Keyra menarik tangan Reyhan. Kondisi yang terlihat unik, seorang gadis kecil dengan lengan mungilnya menyeret tangan kekar dari seorang pria besar nan tinggi. Keyra dengan cepat mengunci ruangan Reyhan. "Bapak jangan asal bicara. Bisa-bisa mereka berpikiran yang tidak-tidak," gerutu Keyra. Reyhan mengangkat sebelah alisnya, "Jadi bagaimana? Kamu tidak akan mengundurkan diri bukan? Jangan bilang kedatanganmu ke sini hari ini untuk mengurus perihal pengunduran diri. Kalau memang begitu, silahkan kamu pulang saja, saya sedang tidak ingin merespon hal menyebalkan itu," Reyhan langsung duduk di meja kerjanya setelah selesai berbicara. Keyra tidak menanggapi ucapan Reyhan, ia mengeluarkan sebuah flashdisk dari dalam saku celananya kemudian menyodorkannya ke depan Reyhan. "Apa ini?""Minggu lalu Bapak meminta saya untuk mencari berapa jumlah saham Pak Kevin di pasar Asia, kemarin informan saya sudah menemukan hasilnya, saya ke sini hanya untuk memberikan data ini saja." jelas Keyra. Sel
"Huh?" Dari sekian banyaknya pilihan kata. Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Reyhan. "Aku bilang, menikahlah denganku!" teriak Keyra keras. Reyhan hanya mengerjap tak percaya. Mari kembali ke beberapa menit yang lalu. Setelah menerima telepon dan penjelasan dari Yudha, Keyra mulai memahami kondisi yang terjadi. Pertama, sejak Keyra berniat untuk mengundurkan diri dari perusahaan. Sejak saat itu ia mulai acuh dengan kondisi Reyhan. Hal ini menyebabkan Keyra tak tahu menahu perihal pertemuan keluarga Reyhan hari ini. Kedua, meski Keyra tahu bahwa pertemuan keluarga besar ini merupakan hal yang lumrah terjadi namun Keyra tidak pernah membayangkan bahwa pertemuan itu akan menjadi ajang penyerangan terhadap Reyhan. Ini jelas pernyataan perang atas perebutan kekuasaan. Ketiga, Keyra selama empat tahun mengenal Reyhan tak pernah terlibat jauh dalam urusan keluarga Reyhan. Hal ini karena sikap Individualis yang Reyhan miliki. Segala sesuatu yang menyangkut keluarganya tidak per
Keyra menyadari satu hal. Bersama Reyhan tidak ada hal yang tidak mungkin terjadi. Contohnya saat ini, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, secara jam kerja seharusnya Kantor Urusan Agama (KUA) sudah tutup. Tapi dengan koneksi Reyhan, mereka dengan mudahnya melakukan pernikah di KUA, bahkan akta nikah bisa langsung mereka dapatkan. "Apa menikah memang semudah ini?" tanya Keyra yang menatap lekat-lekat akta nikah di tangannya. "Minumlah dulu," ucap Reyhan sembari menyodorkan segelaa air putih pada Keyra. Kini dua insan yang sudah resmi menjadi sepasang suami-istri itu tengah berada di apartemen Reyhan. Setelah mendapatkan surat nikah di KUA mereka kembali ke apartemen Reyhan untuk mendiskusikan beberapa hal penting dalam kehidupan mereka yang mungkin akan banyak berubah ke depannya. "Apa kamu mau makan dulu?" tanya Reyhan. "Tidak, kita langsung saja bahas kontrak perjanjiannya," balas Keyra cepat. Reyhan mengambil dua buah laptop, menyerahkan salah satunya kepada Keyra. "Baiklah
Sesuai janji yang sudah dibuat. Keyra dan Reyhan sepakat untuk mencari rumah baru mereka. Mereka mencari sebuah rumah bukan apartemen. Rumah yang hanya satu tingkat, memiliki halaman yang luas. Keyra juga meminta agar mereka mencari pemukiman yang jauh dari orang-orang yang mereka kenal. Dengan begitu mereka bisa hidup tenang dalam kehidupan pernikahan mereka. "Bagaimana menurutmu?" tanya Reyhan pada Keyra. Keyra mengedarkan tatapannya ke segala arah. Menurutnya rumah itu cukup bagus. Desainnya minimalis seperti kebanyakan rumah modern saat ini. Halamannya luas. Garasi mobil berada di pinggir kanan tapi hanya seluas 200 meter persegi, sisanya seluas 700 meter persegi berada di ruang bawah tanah, menyerupai sebuah basement. kolam renang berada di belakang rumah. "Berapa luas rumah ini?" tanya Keyra pada pemandu yang menjual rumah itu. "Luas lahan mencapai 1.600 meter persegi," jawab sang pemandu. "Wah, bukankah menurutmu itu terlalu besar?" Keyra melempar tanya pada Reyhan. Reyha
"Mbak Key, tumben hari ini nggak ke ruangan Pak CEO? Bukannya setiap jam 9 Mbak harus laporan jadwal?" tanya Nadine. Keyra yang sedang mengetik laporan langsung berhenti. Menikah dengan Reyhan membuat banyak kebiasaannya tergeser. Karena tinggal serumah, Keyra tak perlu lagi menunggu jam 9 pagi untuk melapor. Dia bisa memberitahu semua jadwal Reyhan saat mereka di rumah tadi pagi. "Itu, jadwal Pak Reyhan hari ini sangat padat, jadi aku memberitahunya lebih cepat tadi pagi." elak Keyra. Nadine hanya mangut-mangut. Apapun yang terjadi biasanya Reyhan tak pernah mau menerima laporan lebih lama ataupun lebih cepat, jadi Nadine agak meragukan jawaban Keyra. Tapi jika itu keluar dari mulut Keyra, pasti hal itu benar adanya. Begitulah pola pikir Nadine. Jemari Keyra beralih menekan tombol telepon genggam kantor di depannya, "Hallo, Hazel. Segera ke ruangan saya, kita akan segera berangkat bertemu klien." ucap Keyra lewat telepon. "Nadine, saya akan keluar bertemu klien. Hari ini kamu ga
Bertemu dengan klien bersama Keyra kemarin membuat Hazel lebih bersemangat hari ini. Pasalnya, ini pertama kalinya ia menangani hal yang sangat besar. Sejak kecil ia sering diremehkan dalam hal-hal yang membutuhkan kerja keras seperti ini. Karena hidupnya yang selalu dimanjakan, tidak akan ada yang percaya dia bisa bekerja seperti itu. "Hey, bocah magang. Fotocopykan proposal ini untukku!" perintah seorang wanita dengan make up tebal yang kerap di panggil sebagai Chaerin. "Kamu kan bisa melakukannya sendiri. Mesin fotokopi ada di samping meja kerjamu tuh," kata Hazel. tangannya menunjuk ke mesin fotokopi yang berdiri tegak di samping meja kerja Chaerin. Setelah mendapat banyak wejangan dari kakak-kakak seniornya. Hazel memutuskan untuk tidak terlalu menuruti perintah Chaerin. Apalagi sekarang Hazel sedang bertugas untuk mempublikasikan hasil pertemuan dan wawancara dengan klien kemarin. Waktunya akan terbuang jika harus menuruti kemauan Chaerin. "Mesin fotokopi itu rusak, makanya
Tok... Tok... Tok... "Key, ayo makan!" ucap Reyhan sembari mengetuk pintu kamar Keyra. Reyhan menata meja makan, disusul Keyra yang duduk di depannya, "Lain kali, kita bergiliran saja masaknya. Aku merasa tidak enak kalau kamu saja yang memasak. Atau kita perlu membuat jadwal masak?" Keyra melempar tanya, tangannya meraih sendok sup yang tertata rapi di samping mangkuk supnya."Keningmu kenapa?" tanya Reyhan saat menyadari ada perubahan di wajah Keyra. "Ah, ini tadi pagi, kepalaku tidak sengaja terbentur. Bukan masalah besar kok." elak Keyra cepat. "Oh iya, aku memecat Chaerin. Putri tunggal keluarga Maladewa yang bekerja di bagian jurnalistik sekretaris." Keyra berusaha mengalihkan topik agar Reyhan tak terus-menerus menanyainya masalah luka di keningnya. "Maladewa? Ah, maksudmu anak yang tidak tahu sopan santun itu? Tidak apa-apa, pecat saja jika kamu mau."Seperti biasa, Reyhan mempercayakan penuh segala hal yang Keyra lakukan terhadap G.RIO Cooperation. "Tapi, kenapa kamu ti
"Kak Key!" Hazel mengangkat tinggi tangannya saat melihat sosok Keyra di keramaian. Keyra mendekat ke arah Hazel, "Ternyata ramai sekali." ucap Keyra. Walaupun tiket penggemar hanya dijual sekitar 100 tiket. Tapi banyak wartawan dan media masa yang berkumpul di depan gedung pentas. Begitupun para penggemar yang tidak kebagian tiket, mereka berderet di samping jalan. Jika tidak bisa menonton acara musikalnya, setidaknya mereka bisa melihat sosok idola mereka. "Ayo kita masuk saja," ajak Hazel. Keyra mengangguk setuju. Di luar semakin dipadati masa. Mereka kesulitan untuk berbicara karena keributan yang ada. "Wah, tempat duduk yang bagus." Keyra tersenyum puas saat menyadari posisi duduk mereka berada di kursi yang cukup dekat dengan panggung utama, selain itu, kursi mereka persis di tengah. Akhirnya, Keyra bisa menyaksikan langsung konser idolanya. Di dalam ruang pentas. Dekorasinya mirip dengan bioskop. Ada tiga blok kursi penonton. Sebelah kiri didominasi oleh anak yatim-piatu d