"Kak Key!" Hazel mengangkat tinggi tangannya saat melihat sosok Keyra di keramaian. Keyra mendekat ke arah Hazel, "Ternyata ramai sekali." ucap Keyra. Walaupun tiket penggemar hanya dijual sekitar 100 tiket. Tapi banyak wartawan dan media masa yang berkumpul di depan gedung pentas. Begitupun para penggemar yang tidak kebagian tiket, mereka berderet di samping jalan. Jika tidak bisa menonton acara musikalnya, setidaknya mereka bisa melihat sosok idola mereka. "Ayo kita masuk saja," ajak Hazel. Keyra mengangguk setuju. Di luar semakin dipadati masa. Mereka kesulitan untuk berbicara karena keributan yang ada. "Wah, tempat duduk yang bagus." Keyra tersenyum puas saat menyadari posisi duduk mereka berada di kursi yang cukup dekat dengan panggung utama, selain itu, kursi mereka persis di tengah. Akhirnya, Keyra bisa menyaksikan langsung konser idolanya. Di dalam ruang pentas. Dekorasinya mirip dengan bioskop. Ada tiga blok kursi penonton. Sebelah kiri didominasi oleh anak yatim-piatu d
Di akhir pekan, sesuai perjanjian pernikahan mereka. Reyhan dan Keyra sepakat menghabiskan waktu penuh satu hari di luar keperluan kantor. Entah hari sabtu atau hari minggu. Kebetulan hari itu Reyhan hendak mengunjungi Kakeknya, sekaligus memperkenalkan Keyra pada kakeknya. Tring... Tring... Tring.... Reyhan dan Keyra yang hendak berangkat ke rumah sakit langsung melempar tatap satu sama lain saat bel pintu gerbang mereka berbunyi nyaring. Siapa yang akan datang berkunjung ke rumah mereka? Hanya pembantu yang membersihkan rumah yang tahu pemilik rumah itu. Tapi mereka hanya memperkerjakan pembantu pembersih rumah hanya pada hari kerja saja. Hari weekend seperti saat ini mereka diliburkan. Lantas siapa yang membunyikan bel? Keyra membuka gerbang rumahnya perlahan. Seorang wanita paruh bayu bersama dua anaknya berdiri di depan gerbang mereka. Sebuah box kue bertengger di kedua tangan wanita tua itu. "Siapa?" tanya Keyra. "Hallo, wah kamu sangat cantik. Perkenalkan saya Misun, saya
"Terima kasih sudah menemaniku menemui kakekku," kata Reyhan saat mereka berdua sudah masuk ke dalam mobil. "Kita kan memang menikah untuk saling menguntungkan."Reyhan memacu mobilnya menuju ke makam keluarga Keyra. Setelah menemani Reyhan bertemu kakeknya. Sekarang giliran Reyhan menemani Keyra ke makam keluarganya. Sesuai rencana pernikahan mereka. Perlahan mereka akan memperkenalkan pasangan ke keluarga masing-masing. Jika Reyhan mengenalkan Keyra pada kakeknya maka Keyra akan mengenalkan Reyhan ke keluarganya melalui kunjungan ke makam. Makam keluarga Keyra terletak di pinggir kota. Sepanjang jalan mereka bisa menghirup udara segar yang begitu asri. Kota itu dijuluki kota wisata, sebab ada banyak destinasi wisata di sana. Setelah selesai dengan urusan kunjungan makam, mereka melewati sebuah taman bermain, sebuah baliho bertuliskan, nikmati hari indah di taman bermain bersama pasangan dan keluarga anda, membuat Reyhan menghentikan mobilnya. "Haruskah kita mencobanya?" tawar R
Setelah wekeend berlalu. Reyhan dan Keyra sepakat untuk bertemu dengan keluarga Asila. Hajat ayah Asila tentu terlihat sangat jelas, setelah pesta pernikahan anaknya yang menghancurkan kepercayaan Reyhan selaku CEO G.RIO Cooperation, begitu banyak dampak buruk yang menimpa keluarga Asila. Selain proyek yang gagal bekerjasama dengan Reyhan, ternyata banyak investor lain yang enggan bekerjasama dengan mereka. Hal ini tentu saja disebabkan oleh Reyhan yang tidak mau bekerjasama, akibatnya banyak sekali kolega dan pengikut Reyhan yang juga enggan untuk kerjasama dengan keluarga Asila. Sepasang suami-istri itu datang bersama di sebuah hotel bintang lima. "Kamu yakin?" tanya Reyhan sekali lagi. Takut jika Keyra tidak akan sanggup bertemu mereka lagi. Takut jika Keyra mengingat kembali kejadian di malam pesta pernikahan. "Ayo kita selesaikan!" ucap Keyra percaya diri. "Tunggu," Reyhan mencekal Keyra yang hendak keluar dari mobil. "Aku punya rencana." sambung Reyhan. ***Kedatangan Rey
Pertemuan panas antara keluarga Asila dan G.RIO Cooperation tidak akan berhenti dengan mudah. Kedatangan Keyra malah semakin membuat keluarga Asila mati lidah. Tidak ada yang berani bersuara lebih dulu. Keyra merasa begitu puas. Terakhir kali, mereka begitu menyudutkan Keyra, menghina dan menjatuhkan Keyra mati-matian. Sekarang kondisi berbalik seratus delapan puluh derajat. Mereka ketakutan saat melihat Keyra. Sifat yang seperti itu seharusnya salah. Keyra tidak seharusnya merasa senang di atas penderitaan orang lain. Mungkin sudah terkontaminasi dengan sifat Reyhan yang seperti psikopat. Keyra merasa hal itu cukup menyenangkan. "Kenapa kalian diam? Solusi sudah ada di sini." ucap Reyhan sembari menujuk ke arah Keyra. "Apa kalian tidak tahu harus berbuat apa?" tanya Reyhan memojokkan. Asila menggigit kuku jarinya sebelum akhirnya buka suara, "Maafkan aku Key. Tolong jangan bawa masalah ini sampai ke tanah pekerjaan ayahku.""Kenapa?""Huh?" Asila melongo dengan pertanyaan Keyra.
Suara kicauan burung terdengar jelas di kamar Keyra. Sinar mentari perlahan masuk melalui celah-celah jendela Keyra yang sempit. Kebiasaan buruknya yang suka melempar alarm perlahan mulai membaik. Gadis itu tidur nyenyak semalaman, lantas terbangun dengan sendirinya pagi ini. Entah sejak kapan rasanya dunia semenyenangkan ini? Apa ia boleh sebahagia ini? Begitulah bagaimana pikiran alam bawah sadar Keyra yang bergejolak. Semenjak pertemuan dengan keluarga Asila kemarin, dan obrolan hangatnya dengan Reyhan semalam. Rasanya Keyra benar-benar hidup kembali. Setelah lama hidup layaknya robot yang tanpa ekspresi, akhirnya ia mendapatkan kembali secercah emosi jiwanya yang telah lama hilang. "Kamu bisa bangun sendiri?" Reyhan dengan rambut acaknya keluar dari kamar tidur. Melihat Keyra yang tengah membuat sarapan pagi itu. Reyhan seperti robot yang kehabisan energi. Pria itu merangsek masuk menuju ruang makan. Kemudian mengambil tempat duduk secara asal. Jika Keyra bisa dengan nyenyak t
"Aku? Mengganggu orang? kamu gila ya?""Kamu menuduh yang tidak-tidak padaku karena kamu pengecut. Kamu pikir ada orang yang mau menikahi pria sepertimu?""Hentikan, bukankah dia sudah bilang padamu kalau aku pacarnya? Aku yang akan menikahinya!" tandas Keyra. Tidak tahan lagi dengan segala keruwetan itu Keyra akhirnya buka mulut. "Justru kamu yang akan susah menikah. Berlagak seperti orang kaya, mana ada wanita kaya yang perhitungan terhadap rumah suaminya. Setidaknya dia bilang punya bakat untuk memasak dan mengurus rumah, aku pacarnya yang kaya raya ini yang akan menafkahinya. Tidak sepertimu, menuntut banyak hal. Kamu ingin meminta nafkah darinya? Tapi kamu minta dia memasak dan mengurus rumah untukmu, lalu apa kerjaanmu sebagai istri? Dasar tidak tahu malu!""Hey nona. Bercerminlah, jika di rumahmu tidak ada cermin, silahkan hubungi aku. Aku akan membelikan satu truk cermin untukmu," Keyra menyodorkan kartu namanya. "Ingat aku orang yang kaya. Jangakan satu truk cermin, membeli
Meski hidup bergelimang harta. Hazel dan Keyra bukanlah orang yang suka menghabiskan uang hanya untuk makan sekali duduk. Tapi berkat Joe, mereka bisa merasakan nikmatnya makanan kelas atas dengan harga ratusan juga hanya dalam waktu kurang dari satu jam. "Memang ada harga ada kualitas," celoteh Keyra saat sudah selesai makan. "Key, tunggu!" panggil Joe saat Keyra dan Hazel terlihat akan segera pergi. Hazel yang mendengar sapaan Joe semakin dibuat geram. Key? Sejak kapan mereka sedekat itu sampai berani memanggil Keyra dengan sebutan Key. Dengan jelas, Hazel bisa melihat ada bau-bau pendekatan dari si Joe. "Ini, bawalah makanan penutup ini. Ini produksi terbaru kami, grade A." Joe menyodorkan Keyra sebuah box kue dengan warna denim bergaris emas dan dipadu dengan plastik transparan. Belum sempat Keyra meraihnya, Hazel sudah mendahului tangan Keyra, "Jangan membuat kami terlalu banyak berhutang budi. Cake ini aku yang bayar," Hazel mengambil segepok uang seratus ribu dari dalam ta