidak pernah berkunjung ke apartemen Keyra. Jangankan berkunjung, bertanya dimana Keyra tinggal sekarang saja tidak pernah. Padahal, apartemen yang Keyra tinggali adalah salah satu hadiah dari Reyhan atas kerja kerasnya. Semenjak pertengkaran
Reyhan langsung membopong tubuh Keyra yang tergeletak lemas tak berdaya di atas lantai. Diturunkan perlahan tubuh gadis itu di atas ranjangnya. Kamar Keyra tak terkunci sama sekali. Hipotesis awal Reyhan Keyra pingsan saat hendak keluar ke dapur. Demam yang tinggi juga menjadi pemicu pingsan tersebut. "Cepat telpon Pak Sumarjan!" perintah Reyhan pada Yudha. Pak Sumarjan adalah dokter pribadi Reyhan yang digaji tiap bulan bahkan ketika dia tidak bekerja sama sekali. Tapi sekalinya dapat panggilan dari Reyhan ia harus siap siaga 24 jam. Bahkan jika Reyhan berada di luar negeri dia juga harus bergegas kesana. "Ah, ternyata dia kurus sekali," gumam Reyhan. Reyhan meluruskan rambut Keyra yang tergerai berantakan. Wajah Keyra benar-benar pucat. Sekujur tubuh Keyra sangat panas. Karena hidup sendiri, Keyra yang sakit tidak ada yang mengurusi. Hal inilah yang menyebabkan Keyra seolah hilang kabar seharian. Padahal faktanya, Keyra sakit dan pingsan di apartemen sendiri. Reyhan melihat ke s
Keyra terus menyantap sup buatan Reyhan yang tersugun di depannya. Selesai dari kegiatannya, gadis itu yang kini sudah merasa lebih pulih dan segar segera beres-beres. Beranjak dari dapur gadis itu beralih ke ruangan kerjanya. Sepertinya Reyhan tidak memasuki ruangan itu, terlihat dari masih berantakannya ruangan itu, sama persis sejak terakhir kali Keyra masuk ke sana. Jika Reyhan masuk ke sana. Pasti sudah dirapikan seperti kamar, dapur, dan ruang tamu Keyra. "Apa ini?" gumam Keyra saat melihat email masuk di layar komputernya. Gadis itu menepuk jidatnya, "Astaga, aku sampai melupakan anak ini!" Tepat satu minggu yang lalu, Keyra membantu seorang gadis magang di kantor cabang. Ia pun yang merasa iba memindahkannya untuk magang di kantor pusat, G.RIO Cooperation. Sebuah email masuk dari perusahaan perihal pemindahan anak magang itu, dan itu terdaftar atas namanya. Keyra dengan segera berganti pakaian. Meski pada kenyataannya ia sedang tidak ingin pergi bekerja. Tapi hati kecilnya
Keyra menarik tangan Reyhan. Kondisi yang terlihat unik, seorang gadis kecil dengan lengan mungilnya menyeret tangan kekar dari seorang pria besar nan tinggi. Keyra dengan cepat mengunci ruangan Reyhan. "Bapak jangan asal bicara. Bisa-bisa mereka berpikiran yang tidak-tidak," gerutu Keyra. Reyhan mengangkat sebelah alisnya, "Jadi bagaimana? Kamu tidak akan mengundurkan diri bukan? Jangan bilang kedatanganmu ke sini hari ini untuk mengurus perihal pengunduran diri. Kalau memang begitu, silahkan kamu pulang saja, saya sedang tidak ingin merespon hal menyebalkan itu," Reyhan langsung duduk di meja kerjanya setelah selesai berbicara. Keyra tidak menanggapi ucapan Reyhan, ia mengeluarkan sebuah flashdisk dari dalam saku celananya kemudian menyodorkannya ke depan Reyhan. "Apa ini?""Minggu lalu Bapak meminta saya untuk mencari berapa jumlah saham Pak Kevin di pasar Asia, kemarin informan saya sudah menemukan hasilnya, saya ke sini hanya untuk memberikan data ini saja." jelas Keyra. Sel
"Huh?" Dari sekian banyaknya pilihan kata. Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Reyhan. "Aku bilang, menikahlah denganku!" teriak Keyra keras. Reyhan hanya mengerjap tak percaya. Mari kembali ke beberapa menit yang lalu. Setelah menerima telepon dan penjelasan dari Yudha, Keyra mulai memahami kondisi yang terjadi. Pertama, sejak Keyra berniat untuk mengundurkan diri dari perusahaan. Sejak saat itu ia mulai acuh dengan kondisi Reyhan. Hal ini menyebabkan Keyra tak tahu menahu perihal pertemuan keluarga Reyhan hari ini. Kedua, meski Keyra tahu bahwa pertemuan keluarga besar ini merupakan hal yang lumrah terjadi namun Keyra tidak pernah membayangkan bahwa pertemuan itu akan menjadi ajang penyerangan terhadap Reyhan. Ini jelas pernyataan perang atas perebutan kekuasaan. Ketiga, Keyra selama empat tahun mengenal Reyhan tak pernah terlibat jauh dalam urusan keluarga Reyhan. Hal ini karena sikap Individualis yang Reyhan miliki. Segala sesuatu yang menyangkut keluarganya tidak per
Keyra menyadari satu hal. Bersama Reyhan tidak ada hal yang tidak mungkin terjadi. Contohnya saat ini, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, secara jam kerja seharusnya Kantor Urusan Agama (KUA) sudah tutup. Tapi dengan koneksi Reyhan, mereka dengan mudahnya melakukan pernikah di KUA, bahkan akta nikah bisa langsung mereka dapatkan. "Apa menikah memang semudah ini?" tanya Keyra yang menatap lekat-lekat akta nikah di tangannya. "Minumlah dulu," ucap Reyhan sembari menyodorkan segelaa air putih pada Keyra. Kini dua insan yang sudah resmi menjadi sepasang suami-istri itu tengah berada di apartemen Reyhan. Setelah mendapatkan surat nikah di KUA mereka kembali ke apartemen Reyhan untuk mendiskusikan beberapa hal penting dalam kehidupan mereka yang mungkin akan banyak berubah ke depannya. "Apa kamu mau makan dulu?" tanya Reyhan. "Tidak, kita langsung saja bahas kontrak perjanjiannya," balas Keyra cepat. Reyhan mengambil dua buah laptop, menyerahkan salah satunya kepada Keyra. "Baiklah