"Aku sangat menyukainya,"
Asila yang awalnya tersenyum puas langsung menurunkan dua sudut bibirnya, heran kenapa Keyra merespon seperti itu. Bukankah seharusnya gadis itu tertekan dan ketakutan."Tentu saja aku datang di hari bahagiamu. Aku bahkan membawakan hadiah kesukaanmu loh," ucap Keyra lantang. Tangannya menyodorkan sebuah goodybag pada Asila.Mereka mulai berkerumun di dekat Keyra dan Asila. Tak terkecuali Bisma yang tadinya membaur dengan para tetua di sebelah kanan aula pernikahan kini sudah beralih ke bagian kiri ruangan.Tangan Asila meraih pelan hadiah pernikahan dari Keyra. "Kamu tidak perlu bersusah payah memberikanku hadiah, pasti sulit ya, Aku tidak akan berkomentar jika hadiahmu hanya barang biasa. Itu bukan masalah besar. Aku bahkan tidak akan marah kalau kamu tidak membawa apapun, jangan memaksakan diri hanya untuk terlihat loyal disini," ucap Asila sembari membuka hadiah yang Keyra berikan."Wah, kotak hadiahnya terlihat mahal, kamu benar-benar berusaha keras ya untuk hari ini," kali Ini Bisma yang menimpali. Kedua mempelai ini sangat kompak dalam hal merendahkan orang lain.Keyra sudah tidak peduli lagi. Berapa puluh kali ia mendengar cibiran seperti itu. Entah pakaiannya yang mewah nan elegan bak seorang konglomerat. Atau tas bermerk yang ia jinjing kesana. Dan sekarang masalah kado pernikahan pun ikut dikomentari. Sungguh melarat hidup Keyra dahulu sampai penampilan yang berubah sedikit rapi langsung menuai banyak cibiran."Aarrggh!" terik Asila saat membuka kotak hadiah itu.Tangan kanannya dengan refleks membungkam mulutnya yang hampir membentuk huruf O sempurna. Sementara tangan kirinya masih memegang kotak itu dengan getar. Asila bertukar tatap dengan Bisma. Bagaimana bisa orang seperti Keyra memberi Asila sebuah kalung berlian edisi terbatas. Apa itu mungkin?"Itu asli kok, kamu bisa mengeceknya kalau tidak percaya."Keyra langsung buka suara saat melihat Asila yang hendak mengatakan sesuatu. Seakan tahun Asila akan mempertanyakan berlia itu. Keyra langsung menjawabnya dengan pasti. Sebuah kalung berlian yang Asila inginkan belakangan ini. Ia bahkan meminta Bisma membelikannya untuk ia gunakan di pesta pernikahan ini. Takdir malah membuat Keyra yang membawakan kalung impian itu ke tangannya."Hebat sekali, dia bahkan beli berlian sebagai hadiah pernikahan Asila. Berapa banyak pria hidung belang yang ia layani sampai bisa memebeli barang itu?""Terserah kalian mau bilang apa," sahut Keyra dengan labtang. Kali ini gadis itu tidak mau bungkam."Demi nama baikku dan nama baik perusahaanku. Aku tegaskan kalau aku tidak melakukan pekerjaan kotor seperti yang kalian rumorkan. Uang yang membiayai kehidupanku sekarang adalah jerih payah selama bekerja di G.RIO Cooperation." jelas Keyra."Berapa banyak uang yang bisa didapatkan karyawan biasa sepertimu. Kamu bahkan sampai membelikan Asila kalung berlian? Apa itu mungkin dengan gaji kecilmu?" sahut yang lain.Mereka seperti tak peduli dengan klarifikasi yang Keyra lontarkan. Mereka hanya percaya dengan rumor yang mereka dengar. Mereka sunggu naif. Seperti gerombolan semut yang mencari gula. Mereka menyerang Keyra seperti mangsa yang enak untuk disantap."Kata siapa aku seorang karyawan biasa?" tanya Keyra sinis."Hahaha, kamu bercanda. Memangnya kamu siapa? Manajer? Kamu menjabat sebagai apa?" perempuan dengan gaun merah menyala yang sedari tadi ikut bergosio itu kali ini ikut mencibir Keyra."Tentu saja jabatan yang lebih tinggi dari suamimu,"Keyra sebenarnya tidak tahu, posisi apa yang ditempati suami wanita bergaun merah itu. Tapi Keyra yakin, Satu-satunya orang yang jabatannya lebih tinggi dari dia hanyalah Reyhan, CEO utama G.RIO Cooperation."Hahaha," wanita bergaun merah itu terkekeh. Kini semua orang tertawa mendengar jawaban Keyra."Suamiku itu, Wakil Ketua tim di lantai dua. Kamu di lantai berapa, huh? Aku akan mengadukanmu pada suamiku. Karyawan yang bodoh sepertimu hanya mencemari G.RIO Cooperation!""Wakil ketua tim? Lalu?" tanya Keyra dengan nada meremehkan."Wah, kamu bahkan tidak takut sama sekali ya? Suamiku bisa saja mengadukanmu. Siap-siap saja kehilangan pekerjaan.""Yang memecat pegawai itu CEO. Suamimu bisa apa?""Kamu meremehkan suamiku? Asal kamu tahu, suamiku sangat dekat dengan CEO G.RIO Cooperation. Siapa namanya? Pak Rey! Iya suamiku teman baiknya." balas wanita itu dengan angkuh."Hahaha," Keyra tertawa keras. Suara gadis itu membuat kerumunan itu diam seketika.Keyra tahu betul latar belakang Reyhan. Jangankan teman dekat Reyhan, Keyra bahkan tahu siapa saja keluarga dari kolega-kolega Reyhan. Berani sekali dia mengaku seperti itu, lucu sekali."Kalau begitu minta suamimu menghubungi Pak Reyhan sekarang dan minta dia kesini. Kalau memang berteman baik, beliau pasti mau datang bukan?" Keyra menantang."Omong-omong, dimana suamimu?" tanya Keyra lagi. Dari tadi wanita itu membanggakan suaminya yang bahkan tidak hadir di pesta tersebut. Keyra sangat penasaran, jika memang suaminya adalah pekerja di G.RIO Cooperation sudah pasti dia akan mengenali Keyra bukan.Perusahaan G.RIO Cooperation memang sangat tertutup dalam hal informasi para petingginya. Jika orang awam mencari di internet siapa sekretaris utama di perusahaan tersebut maka tidak akan ada laman yang tersedia. Pihak G.RIO Cooperation bahkan menolak wawancara dengan media terkait hal-hal seperti ini. Akan tetapi, selama dia adalah pekerja di G.RIO Cooperation maka dapat dipastikan mereka tahu siapa itu Keyra."Suamiku sangat sibuk, dia orang penting, bahkan di akhir pekan dia harus bekerja jadi tidak bisa datang hari ini.""Bukankah katamu tadi dia akan datang terlambat karena sedang meeting dengan klien penting?" tanya seseorang yang berdiri di samping wanita bergaun merah itu."Eh, iya, itu. Dia demi aku istrinya akan datang kesini setelah selesai dengan urusannya.""Benarkah? Kamu yakin suamimu sedang bekerja? Bukan melakukan hal yang lain?"Debat mulut antara Keyra dan wanita bergaun merah itu semakin memanas. Pihak lain tidak bisa menengahi karena mereka saling menyahuti tanpa jeda."Apa maksudmu? Jangan seenaknya berasumsi.""Kenapa? Kamu seenaknya berasumsi kalau saysaya melakukan pekerjaan kotor. Kenapa saya tidak boleh melakukan hal yang sama?""Sialan!" teriak wanita bergaun merah itu. Tangannya terangkat hendak menampar Keyra.Brak!"Hentikan!" teriak Asila setelah menjatuhkan hadiah pernikahan yang diberikan Keyra dengan sengaja. Membuat kalung berlian itu jatuh berserak di lantai.Asila tampak begitu kesal. Ia mengundang Keyra dengan sengaja untuk membuat gadis itu dipermalukan. Tetapi yang terjadi adalah pertengkaran seperti itu. Keyra malah tidak terlihat tertekan sama sekali. Itu sangat mengganggu Asila."Aku mengundang kalian bukan untuk merusak acara pernikahanku. Kau, hubungi saja suamimu dan suruh secepatnya kemari!" seru Asila pada wanita dengan gaun merah yang menjadi rival Keyra adu mulut.Wanita bergaun merah itu menggerutu. Dia mau tidak mau menelpon suaminya lantas memaksanya untuk datang. Mau bagaimana lagi, harga dirinya dipertaruhkan di acara itu."Dan Keyra, apa kamu datang untuk menghancurkan pernikahanku? Kenapa kamu mengacau seperti ini? Kamu bahkan membawa kalung berlian palsu hanya untuk merendahkanku. Kamu sungguh keterlaluan!"Keyra tak habis pikir dengan jalan pikiran Asila. Bahkan sampai detik itu ia tetap menyalahkan dan menyudutkan Keyra."Hah," Keyra mendengus kesal."Setelah ini kamu akan menjadi istri. Punya keluarga sendiri. Kenapa kamu masih bertingkah seperti bocah?" tanya Keyra kesal.Asila semakin naik darah dengan ucapan Keyra, "Keyra kamu bahkan tidak bisa menjaga mulutmu di depan seorang pengantin?""Hah, memang tidak berguna berdebat dengan orang bodoh sepertimu. Sebelum anakmu lahir nanti belajarlah sopan santun dulu, aku kasihan jika anakmu juga akan jadi sebodoh dirimu."Asila yang tersulut emosi meraih satu gelas wine yang berada di atas meja sebelah kanannya. Gadis itu dengan amarah menggebu-gebu menumpahkan wine itu ke arah Keyra. Gerakan kilat itu membuat Keyra refleks menutup matanya. Kedua tangan Keyra dengan sigap membentuk silang untuk menutup wajahnya sendiri.Sreg! Naas sebuah tangan kekar menangkal gelas itu dan malah berbalik ke arah Asila sendiri. Gaun putih pengantin itu kini terkotori wine."Ah, sialan!" maki Asila saat gaunnya berlumuran wine. Keyra yang sempat menutup mata karena aksi Asila tadi perlahan membuka matanya karena menyadari tak ada setitik wine yang menghujaninya. Mata Keyra membulat saat melihat sosok pria kekar di sampingnya yang tengah menahan tangan Asila."Pak Reyhan," ucapnya pelan."Maaf datang terlambat," kata Reyhan pada Keyra.Tujuh jam sebelum Reyhan kembali Ke Indonesia. Reyhan yang baru saja selesaikan bernegosiasi kini tergeletak lelah di atas ranjang hotel. "Pak Rey, saya menemukan sesuatu." kata Yudha sembari menyodorkan sebuah surat. Reyhan langsung terbangun dari posisinya saat membaca isi surat itu. "Darimana kamu mendapatkan ini?""Tas besar berisi dokumen yang disiapkan oleh sekretaris Key. Surat itu terselip di antara tumpukan dokumen lain. Sepertinya dia hanya iseng saja." jawab Yudha. Surat pengunduran diri, itulah isi secarik kertas yang Reyhan pegang. Pria itu menggeleng pelan. Keyra bukan orang yang iseng menulis hal seperti itu. Ada yang tidak beres dengan Keyra. "Kita ada agenda apalagi di sini?" "Tidak ada,""Setelah kita kembali ke Indonesia, apa saya ada agenda?""Ada banyak, tapi saya sudah mengundur semuanya. Anda perlu beristirahat setiba di Indonesia. Pak Husein dan beberapa orang dari LG Group sepakat untuk mengundur jadwal.""Baguslah,""Tapi ada satu surat undangan pernikah
Reyhan mematung sejenak mendengar ucapan Keyra. Ternyata benar, Keyra bukan iseng semata menulis surat pengunduran dirinya. Jauh di lubuk hati gadis itu ia ingin mengundurkan diri. Tapi kenapa? "Tenangkan dirimu, jangan bicara omong kosong.""Bapak kira ini omong kosong?" tanya Keyra. Keyra seminggu terakhir berpikir keras perihal pengunduran dirinya. Ia menyadari betul bahwa ia tidak merasa bahagia. Ia ingin menemukan kebahagian itu. Akan tetapi, jika terus menjabat sebagai sekretaris, Ia tidak akan punya waktu untuk mencari kebahagiaannya. Sebab itulah Keyra menulis rancangan surat pengunduran diri. Siapa sangka surat itu akan ikut serta dengan berkas-berkas yang Ia siapkan untuk dinas Reyhan ke Hongkong. "Keyra kamu kenapa? Kamu bukan orang yang akan berhenti bekerja hanya karena hal sepele seperti ini." "Bapak mulai lagi, saya bukan orang yang sama dengan Bapak. Pak Reyhan gila kerja, saya tidak. Selama ini saya hanya bekerja sesuai apa yang dikehendaki hanya agar saya tidak d
Setelah pertemuan dengan CEO LG Group Reyhan kembali ke ruangan kerja. Pria itu kini tengah mondar-mandir di depan meja kerjanya. Yudha yang melihat tingkah aneh Reyhan hanya bisa diam seribu bahasa. Pasalnya, dalam posisi seperti ini satu-satunya yang bisa menghentikan tingkah aneh Reyhan hanyalah Keyra. "Saya tidak ada agenda penting sekarang?" tanya Reyhan tiba-tiba. " Iya," jawab Yudha singkat. Hari ini Keyra absen kerja. Hal inilah yang membuat Yudha menjadi sekretaris dadakan lagi seperti dinas ke Hongkong kemarin. Mengatur dan mengurus jadwal kerja Reyhan. "Kamu tahu apartemen Keyra nomer berapa?" tanya Reyhan tiba-tiba. Reyhan baru menyadari satu hal. Selama empat tahun mereka bekerjasama sebagai atasan dan bawahan, ia sama sekali tidak pernah berkunjung ke apartemen Keyra. Jangankan berkunjung, bertanya dimana Keyra tinggal sekarang saja tidak pernah. Padahal, apartemen yang Keyra tinggali adalah salah satu hadiah dari Reyhan atas kerja kerasnya. Semenjak pertengkaran
Reyhan langsung membopong tubuh Keyra yang tergeletak lemas tak berdaya di atas lantai. Diturunkan perlahan tubuh gadis itu di atas ranjangnya. Kamar Keyra tak terkunci sama sekali. Hipotesis awal Reyhan Keyra pingsan saat hendak keluar ke dapur. Demam yang tinggi juga menjadi pemicu pingsan tersebut. "Cepat telpon Pak Sumarjan!" perintah Reyhan pada Yudha. Pak Sumarjan adalah dokter pribadi Reyhan yang digaji tiap bulan bahkan ketika dia tidak bekerja sama sekali. Tapi sekalinya dapat panggilan dari Reyhan ia harus siap siaga 24 jam. Bahkan jika Reyhan berada di luar negeri dia juga harus bergegas kesana. "Ah, ternyata dia kurus sekali," gumam Reyhan. Reyhan meluruskan rambut Keyra yang tergerai berantakan. Wajah Keyra benar-benar pucat. Sekujur tubuh Keyra sangat panas. Karena hidup sendiri, Keyra yang sakit tidak ada yang mengurusi. Hal inilah yang menyebabkan Keyra seolah hilang kabar seharian. Padahal faktanya, Keyra sakit dan pingsan di apartemen sendiri. Reyhan melihat ke s
Keyra terus menyantap sup buatan Reyhan yang tersugun di depannya. Selesai dari kegiatannya, gadis itu yang kini sudah merasa lebih pulih dan segar segera beres-beres. Beranjak dari dapur gadis itu beralih ke ruangan kerjanya. Sepertinya Reyhan tidak memasuki ruangan itu, terlihat dari masih berantakannya ruangan itu, sama persis sejak terakhir kali Keyra masuk ke sana. Jika Reyhan masuk ke sana. Pasti sudah dirapikan seperti kamar, dapur, dan ruang tamu Keyra. "Apa ini?" gumam Keyra saat melihat email masuk di layar komputernya. Gadis itu menepuk jidatnya, "Astaga, aku sampai melupakan anak ini!" Tepat satu minggu yang lalu, Keyra membantu seorang gadis magang di kantor cabang. Ia pun yang merasa iba memindahkannya untuk magang di kantor pusat, G.RIO Cooperation. Sebuah email masuk dari perusahaan perihal pemindahan anak magang itu, dan itu terdaftar atas namanya. Keyra dengan segera berganti pakaian. Meski pada kenyataannya ia sedang tidak ingin pergi bekerja. Tapi hati kecilnya
Keyra menarik tangan Reyhan. Kondisi yang terlihat unik, seorang gadis kecil dengan lengan mungilnya menyeret tangan kekar dari seorang pria besar nan tinggi. Keyra dengan cepat mengunci ruangan Reyhan. "Bapak jangan asal bicara. Bisa-bisa mereka berpikiran yang tidak-tidak," gerutu Keyra. Reyhan mengangkat sebelah alisnya, "Jadi bagaimana? Kamu tidak akan mengundurkan diri bukan? Jangan bilang kedatanganmu ke sini hari ini untuk mengurus perihal pengunduran diri. Kalau memang begitu, silahkan kamu pulang saja, saya sedang tidak ingin merespon hal menyebalkan itu," Reyhan langsung duduk di meja kerjanya setelah selesai berbicara. Keyra tidak menanggapi ucapan Reyhan, ia mengeluarkan sebuah flashdisk dari dalam saku celananya kemudian menyodorkannya ke depan Reyhan. "Apa ini?""Minggu lalu Bapak meminta saya untuk mencari berapa jumlah saham Pak Kevin di pasar Asia, kemarin informan saya sudah menemukan hasilnya, saya ke sini hanya untuk memberikan data ini saja." jelas Keyra. Sel
"Huh?" Dari sekian banyaknya pilihan kata. Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Reyhan. "Aku bilang, menikahlah denganku!" teriak Keyra keras. Reyhan hanya mengerjap tak percaya. Mari kembali ke beberapa menit yang lalu. Setelah menerima telepon dan penjelasan dari Yudha, Keyra mulai memahami kondisi yang terjadi. Pertama, sejak Keyra berniat untuk mengundurkan diri dari perusahaan. Sejak saat itu ia mulai acuh dengan kondisi Reyhan. Hal ini menyebabkan Keyra tak tahu menahu perihal pertemuan keluarga Reyhan hari ini. Kedua, meski Keyra tahu bahwa pertemuan keluarga besar ini merupakan hal yang lumrah terjadi namun Keyra tidak pernah membayangkan bahwa pertemuan itu akan menjadi ajang penyerangan terhadap Reyhan. Ini jelas pernyataan perang atas perebutan kekuasaan. Ketiga, Keyra selama empat tahun mengenal Reyhan tak pernah terlibat jauh dalam urusan keluarga Reyhan. Hal ini karena sikap Individualis yang Reyhan miliki. Segala sesuatu yang menyangkut keluarganya tidak per
Keyra menyadari satu hal. Bersama Reyhan tidak ada hal yang tidak mungkin terjadi. Contohnya saat ini, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, secara jam kerja seharusnya Kantor Urusan Agama (KUA) sudah tutup. Tapi dengan koneksi Reyhan, mereka dengan mudahnya melakukan pernikah di KUA, bahkan akta nikah bisa langsung mereka dapatkan. "Apa menikah memang semudah ini?" tanya Keyra yang menatap lekat-lekat akta nikah di tangannya. "Minumlah dulu," ucap Reyhan sembari menyodorkan segelaa air putih pada Keyra. Kini dua insan yang sudah resmi menjadi sepasang suami-istri itu tengah berada di apartemen Reyhan. Setelah mendapatkan surat nikah di KUA mereka kembali ke apartemen Reyhan untuk mendiskusikan beberapa hal penting dalam kehidupan mereka yang mungkin akan banyak berubah ke depannya. "Apa kamu mau makan dulu?" tanya Reyhan. "Tidak, kita langsung saja bahas kontrak perjanjiannya," balas Keyra cepat. Reyhan mengambil dua buah laptop, menyerahkan salah satunya kepada Keyra. "Baiklah
"Nenek," gumam Kenzo lagi dengan suara lirihnya. Terlena beberapa detik membuat Kenzo kembali fokus dengan situasi yang terjadi. Pria berambut gelombang itu sempat tertegun hebat melihat paras Keyra yang begitu mirip dengan potret neneknya semasa muda. Keyra melangkah masuk ke dalam ruangan dan mengambil satu kursi kosong di samping Reyhan. Keyra melihat lurus ke depan, ada Miki yang menatapnya tak percaya, di samping Miki ada pria yang tak dia kenal juga menatap tak percaya ke arahnya. "Siapa kamu?" tanya Kenzo kelepasan. Dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. Bagaimana bisa ada orang yang begitu mirip dengan figur neneknya. Mata dan Hidung Keyra juga persis seperti milik Ibunya. Siapapun dari keluarga Regaldo yang melihat paras Keyra sekarang akan mempertanyakan hal yang sama. "Kenapa pertanyaanmu konyol begitu, tentu saja dia istriku!" tegas Reyhan. "Dia sangat mirip nenekku. Kamu ingat buku history keluarga Regaldo yang pernah aku tunjukkan padamu waktu itu? Saat kamu meng
Kita bertemu di ruang VVIP HAZA Group Begitulah bunyi pesan singkat Reyhan pada Kenzo dan Miki. Dua orang yang telah melewati banyak hal dengan Reyhan selama kurang lebih 20 tahun. Miki berdiri dengan perasaan yang penuh keraguan. Dia berkali-kali melihat pesan yang Reyhan kirimkan padanya. Pertemuan terakhir antara Miki dan Reyhan berakhir cukup tragis. Reyhan dengan sangat jelas memberitahukan bahwa dia sangat kesal dengan kelakuan semena-mena Miki yang menampar sembarang orang dan menyerang sekretaris Reyhan. Miki hanya malu menampakkan mukanya lagi. "Kenapa diam seperti patung?" tanya Kenzo. Kenzo dengan setelan jas navy membuatnya terlihat lebih rapi dari hari sebelumnya saat Miki menjemputnya di bandara. Ckclek! Kenzo membuka pintu di depannya. Di dalam ruangan VVIP itu terpampang sebuah meja bundar besar dengan empat kursi yang sudah disiapkan oleh Reyhan. Kenzo dan Miki langsung mengambil tempat duduk mereka. "Kamu tidak terlihat baik-baik saja," celetuk Kenzo. Miki s
Miki mengeratkan gigi gerahamnya saat melihat beberapa foto Reyhan dan Keyra yang tertangkap oleh mata-mata suruhannya. Detik berikutnya, Miki tersenyum puas saat melihat foto Reyhan dengan Hazel. "Ah, ternyata Reyhan hanya dekat dengan pegawainya saja." gumam Miki. Miki sempat kesal saat melihat sederet foto Reyhan dan Keyra. Tapi dia langsung tenang saat melihat foto Reyhan dan Hazel. Itu menandakan bahwa Reyhan hanya berurusan dengan wanita-wanita yang punya kepentingan dengannya saja. Tangan Miki yang membolak-balikan lembaran foto itu berhenti saat ia melihat sebuah foto yang terlihat mengganjal. "Apa ini?" tanya Miki saat melihat sebuah foto yang berisi Reyhan sedang membuka pintu mobil untuk Keyra. Tangan kanan Reyhan mengganjal di atas pintu masuk bermaksud melindungi kepala Keyra dari benturan mobil. Miki menggeram kesal. Dia merobek foto itu. Miki mulai mengingat kembali moment saat Reyhan begitu peduli pada Keyra. Pikiran Miki mulai berkecamuk. ***Koper dengan size X
"Ada apa?" tanya Reyhan serius. Keyra segera menggeleng saat menyadari perkataannya telah membuat suasana yang ribut itu terdiam, "Ah, bukan apa-apa.""Tidak apa-apa, tanyakan saja jika ada hal yang kamu ingin tahu, kami keluargamu sekarang!" seru Miki. Keyra meletakkan sendok yang sedari tadi melekat di tangannya, gadis itu menarik napas panjang, "Aku, sebagai seorang fans berat darimu, aku bertanya-tanya kenapa anda merahasiakan hal sebesar ini? Maksudku, anda ternyata sudah menikah dan punya anak. Itu adalah fakta paling mengejutkan bagiku." Keyra sempat syok beberapa hari setelah mengetahui fakta itu. Dia bahkan di beberapa kesempatan sempat menyangkal bahwa semua yang dia lihat dan alami adalah sebuah mimpi panjang. Tapi lagi-lagi dia kembali ke fakta bahwa idolanya memang benar adalah kakak iparnya sekaligus ibu dari anak magang yang bekerja di bawah bimbingannya. Diam, hening sesaat. Keyra merasa cemas setelah membahas hal itu. Rasanya dia ingin mengulang waktu dan menarik
"Kita satu kamar?" tanya Keyra saat terkejut melihat suaminya duduk di ujung ranjang saat dirinya keluar dari kamar mandi. "Akan aneh kalau kita tidak sekamar," balas Reyhan singkat. Meski kehidupan rumah tangga mereka terbilang sudah sangat romantis. Akan tetapi mereka sampai saat ini belum pernah berbagai kamar yang sama. Menginap di kediaman Dirgantara dengan status sebagai suami istri tentu saja harus membuat mereka berada di satu kamar yang sama. Tok... Tok... Tok... "Tuan, ini pakaian Nyonya Muda yang anda pesan." suara seorang pelayan di luar kamar terdengar dengan jelas di telinga Keyra dan Reyhan. Cklek. Reyhan membuka pintu kamarnya, mengambil beberapa setelan pakaian yang telah dibawakan. "Apa kakakku masih belum kembali?" tanya Reyhan pada pelayan yang berdiri di depannya. "Belum Tuan," jawab pelayan itu singkat. "Baiklah, kamu bisa pergi."Pelayan itu dengan patuh pergi sesuai perintah Reyhan. Pria itu kembali masuk ke kamar dan menutup pintu perlahan. Alis kirin
Brag!Kodo kecil berisikan tiket nonton itu jatuh bebas ke tanah saat tangan kekar Reyhan mendarat di pipi kiri Miki. "Rey, kamu baru saja menamparku?" tanya Miki tak percaya, tangan kirinya memegang pipinya yang baru saja terkena tamparan Reyhan. Mata Miki terbelalak sempurna. Reyhan bukan orang yang kasar dan suka main tangan pada perempuan, apalagi jika itu berurusan dengannya. "Kelakuanmu membuatku sangat malu," ujar Reyhan. Wajah Reyhan terlihat merah padam. "Minta maaflah pada mereka dan aku tidak akan memperhitungkan apapun lagi," kata Reyhan mengamcam. Miki mengepalkan tangannya, "Kenapa aku harus minta maaf?""Kenapa? Kamu tanya kenapa? Apa kamu gila? Kamu baru saja melakukan kekerasan di depan umum, dan lebih memalukan lagi kamu melakukan hal itu pada orangku?Kamu tahu dia sekretarisku dan tetap berlaku seperti itu padanya? Apa kamu sedang menantangku?" tanya Reyhan dengan nada marahnya yang semakin terdengar jelas. Miki mengumpat di dalam hatinya. Dia berusaha keras
"Mbak, astaga yang benar saja, anda menampar teman saya di depan umum seperti ini?" ucap gadis berambut hitam lurus tak percaya dengan sikap sembrono Miki. Miki memutar bola matanya, "Aish, kalian membuatku kesal.""Orang ini benar-benar tidak punya sopan santun. Apa anda tidak malu sebagai orang dewasa?" tanya pria yang berdiri di samping gadis berambut hitam lurus. Ketiga remaja itu benar-benar tersulut emosi. "Aku kasih melihat anda setua ini tapi tidak punya adab. Apa orangtua anda tidak mengajari sopan santun? Atau suami anda tidak mengajarkan hal itu? Atau anda belum menikah, hingga tidak ada yang bisa mendidik anda?"Plak! Satu tamparan keras kini mendarat di wajah gadis berambut hitam lurus. Tamparan itu membuatnya terpaksa menghentikan komentar pedasnya pada Miki. Pria yang berdiri disampingnya dengan penuh emosi balas maju mendekati Miki hendak bermaksud balas dendam. "Pikirlah sebelum kamu melukaiku di sini!" tandas Miki. "Bukan aku yang harus dididik, tapi kalian. Ora
"Ada apa?" tanya Daniel yang melihat kedatangan Reyhan di pintu masuk ke ruang makan. "Bukankah kalian yang memanggilku kesini?" tanya Reyhan balik. "Huh, kapan kami memanggilmu?" tanya Janice yang sedang asyik menyantap makan malamnya. "Istriku bilang kalian mencariku, jadi aku sebaiknya makan malam di kediaman Dirgantara saja." kata Reyhan menimpali. "Aku yang memanggil kalian," suara rendah Hazel terdengar saat memasuki ruang makan. Reyhan, Janice dan Daniel menatap tak percaya saat mendapati sosok Hazel melangkah masuk. Dahulu, jika Hazel keluar dari percakapan seperti yang dilakukannya tadi pagi. Hazel tidak akan kembali ke kediaman 3 sampai 5 hari. Bahkan bisa sampai satu minggu. Ini pertama kalinya Hazel langsung kembali setelah beradu melarikan diri tadi pagi. Reyhan mengambil posisi duduk di sebelah saudarinya. Sementara Hazel duduk di depan 3 keluarga yang paling ia sayangi. "Maafkan aku," kata Hazel lirih. "Maafkan aku, karena tidak dewasa menyikapi perbedaan pendap
Keyra mendapati keributan di lantai staff sekretaris. "Bagaimana ini, kita dilarang bergosip dan membahas hal ini. Tapi Miki membuat kita ingin terus membahasnya," kata Nadine setengah berbisik. "Benar juga. Bagaimana mungkin satu kantor tidak bergosip jika kelakuan Miki seperti itu pada Pak CEO." sahut Surya. Kini Miki tengah membawa buket bunga segar di tangan kirinya dan sebuah rantang makanan di tangan kanannya. Miki seperti biasa masuk ke ruangan Reyhan tanpa permisi. Penampilannya sekarang mirip sekali seperti seorang istri yang mengantarkan makan siang suaminya. Keyra yang menyadari apa yang terjadi langsung masuk ke ruang Reyhan, "Permisi, apa anda ada urusan dengan Pak Reyhan? Beliau sedang inspeksi di luar kantor." kata Keyra mengabarkan. Miki yang sedari tadi tengah mengatur bunga segarnya di atas meja Reyhan kini beralih menatap tajam ke arah Keyra, "Kamu bahkan tidak mengetuk pintu saat masuk? Dimana sopan santunmu?" tanya Miki kesal. Keyea tak habis pikir deng