"Mbak Key, tumben hari ini nggak ke ruangan Pak CEO? Bukannya setiap jam 9 Mbak harus laporan jadwal?" tanya Nadine. Keyra yang sedang mengetik laporan langsung berhenti. Menikah dengan Reyhan membuat banyak kebiasaannya tergeser. Karena tinggal serumah, Keyra tak perlu lagi menunggu jam 9 pagi untuk melapor. Dia bisa memberitahu semua jadwal Reyhan saat mereka di rumah tadi pagi. "Itu, jadwal Pak Reyhan hari ini sangat padat, jadi aku memberitahunya lebih cepat tadi pagi." elak Keyra. Nadine hanya mangut-mangut. Apapun yang terjadi biasanya Reyhan tak pernah mau menerima laporan lebih lama ataupun lebih cepat, jadi Nadine agak meragukan jawaban Keyra. Tapi jika itu keluar dari mulut Keyra, pasti hal itu benar adanya. Begitulah pola pikir Nadine. Jemari Keyra beralih menekan tombol telepon genggam kantor di depannya, "Hallo, Hazel. Segera ke ruangan saya, kita akan segera berangkat bertemu klien." ucap Keyra lewat telepon. "Nadine, saya akan keluar bertemu klien. Hari ini kamu ga
Bertemu dengan klien bersama Keyra kemarin membuat Hazel lebih bersemangat hari ini. Pasalnya, ini pertama kalinya ia menangani hal yang sangat besar. Sejak kecil ia sering diremehkan dalam hal-hal yang membutuhkan kerja keras seperti ini. Karena hidupnya yang selalu dimanjakan, tidak akan ada yang percaya dia bisa bekerja seperti itu. "Hey, bocah magang. Fotocopykan proposal ini untukku!" perintah seorang wanita dengan make up tebal yang kerap di panggil sebagai Chaerin. "Kamu kan bisa melakukannya sendiri. Mesin fotokopi ada di samping meja kerjamu tuh," kata Hazel. tangannya menunjuk ke mesin fotokopi yang berdiri tegak di samping meja kerja Chaerin. Setelah mendapat banyak wejangan dari kakak-kakak seniornya. Hazel memutuskan untuk tidak terlalu menuruti perintah Chaerin. Apalagi sekarang Hazel sedang bertugas untuk mempublikasikan hasil pertemuan dan wawancara dengan klien kemarin. Waktunya akan terbuang jika harus menuruti kemauan Chaerin. "Mesin fotokopi itu rusak, makanya
Tok... Tok... Tok... "Key, ayo makan!" ucap Reyhan sembari mengetuk pintu kamar Keyra. Reyhan menata meja makan, disusul Keyra yang duduk di depannya, "Lain kali, kita bergiliran saja masaknya. Aku merasa tidak enak kalau kamu saja yang memasak. Atau kita perlu membuat jadwal masak?" Keyra melempar tanya, tangannya meraih sendok sup yang tertata rapi di samping mangkuk supnya."Keningmu kenapa?" tanya Reyhan saat menyadari ada perubahan di wajah Keyra. "Ah, ini tadi pagi, kepalaku tidak sengaja terbentur. Bukan masalah besar kok." elak Keyra cepat. "Oh iya, aku memecat Chaerin. Putri tunggal keluarga Maladewa yang bekerja di bagian jurnalistik sekretaris." Keyra berusaha mengalihkan topik agar Reyhan tak terus-menerus menanyainya masalah luka di keningnya. "Maladewa? Ah, maksudmu anak yang tidak tahu sopan santun itu? Tidak apa-apa, pecat saja jika kamu mau."Seperti biasa, Reyhan mempercayakan penuh segala hal yang Keyra lakukan terhadap G.RIO Cooperation. "Tapi, kenapa kamu ti
"Kak Key!" Hazel mengangkat tinggi tangannya saat melihat sosok Keyra di keramaian. Keyra mendekat ke arah Hazel, "Ternyata ramai sekali." ucap Keyra. Walaupun tiket penggemar hanya dijual sekitar 100 tiket. Tapi banyak wartawan dan media masa yang berkumpul di depan gedung pentas. Begitupun para penggemar yang tidak kebagian tiket, mereka berderet di samping jalan. Jika tidak bisa menonton acara musikalnya, setidaknya mereka bisa melihat sosok idola mereka. "Ayo kita masuk saja," ajak Hazel. Keyra mengangguk setuju. Di luar semakin dipadati masa. Mereka kesulitan untuk berbicara karena keributan yang ada. "Wah, tempat duduk yang bagus." Keyra tersenyum puas saat menyadari posisi duduk mereka berada di kursi yang cukup dekat dengan panggung utama, selain itu, kursi mereka persis di tengah. Akhirnya, Keyra bisa menyaksikan langsung konser idolanya. Di dalam ruang pentas. Dekorasinya mirip dengan bioskop. Ada tiga blok kursi penonton. Sebelah kiri didominasi oleh anak yatim-piatu d
Di akhir pekan, sesuai perjanjian pernikahan mereka. Reyhan dan Keyra sepakat menghabiskan waktu penuh satu hari di luar keperluan kantor. Entah hari sabtu atau hari minggu. Kebetulan hari itu Reyhan hendak mengunjungi Kakeknya, sekaligus memperkenalkan Keyra pada kakeknya. Tring... Tring... Tring.... Reyhan dan Keyra yang hendak berangkat ke rumah sakit langsung melempar tatap satu sama lain saat bel pintu gerbang mereka berbunyi nyaring. Siapa yang akan datang berkunjung ke rumah mereka? Hanya pembantu yang membersihkan rumah yang tahu pemilik rumah itu. Tapi mereka hanya memperkerjakan pembantu pembersih rumah hanya pada hari kerja saja. Hari weekend seperti saat ini mereka diliburkan. Lantas siapa yang membunyikan bel? Keyra membuka gerbang rumahnya perlahan. Seorang wanita paruh bayu bersama dua anaknya berdiri di depan gerbang mereka. Sebuah box kue bertengger di kedua tangan wanita tua itu. "Siapa?" tanya Keyra. "Hallo, wah kamu sangat cantik. Perkenalkan saya Misun, saya
"Terima kasih sudah menemaniku menemui kakekku," kata Reyhan saat mereka berdua sudah masuk ke dalam mobil. "Kita kan memang menikah untuk saling menguntungkan."Reyhan memacu mobilnya menuju ke makam keluarga Keyra. Setelah menemani Reyhan bertemu kakeknya. Sekarang giliran Reyhan menemani Keyra ke makam keluarganya. Sesuai rencana pernikahan mereka. Perlahan mereka akan memperkenalkan pasangan ke keluarga masing-masing. Jika Reyhan mengenalkan Keyra pada kakeknya maka Keyra akan mengenalkan Reyhan ke keluarganya melalui kunjungan ke makam. Makam keluarga Keyra terletak di pinggir kota. Sepanjang jalan mereka bisa menghirup udara segar yang begitu asri. Kota itu dijuluki kota wisata, sebab ada banyak destinasi wisata di sana. Setelah selesai dengan urusan kunjungan makam, mereka melewati sebuah taman bermain, sebuah baliho bertuliskan, nikmati hari indah di taman bermain bersama pasangan dan keluarga anda, membuat Reyhan menghentikan mobilnya. "Haruskah kita mencobanya?" tawar R
Setelah wekeend berlalu. Reyhan dan Keyra sepakat untuk bertemu dengan keluarga Asila. Hajat ayah Asila tentu terlihat sangat jelas, setelah pesta pernikahan anaknya yang menghancurkan kepercayaan Reyhan selaku CEO G.RIO Cooperation, begitu banyak dampak buruk yang menimpa keluarga Asila. Selain proyek yang gagal bekerjasama dengan Reyhan, ternyata banyak investor lain yang enggan bekerjasama dengan mereka. Hal ini tentu saja disebabkan oleh Reyhan yang tidak mau bekerjasama, akibatnya banyak sekali kolega dan pengikut Reyhan yang juga enggan untuk kerjasama dengan keluarga Asila. Sepasang suami-istri itu datang bersama di sebuah hotel bintang lima. "Kamu yakin?" tanya Reyhan sekali lagi. Takut jika Keyra tidak akan sanggup bertemu mereka lagi. Takut jika Keyra mengingat kembali kejadian di malam pesta pernikahan. "Ayo kita selesaikan!" ucap Keyra percaya diri. "Tunggu," Reyhan mencekal Keyra yang hendak keluar dari mobil. "Aku punya rencana." sambung Reyhan. ***Kedatangan Rey
Pertemuan panas antara keluarga Asila dan G.RIO Cooperation tidak akan berhenti dengan mudah. Kedatangan Keyra malah semakin membuat keluarga Asila mati lidah. Tidak ada yang berani bersuara lebih dulu. Keyra merasa begitu puas. Terakhir kali, mereka begitu menyudutkan Keyra, menghina dan menjatuhkan Keyra mati-matian. Sekarang kondisi berbalik seratus delapan puluh derajat. Mereka ketakutan saat melihat Keyra. Sifat yang seperti itu seharusnya salah. Keyra tidak seharusnya merasa senang di atas penderitaan orang lain. Mungkin sudah terkontaminasi dengan sifat Reyhan yang seperti psikopat. Keyra merasa hal itu cukup menyenangkan. "Kenapa kalian diam? Solusi sudah ada di sini." ucap Reyhan sembari menujuk ke arah Keyra. "Apa kalian tidak tahu harus berbuat apa?" tanya Reyhan memojokkan. Asila menggigit kuku jarinya sebelum akhirnya buka suara, "Maafkan aku Key. Tolong jangan bawa masalah ini sampai ke tanah pekerjaan ayahku.""Kenapa?""Huh?" Asila melongo dengan pertanyaan Keyra.